3.2 Bahan-Bahan Penyusun Beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen portland, agregat halus, agregat kasar dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat
bervariasi untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang diinginkan. Biasanya perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan
penyusun beton yang lebih ekonomis dan efektif.
3.2.1 Semen Portland
Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utama ASTM C-150, 1985.
Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif. Menurut SNI
15-2049-2004, semen Portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu
Tipe I Ordinary Portland Cement OPC, semen untuk penggunaan umum,tidak
memerlukan persyaratan khusus panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat,
kekuatan awal Tipe II
Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap sulfat
sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang. Tipe III
High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan awal
tinggi cepat mengeras
Universitas Sumatera Utara
Tipe IV Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang memerlukan
panas hidrasi rendah, kekuatan awal rendah. Tipe V
High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang tahan
terhadap kadar sulfat tinggi.
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis OPC Ordinary Portland Cement atau Tipe I, yang diproduksi oleh PT. SEMEN
PADANG dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2 Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihailkan oleh alat-alat
pemecah batu, dan mempunyai ukuran butir terbesar 5mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus pasir yang dipakai dalam
campuran beton diperoleh dari quarry Sei Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus meliputi :
Analisa ayakan pasir
Pemeriksaan kadar lumpur pencucian pasir lewat ayakan no.200
Pemeriksaan kandungan organik colometric test
Pemeriksaan kadar liat clay lump
Pemeriksaan berat isi pasir
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi pasir
Universitas Sumatera Utara
Analisa Ayakan Pasir ASTM C136-84a
a. Tujuan :
Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus kehalusan pasir FM
b. Hasil pemeriksaan : Modulus kehalusan pasir FM : 2,84
Pasir dapat dikategorikan pasir sedang. c. Pedoman :
100 mm
0.15 ayakan
hingga tertahan
Komulatif FM
=
Berdasarkan nilai modulus kehalusan FM, agregat halus dibagi dalam beberapa kelas, yaitu :
Pasir halus
: 2,20 FM 2,60
Pasir sedang : 2,60 FM 2,90
Pasir kasar : 2,90 FM 3,20
Pencucian Pasir Lewat Ayakan no.200 ASTM C117-90
a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 2,7 5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan
melebihi 5 dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 5 maka pasir harus dicuci.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan Kandungan Organik ASTM C40-84
a. Tujuan : Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Warna kuning terang standar warna no.3, memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Standar warna no.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan
organik pada pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.
Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir ASTM C142-78
a. Tujuan : Untuk memerisa kandungan liat pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan liat 0,52 1 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1
dari berat kering. Apabila kadar liat melebihi 1 maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Berat Isi Pasir ASTM C29
a. Tujuan : Untuk menentukan berat isi unit weight pasir dalam keadaan padat dan
longgar. b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1686,02 kgm
3
. Berat isi keadaan longgar : 1579,94 kgm
3
.
Universitas Sumatera Utara
c. Pedoman : Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara merojok
lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan
mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat pasir dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir ASTM C128-88
a. Tujuan : Untuk menetukan berat jenis specific grafity dan penyerapan air absorbsi
pasir. b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD
: 2,51 tonm
3
.
Berat jenis kering : 2,48 tonm
3
.
Berat jenis semu : 2,56 tonm
3
.
Absorbsi : 1,32
c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan
SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD Saturated Surface Dry dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan
dalamnya kering, keadaan pasir kering dimana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu
dimana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering
dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian harus memenuhi : Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.3 Agregat Kasar