Uji Laboratoriurn untuk Mengevaluasi Resistensi Cabai Merah (Capsicum annuum L.) terhadap Patogen Antraknosa (Colletotrichum capsici (Sydow) Butler and Bisby): Pengaruh Metode lnokulasi dan Tingkat Kernatangan Buah.
LUKITA DEW. Uji Laboratoriurn untuk Mengevaluasi Resistensi Cabai Merah
(Capsicum annuum L.) terhadap Patogen Antraknosa (Colletotrichum capsici (Sydow) Butler and Bisby): Pengaruh Metode lnokulasi dan Tingkat Kernatangan Buah.
(Di bawah birnbingan SUDARSONO).
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas cabai merah di Indonesia adalah
adanya serangan penyakit antraknosa pada buah. Tingkat kematangan buah diduga
berpengaruh terhadap intensitas serangan penyakit antraknosa pada cabai merah.
Salah satu cara pengendalian yang dilakukan adalah dengan melakukan
penanaman menggunakan varietas cabai merah yang resisten terhadap penyakit an,
,
-
traknosa. Untuk mengetahui respon galur-galur cabai merah terhadap penyakit maka
dilakukan suatu evaluasi resistensi. Hal ini dapat dilakukan di lapang maupun secara
terkontrol di rumah kaca atau di laboratorium.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui metode evaluasi resistensi dan tingkat kematangan buah yang tepat untuk memprediksi fenotipe respon resistensi suatu
galur cabai merah terhadap penyakit antraknosa.
Evaluasi resistensi dilaksanakan dengan dua metode inokulasi yaitu metode
celup dan metode tusuk sehingga terdapat dua percobaan. Perlakuan kontrol tanpa
inokulasi dilakukan sebagai pembanding kedua metode inokulasi tersebut. Masingmasing percobaan disusun secara acak lengkap faktorial dengan jumlah ulangan yang
tidak sama (berkisar antara 4-10). Setiap percobaan terdiri atas dua faktor perlakuan.
Faktor pertama adalah galur cabai merah yang terdiri atas delapan taraf yaitu galur C
1003, C 1006, C 1013, C 1023, C 1025, C 1027, C 1030 dan C 1068. Faktor ke dua
adalah tingkat kematangan buah yang terdiri atas tiga taraf yaitu buah cabai merah
dipanen saat benvama hijau, semburat merah dan merah. Setiap satu ulangan terdiri
dari satu buah cabai merah.
Metode inokulasi celup dan tusuk yang digunakan pada penelitian ini dapat
membedakan respon resistensi antar galur buah cabai merah terhadap penyakit antraknosa. Metode celup dan metode tusuk berkorelasi sangat positif sehingga pengujian dapat dilakukan pada masing-masing metode tersebut. Respon spesifik berdasarkan genotipenya ditunjukkan oleh masing-masing galur cabai merah yang diuji.
Metode tusuk lebih baik daripada metode celup karena respon resistensi yang ditunjukkan oleh metode tusuk lebih sesuai dengan kondisi lapang. Dari segi teknis pelaksanaan pun metode tusuk lebih baik daripada metode celup namun kriteria resistensi
pada metode celup lebih baik daripada metode tusuk.
Dilihat dari tingkat kematangan buah, pengujian resistensi,sebaiknya dilakukan
pada buah masak yaitu buah merah pada metode tusuk serta buah merah dan atau
semburat merah pada metode celup. Waktu pengamatan optimum yaitu saat respon
resistensi pada uji laboratorium cenderung mirip dengan pengamatan di lapangan
untuk kedua metode tersebut adalah pada 9 hari setelah inokulasi.
UJI LABORATORIUM UNTUK MENGEVALUASI RESlSTENSl
CABAl MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP PATOGEN
ANTRAKNOSA (Colletotrichum capsici (Sydow)Butler and
Bisby): PENGARUH METODE INOKULASI DAN TINGKAT
KEMATANGAN BUAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor
LUKITA D E W
A00495029
JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
(Capsicum annuum L.) terhadap Patogen Antraknosa (Colletotrichum capsici (Sydow) Butler and Bisby): Pengaruh Metode lnokulasi dan Tingkat Kernatangan Buah.
(Di bawah birnbingan SUDARSONO).
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas cabai merah di Indonesia adalah
adanya serangan penyakit antraknosa pada buah. Tingkat kematangan buah diduga
berpengaruh terhadap intensitas serangan penyakit antraknosa pada cabai merah.
Salah satu cara pengendalian yang dilakukan adalah dengan melakukan
penanaman menggunakan varietas cabai merah yang resisten terhadap penyakit an,
,
-
traknosa. Untuk mengetahui respon galur-galur cabai merah terhadap penyakit maka
dilakukan suatu evaluasi resistensi. Hal ini dapat dilakukan di lapang maupun secara
terkontrol di rumah kaca atau di laboratorium.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui metode evaluasi resistensi dan tingkat kematangan buah yang tepat untuk memprediksi fenotipe respon resistensi suatu
galur cabai merah terhadap penyakit antraknosa.
Evaluasi resistensi dilaksanakan dengan dua metode inokulasi yaitu metode
celup dan metode tusuk sehingga terdapat dua percobaan. Perlakuan kontrol tanpa
inokulasi dilakukan sebagai pembanding kedua metode inokulasi tersebut. Masingmasing percobaan disusun secara acak lengkap faktorial dengan jumlah ulangan yang
tidak sama (berkisar antara 4-10). Setiap percobaan terdiri atas dua faktor perlakuan.
Faktor pertama adalah galur cabai merah yang terdiri atas delapan taraf yaitu galur C
1003, C 1006, C 1013, C 1023, C 1025, C 1027, C 1030 dan C 1068. Faktor ke dua
adalah tingkat kematangan buah yang terdiri atas tiga taraf yaitu buah cabai merah
dipanen saat benvama hijau, semburat merah dan merah. Setiap satu ulangan terdiri
dari satu buah cabai merah.
Metode inokulasi celup dan tusuk yang digunakan pada penelitian ini dapat
membedakan respon resistensi antar galur buah cabai merah terhadap penyakit antraknosa. Metode celup dan metode tusuk berkorelasi sangat positif sehingga pengujian dapat dilakukan pada masing-masing metode tersebut. Respon spesifik berdasarkan genotipenya ditunjukkan oleh masing-masing galur cabai merah yang diuji.
Metode tusuk lebih baik daripada metode celup karena respon resistensi yang ditunjukkan oleh metode tusuk lebih sesuai dengan kondisi lapang. Dari segi teknis pelaksanaan pun metode tusuk lebih baik daripada metode celup namun kriteria resistensi
pada metode celup lebih baik daripada metode tusuk.
Dilihat dari tingkat kematangan buah, pengujian resistensi,sebaiknya dilakukan
pada buah masak yaitu buah merah pada metode tusuk serta buah merah dan atau
semburat merah pada metode celup. Waktu pengamatan optimum yaitu saat respon
resistensi pada uji laboratorium cenderung mirip dengan pengamatan di lapangan
untuk kedua metode tersebut adalah pada 9 hari setelah inokulasi.
UJI LABORATORIUM UNTUK MENGEVALUASI RESlSTENSl
CABAl MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP PATOGEN
ANTRAKNOSA (Colletotrichum capsici (Sydow)Butler and
Bisby): PENGARUH METODE INOKULASI DAN TINGKAT
KEMATANGAN BUAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor
LUKITA D E W
A00495029
JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000