Strategi Penanggulangan Bencana di Lemba
Strategi Penanggulangan Bencana di Lembaga Kearsipan Perguruan
Tinggi
Oleh : Gumelar Satya Dharma (071310113037)
Abstrak :
Lembaga kearsipan perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga pengelola
dan penyimpan arsip-arsip sebagai hasil dari kegiatan organisasi perguruan
tinggi haruslah melakukan memiliki kepekaan terhadap kemungkinan terjadinya
suatu bencana yang tidak dapat terprediksikan kapan datangnya. Melalui adanya
suatu upaya penanggulangan bencana yang baik di dalam lembaga kearsipan
diharapkan dapat meminimalkan dampak yang terjadi semisal bencana itu
datang menerpa. Dalam artikel yang disusun dengan menggunakan metode
studi bahan pustaka ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
strategi-strategi apa yang bisa diambil dalam kegiatan penanggulangan bencana
di lembaga kearsipan. Adapun strategi-strategi tersebut penulis sajikan dengan
berdasarakan tahapan-tahapan kegiatan penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Adapun tahapan-tahapan tersebut terbagi menjadi tiga tahap yaitu
tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca bencana.
Latar Belakang
Lembaga kearsipan sebagai sebuah lembaga yang bertanggung jawab
dalam hal pengelolaan dan penyimpanan arsip memiliki sebuah peranan yang
cukup vital dalam kehidupan berorganisasi instansi induknya. Hal ini tak terlepas
dari tugas utamanya sebagai sebuah lembaga pengelola dan penyimpan
informasi-informasi terekam yang dihasilkan oleh instansi induknya. Dimana
didalam lembaga kearsipan tersimpan berbagai macam informasi terekam yang
tercipta sebagai bukti dari berjalannya roda organisasi yang dapat berfungsi
sebagai sumber informasi untuk keperluan-keperluan seperti hukum,
administrasi, kepentingan-kepentingan pembuktian otentik dalam kehidupan
berorganisasi, dan sebagainya.
Perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi wajib memiliki
sebuah lembaga kearsipan yang bertugas dalam melakukan pengelolaan dan
penyimpanan terhadap arsip-arsip yang dihasilkan. Wursanto (1989 : 12)
mengatakan “Kearsipan memegang peranan penting bagi kelancaran jalannya
organisasi, yaitu sebagai sumber informasi, dan sebagai pusat ingatan bagi
organisasi”. Hal ini disebabkan di dalam kehidupan organisasi suatu perguruan
tinggi ataupun lembaga-lembaga lainnya keberadaan arsip dapat berfungsi
sebagai fungsi penunjang kelancaran jalannya roda organisasi yang berjalan
dengan fungsinya sebagai sumber informasi dan pusat ingatan bagi organisasi.
Dalam kaitannya sebagai suatu sumber informasi dan ingatan dari suatu
organisasi khususnya dalam hal ini perguruan tinggi maka keberadaan arsip
harus dijaga dengan baik. Hal ini dikarenakan didalam arsip-arsip yang
tersimpan di dalam lembaga kearsipan tersebut dapat berfungsi sebagai alat
bantu pengambilan suatu kebijakan di lingkungan perguruan tinggi, sebagai alat
bukti otentik atas berbagai macam aset yang dimiliki oleh perguruan tinggi, dan
juga sebagai alat pendukung kegiatan pengawasan penyelenggaran pendidikan
di lingkungan perguruan tinggi.
Menyadari akan fungsi penting dari keberadaan arsip yang tersimpan di
lembaga kearsipan. Maka pengelolaan lembaga kearsipan haruslah dilakukan
dengan baik agar arsip-arsip yang tersimpan dapat terkelola dan tersimpan
secara baik. Salah bentuk dari wujud kesiapan pengelolaan lembaga kearsipan
adalah adanya suatu kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
suatu bencana. Baik bencana yang terjadi secara alami maupun akibat ulah
manusia. Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007, pengertian bencana yaitu
merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh factor alam dan/atau non-alam maupun factor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Bencana sebagai suatu kejadian yang tidak
diinginkan terjadi tentunya harus disikapi dengan sikap yang bijaksana dan
dalam bentuk langkah nyata seperti misalnya menciptakan upaya-upaya atau
strategi-strategi apa yang perlu dilakukan dalam meminimalkan dampak
bencana yang menerpa ataupun bahkan meniadakan dampak bencana terhadap
lembaga kearsipan. Oleh karena itu, pada artikel karya tulis ini penulis
membahas mengenai strategi-strategi apa saja yang dapat diambil oleh lembaga
kearsipan perguruan tinggi sebagai upaya dalam menanggulangi ancaman
bencana yang tidak dapat terprediksikan secara pasti kapan datangnya.
Pembahasan
Manfaat penting kegiatan penanggulangan bencana bagi lembaga
kearsipan
Pengertian penanggulangan bencana berdasarkan UU Nomor 24 Tahun
2007 yaitu serangkaian upaya atau usaha yang meliputi kegiatan penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan bencana,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekontruksi. Sebagai sebuah kegiatan yang
merupakan bentuk wujud nyata dari sikap kesiapsiagaan dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana yang tidak bisa diduga kapan datangnya maka
kegiatan penanggulangan bencana harus direncanakan dan diwujudnyatakan
dalam bentuk pengaplikasian di lapangan. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk
setidaknya memperkecil dampak yang terjadi semisal jika bencana benar-benar
terjadi.
Sebagai upaya untuk memperkecil atau bahkan meniadakan dampak
kerugian pada lembaga kearsipan yang dapat ditimbulkan dari terjadinya suatu
bencana maka kegiatan bencana sangat membawa dampak yang bermanfaat
dari berbagai segi berbagai macam segi seperti misalnya aspek ekonomi dan
sosial. Jika ditinjau dari segi ekonomi maka kegiatan penanggulangan bencana
lebih dinilai dari kecilnya jumlah nominal kerugian yang terjadi. Sedangkan jika
ditinjau dari segi sosial maka dengan adanya kegiatan penanggulangan bencana
dapat membawa dampak semakin terjalinnya hubungan kerjasama antara
lembaga kearsipan perguruan tinggi dengan unit lain dalam satu instansi dan
juga dengan instansi luar seperti misalnya BNPB, Basarnas, pemadam
kebakaran, dan sebagainya
Adapun manfaat lain yang dapat ditimbulkan dengan adanya kegiatan
penanggulangan bencana ini antara lain seperti misalnya meningkatkan
meningkatkan sikap awas dari lembaga kearsipan dalam mengahadapi ancaman
bencana, dapat membiasakan para pegawai untuk tidak berbuat berbuat
ceroboh dalam bekerja (misalnya saja pada kasus bencana akibat ulah manusia
seperti misalnya kebakaran), mendorong lembaga kearsipan untuk lebih siaga
dalam melindungi arsip-arsip yang disimpannya, dan sebagainya.
Strategi penanggulangan bencana di lembaga kearsipan kearsipan
perguruan tinggi
Dalam kegiatan penanggulangan bencana di dalam lembaga kearsipan
sangatlah dibutuhkan strategi-strategi yang tepat kaitannya untuk dapat
meminimalkan kerugian akibat dari bencana yang yang datang terjadi.
Berdasarkan UU nomor 24 Tahun 2007, disebutkan bahwa kegiatan
penyelenggaraan penanggulangan bencana yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
prabencana, saat tanggap bencana, dan pascabencana. Berikut ini penulis akan
memberikan beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat meminimalkan
kerugian yang tercipta sebagai akibat dari terjadinya bencana:
1. Tahap Prabencana
Membuat suatu prosedur tetap (protap) tentang kegiatan
penanggulangan bencana di lembaga kearsipan perguruan tinggi
Menerapkan aturan larangan merokok bagi seluruh pegawai
Mengadakan sosialisasi dan pelatihan tentang kebencanaan
Melakukan penataan ruang untuk memudahkan evakuasi pegawai
maupun pegawai
Menyiapkan alat komunikasi seperti handy talky, handphone, dan
sebagainya
Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti hydrant
2. Tahap tanggap darurat
Melakukan penyelamatan terhadap seluruh pegawai dan aset yang
masih bisa untuk diselamatkan
Menempatkan aset-aset yang berhasil di evakuasi ke tempat
penampungan yang dirasa aman
Menghubungi instansi kebencanaan seperti misalnya basarnas,
BNPB, atau pemadam kebakaran jika bencana yang terjadi sudah
tidak dapat teratasi
3. Tahap pascabencana
Melakukan pendataan terhadap kondisi aset yang dimniliki baik
yang masih dalam kondisi baik ataupun rusak
Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang rusak
Melakukan
pencarian
terhadap
lokasi
sementara
bagi
keberlangsungan layanan kearsipan usai bencana
Kesimpulan
Dalam rangka menyikapi kemungkinan terjadinya suatu bencana maka
lembaga kearsipan perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga bertugas dalam
melakukan pengelolaan dan penyimpanan terhadap arsip-arsip yang dihasilkan
dari kegiatan kehidupan organisasi wajib memiliki kesadaran dalam melindungi
arsip-arsip yang dikelolanya agar dapat terlindungi dari kemungkinan ancaman
bencana yang menghadang. Maka kegiatan penanggulangan bencana sebagai
salah satu upaya serius dalam perlindungan arsip beserta aset-aset penting lain
yang dimiliki oleh lembaga kearsiapan haruslah dikedepankan dan dijalankan
secara sungguh-sungguh. Dengan adanya kesungguhan dalam menjalankan
kegiatan penanggulangan bencana maka kemungkinan akan terjadinya dampak
yang buruk terhadap arsip dan aset-aset yang dimiliki oleh lembaga kearsipan
perguruan tinggi dapat diminimalkan dengan adanya kegiatan pengantisipasian
tersebut. Hal ini disebabkan dalam kegiatan penanggulangan bencana yang
terbagi kedalam tiga tahap yaitu tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan
tahap pascabencana telah terdapat perencanaan dan juga aksi apa yang akan
dilakukan jika bencana benar terjadi.
Saran
Berikut ini penulis akan memberikan saran berkaitan dengan kegiatan
penanggulangan bencana di lembaga kearsipan perguruan tinggi. Saran ini
penulis tujukan kepada para pengambil kebijakan ataupun pihak-pihak yang
berkecimpung di lingkungan perguruan secara umum dan di lingkungan
kearsipan perguruan tinggi secara khusus seperti misalnya rektor, pembantu
rektor, kepala unit kearsipan, dan seluruh tenaga pegawai kearsipan. Adapun
saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: (1) Lembaga kearsipan perlu
membuat suatu prosedur tetap yang berguna sebagai suatu bahan pedoman
dalam kegiatan penanggulangan bencana baik pada tahap prabencana, tahap
tanggap darurat, dan tahap pascabencana; (2) Perlu adanya penataan ruang di
gedung atau ruang kearsipan yang mempertimbangkan pada kemudahan akan
proses pengevakuasian manusia dan seluruh aset-aset penting yang dimiliki oleh
lembaga kearsipan; (3) Lembaga kearsipan perlu mengadakan sosialisasi dan
pelatihan atau simulasi penanggulangan bencana bagi seluruh pegawainya.
Adapun kegiatan sosialisasi dan pelatihan kebencanaan bisa dilakukan dengan
mengundang instansi kebencanaan seperti . Hal ini perlu dilakukan agar para
pegawai mengerti akan tugas atau tindakan apa yang harus dilakukan semisal
terjadi suatu bencana baik itu bencana alam ataupun bencana yang ditimbulkan
oleh kelalaian manusia; (4) Lembaga kearsipan perguruan tinggi perlu
melakukan penyediaan alat-alat bantu kegiatan penanggulangan bencana
seperti misalnya hydrant, handy talky, truk/atau kendaraan serba guna
pengangkut aset-aset berharga.
Daftar Pustaka
Wursanto, Ignatius. 1989. Kearsipan 1, Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius
UU no 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Tinggi
Oleh : Gumelar Satya Dharma (071310113037)
Abstrak :
Lembaga kearsipan perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga pengelola
dan penyimpan arsip-arsip sebagai hasil dari kegiatan organisasi perguruan
tinggi haruslah melakukan memiliki kepekaan terhadap kemungkinan terjadinya
suatu bencana yang tidak dapat terprediksikan kapan datangnya. Melalui adanya
suatu upaya penanggulangan bencana yang baik di dalam lembaga kearsipan
diharapkan dapat meminimalkan dampak yang terjadi semisal bencana itu
datang menerpa. Dalam artikel yang disusun dengan menggunakan metode
studi bahan pustaka ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
strategi-strategi apa yang bisa diambil dalam kegiatan penanggulangan bencana
di lembaga kearsipan. Adapun strategi-strategi tersebut penulis sajikan dengan
berdasarakan tahapan-tahapan kegiatan penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Adapun tahapan-tahapan tersebut terbagi menjadi tiga tahap yaitu
tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca bencana.
Latar Belakang
Lembaga kearsipan sebagai sebuah lembaga yang bertanggung jawab
dalam hal pengelolaan dan penyimpanan arsip memiliki sebuah peranan yang
cukup vital dalam kehidupan berorganisasi instansi induknya. Hal ini tak terlepas
dari tugas utamanya sebagai sebuah lembaga pengelola dan penyimpan
informasi-informasi terekam yang dihasilkan oleh instansi induknya. Dimana
didalam lembaga kearsipan tersimpan berbagai macam informasi terekam yang
tercipta sebagai bukti dari berjalannya roda organisasi yang dapat berfungsi
sebagai sumber informasi untuk keperluan-keperluan seperti hukum,
administrasi, kepentingan-kepentingan pembuktian otentik dalam kehidupan
berorganisasi, dan sebagainya.
Perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi wajib memiliki
sebuah lembaga kearsipan yang bertugas dalam melakukan pengelolaan dan
penyimpanan terhadap arsip-arsip yang dihasilkan. Wursanto (1989 : 12)
mengatakan “Kearsipan memegang peranan penting bagi kelancaran jalannya
organisasi, yaitu sebagai sumber informasi, dan sebagai pusat ingatan bagi
organisasi”. Hal ini disebabkan di dalam kehidupan organisasi suatu perguruan
tinggi ataupun lembaga-lembaga lainnya keberadaan arsip dapat berfungsi
sebagai fungsi penunjang kelancaran jalannya roda organisasi yang berjalan
dengan fungsinya sebagai sumber informasi dan pusat ingatan bagi organisasi.
Dalam kaitannya sebagai suatu sumber informasi dan ingatan dari suatu
organisasi khususnya dalam hal ini perguruan tinggi maka keberadaan arsip
harus dijaga dengan baik. Hal ini dikarenakan didalam arsip-arsip yang
tersimpan di dalam lembaga kearsipan tersebut dapat berfungsi sebagai alat
bantu pengambilan suatu kebijakan di lingkungan perguruan tinggi, sebagai alat
bukti otentik atas berbagai macam aset yang dimiliki oleh perguruan tinggi, dan
juga sebagai alat pendukung kegiatan pengawasan penyelenggaran pendidikan
di lingkungan perguruan tinggi.
Menyadari akan fungsi penting dari keberadaan arsip yang tersimpan di
lembaga kearsipan. Maka pengelolaan lembaga kearsipan haruslah dilakukan
dengan baik agar arsip-arsip yang tersimpan dapat terkelola dan tersimpan
secara baik. Salah bentuk dari wujud kesiapan pengelolaan lembaga kearsipan
adalah adanya suatu kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
suatu bencana. Baik bencana yang terjadi secara alami maupun akibat ulah
manusia. Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007, pengertian bencana yaitu
merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh factor alam dan/atau non-alam maupun factor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Bencana sebagai suatu kejadian yang tidak
diinginkan terjadi tentunya harus disikapi dengan sikap yang bijaksana dan
dalam bentuk langkah nyata seperti misalnya menciptakan upaya-upaya atau
strategi-strategi apa yang perlu dilakukan dalam meminimalkan dampak
bencana yang menerpa ataupun bahkan meniadakan dampak bencana terhadap
lembaga kearsipan. Oleh karena itu, pada artikel karya tulis ini penulis
membahas mengenai strategi-strategi apa saja yang dapat diambil oleh lembaga
kearsipan perguruan tinggi sebagai upaya dalam menanggulangi ancaman
bencana yang tidak dapat terprediksikan secara pasti kapan datangnya.
Pembahasan
Manfaat penting kegiatan penanggulangan bencana bagi lembaga
kearsipan
Pengertian penanggulangan bencana berdasarkan UU Nomor 24 Tahun
2007 yaitu serangkaian upaya atau usaha yang meliputi kegiatan penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan bencana,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekontruksi. Sebagai sebuah kegiatan yang
merupakan bentuk wujud nyata dari sikap kesiapsiagaan dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana yang tidak bisa diduga kapan datangnya maka
kegiatan penanggulangan bencana harus direncanakan dan diwujudnyatakan
dalam bentuk pengaplikasian di lapangan. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk
setidaknya memperkecil dampak yang terjadi semisal jika bencana benar-benar
terjadi.
Sebagai upaya untuk memperkecil atau bahkan meniadakan dampak
kerugian pada lembaga kearsipan yang dapat ditimbulkan dari terjadinya suatu
bencana maka kegiatan bencana sangat membawa dampak yang bermanfaat
dari berbagai segi berbagai macam segi seperti misalnya aspek ekonomi dan
sosial. Jika ditinjau dari segi ekonomi maka kegiatan penanggulangan bencana
lebih dinilai dari kecilnya jumlah nominal kerugian yang terjadi. Sedangkan jika
ditinjau dari segi sosial maka dengan adanya kegiatan penanggulangan bencana
dapat membawa dampak semakin terjalinnya hubungan kerjasama antara
lembaga kearsipan perguruan tinggi dengan unit lain dalam satu instansi dan
juga dengan instansi luar seperti misalnya BNPB, Basarnas, pemadam
kebakaran, dan sebagainya
Adapun manfaat lain yang dapat ditimbulkan dengan adanya kegiatan
penanggulangan bencana ini antara lain seperti misalnya meningkatkan
meningkatkan sikap awas dari lembaga kearsipan dalam mengahadapi ancaman
bencana, dapat membiasakan para pegawai untuk tidak berbuat berbuat
ceroboh dalam bekerja (misalnya saja pada kasus bencana akibat ulah manusia
seperti misalnya kebakaran), mendorong lembaga kearsipan untuk lebih siaga
dalam melindungi arsip-arsip yang disimpannya, dan sebagainya.
Strategi penanggulangan bencana di lembaga kearsipan kearsipan
perguruan tinggi
Dalam kegiatan penanggulangan bencana di dalam lembaga kearsipan
sangatlah dibutuhkan strategi-strategi yang tepat kaitannya untuk dapat
meminimalkan kerugian akibat dari bencana yang yang datang terjadi.
Berdasarkan UU nomor 24 Tahun 2007, disebutkan bahwa kegiatan
penyelenggaraan penanggulangan bencana yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
prabencana, saat tanggap bencana, dan pascabencana. Berikut ini penulis akan
memberikan beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat meminimalkan
kerugian yang tercipta sebagai akibat dari terjadinya bencana:
1. Tahap Prabencana
Membuat suatu prosedur tetap (protap) tentang kegiatan
penanggulangan bencana di lembaga kearsipan perguruan tinggi
Menerapkan aturan larangan merokok bagi seluruh pegawai
Mengadakan sosialisasi dan pelatihan tentang kebencanaan
Melakukan penataan ruang untuk memudahkan evakuasi pegawai
maupun pegawai
Menyiapkan alat komunikasi seperti handy talky, handphone, dan
sebagainya
Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti hydrant
2. Tahap tanggap darurat
Melakukan penyelamatan terhadap seluruh pegawai dan aset yang
masih bisa untuk diselamatkan
Menempatkan aset-aset yang berhasil di evakuasi ke tempat
penampungan yang dirasa aman
Menghubungi instansi kebencanaan seperti misalnya basarnas,
BNPB, atau pemadam kebakaran jika bencana yang terjadi sudah
tidak dapat teratasi
3. Tahap pascabencana
Melakukan pendataan terhadap kondisi aset yang dimniliki baik
yang masih dalam kondisi baik ataupun rusak
Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang rusak
Melakukan
pencarian
terhadap
lokasi
sementara
bagi
keberlangsungan layanan kearsipan usai bencana
Kesimpulan
Dalam rangka menyikapi kemungkinan terjadinya suatu bencana maka
lembaga kearsipan perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga bertugas dalam
melakukan pengelolaan dan penyimpanan terhadap arsip-arsip yang dihasilkan
dari kegiatan kehidupan organisasi wajib memiliki kesadaran dalam melindungi
arsip-arsip yang dikelolanya agar dapat terlindungi dari kemungkinan ancaman
bencana yang menghadang. Maka kegiatan penanggulangan bencana sebagai
salah satu upaya serius dalam perlindungan arsip beserta aset-aset penting lain
yang dimiliki oleh lembaga kearsiapan haruslah dikedepankan dan dijalankan
secara sungguh-sungguh. Dengan adanya kesungguhan dalam menjalankan
kegiatan penanggulangan bencana maka kemungkinan akan terjadinya dampak
yang buruk terhadap arsip dan aset-aset yang dimiliki oleh lembaga kearsipan
perguruan tinggi dapat diminimalkan dengan adanya kegiatan pengantisipasian
tersebut. Hal ini disebabkan dalam kegiatan penanggulangan bencana yang
terbagi kedalam tiga tahap yaitu tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan
tahap pascabencana telah terdapat perencanaan dan juga aksi apa yang akan
dilakukan jika bencana benar terjadi.
Saran
Berikut ini penulis akan memberikan saran berkaitan dengan kegiatan
penanggulangan bencana di lembaga kearsipan perguruan tinggi. Saran ini
penulis tujukan kepada para pengambil kebijakan ataupun pihak-pihak yang
berkecimpung di lingkungan perguruan secara umum dan di lingkungan
kearsipan perguruan tinggi secara khusus seperti misalnya rektor, pembantu
rektor, kepala unit kearsipan, dan seluruh tenaga pegawai kearsipan. Adapun
saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: (1) Lembaga kearsipan perlu
membuat suatu prosedur tetap yang berguna sebagai suatu bahan pedoman
dalam kegiatan penanggulangan bencana baik pada tahap prabencana, tahap
tanggap darurat, dan tahap pascabencana; (2) Perlu adanya penataan ruang di
gedung atau ruang kearsipan yang mempertimbangkan pada kemudahan akan
proses pengevakuasian manusia dan seluruh aset-aset penting yang dimiliki oleh
lembaga kearsipan; (3) Lembaga kearsipan perlu mengadakan sosialisasi dan
pelatihan atau simulasi penanggulangan bencana bagi seluruh pegawainya.
Adapun kegiatan sosialisasi dan pelatihan kebencanaan bisa dilakukan dengan
mengundang instansi kebencanaan seperti . Hal ini perlu dilakukan agar para
pegawai mengerti akan tugas atau tindakan apa yang harus dilakukan semisal
terjadi suatu bencana baik itu bencana alam ataupun bencana yang ditimbulkan
oleh kelalaian manusia; (4) Lembaga kearsipan perguruan tinggi perlu
melakukan penyediaan alat-alat bantu kegiatan penanggulangan bencana
seperti misalnya hydrant, handy talky, truk/atau kendaraan serba guna
pengangkut aset-aset berharga.
Daftar Pustaka
Wursanto, Ignatius. 1989. Kearsipan 1, Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius
UU no 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana