Unsur Tanpa Hak 2. Pembahasan Unsur-Unsur Pasal 28 ayat 2 UU ITE

peringatan dari pihak lainnya tentang informasi yang diunggahnya. Meski Alexander An telah menyatakan bahwa apa yang diperbuatnya hanya ingin mempelajari sains ilmu pengetahuan ilmiah karena terdakwa menyukai hal-hal yang baru dan kontroversial serta tidak ada maksud untuk melecehkan keyakinan orang-orang yang beragama Islam dan disamping itu tidak menyadari kalau orang akan salah paham dengan apa yang diperbuatnya. 74 Di sinilah titik penting mengenai tuduhan adanya penghinaan atau penodaan agama, pada satu sisi ada upaya untuk membuka ‘ruang’ debat secara terbuka melalui suatu forum misalnya Facebook, tetapi di sisi lain dianggap sebagai tindakan yang menghina atau menodai agama. Tindakan untuk membuka ruang perdebatan, kemudian dianggap sebagai tindakan yang menimbulkan kebencian dan ada pihak yang merasa keyakinannya dihina. Kasus Alexander An ini, mirip dengan apa yang dialami oleh Mirza Alfath, komentarnya di Facebook ditafsirkan pihak lain sebagai niat untuk menghina dan melecehkan suatu agama. Unsur dengan sengaja, diletakkan dalam perspektif pihak lain yang menilai, bukan pada niat sesungguhnya dari pihak yang dituduh.

2. Unsur Tanpa Hak

Sementara unsur ‘tanpa hak’ diartikan sebagai perbuatan melawan hukum dalam perspektif formal, yaitu suatu perbuatan yang dilarang oleh hukum formal atau UU formal dengan akibat diterapkannya hukuman bagi siapa saja yang melakukan dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam UU pidana formal. Bahwa dalam pembentukan UU dalam setiap ketentuan pidananya telah dirumuskan perbuatan melawan hukumnya atau perbuatan tidak sah atau tanpa hak. 75 Penjabaran yang demikian, merupakan penjabaran yang hampir serupa dalam kasus-kasus dengan tuduhan pelanggaran Pasal 28 ayat 2 UU ITE. Namun, penjabaran unsur perbuatan “tanpa hak” dalam kasus Alexander An, membingungkan dan tidak jelas korelasinya dengan tindakan pidana yang dilakukan. Majelis hakim menyatakan: “Menimbang, bahwa fakta yang terungkap dipersidangan Terdakwa pekerjaannya adalah selaku CPNS pada BAPPEDA Kabupaten Darmasraya bukan sebagai profesi wartawan oleh karenanya perbuatan terdakwa yang mem-posting atau me-link pada media internet dunia maya pada akun Facebook miliknya dengan nama profile Alex An maupun pada Facebook group Atheis Minang terhadap suatu informasi baru yang bersifat kontroversial di tengah-tengah masyarakat karena masih menjadi perdebatan debatable dengan atau memakai sarana Komputer milik Pemerintah Kabupaten Dharmasraya adalah jelas-jelas bertentangan dengan TUPOKSI selaku CPNS sebagai staf BAPPEDA Dharmasraya maupun bertentangan dengan misi dan visi BAPPEDA Dharmasraya dan di samping itu perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan tanpa izin dari otoritas pejabat yang berwenang dalam hal ini Menkominfo sehingga perbuatan terdakwa diklasifikasikan sebagai perbuatan tanpa hak”. Penjabaran argumen majelis hakim tersebut membingungkan, karena menjabarkan unsur “tanpa hak” keterangan bahwa terdakwa bukan wartawan, terkait dengan penggunaan komputer milik Pemda, bertindak tidak selaku tupoksinya sebagai CPNS, dan tidak ada izin dari otoritas berwenang dalam hal ini Menkominfo. Argumen ini dapat ditafsirkan bahwa karena bukan berprofesi wartawan Alexander An tidak dapat mem-posting atau me-link informasi baru, bermain Facebook dengan komputer Pemda dilarang, dan yang terakhir tidak jelas apa relevansi antara menyebarkan informasi dengan perlunya izin dari Menkominfo. 74 Putusan Nomor:45PID.B2012PN.MR. 75 Putusan Nomor:45PID.B2012PN.MR. pg. 30 Penjabaran yang lain mengenai unsur “tanpa hak” ini misalnya dalam kasus Dedi Rachman AK Ismail, majelis hakim menyatakan perbuatan tanpa hak adalah “zonder bevoegheid” atau tanpa ada hak yang ada pada diri sesorang, dan juga meliputi bertentangan dengan hak orang lain. Majelis hakim menyatakan: “Menimbang, bahwa mengenai penyebab kematian ... bukanlah kewenangan dari terdakwa untuk menyatakannya namun terdakwa menyatakannya kematian karena ... dalam posting di grup ...”. “Menimbang, bahwa pernyataan terdakwa dalam statusnya di jejaring sosial Facebook dalam grup ... telah melanggar hak-hak orang dari suku ...”. Pertimbangan tersebut diatas menunjukkan bahwa suatu pendapat jika tidak dinyatakan oleh pihak yang berwenang adalah perbuatan “tanpa hak”, dan pendapat juga dengan mudah dinyatakan sebagai “tanpa hak” jika dianggap ada hak-hak kelompok lain yang terlanggar. Dalam surat dakwaan jelas disebutkan sejumlah pernyataan dari terdakwa dengan anggota grup lain, yang sebetulnya lebih mirip dengan diskusi. Dengan argumentasi demikian, suatu ekspresi dan diskusi dalam suatu forum misalnya Facebook, akan dengan mudah dinyatakan sebagai perbuatan “tanpa hak”, terlebih suatu pendapat dengan mudah juga dianggap memenuhi unsur “tanpa hak” jika tidak mempunyai kewenangan untuk itu.

3. Unsur Menyebarkan Informasi