Di Balik Masalah Penanggulangan Bencana

FOK

.-

Perdebatan mengenaipenyebab terjadinya dan
rekomendnsi untuk mengatasi bencana senantiasa
berrr!nn,n sejalan dengan berulangnya kejadian bencana.
Media massa telu:i ~ n c n ~ a m bperan
i l penting dalam
pemberftaan maupun analisis terjadinya bencaria.

toral darl isi kebijakan opt
siond di lapangan.
Dari sebelas undana-und
(uu) dan rancangan undangdang (RULT) yang terkait den
pengelolaan dan pemanfaa
sumber daya I
,
sei
. UU/RL'U secara sendiri-sen
Oleh HARMDI KARTODIHARDJO dan UNTUNG SUDADI

mernandatkan runno Belola. I
netapkan batas yurisdiksi,'
,
nformasi lapang- sanya terdapat empat isu penting. n~en~bentult
batlan atau lemb
,
an, hasil investi- Pertarna, kerentanan masyarakat Dengan demilcian, k c b e a e h
gasi, serta teori sernakin menurun. Kedua, pe- tiap UU dibatasi oleh ruling
dan konsep ter- ngernbalian kepemilikan individu lolanya masing-masing.
i
jadinya bencana atas lahan-lahan di lokasi ben-Terdapat wilayah pengelol:
rnaiwun paradigma pembangun- cala Ketiga, secara fisik kondisi hutan, wilsyah sungai untuk
an telah puia dikernukakan untuk lz,,lan di lokasi bencana biasanya ngelolaan air, wilayah kej a un
rnengga:nbarkar! Iredudukan dan ~ i a s i hbelum stabil dan Oelurn pertambangan rninyak dan
~:rser~si
penanggulangan bencana atau bahkan tidak lagi layak huni. bumi, wilayah us&a p ~ r t
Dan I-:eernpal, sumber terjadinya b'mgan u:ltuk mineral 2::: 5
(disaster moncip;xc,z$.
Masalahnya kernudian acialah ancaman yang masih potensial bara, dan wiiayd~periknnan.
bagaimma perdebatan dan infor- dapat berasal jauh dari lokasi dahal implementasi kc-sebc

rnasi tersebut digunakan sebagai terjadinya bencana.
UU/RUU tersebut berada dal
Keempat isu tersebut menun- ruang kelola yang sania, y;
perbaikan kebijakan dan langkah
nyata di lapangan. Bzgaimana ha1 jukkan bahwa dampak negatif seluruhnya berpengan~h ter
lingkungan dan pernulihannya dap kualitas daerah alirnn sur
itu dapat di~\~~,judltan?
Penangmlangan bencana rne- memerlukan kebijakan setiap (D.6) van2 snnla. Dcngnn
rupakan seluruh kegiatan, baik seh?or/dinas yang harus koheren mikian, selu~vhkegiatan me
sebelurn, pada saat, maupun se- dan rnenjadi tanggung jawab ber- hasilkan dampak nesatif kur
telah bencana terjadi, yang men- sama. Narnun, yang terjadi bi- latif yang dap:rt merusak d
cakup pencegahan, mitigasi, ke- asanya sebaliknya Justru tidak dukung lingkungan, tanpa da
siapsiagaan, tanggap darurat. dan ada satu pun lembaga yang bcr- diltendalikan oleh masing-mas
pernulihan (.Masyarakat Peduli t a n g q n g jawab.
scktor. Hal itu karena setiap s
Perubahan fungsi hutan dari tor niernpunyai u l i ~ ~ r akin4
Bencana Indonesia, 2004). Benn
cana itu sendiri terjadi apabila hutan produksi menjadi hutan sendiri-sendiri.
terdnpnt ancarnan, seperti banjir lindung di beberapa bekas lokasi
Dari pengalamari nlenil,lsil

b d d a n g dan masyarakat yang bencana, rnisdnya, rnasih belum si kcrja sania antarscktor
~
I
rentan.
dilakukan. Dernikian pula belurn dinas-dinas di d a e r , ~ iuntuk
Beluln tentu ancaman me- terdapat program nyata untuk lindungi dnya dukung lin:&u
nyebabkan bencana apabila rna- mengatasi hilangnya sumber an, dapat diurnikan bel~erapaI
syarakat tidak rentan, dalam a-ti penghasilan masyarakat. Akibat- siilnh kebijakan opernsionnl t
rnarnpu mencegah, rneredam, nya, masyarakat tetap merambah ikut. Pcrta~na,11uk~11iiyang
mencapd kesiapm, dan menang- hutan akibat sernpitnya alternatif mestinya menjadi landasnn
p;~stiantciali inc1amp:lui fun
gapi damp& bahaya tertentu. De- pendapatan.
nya. Karcnn kcjx~stianynng
ngan demikian, di satu sisi bcncana terjadi akibat pcngelolaan Banyak kendala
rnaksud m2ncnltup cnr~i.nict~
surnber tlaya al-am yang tidak
Kondisi buruk sebagian besar dan keranglm pikir untuk me
mengindahkan daya dukung ling- daya dukung lingkungan di In- calikan rnasalali yaiig llar~rs
kungan. Sementara di ski lain donesia, dalarn jangka pendck, tent11 sewai dcngan per:;turn
Dengan kenyataan dl:il:ili

nkibat pemba~gunansosial eko- i~ntuklnenccgah tcrjadinya anr?2zi y--2 c!::rl .:f:.L?.:
!:c Y??C~U caman hampir tirl:ik rnungldn. isi pcrattrrar~telx!! ~hric;:bc!cr
justru meningkatkan kerentanan Pemulihan akibat bencana juga pengetahuan dan nlelnbatnsi
rnasyarakat.
rnasih terkendala. Keduanya rne- :ung lingkup niasa1:tl~ pcngelu
S c t c l ~ ~bcncma
h
terjadi. bia- rupakan akibat pcndekztan sek- s u ~ n b e rtl:~?~ a1:i:n it11 sci;
(

A

8

/S

BENCANA ALAM

K O M P A S , SABTU, 14 J A N U A R I 2n(?6


Banjir
bandang dan
longsor yang
rnelanda lima
desa di
Kecarnatan
Sernadam,
Kabupaten
Aceh
Tenggara,
Selasa,
Oktober 2005
rnenyebabltan
sedikitnya 590
rumah hancur
dan 15 orang
tewas. Hingea
sekarruig
keadaannya
niasih seperti

sedialcala.

Peraturan telah memproteksi
Iernbaga pemerintah dari kemungkinan kesalahan adrninistrasi yang dilakukannya, tetapi
tidak melindungi rnasyarakat untuk menjalanltan pengetahuan, ilmu. d:ln inovasi di lapangan.
Peratunln menjadi simbol keltuasaan dan telah melakuiran kekerasan terhadap pengetahuan
ymg berada dan berkcnlbang di
tengah-tengah rnasyarakat. Akibatny;~, kekuatan hukirm telnh
melemahkan ltebijnltan secara
Iteseluruhnn.
hlasyarakat d;tn pih;~k-pill;~it
di
luar pcmcrintah menj;tdi pasif.
Titlak ad3 pr:lkondisi ynng meniungkinltan "bacann n1asyar:tkat
terhad:lp gejala d a m didayagunakan. Di pihak lain, informasi
dari lieta peringatan di~iiversi
pemerintah masih sangat ~nakro
hngi lingltungan mas)r:intkat caIon korban bencana.
Keclua, di tlalani rasionrllitas
hukuni dan hic~xrld Itekuasaan

ytng ~:lenjal:u~ltannya
tidak terdn11:lt clays nalar untuk memns u k ! c ~ ~f;~kt:i-k~kia
; .. .
iapa~iganyang
!??cT::!:g c: !I!:?
2;:: :y2::g -*?
!:.!
dipikirknnnya. lni adalnh bagian
dari ciri rasionalitas birokmsi
yalic-~oIL,.,,,
. . , ~ n ~holch
.
nirnyimp;tng
I

dari tugas pokok dan fungsi yang
telah ditetapkan.
Rasionalitas birokrasi-rnenjadi
rasionalitas dengan hasil-hasi:
keputusan yang senantiasa tertingqal oleh masdah-masalah aktual yang t e ~ u sberkenibang. Kerusakan daya dukung lingkungan

adalah fakta di .luar jmgkauan
rasionalitas birokrasi karena tugas pokok dan fungsinya yang
terkotak-kot,ak.

Sebatas informasi
Instansi penierintnh seperti
Lembulga Pencrbungan dan Antariksa Nasiond (Lapm), misalnya. hanya sebatas menlberi infor~nasidan tidak &an bertind'ak
lebih jauh, khawatir bersinsWlngan dengan rrrenrenang instansi lain (Kompas,"1). Dinns di daerah
tetap harus nzemperoleh pendapatan asli daerah dm tidak ada
alokasi angearan untuk pemulihan lokasi bencmu.
Ketiga, lernbaga pemerintah
lnaupun pe~nerintnhdaerah lebih
teriil~alscbagai thp big cornpony
dan kepcntingannya lebih terCi.i niin dari kumpulnn kepcntingan individu-individu daripada kepentingan Icmbaga publik
Ini trrlihat dari Ir:n~nhnyako-

herensi keijijakan y m g dikeluarkan. keberlaniutan kebiikan
yang sulit dicapai, rnaupun keterlibatan individu-individu di
pemerintahan dalam konflik p.ernanfaatan sumber daya darn.
TI7e b(q company ini seolah-olah

terpelihara
dalarn
konstelasi kepentingan politik
dan ekonomi yang rnernang
rnengqnakan hasil eksploitasi
surnber daya darn rnaupun perL
besaran anggaran untuk rnencapai tujuan-tujua kelompok kepentingan itu. Pengalaman memfasilihsi penyusunan program
kerja beberapa kabupatenhota
dalam suatu DAS menunjukkan
kenyataan ini.
Setclah koherensi program
pencegahan dan pemulihan disepakati, ternyata berakhir dengan pelakszinaan program yang
lain. Perhitunga John Twigg
yang dikutip Jonatan Lassa
(Kontpas, 9/1), investasi rnitigasi
banjir Rp 1 akan rnereduksi kerugian sebesar Rp 4-5 akibat banjir meskipun feasible, tidak berlalcl~di negeri ini.
Ketiga ciri yang rnenjadi kadungan rasionalitas birokrasi di
atas pada akhirnya menjadi penghambat upaya penangq.~lmgan

bencana. Sungguh sangat berat

rnengatasinya karena persoalan
penanggglangan bencana sesungguhnya adalah persoalan birokrasi secara luas.
Eko Prasojo dalam tulisannya
"Revitalisasi Adrninistrasi Negara" (Komj~as,4/1) menyebutitan,
yang diperlukan mat ini adalah
rnerevitalisasi kedudukan, peran.
dan fungsi kelernbagaan, serta
menata kembali sistcrn adrninistrasi negara dalarn hal strul\?ur.
proses, sumber daya manusia.
serta relasi antara rnasyaraka'i
dan negarn.
Maka, tanpa ada perubahan
fundamenthi :erh?tfap strukl~lr
dan fungsi lembaga-lernbaga pemerintah dan p e m j u d a n ha];
asasi rnanusia, harapan tetap tipis
untuk mewujudkan p e n a n g J langan bencana seperti ycng tliharapkan. Mudah-mudahan d~:!iu
bencana yang telah bcrular~gulang menjadikan dasar tenvujudnya langkah -nyata yang diperlubn.
HARIhDI K/IR'TODIIWD.JC!
CAX UNTUIG SUiv\DI,
f(cdcG74;;. I'~iigGj'~,"

%~;G;?