METODOLOGI PENELITIAN Studi Pengaruh Penggunaan Variasi Filler Semen, Serbuk Bentonit, Dan Flyash Batubara Terhadap Karakteristik Campuran Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-Base)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Diagram Alir Penelitian Tidak Ya Studi literatur Persiapan Aspal Persiapan Agregat Aspal Pen 6070 AgregatKasar Agregat halus Pemeriksaan Propertis Aspal Berat jenis Penetrasi Daktalitas TFOT Kelarutan aspal Softening Flash Point Viscositas PengujianAgregat Analisa saringan Los Angeles Berat Jenis Kelekatan agregat Pipih Lonjong Angularitas Lolos no. 200 Memenuhi spesifikasi ? A mulai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian A Persiapan dan pembuatan benda uji AC-Base Aspal Curah Pen 6070 spesifikasi 2010 Pengujian campuran dengan alat Marshall 2 x 112 tumbukan Pembuatan dan pengujian kepadatan membal refusal 2 x 600 tumbukan KAO didapatkan Variasi Filler Semen, Abu Batu Bara, Serbuk Bentonit 100 dan 50 : 50 Persiapan dan pembuatan benda uji AC-Base Marshall sisa spesifikasi 2010 Pengujian campuran dengan alat Marshall Persentase Marshall Sisa Hasil penelitian dan pembahasan Selesai Kesimpulan dan Saran UNIVERSITAS SUMATERA UTARA III.2 Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan yang digunakan untuk pengujian adalah : a. Material yang digunakan - Agregat kasar yang digunakan disarankan berupa batu pecah atau kerikil yang keras, kering, awet, bersih dan bebas dari bahan organik, asam dan bahan lain yang mengganggu, sedangkan agregat halus yang digunakan pada umumnya merupakan produk dari mesin pemecah batu stonecrusher atau dari pasir alam. - Untuk bahan aspal menggunakan aspal curah dengan penetrasi 6070. - Bahan tambah menggunakan Anti Stripping Agent yang diperoleh dari PT. Karya Murni Perkasa, Patumbak. - Filler menggunakan Semen, Serbuk Bentonit, Abu batubara dengan variasi Batubara 100, Semen 50 : Batubara 50, Semen 100, Semen 50 : Bentonit 50, Bentonit 100. - Jumlah benda uji adalah 240 sampel Parameter AC-Base Kasar AC-Base Halus Standart 60 60 PRD 36 36 Marshall Sisa 24 24 Total 120 120 Total benda uji 240 sampel b. Peralatan yang digunakan - Alat uji pemeriksaan aspal Alat yang digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain: alat uji penetrasi, alat uji titik lembek, alat uji titik nyala dan titik bakar, alat uji daktilitas, alat uji berat jenis piknometer dan timbangan, alat uji kelarutan, dan TFOT. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Alat uji pemeriksaan agregat Alat uji yang digunakan untuk pemeriksaan agregat antara lain mesin Los Angeles tes abrasi, saringan standar, alat pengering oven, timbangan berat. - Alat uji karakteristik campuran agregat aspal Alat uji yang digunakan adalah seperangkat alat untuk metode Marshall. III.3. Pengujian Campuran Beraspal III.3.1. Uji Marshall Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan stabilitas terhadap kelelehan plastis flow dari campuran beraspal dan nilai retained stability. Pada pengujian alat Marshall, hal pertama yang dilakukan adalah menghitung perkiraan awal KAO Pb dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : �� = 0,035 �� + 0,045 �� + 0,18 �� + � Dimana : Pb = Kadar aspal optimum perkiraan CA = Agregat kasar tertahan saringan No.8 FA = Agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan di saringan No.200 Filler = Agregat halus lolos saringan No.200 K = Konstanta, dengan nilai 0,5 untuk penyerapan agregat yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat yang tinggi. Dengan terlebih dahulu membulatkan nilai Pb sampai 0,5 terdekat, kemudian siapkan benda uji Marshall pada lima variasi kadar aspal masing-masing 2 dua benda uji, yaitu -1,0, -0,5, Pb, +0,5, +1,0. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Persiapan campuran Pada pengujian dengan alat Marshall, dibuat dua benda uji untuk lima variasi kadar aspal terhadap berat total campuran. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ±4000 gr sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 7,5 cm. Panaskan pan pencampuran beserta agregat dengan suhu ± 150ºC di atas suhu pencampur untuk aspal panas dan aduk sampai merata. Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah sampai agregat terlapis merata. b. Pemadatan benda uji Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran dengan spatula yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian dalam. Sewaktu melakukan pemadatan, peneliti tidak mencatat berapa suhu pemadatan. Letakkan cetakan di atas landasan padat, dalam pemegang cetakan, lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 112 kali atau sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm, selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada cetaka. Lepaskan keping alat kemudian balikkan alat cetak berisi benda uji dan pasang kembali. Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji. Dengan hati-hati keluarkan dan letakkan benda uji di atas permukaan rata yang halus, biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Prosedur percobaan 1. Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel 2. Berikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji 3. Ukur benda uji dengan ketelitian 0,1 mm 4. Timbang benda uji 5. Rendam kira-kira 24 jam pada suhu ruang 6. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi 7. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh 8. Rendam benda uji dalam bak perendaman selama 30 menit sampai 40 menit. Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun guide rod dan permukaan dalam dari batang penekan test heads. Keluarkan benda uji dari bak perendaman dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan. Pasang segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji. 9. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji agar berada pada angka nol. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai dan catat pembebanan maksimum yang dicapai. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelahan sleeve pada saat pembebanan maksimum tercapai dan catat nilai kelelahan yang ditunjukkan oleh jarum arloji. 10. Untuk penambahan masing – masing jenis Filler dibuat dalam 5 variasi yaitu Batubara 100, Semen 50 : Batubara 50, Semen 100, Semen 50 : Bentonit 50, Bentonit 100. Setelah nilai stabilitas dan flow didapat, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemudian dihitung besarnya Hasil Bagi Marshall Marshall Quotient, Rongga diantara mineral agregat VMA, Rongga dalam campuran VIM dan Rongga terisi aspal VFB. Selanjutnya digambarkan grafik hubungan antara kadar aspal dengan masing-masing parameter Marshall yang telah dihitung sebelumnya. Kemudian dilakukan pengujian untuk mendapatkan nilai VIM refusal atau ��� ��� . Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara ��� ��� dengan kadar aspal. Dengan melihat pada batas-batas yang disyaratkan untuk semua parameter Marshall Stabilitas, Flow, MQ, VFB, VMA, VIM, dan ��� ��� , kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan Kadar Aspal Optimum KAO yang memenuhi semua kriteria campuran. III.3.2 Uji Rendaman Marshall Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan campuran terhadap pengaruh kerusakan oleh air. Air pada campuran beraspal dapat mengakibatkan berkurangnya daya lekat aspal terhadap agregat sehingga dapat melemahkan ikatan antar agregat. Pengujian dilakukan dengan membuat 48 benda uji pada KAO. Untuk 24 benda uji pertama dilakukan perendaman dalam air dengan suhu 60 ºC selama 24 jam dan lakukan pengujian Marshall, kemudian pada sisa benda uji dilakukan pengujian Marshall standar. Kehilangan stabilitas akibat perendaman di air diukur sebagai ketahanan terhadap pengaruh air. Perbandingan stabilitas pada benda uji yang direndam dengan yang standar disebut Indeks Kekuatan Marshall Sisa Marshall Index of Retained Strength yang dinyatakan dalam persen. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON.

0 3 13

PENDAHULUAN PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON.

0 5 5

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON.

0 2 9

Studi Pengaruh Penggunaan Abu Gunung Vulkanik Sinabung Sebagai Filler Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-Base)

0 1 1

Studi Pengaruh Penggunaan Abu Gunung Vulkanik Sinabung Sebagai Filler Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-Base)

0 0 45

Studi Pengaruh Penggunaan Abu Gunung Vulkanik Sinabung Sebagai Filler Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-Base)

0 0 6

Studi Pengaruh Penggunaan Abu Gunung Vulkanik Sinabung Sebagai Filler Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-Base)

0 0 1

Studi Pengaruh Penggunaan Abu Gunung Vulkanik Sinabung Sebagai Filler Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-Base)

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Pengaruh Penggunaan Variasi Filler Semen, Serbuk Bentonit, Dan Flyash Batubara Terhadap Karakteristik Campuran Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-Base)

0 0 25

STUDI PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI FILLER SEMEN, SERBUK BENTONIT, dan FLYASH BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN BETON LAPIS LAPISAN PONDASI ATAS (AC-BASE) TUGAS AKHIR - Studi Pengaruh Penggunaan Variasi Filler Semen, Serbuk Bentonit, Dan Flyash Batub

0 0 12