II.3.1 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang
bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Terdapat bermacam-macam tingkat penetrasi aspal yang dapat
digunakan dalam campuran antara lain 4050, 6070, 80100. Umumnya aspal yang digunakan di Indonesia adalah penetrasi 6070 [3]. Aspal harus memenuhi ketentuan
sebagaimana ditunjukkan pada table II.3.
Tabel II.3 Pengujian dan Persyaratan Aspal Penetrasi 6070 NO
SIFAT FISIK SATUAN
PERATURAN
1 Penetrasi, 25ºC, 100 gr, 5 detik
0.1 mm 60 – 70
2 Titik Lembek, 25
o
C
o
C ≥ 48
3 Titik nyala
o
C ≥ 232
4 Daktalitas, 25
o
C Cm
≥ 100 5
Kelarutan dalam Trichloroethylene ≥ 99
6 Penurunan berat
≤ 0.8 7
Berat Jenis Mm
≥ 1.0 8
Penetrasi residu, 25ºC, 100 gr, 5 detik 0.1mm
≥ 54 9
Daktalitas, 25
o
C, cm Cm
≥ 100
II.3.2 Agregat
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu,
dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan jalan, dimana agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran, umumnya berkisar 90 - 95 dari
berat total campuran. II.3.2.1 Agregat Kasar
a. Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah tertahan ayakan no. 8 2,36 mm yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, dan awet dan
bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel II.4.
b. Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
c. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang diisyaratkan dalam Tabel II.2. Agularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat
agregat yang lebih besar dari 4, 75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut Pennsylvania DoT’s Test Method No. 621.
d. Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih. e. Fraksi Agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampang dingin cold bin feeds sedemikian rupa sehinggan gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan
dengan baik. Agregat kasar pada campuran beraspal berfungsi memberikan kekuatan yang
pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan kondisi saling mengunci interlocking dari masing-masing partikel agregat. Agregat kasar
mempunyai peranan sebagai pengembang volume mortar, menjadikan campuran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan mortar terhadap kelelehan flow dan meningkatkan stabilitas.
Tabel II.4 Ketentuan Agregat Kasar
PENGUJIAN STANDARD
NILAI Kekekalan bentuk agregat terhadap
larutan Natrium dan Magnesium Sulfat
SNI 3407 – 2008
Maks. 12
Abrasi dengan mesin Los Angeles
Campuran AC bergradasi kasar
SNI 2417 – 2008
Maks. 30 Semua jenis
campuran aspal bergradasi
lainnya Maks. 40
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-
1991 Min. 95
Angularitas kedalaman dari permukaan 10 cm
DoT’s Pennsylvania
Test Method, PTM No. 621
9590
1
Angularitas kedalaman dari permukaan
≥ 10 cm 8075
1
Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791
Pebandingan 1 : 5
Maks. 10
Material lolos ayakan No. 200 SNI 03-4142-
1996 Maks. 1
Catatan : 9590 menunjukkan bahwa 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua
atau lebih.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.3.2.2 Agregat Halus a. Agregat halus terdiri atas sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 8 2,36 mm.
b. Fraksi agregat halus pecah dari mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari agregat kasar.
c. Agregat halus harus terdiri dari partikel bersih, keras, dan bebas dari lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki.
d. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada table II.5.
Agregat halus harus merupakan materal yang bersih, keras dan bebas dari lempung. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus teridir dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan no. 8 2.36 mm. Agregat harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan table III.3
Tabel II.5 Ketentuan Agregat Halus
PENGUJIAN STANDARD
NILAI
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997
Minimal 50 untuk SS,HRS, dan AC
bergradasi halus. Minimal 70 untuk
AC bergradasi kasar. Material Lolos Ayakan
No. 200 SNI 03-4428-1997
Maks. 8 Angularitas
kedalaman dari permukaan 10 cm
AASHTO TP 33 atau ASTM C1252 – 93
Min. 45 Angularitas
kedalaman dari permukaan
≥ 10 cm Min. 40
Kadar Lempung SNI 3423-2008
Maks. 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.3.3 Bahan Anti Pengelupasan