Prosedur Pemberian Fasilitas kemudahan Impor Tujuan Ekspor (Kite) Pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea Dan Cukai Jawa Barat

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat saat ini masih menghadapi permasalahan ekonomi domestik, sehingga dapat dikatakan pasar dunia sedang lemah dan mengalami masa-masa sulit. Namun, ekonomi Indonesia masih tangguh dalam menghadapi kecenderungan krisis ekonomi global saat ini karena posisi dan kondisi ekonomi nasional cukup kuat. Ketahanan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari struktur perekonomian Indonesia yang memiliki permintaan domestik yang tinggi terutama konsumsi rumah tangga sehingga dapat meminimalkan dampak perlambatan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat meskipun kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia masih tinggi (Bayu Krisnamurthi, 2011). Meskipun kondisi perekonomian Indonesia masuk dalam kategori ekonomi yang sehat, namun krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat membuat Indonesia harus tetap waspada (Hatta Rajasa, 2011).

Krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat berimbas pada perekonomian Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2011 tercatat mengalami perlambatan. Meski tetap tumbuh namun pertumbuhannya melambat. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2011 tercatat sebesar 3,5 persen dibandingkan kuartal II-2011 atau mencapai 6,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Slamet Sutomo, 2011).


(2)

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah pasti akan berdampak pada melambatnya kinerja perdagangan internasional. Pasalnya, melambatnya pertumbuhan ekonomi akan menurunkan permintaan dan harga produk komoditas. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya nilai ekspor dan impor pada periode tersebut. Ekspor pada triwulan III-2011 tercatat tumbuh 5,2 persen dari Rp 300,2 triliun menjadi Rp 315,8 triliun. Dibandingkan dengan triwulan II-2011, pertumbuhan tersebut menurun sebesar 7,2 persen. Kondisi serupa terjadi terhadap impor. Pada triwulan II-2011, impor tumbuh 6,5 persen, sedangkan pada triwulan III-2011 pertumbuhannya melambat menjadi hanya 2,4 persen. Jika hal ini terjadi, bisa jadi target penerimaan negara dari sektor perdagangan internasional yaitu bea masuk dan bea keluar tak akan tercapai (Fadhil Hasan, 2011).

Untuk mengantisipasi hal ini, Indonesia harus terus mengembangkan potensi pasar-pasar ekspor baik ekspor migas maupun non migas yang baru ke kawasan lain sehingga ekspor tidak terkena dampak yang luas akibat krisis tersebut. Tujuan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa cukup mengkhawatirkan karena krisis yang saat ini tengah terjadi. Pelaku ekspor bisa mengembangkan pasar ke kawasan lain seperti Timur Tengah, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Gita Wirjawan, 2011). Sedangkan China dan India akan tetap menjadi tujuan ekspor Indonesia karena sekalipun terjadi perlambatan, ekonomi dua negara Asia itu diperkirakan masih tetap tumbuh cukup tinggi (Perry Warjiyo, 2011). Walaupun strategi mengembangkan potensi pasar-pasar ekspor baik ekspor migas maupun non migas yang baru ke kawasan lain ini akan sulit mengingat


(3)

produk Indonesia masih relatif baru di pasar tersebut (Edimon Ginting, 2011). Selain itu karakteristik produk ekspor Indonesia yang didominasi oleh produk sumber daya alam, atau bahan mentah, turut menjaga ekspor nasional dari dampak krisis yang lebih jauh (Perry Warjiyo, 2011).

Salah satu upaya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai untuk mendorong dan meningkatkan ekspor khususnya ekspor non migas adalah dengan memberikan sebuah fasilitas yang disebut Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) kepada perusahaan-perusahaan sebagai pelaku bisnis. Sebenarnya fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) bukan hal baru yang kewenangannya kini dijalankan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Fasilitas tersebut memang sejak awalnya ada, yaitu pada jaman panjajahan Belanda dulu. Pada saat itu, fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri di Indonesia sehingga perekonomian dapat menjadi lebih baik (Adams Rudhy Kembuan, 2008).

Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) sebenarnya sangat membantu pengusaha dalam menjalankan usahanya, karena selain mereka dapat meningkatkan nilai produksinya, juga dapat mengatur keuangan perusahaan dengan sebaik mungkin. Selain itu fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dipandang cukup meringankan pengusaha sehingga mereka dapat mengatur cash flow dengan baik. Dengan adanya fasilitas tersebut, perusahaan-perusahaan besar yang saat itu ada dan hingga kini masih berjalan baik, seperti pabrik sepatu Bata, PT. Honda, Indomobil, Toyota, Nestle, Unilever, Bridgestone, pabrik ban Goodyear, Yamaha, dan lain-lain langsung memanfaatkannya dan


(4)

memberikan keuntungan bagi mereka, baik untuk persaingan dengan negara lain, maupun untuk efisiensi produksi yang saat itu mereka rasakan cukup berat (Adams Rudhy Kembuan, 2008).

Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) ini terbagi menjadi dua.

1. Fasilitas pembebasan yang merupakan fasilitas pembebasan bea masuk dan atau cukai serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) tidak dipungut atas impor barang dan atau untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain yang hasilnya untuk tujuan ekspor atau diserahkan ke kawasan berikat kemudian di ekspor kembali.

2. Fasilitas pengembalian yang merupakan pengembalian bea masuk dan atau cukai yang telah dibayar atas impor barang lain yang hasilnya untuk tujuan ekspor atau diserahkan ke kawasan berikat (Kusdirman Iskandar, 2008). Untuk mendapatkan fasilitas pembebasan dan/atau pengembalian, perusahaan wajib memiliki Nomor Induk Perusahaan (NIPER) yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Untuk mendapatkan Nomor Induk Perusahaan (NIPER), perusahaan harus mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai secara elektronik (Adams Rudhy Kembuan, 2008).

Namun hingga saat ini fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) masih mengalami beberapa kendala. Pertama jaminan. Selama ini tidak ada


(5)

keseragaman bentuk, jenis, jangka waktu serta dasar hukum mengenai jaminan, seperti Customs Bond, diberikan selama jangka waktu penangguhan ditambah 30 hari, dan 14 hari setelah jatuh tempo harus segera dicairkan, sedangkan jaminan bank 5 hari setelah jatuh tempo harus dicairkan. Kedua, kendala pada monitoring dan pengawasan. Saat ini data base pada TIM Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) belum di update lagi, sehingga monitoring terhadap Data Induk Perusahaan (DIPER)/Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan jaminan tidak optimal. Ketiga, aplikasi. Saat ini belum terintegrasinya seluruh dokumen pemberitahuan pabean secara elektronik, belum sempurnanya aplikasi monitoring jaminan antara Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang akan dicairkan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang masih dalam proses BCL.KT01, belum tersedianya aplikasi jaminan terhadap importir yang terkena bea masuk anti dumping dan yang mendapat pembebasan cukai, dan belum berjalannya rekonsiliasi Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dengan outward manifes. (Kusdirman Iskandar, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai prosedur pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) baik fasilitas pembebasan maupun fasilitas pengembalian yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan sebagai pelaku bisnis dengan mengambil judul “Prosedur Pemberian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat”.


(6)

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Penulis melakukan kerja praktek pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah kerja praktek.

a. Maksud Kerja praktek

Maksud dari kerja praktek adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai prosedur pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

b. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan penulis dalam melaksanakan kerja praktek yaitu :

1. Untuk mengetahui prosedur pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui kendala pada prosedur pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Adapun kegunaan kerja praktek ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak sebagai berikut :


(7)

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai prosedur pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

b. Bagi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat Dapat menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam hal mengevaluasi dan menyempurnakan kegiatan dalam prosedur pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

c. Bagi Pihak Lain

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pihak lain khususnya mengenai prosedur pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat serta dapat menjadi bahan referensi dalam pembuatan laporan ilmiah lainnya.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis menggunakan metode Block Release, yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan pada waktu tertentu. Penulis melakukan kerja praktek di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat mulai tanggal 4 Juli 2011 sampai dengan 3 Agustus 2011.

Agar dapat tersusunnya laporan kerja praktek ini dilakukan beberapa teknik pengumpulan data, adapun teknik-teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut :


(8)

1. Studi Lapangan (Field Research)

Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini, penulis menggunakan cara diantaranya sebagai berikut :

a. Pengamatan (Observation)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada perusahaan. Observasi dilaksanakan pada bagian fasilitas kepabeanan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tatap muka langsung dengan pihak yang bersangkutan kemudian dilakukan tanya jawab secara lisan sehingga diperoleh data-data yang diperlukan untuk membantu dalam memecahkan masalah yang akan dibahas. Wawancara dilakukan kepada para pegawai bagian fasilitas kepabeanan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

c. Dokumentasi (Document)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan bahan tertulis berupa data-data yang diperoleh dari bagian fasilitas kepabeanan.


(9)

2. Studi Pustaka (Library Research)

Merupakan suatu teknik yang mengumpulkan data yang dipergunakan untuk memperoleh data secara teoritis yaitu dengan mempelajari buku, catatan dan literatur lain yang berkaitan dengan pembahasan laporan kerja praktek ini.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kerja praktek pada bagian fasilitas kepabeanan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat yang berlokasi di Gedung Keuangan Negara Lantai III, Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung.

Adapun waktu kerja praktek dilaksanakan mulai tanggal 4 Juli 2011 hingga 3 Agustus 20011.

Tabel 1.1

Aktivitas Kerja praktek

No Hari Waktu Keterangan

1 Senin- Jumat 08.00-12.00 WIB Kegiatan aktivitas KP

2 Sabtu- Minggu - Libur


(10)

Tabel 1.2

Aktivitas Kanwil DJBC Jawa Barat

No Hari Waktu Keterangan

1 Senin- Jumat

08.00-16.00 WIB 12.00-13.00 WIB

Kegiatan aktivitas kantor Istirahat

2 Sabtu- Minggu - Libur

Tabel 1. 3

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

Tahap Kegiatan 2011 Juni 2011 Juli Agst 2011 2011 Sept 2011 Okt 2011 Nov 2011 Des

1

Tahap Persiapan :

1. Mengambil surat

permohonan KP 2. Mencari tempat KP

2

Tahap Pelaksanaan :

1. Mengajukan surat

permohonan KP ke

perusahaan 2. KP di perusahaan

3

Tahap Pelaporan :

1. Menyusun laporan KP 2. Bimbingan KP

3. Penyempurnaan laporan KP


(11)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan organisasi vertikal di bawah Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan tugas pokok tersebut maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) melaksanakan pemungutan, pertama, Bea Masuk dan Bea Keluar atas

barang-barang berdasarkan peraturan perundang-undangan pabean yang berlaku dan pungutan lainnya, kedua, Cukai atas barang-barang tertentu yang

peredarannya dibatasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perkembangan perdagangan internasional yang sangat pesat, didorong oleh tuntutan kebutuhan akan barang dari luar negeri yang disebabkan tidak semua kebutuhan dapat diproduksi di dalam negeri, serta perkembangan industri di dalam negeri mendorong terjadinya kegiatan ekspor. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan perdagangan


(12)

internasional yang cukup tinggi, serta memiliki tingkat pertumbuhan industri yang sangat pesat. Oleh karena itu, untuk memudahkan pemerintah dalam memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan di bidang kepabeanan dan untuk menekan biaya sehingga dapat mendukung kegiatan industri, maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) membentuk Kantor Wilayah di Kota Bandung sebagai Ibu kota Provinsi Jawa Barat yang diberi nama Kantor Wilayah V Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Bandung yang sekarang bernama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan salah satu diantara kantor-kantor wilayah dibawah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat berdiri pada tahun 1992, bertempat di Gedung Keuangan Negara, Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung.

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan unit vertikal Eselon II DJBC, yang membawahi delapan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC), yaitu: KPPBC Soekarno Hatta, KPPBC Bogor, KPPBC Bekasi, KPPBC Merak, KPPBC Purwakarta, KPPBC Bandung, KPPBC Cirebon dan KPPBC Tasikmalaya. Namun sejak Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat dan membentuk provinsi terpisah, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) pun mereorganisasi diri dengan membentuk kantor wilayah baru yaitu Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Banten. Oleh karena itu, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) yang secara geografis terletak di wilayah Provinsi Banten bergabung dengan


(13)

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Banten. Terdapat dua KPPBC yang semula berada di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat bergabung dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Banten, yaitu KPPBC Merak dan KPPBC Soekarno Hatta. Saat ini Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat hanya membawahi enam KPPBC, yaitu: KPPBC Tipe Madya Pabean Bekasi, KPPBC Tipe Madya Pabean Bogor, KPPBC Tipe Madya Pabean Purwakarta, KPPBC Tipe Madya Pabean Bandung, KPPBC Tipe A2 Cirebon, dan KPPBC Tipe A3 Tasikmalaya.

Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat mempunyai tugas melaksanakan kordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan dan cukai di wilayah Jawa Barat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

a. Visi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sejajar dengan institusi Kepabeanan dan Cukai dunia di bidang kinerja dan citra sesuai dengan Standar Internasional.

b. Misi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Mengamankan hak keuangan negara, memfasilitasi perdagangan, mendukung industri dan melindungi masyarakat.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) menetapkan misi yang saling terkait yaitu:


(14)

1. Memberikan pelayanan terbaik di bidang kepabeanan dan cukai yang sederhana dengan berbasis teknologi informasi.

2. Mengembangkan pengawasan yang efektif dalam rangka penegakan hukum di bidang kepabeanan dan cukai serta perlindungan masyarakat. 3. Mengembangkan institusi kepabeanan dan cukai yng berdaya guna dan

berhasil guna.

4. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri dan investasi.

5. Mengembangkan kerjasama internasional di bidang kepabeanan dan cukai.

c. Strategi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Strategi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

dalam pencapaian visi dan misi adalah ”Profesionalisme sumber daya manusia, efisiensi dalam organisasi dan pelayanan.”

d. Komitmen Harian Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Pencapaian visi dan misi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat dirumuskan ke dalam strategi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat. Agar strategi tersebut dapat berjalan optimal, ditetapkan lima komitmen harian Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, yaitu:

1. Tingkatkan pelayanan;


(15)

3. Pastikan pengguna jasa bekerja sesuai ketentuan; 4. Hentikan perdagangan ilegal;

5. Tingkatkan integritas.

2.2 Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri atas fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu sasaran. Struktur organisasi secara fisik dinyatakan dalam bentuk gambar grafik dan atau bagan yang memperlihatkan unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan unit vertikal eselon I dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Keuangan dalam pemungutan bea masuk dan cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) membentuk unit vertikal eselon II hingga eselon V di lingkungannya. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan salah satu unit vertikal eselon II Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) tersebut. Struktur organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mulai dari unit vertikal eselon I sampai unit vertikal eselon II ditunjukan pada Gambar 2.1.


(16)

Gambar 2.1: Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Struktur organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat ditunjukan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Sumber: Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

Bidang Kepabeanan dan Cukai

Subbagian Kepegawaian dan KI

Subbagian Humas dan Rumah Tangga

Subbagian TU dan Keuangan

Bidang Fasilitas Kepabeanan

Bidang Penindakan dan

Penyidikan Bidang Audit

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Sekretariat Direktorat Jenderal

Direktorat Teknis Kepabeanan

Bagian Organisasi

dan Tata Laksana Bagian Kepegawaian Bagian Keuangan

Direktorat

Fasilitas Kepabeanan Direktorat Cukai

Direktorat Penindakan dan Penyidikan

Bagian Perlengkapan Bagian Umum

Direktorat Audit Direktorat Kepabeanan Internasional

Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai

Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai

Kantor Wilayah / Kantor Pelayanan Utama


(17)

2.3 Uraian Tugas (Job Description) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Uraian tugas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Wilayah DJBC

Melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan dan cukai dalam wilayah kerjanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, ketatausahaan dan rumah tangga, penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas, dan evaluasi kinerja serta penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai.

a. Kepala Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal

Melakukan urusan kepegawaian, penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja, pemantauan dan pelaporan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.

b. Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat dan Rumah Tangga

Melakukan penyiapan bahan penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai, hubungan masyarakat, urusan rumah tangga, dan perlengkapan.


(18)

c. Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan

Melakukan urusan tata persuratan, kearsipan, penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas, serta urusan keuangan, anggaran, dan kesejahteraan pegawai.

3. Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai

Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan, pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai, serta pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai.

a. Kepala Seksi Pabean dan Cukai

Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, pemantauan dan evaluasi realisasi, dan penyusunan laporan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai, bimbingan teknis, penyiapan bahan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan tatalaksana impor dan ekspor, klasifikasi barang, nilai pabean, penyiapan bahan rekomendasi dan perijinan di bidang impor dan ekspor, serta evaluasi pelaksanaan tatalaksana dan fasilitas di bidang cukai, penyiapan bahan rekomendasi dan perijinan, dan fasilitas di bidang cukai.

b. Kepala Seksi Keberatan dan Banding

Melakukan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai dan penyiapan administrasi urusan banding.


(19)

c. Kepala Seksi Informasi Kepabeanan dan Cukai

Melakukan penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi dan pelaporan kepabeanan dan cukai.

4. Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan

Melaksanakan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang tempat penimbunan, melaksanakan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan dan evaluasi pelaksanaan serta fasilitasi di bidang kepabeanan.

a. Kepala Seksi Fasilitas Pabean

Melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang tempat penimbunan, pelaksanaan pemberian perijinan di bidang tempat penimbunan serta pemberian fasilitas di bidang kepabeanan lainnya.

b. Kepala Seksi Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

Melakukan pemberian fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor. 5. Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan

Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan, pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai.


(20)

a. Kepala Seksi Intelijen

Melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan intelijen di bidang kepabeanan dan cukai, pengumpulan, analisis, penyajian, dan penyebaran informasi intelijen dan hasil intelijen, serta pengelolaan pangkalan data intelijen.

b. Kepala Seksi Penindakan

Melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan patroli dan operasi pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan, penindakan di bidang kepabeanan dan cukai, pengendalian tindak lanjut hasil penindakan, serta pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan senjata api Kantor Wilayah.

c. Kepala Seksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan

Melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai, pemantauan tindak lanjut hasil penyidikan, pengumpulan data pelanggaran dan data penyelesaian pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai, penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan, barang bukti, pelelangan dan premi.

6. Kepala Bidang Audit

Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi hasil audit di bidang kepabeanan dan cukai.


(21)

a. Kepala Seksi Perencanaan Audit

Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana pelaksanaan audit di bidang Kepabeanan dan cukai.

b. Kepala Seksi Pelaksanaan Audit

Melakukan penatausahaan pelaksanaan audit, pemantauan pelaksanaan audit, pelaporan pelaksanaan audit di bidang Kepabeanan dan cukai.

c. Kepala Seksi Evaluasi Audit

Melakukan evaluasi hasil audit di bidang kepabeanan dan cukai.

2.4 Aspek Kegiatan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat

Kegiatan yang dilakukan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, adalah sebagai berikut:

1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;


(22)

3. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. Pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai serta penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(23)

BAB III

PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melaksanakan kerja praktek di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat. Penulis ditempatkan pada Bidang Fasilitas Kepabeanan bagian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Dalam pelaksanaan kerja praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan instansi.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Teknis pelaksanaan yang dilakukan penulis dalam melaksanakan kerja praktek di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat adalah dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya sebagai berikut:

1. Mengenal ruang lingkup, keadaan dan kondisi tempat kerja praktek.

2. Mempelajari peraturan-peraturan sebagai dasar hukum yang berkaitan dengan kegiatan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

3. Memeriksa kelengkapan dokumen pembebasan/pengembalian Bea Masuk 4. Menyusun dokumen-dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan

Pemberitahuan Impor Barang (PIB) perusahaan-perusahaan yang mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).


(24)

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Pemberian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

(KITE)

Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) adalah pemberian pembebasan dan/atau pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.

Jenis fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE):

1. Pembebasan adalah pembebasan Bea Masuk (BM) dan/atau Cukai atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor atau diserahkan ke Kawasan Berikat.

a. Pada saat impor bahan baku: Bea Masuk/Cukai bebas, PPN/PPnBM tidak dipungut (tetapi dengan jaminan).

b. PPh Pasal 22 dibayar.

c. Jaminan dikembalikan setelah ekspor/dijual ke Kawasan Berikat. 2. Pengembalian adalah pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai yang telah

dibayar atas impor barang dan/ atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang telah diekspor atau diserahkan ke Kawasan Berikat.

a. Pada saat impor, Bea Masuk/Cukai/PPN/PPnBM dibayar.


(25)

Ketentuan umum lainnya yang perlu diketahui:

a. Tidak dapat diberikan pembebasan atau pengembalian Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) terhadap bahan bakar, minyak pelumas dan barang modal.

b. Hasil produksi dapat dijual ke dalam negeri setelah ekspor/dijual ke kawasan berikat, maksimum 25%-nya. Tetapi tidak diberikan pembebasan atau pengembalian.

c. Hasil produksi sampingan, sisa hasil produksi, hasil produksi yang rusak dan bahan baku yang rusak yang bahan bakunya berasal dari impor oleh perusahaan dapat dijual ke dalam negeri atau dimusnahkan.

3.3.1.1Prosedur Penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER)

Setiap perusahaan yang akan mengajukan permohonan untuk memperoleh Pembebasan dan/atau Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut harus memiliki Nomor Induk Perusahaan (NIPER) yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah. Untuk mendapatkan Nomor Induk Perusahaan (NIPER), perusahaan harus mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah secara elektronik.

Nomor Induk Perusahaan (NIPER) hanya dapat diberikan kepada perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut:


(26)

a. Mempunyai reputasi sangat baik yang tercermin dari profil perusahaan dalam kegiatan ekspor serta mempunyai bidang usaha (nature of business) yang jelas dan spesifik;

b. Tidak pernah menyalahgunakan fasilitas di bidang kepabeanan selamasatu tahun terakhir;

c. Tidak pernah salah memberitahukan jumlah dan jenis barang selama satu tahun terakhir;

d. Tidak mempunyai tunggakan utang berupa kekurangan pembayaran Bea Masuk kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC);

e. Telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak mendapatkan opini disclaimer atau adverse; f. Melakukan pengolahan, perakitan, dan/atau memasang bahan baku pada

barang lain sehingga mengubah sifat utama dan/atau bentuk bahan baku menjadi hasil produksi yang hasil produksinya untuk tujuan ekspor;

g. Memiliki lokasi untuk kegiatan produksi dan tempat penimbunan bahan baku dan barang jadi; dan

h. Memiliki Sistem Informasi Teknologi untuk pengelolaan pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari perusahaan yang bersangkutan yang dapat diakses untuk kepentingan pemeriksaan bea dan Cukai.

Perusahaan yang telah disetujui permohonan Nomor Induk Perusahaan (NIPER)-nya, wajib:

a. memasang papan nama di lokasi perusahaannya dengan tulisan:


(27)

NIPER : ………

b. memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah setiap perubahan data yang terdapat dalam Data Induk Perusahaan (DIPER).

Nomor Induk Perusahaan (NIPER) yang telah dimiliki oleh perusahaan dapat dicabut oleh Kepala Kantor Wilayah dalam hal:

a. perusahaan tidak melakukan kegiatan impor barang dan/ atau bahan untuk memproduksi barang ekspor dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung sejak:

1. Nomor Induk Perusahaan (NIPER) diterbitkan; atau

2. tanggal realisasi ekspor dan/atau penyerahan ke Kawasan Berikat terakhir.

b. perusahaan tidak memberitahukan perubahan data dalam Data Induk Perusahaan (DIPER) dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak perubahan terjadi;

c. atas permintaan yang bersangkutan, setelah dilakukan audit atas Pembebasan dan/atau Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut yang telah diperolehnya.

Dalam hal perusahaan penerima pembebasan dan/atau pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut Nomor Induk Perusahaan (NIPER)-nya dicabut, Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM yang terutang serta sanksi wajib dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pencabutan.


(28)

Prosedur penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan Nomor Induk Perusahaan (NIPER), perusahaan harus

mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah secara elektronik.

2. Berdasarkan pengajuan Data Induk Perusahaan (DIPER), Kantor Wilayah melakukan penelitian administratif dan lapangan terhadap kebenaran data dengan cara meneliti dokumen Data Induk Perusahaan (DIPER), mengadakan wawancara dan peninjauan pabrik.

3. Hasil penelitian administratif dan lapangan dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya data Data Induk Perusahaan (DIPER).

4. Dalam hal lokasi obyek pemeriksaan ada diluar wilayah pengawasan Kantor Wilayah bersangkutan, peninjauan pabrik dapat didelegasikan ke Kantor Pabean yang mengawasi lokasi obyek pemeriksaan.

5. Hasil penelitian administratif dan peninjauan pabrik dituangkan dalam Berita Acara Kesimpulan dan Hasil Survei.

6. Kepala Kantor Wilayah atau Pejabat yang ditunjuk melakukan penelitian kebenaran data dalam Data Induk Perusahaan (DIPER) dan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya Berita Acara Kesimpulan dan Hasil Survei , hasil penelitian dikirimkan secara elektronik kepada perusahaan berupa:

a. Penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dalam hal memenuhi persyaratan; atau


(29)

b. Penolakan dalam hal tidak memenuhi persyaratan.

Skema pengajuan Data Induk Perusahaan (DIPER) sampai mendapatkan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1: Proses Data Induk Perusahaan (DIPER) dan Nomor Induk Perusahaan (NIPER)

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Penjelasan Skema:

1. Perusahaan membuat data Data Induk Perusahaan (DIPER)

2. Perusahaan mentransfer data Data Induk Perusahaan (DIPER) ke disket

Proses DIPER dan NIPER

PERUSAHAAN KWDJBC KPPBC

Buat DIPER

Transfer Disket

Pengajuan

Loading Disket

Register

Pemeriksaan

Cetak NIPER

Kirim ke KPPCB Sistem Pengiriman Online Disetujui

Penolakan

NIPER

Database Impor/Ekspor

Y T


(30)

3. Perusahaan mengajukan berkas permohonan disertai disket Data Induk Perusahaan (DIPER)

4. Petugas Pendok (Peneliti Dokumen) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (KWDJBC) menerima berkas, melakukan pengecekan kelengkapan berkas, meloading data disket. Petugas Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (KWDJBC) melakukan pemeriksaan administratif dan pemeriksaan lapangan.

5. Petugas Pemeriksa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (KWDJBC) melakukan pemeriksaan dan finalisasi

6. Jika disetujui maka diterbitkan Nomor Induk Perusahaan (NIPER)

7. Data Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dikirim secara otomatis ke database Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai (KPPBC)

3.3.1.2 Prosedur Fasilitas Pembebasan

Prosedur pemberian fasilitas pembebasan atas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh Pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut Perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah. 2. Permohonan untuk memperoleh pembebasan PPN dan PPnBM tidak

dipungut dilampiri Formulir BCF.KT01 yang berisi rencana impor dan ekspor serta rincian kebutuhan barang dan/atau bahan baku impor dan hasil produksi selama 12 (dua belas) bulan serta Kantor Pabean tempat


(31)

pengeluaran barang dan/ atau bahan baku asal impor ke Kantor Wilayah secara elektronik.

3. Bagi perusahaan yang baru pertama kali mengajukan permohonan Pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut, dilampiri Formulir BCF.KT01 harus melampirkan: kontrak ekspor atau bukti realisasi ekspor selama 1 (satu) tahun sebelumnya, fotocopy NPWP, dan uraian proses produksi secara elektronik.

4. Persetujuan atau penolakan permohonan untuk memperoleh pembebasan PPN dan PPnBM tidak dipungut diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar. 5. Dalam hal permohonan untuk mendapat Pembebasan serta PPN dan

PPnBM tidak dipungut:

a. Disetujui, Kepala Kantor Wilayah menerbitkan Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut; atau

b. Tidak disetujui, Kepala Kantor Wilayah menerbitkan Surat Penolakan.

6. Dalam hal permohonan disetujui, pemohon wajib:

a. menyerahkan jaminan berupa Jaminan Bank, Customs Bond atau Surat Sanggup Bayar (SSB) kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar BM dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM yang terutang sebelum pengeluaran barang dilakukan;


(32)

b. menyimpan dan memelihara dokumen, buku-buku dan laporan yang berkaitan dengan kegiatan impor dan ekspor sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di Indonesia; c. menyampaikan laporan-laporan ke Kantor Wilayah

sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.

7. Meneruskan surat penolakan atau Surat Keputusan Pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut kepada Tata Usaha untuk dikirimkan kepada Perusahaan secara elektronik.

8. Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut dikirimkan secara elektronik ke Kantor Pabean tempat pengeluaran barang atau bahan baku asal impor.


(33)

Skema pengajuan BCF.KT01 sampai mendapatkan Surat Keputusan Pembebasan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2: Proses Surat Keputusan Pembebasan Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Proses Surat Keputusan Pembebasan

PERUSAHAAN KWDJBC KPPBC

Buat BCF.KT01/ Permohonan

Transfer Disket

Pengajuan

Pemeriksaan

Loading Disket

Register

Cetak Konsep

Finalisasi

Cetak

Kirim ke KPPBC Sistem Pengiriman Online Penolakan

SK Pembebasan

Database SK

Disetujui T


(34)

Penjelasan Skema:

1. Perusahaan membuat BCF.KT01

2. Perusahaan transfer data BCF.KT01 ke disket

3. Perusahaan mengajukan Berkas Permohonan disertai disket BCF.KT01 4. Petugas Pendok (Peneliti Dokumen) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai (KWDJBC) menerima berkas, melakukan pengecekan kelengkapan berkas, meloading data disket

5. Petugas Pemeriksa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (KWDJBC) melakukan pemeriksaan dan menerbitkan Konsep Surat Keputusan Pembebasan

6. Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan Surat Keputusan Pembebasan

7. Data Surat Keputusan Pembebasan dikirim secara otomatis ke database Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai (KPPBC)

3.3.1.3 Prosedur Fasilitas Pengembalian

Prosedur pemberian fasilitas pengembalian atas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut Perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah. 2. Permohonan pengembalian diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah


(35)

a. Laporan penggunaan barang dan/Bahan Asal Impor yang dimintakan Pengembalian (BCL.KT02), dan

b. Surat Sanggup Bayar (SSB)

3. Data Pemberitahuan Impor Barang (PIB) diproses lalu adanya konsep persetujuan, lalu keluarlah Surat Keputusan Persetujuan dari Surat Keputusan Persetujuan adanya Surat Perintah Membayar Kembali Bea Masuk dan Cukai (SPMK).

4. Pemohon mengajukan permohonan pengembalian secara tertulis disertai alasan sesuai dengan formulir yang telah ditentukan kepada disertai fotokopi salinan putusan lembaga banding (pengadilan pajak) kepada Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai.


(36)

Skema pengajuan BCF.KT02 sampai mendapatkan Surat Keputusan Pemberian Fasilitas Pengembalian (SKPFD) dan Surat Perintah Membayar Kembali Bea Masuk dan Cukai (SPMK) secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4: Proses Laporan Ekspor Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Proses Laporan Ekspor

PERUSAHAAN KWBC KPBC

Buat BCL.KT02/ Permohonan

Transfer Disket

Pengajuan

Pemeriksaan

Loading Disket

Register

Cetak Konsep

Finalisasi

Cetak Sistem Pengiriman Online Disetujui

Database PIB/BC25/

Penolakan

SKPFD SPMK

Y T


(37)

Penjelasan Skema:

1. Perusahaan menyiapkan berkas Laporan dan membuat data BCL.KT02 2. Perusahaan transfer data BCL.KT02 ke disket

3. Perusahaan mengajukan berkas permohonan disertai disket BCF.KT02 4. Petugas Pendok (Peneliti Dokumen) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

(KWBC) menerima berkas, melakukan pengecekan kelengkapan berkas, meloading data disket

5. Petugas Pemeriksa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (KWBC) melakukan pemeriksaan dan menerbitkan Konsep Surat Keputusan Pembebasan

6. Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Fasilitas Pengembalian (SKPFD) dan Surat Perintah Membayar Kembali Bea Masuk dan Cukai (SPMK)

3.3.2 Kendala dalam Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)

Kendala dalam Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah :

1. Jaminan. Selama ini tidak ada keseragaman bentuk,jenis, jangka waktu serta dasar hukum mengenai jaminan, seperti Customs Bond, diberikan selama jangka waktu penangguhan ditambah 30 hari, dan 14 hari setelah jatuh tempo harus segera dicairkan, sedangkan jaminan bank 5 hari setelah jatuh tempo harus dicairkan.


(38)

2. Monitoring dan pengawasan. Saat ini data base pada TIM Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) belum di update lagi, sehingga monitoring terhadap Data Induk Perusahaan (DIPER)/Nomor Induk perusahaan (NIPER) dan jaminan tidak optimal. Untuk itu perlu adanya optimalisasi monitoring terhadap Data Induk Perusahaan (DIPER)/Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan jaminan yang sudah jatuh tempo.

3. Aplikasi. Saat ini belum terintegrasinya seluruh dokumen pemberitahuan pabean secara elektronik, belum sempurnanya aplikasi monitoring jaminan antara Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang akan dicairkan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang masih dalam proses BCL.KT01, belum tersedianya aplikasi jaminan terhadap importir yang terkena bea masuk anti dumping dan yang mendapat pembebasan cukai, dan belum berjalannya rekonsiliasi PEB dengan outward manifes.

3.3.3 Upaya Mengatasi Kendala dalam Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)

Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk mengatasi kendala dalam Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), adalah:

1. Melakukan penyempurnaan peraturan yang lebih menunjang lagi, baik dalam hal pelayanan maupun dalam hal pengawasan. Salah satunya penyempurnaan mengenai ketentuan jaminan, antara lain Customs Bond, jaminan bank,dan jaminan tertulis.


(39)

2. Evaluasi performance perusahaan dengan beberapa bentuk kegiatan, seperti melakukan seleksi ketat terhadap permohonan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) kepada perusahaan/importir baru dengan cara, analisis permohonan untuk memastikan bahwa fasilitas yang diminta sesuai dengan tujuan pemberian fasilitas. Selain itu, dilakukan pula pengecekan dan penelusuran secara mendalam terhadap permohonan baru untuk menghindari pemberian ijin kepada perusahaan yang sama dan telah dibekukan atau dicabut ijinnya namun dengan memakai nama yang baru. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap perusahaan penerima fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang sudah ada, data Data Induk Perusahaan (DIPER) yang didaftarkan pada saat awal diajukan permohonan perlu dilakukan penelitian ulang atau update data.

3. Menciptakan software aplikasi pendukung yang lebih baik karena dengan adanya kelemahan dalam pengolahan data dengan aplikasi komputer akan menciptakan kerawanan.


(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pelaksanaan kerja praktek dan setelah penulis menganalisa kegiatan yang berkaitan dengan pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fasilitas Kemudahan Impr Tujuan Ekspor (KITE) terbagi menjadi dua, yaitu fasilitas pembebasan dan fasilitas pengembalian. Untuk mendapatkan fasilitas tersebut, perusahaan harus memiliki Nomor Induk Perusahaan (NIPER).

2. Prosedur penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER), yaitu: perusahaan mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah secara elektronik kemudian Kantor Wilayah melakukan penelitian administratif dan lapangan terhadap kebenaran data dengan cara meneliti dokumen DIPER, mengadakan wawancara dan peninjauan pabrik. Kemudian hasil dari penelitian administatif dan lapangan tersebut dituangkan ke dalam Berita Acara Kesimpulan dan Hasil Survei. Kepala Kantor Wilayah atau Pejabat yang ditunjuk melakukan penelitian kebenaran data dalam DIPER. Hasil penelitian tersebut berupa penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) atau penolakan akan dikirim secara elektronik kepada perusahaan.


(41)

3. Prosedur pemberian fasilitas pembebasan atas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), yaitu: perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah yang dilampiri Formulir BCF.KT01. Jika permohonan disetujui, Kepala Kantor Wilayah akan menerbitkan Surat Keputusan Pembebasan dan jika permohonan ditolak, Kepala Kantor Wilayah akan menerbitkan Surat Penolakan.

4. Prosedur pemberian fasilitas pengembalian atas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), yaitu: perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah yang dilampiri Formulir BCF.KT02 dan Surat Sanggup Bayar (SSB). Jika permohonan disetujui, Kepala Kantor Wilayah akan menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan berupa Surat Keputusan Pemberian Fasilitas Pengembalian (SKPFD) dan Surat Perintah Membayar Kembali Bea Masuk dan Cukai (SPMK).

5. Kendala dalam fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), yaitu: jaminan, monitoring dan pengawasan, serta aplikasi.

6. Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk mengatasi kendala dalam Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), yaitu: penyempurnaan peraturan yang lebih menunjang lagi, evaluasi performance perusahaan dan evaluasi ulang terhadap perusahaan penerima fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang sudah ada, serta menciptakan software aplikasi pendukung yang lebih baik.


(42)

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama melaksanakan kerja praktek pada Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan bisa bermanfaat dan demi peningkatan serta kemajuan bagi instansi dimasa yang akan datang. Penulis menyarankan perlu dilakukannya pengarahan dan sosialisasi, diantaranya:

1. Mengadakan workshop atau pelatihan secara periodik kepada perusahaan-perusahaan sebagai pelaku bisnis agar perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan tersebut mendapatkan informasi dan lebih memahami mengenai fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

2. Menambah frekuensi monitoring pelaksanaan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) untuk memastikan bahwa pelaksanaannya berjalan dengan baik.

3. Melakukan inspeksi mendadak kepada perusahaan penerima fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), sehingga diharapkan dapat meminimalisasi pelanggaran yang mungkin akan dilakukan oleh perusahaan. Sehingga potensi kerugian negara dari penyalahgunaan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dapat dihindari sedini mungkin.


(43)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang S1 Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : FIKI LESTARI NIM : 21108099

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Edimon. (2011). Krisis Global Akan Gerus Ekspor RI. Diakses pada 25

Nopember, 2011 dari World Wide Web:

http://www.antaranews.com/berita/286284/krisis-global-akan-gerus-ekspor-ri.

Hasan, Fadhil. (2011). Target Penerimaan Negara Dari Perdagangan Internasional Tak Akan Tercapai. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari

World Wide Web:

http://nasional.kontan.co.id/v2/read/1321229713/82569/Target-penerimaan-negara-dari-perdagangan-internasional-tak-akan-tercapai-. Iskandar, Kusdirman. (2008). Fasilitas KITE: Perlu Penyempurnaan Peraturan.

Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://www.docstoc.com/docs/69701221/KITE#.

Kembuan, Adams Rudhy. (2008). Fasilitas KITE: Perlu Penyempurnaan Peraturan. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://www.docstoc.com/docs/69701221/KITE#.

Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-205/ BC / 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Ekspor dan Pengawasannya.

Krisnamurthi, Bayu. (2011). Ketahanan Ekspor Nasional Tetap Kuat. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://www.antaranews.com/berita/285947/ketahanan-ekspor-nasional-tetap-kuat.

Rajasa, Hatta. (2011). Hatta: Pasar Keuangan itu Tidak Stabil. Diakses pada 25

Nopember, 2011 dari World Wide Web:

http://economy.okezone.com/read/2011/11/25/20/534299/hatta-pasar-keuangan-itu-tidak-stabil.

Sutomo, Slamet. (2011). BI : Krisis Eropa Masih Mengancam 2012. Diakses pada

25 Nopember, 2011 dari World Wide Web:

http://www.antaranews.com/berita/286137/bi--krisis-eropa-masih-mengancam-2012.

Warjiyo, Perry. (2011). BI: Ekspor Indonesia Pasti Kena Dampak Krisis, tapi.... Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/15/11463087/BI.Ekspor.I ndonesia.Pasti.Kena.Dampak.Krisis.tapi.


(45)

Wirjawan, Gita. (2011). Mendag: Indonesia Terus Kembangkan Pasar Ekspor. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web:


(46)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Fiki Lestari

Tempat tanggal lahir : Purbalingga, 14 Desember 1990 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Hegarmanah no. 32 Bandung 40141

DATA PENDIDIKAN

SD Negeri Isola II Bandung 1996 - 2002 SMP Negeri 12 Bandung 2002 - 2005 SMA Negeri 6 Bandung 2005 - 2008 Universitas Komputer Indonesia Bandung 2008-Sekarang .


(47)

yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Laporan kerja praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, yang berjudul “Prosedur Pemberian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Jawa Barat”. Laporan ini disusun sebagai syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah kerja praktek.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Selama penyusunan laporan kerja praktek ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus dan dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(48)

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ely Suhayati, S.E., Ak., M.Si., selaku Dosen Wali Kelas Akuntansi-2. 6. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan laporan kerja praktek yang telah berkenan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina, dan mengarahkan penulis sehingga laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan.

7. I Made Wirayudha selaku Kepala Seksi Bidang Keberatan dan Banding Kantor Wilayah Direktorat Jenderal bea dan Cukai Jawa Barat atas arahan dan bimbingannya.

8. Mia Nur Amelia selaku Staf Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat dan pembimbing perusahaan dalam penyusunan laporan kerja praktek yang telah berkenan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina, dan mengarahkan penulis selama penulis melaksanakan kerja praktek.

9. Seluruh staf Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat yang telah membantu penyelesaian laporan kerja praktek ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(49)

Komputer Indonesia.

12.Kedua orang tua dan kakak tercinta, do’a dan kasih sayang kalian selalu menjadi kekuatan dan motivasi bagi penulis dalam menyusun laporan kerja praktek ini, semoga saya dapat menjadi kebanggaan keluarga.

13.Sahabat-sahabat tercinta yang selama ini sama-sama berjuang yang saling memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan usulan penulisan ini.

14.Semua teman-teman kelas Akuntansi 2 angkatan 2008 terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

15.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat yang besar khususnya bagi penulis dan bagi semua pihak yang membaca pada umumnya.

Bandung, Desember 2011 Penulis

Fiki Lestari 21108099


(1)

43

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Edimon. (2011). Krisis Global Akan Gerus Ekspor RI. Diakses pada 25

Nopember, 2011 dari World Wide Web:

http://www.antaranews.com/berita/286284/krisis-global-akan-gerus-ekspor-ri.

Hasan, Fadhil. (2011). Target Penerimaan Negara Dari Perdagangan Internasional Tak Akan Tercapai. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari

World Wide Web:

http://nasional.kontan.co.id/v2/read/1321229713/82569/Target-penerimaan-negara-dari-perdagangan-internasional-tak-akan-tercapai-. Iskandar, Kusdirman. (2008). Fasilitas KITE: Perlu Penyempurnaan Peraturan.

Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://www.docstoc.com/docs/69701221/KITE#.

Kembuan, Adams Rudhy. (2008). Fasilitas KITE: Perlu Penyempurnaan Peraturan. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://www.docstoc.com/docs/69701221/KITE#.

Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-205/ BC / 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Ekspor dan Pengawasannya.

Krisnamurthi, Bayu. (2011). Ketahanan Ekspor Nasional Tetap Kuat. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://www.antaranews.com/berita/285947/ketahanan-ekspor-nasional-tetap-kuat.

Rajasa, Hatta. (2011). Hatta: Pasar Keuangan itu Tidak Stabil. Diakses pada 25

Nopember, 2011 dari World Wide Web:

http://economy.okezone.com/read/2011/11/25/20/534299/hatta-pasar-keuangan-itu-tidak-stabil.

Sutomo, Slamet. (2011). BI : Krisis Eropa Masih Mengancam 2012. Diakses pada

25 Nopember, 2011 dari World Wide Web:

http://www.antaranews.com/berita/286137/bi--krisis-eropa-masih-mengancam-2012.

Warjiyo, Perry. (2011). BI: Ekspor Indonesia Pasti Kena Dampak Krisis, tapi.... Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/15/11463087/BI.Ekspor.I ndonesia.Pasti.Kena.Dampak.Krisis.tapi.


(2)

Wirjawan, Gita. (2011). Mendag: Indonesia Terus Kembangkan Pasar Ekspor. Diakses pada 25 Nopember, 2011 dari World Wide Web:


(3)

45

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Fiki Lestari

Tempat tanggal lahir : Purbalingga, 14 Desember 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Hegarmanah no. 32 Bandung 40141

DATA PENDIDIKAN

SD Negeri Isola II Bandung 1996 - 2002

SMP Negeri 12 Bandung 2002 - 2005

SMA Negeri 6 Bandung 2005 - 2008

Universitas Komputer Indonesia Bandung 2008-Sekarang .


(4)

i

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Laporan kerja praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat,

yang berjudul “Prosedur Pemberian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan

Ekspor (KITE) Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat”. Laporan ini disusun sebagai syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah kerja praktek.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Selama penyusunan laporan kerja praktek ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus dan dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(5)

ii

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M. Si., selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ely Suhayati, S.E., Ak., M.Si., selaku Dosen Wali Kelas Akuntansi-2.

6. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan laporan kerja praktek yang telah berkenan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina, dan mengarahkan penulis sehingga laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan.

7. I Made Wirayudha selaku Kepala Seksi Bidang Keberatan dan

Banding Kantor Wilayah Direktorat Jenderal bea dan Cukai Jawa Barat atas arahan dan bimbingannya.

8. Mia Nur Amelia selaku Staf Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan

Internal Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat dan pembimbing perusahaan dalam penyusunan laporan kerja praktek yang telah berkenan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina, dan mengarahkan penulis selama penulis melaksanakan kerja praktek.

9. Seluruh staf Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa

Barat yang telah membantu penyelesaian laporan kerja praktek ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(6)

iii

10.Seluruh Staf Dosen Pengajar Universitas Komputer Indonesia yang

telah membekali penulis dengan pengetahuan.

11.Sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia.

12.Kedua orang tua dan kakak tercinta, do’a dan kasih sayang kalian selalu menjadi kekuatan dan motivasi bagi penulis dalam menyusun laporan kerja praktek ini, semoga saya dapat menjadi kebanggaan keluarga.

13.Sahabat-sahabat tercinta yang selama ini sama-sama berjuang yang saling memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan usulan penulisan ini.

14.Semua teman-teman kelas Akuntansi 2 angkatan 2008 terimakasih atas

dukungan dan bantuannya.

15.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat yang besar khususnya bagi penulis dan bagi semua pihak yang membaca pada umumnya.

Bandung, Desember 2011 Penulis

Fiki Lestari 21108099