Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sudah populer dan banyak digemari oleh masyarakat, baik ditingkat nasional
maupun internasional. Ini terbukti, masih dipertandingkannya cabang olahraga permainan bulutangkis pada kejuraan
multievent
antar negara, seperti
Olimpiade
,
Asian Games
,
Sea Games
, dan kejuaraan-kejuaraan lain yang masih diselenggarakan pada tiap tahunnya. Di negara Indonesia, cabang olahraga permainan bulutangkis
menjadi salah satu olahraga yang sangat populer,bahkan menjadi salah satu cabang olahraga penting yang bisa mengharumkannama baik Indonesia. Hal
tersebut dilihat dari prestasi yang pernah dicapai oleh para pebulutangkis Indonesia pada kejuaraan-kejuaran yang telah diikuti, baik yang bersifat
multievent
, maupun perorangan, diawali dengan atlit tunggal putra Alan Budi Kusuma dan tunggal putri Susi Susanti yang merebut mendali emas pada
olimpiade tahun 1992 di Barcelona,kemudian disusulpada olimpiade berikutnya oleh pasangan ganda putra Riki Subagja dan Rexy Maenaki pada tahun 1998,
ganda putra Toni Gunawan dan Chandra Wijaya tahun2002, tunggal putra Taufik Hidayat tahun 2004 dan terakhir pada olimpiade Beijing China tahun 2008 pasangan
gandaputra Markis Kido dan Hendra Setiawanberkontribusi menyumbangkan mendali emas untuk kontingen Indonesia.
Dilihat dari prestasi yang dicapai oleh para putra-putri terbaik Indonesia pada
event
paling bergensi tersebut tentu saja tidak terlepas dari pola pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dan pengurus PBSI yang cukup baik pada masa
itu. Namun, kondisi umum prestasi bulutangkis nasional dalam waktuenam tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2015menjadi sangat
memprihatinkandanstagnan, yaitu dengan banyaknya penurunan prestasi pada kejuaran-kejuaran yang diikuti oleh para pemain Indonesia, baik dalam
kejuaraan perorangan, beregu, maupun
multievent
. Terbukti pada olimpiade
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
London tahun 2012 cabang olahraga bulutangkis tidak menyumbangkan lagi mendali emas,kemudiangagalnya tim piala Sudirman dan Thomas
– Uber pada tahun 2013- 2014 memboyong tropi juara, serta yang terakhir gagalnya para pemain Indonesia
mempersembahkan gelar juara pada kejuaran Indonesia open tahun 2015. Melihat hal tersebut faktor pembinaan menjadi sangatlah penting untuk
menjadi perhatian bagi para pengurus olahraga dalam melakukan pembinaan agar mencapai prestasi yang maksimal, hal ini didukung oleh pandangan Purwanto,
Danar dono Novembri, 2009 bahwa “prestasi yang tinggi dalam olahraga
merupakantantangan bagi dunia olahraga nasional .” Artinyaketika pola
pembinaan yang dilakukan sudah dilaksanakan dengan baik, maka prestasi yang maksimal pun akan tercapai. Salah satu yang paling mendasar dalam upaya
memperbaiki pembinaan pada cabang-cabang olahraga khususnya bulutangkis adalah dengan memusatkan perhatian pada pembentukan olahraga sedini mungkin,
yaitu dengan membina dan mengembangkan olahraga bagi generasi muda sejak usia dini Juliante,
et al
. 2007, Tarigan Hidayat, 2012:8 menjelaskan bahwa pembinaan olahraga sejak usia dini merupakan salah satu strategi untuk mencapai
keberhasilan dan meningkatnya prestasi olahraga bulutangkis. Oleh karena itu, pembinaan dan pendidikan yang dilakukan pada saat ini dipusatkan dengan
banyaknya didirikan pusatpendidikan dan latihan PUSDIKLAT atau sekolah- sekolah bulutangkis baik ditingkat Kabupaten-Kota maupun tingkat Provinsi.
Salah satu tujuan dan kompetensi dasar yang paling penting yang diterapkan di PUSDIKLAT atau sekolah-sekolah bulutangkis adalah siswa atau atlit diharapkan
memiliki keterampilan dasarbermain bulutangkis dan mampu mendemonstrasikan setelah melalui proses pembelajaran atau latihanSubarjah, 2009, terutama pada
keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis. Hal tersebut mengacu pada pandangan Tohar Subarjah, 2009
yang mengemukakan bahwa “Keterampilan dasar merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dipahami dan dikuasai
oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis .” Oleh karena
itu, keterampilan dasar bermain bulutangkis dianggap penting dan diharapkkan dapat dimiliki serta dikuasai oleh para siswa atau atlit sebagai hasil dari proses
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang merupakan tujuan dari keberhasilan dalam program pendidikan dan latihan, khususnya ditingkat PUSDIKLATdan sekolah bulutangkis.
Keberhasilan suatu program pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Nurhasan, 2007. hlm.20, salah satunya yaitu dengan
melakukan pengukuranterhadap hasil belajar, khususnya pengukuran pada konteks keterampilan olahraga dan kemampuan motorik. Hal ini sependapat
dengan pandangan Morrow, Jackson, Dish Mood 2005. hlm.308 yang berpendapat
“the measurment of sport ski
ll and motor abilities is one of the
fundamental aspects of the measurment of human perfomance”. Artinya bahwa pengukuranketerampilanolahragadankemampuan motorikmerupakansalah satu
aspekfundamental daripengukuranpenampilanseseorang. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dan latihan, tes dan pengukuran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam kegiatan evaluasi atau penilain Nurhasan, 2007. hlm.1. Evaluasi pada dasarnya merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran dan latihan KumarKalidasan, 2013, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan kemampuan siswa atau atlit dalam menguasai
keterampilan teknik dasar setelah mengikuti proses pembelajaran atau latihan Nurhasan, 2007; Kumar Kalidasan, 2013, sehingga guru atau pengajar dapat
melihat kemampuan para siswa atau atlit secara objektif Kumar Kalidasan, 2013, danmengacu pada tujuan pendidikan pada umumnya, yaitu terdapatnya
perubahan perilaku yang mencakup pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan perilaku yang terjadi setelah proses pembelajaran dinamakan
dengan hasil belajar. Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan belajar dalam jangka waktu tertentu Subarjah, 2010,
sehinggadapat diukur dengan menggunakan alat ukur atau instrumen yang dinamakan dengan tes hasil belajar Susetyo, 2011. hlm.7. Tes hasil belajar
merupakan sarana yang dapat membantu guru dalam memberikan penilaian kepada peserta didik dengan hasil yang lebih tepat dan lebih dapat dipercaya
Susetyo, 2011. hlm.8.Oleh karena itu, dengan adanya tes hasil belajar pelatih atau staf pengajar akan mengetahui secara objektif dan menilai kemampuan yang
dimiliki oleh para peserta didik.
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Dalam konteks olahraga, tes hasil belajar merupakan salah satu tes yang bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan keterampilan siswa atau atlit dalam
proses pembelajaran dan pelatihan permainan olahraga, hal tersebut mengacu pada pandangan Purashwani dalam Kumar Kalidasan 2013 yang
mengemukakan bahwa “Tes keterampilan dirancang untuk mengukur keterampilan dasar yang dapat digunakan dalam suatu permainan olahraga
.” Misalnya pada tes keterampilan dasar bermain futsal Marhaendro, Saryono Yudanto, 2009, tes
keterampilan dasar bermain bulutangkis Girce, 1988; Nurhasan, 2007; Subarjah, 2010; Hidayat, 2012; KumarKalidasan, 2013, Tes keterampilan
Shooting
pada Bola Basket Uzicanin, Separovic Pojskic, 2009.Selain itu, teshasil belajar
keterampilanmembantupeserta didik
untuk mengevaluasipenampilan
merekadalamketerampilan dasardanmemberikanmasukanuntuk perbaikan, serta membantuguruatau pengajaruntuk mengukurdanmengevaluasiefektivitas proses
pembelajaran yang telah dilakukan Kumar Kalidasan, 2013. Alat ukur atau instrumen tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar,
sudah selayaknya memenuhui kriteria kelayakan sebagai instrumen tes yaitu 1 obyektif, 2 layak, 3 reliabel, dan 4 valid Ali, 2011. hlm.139. Objektif
berarti sebuah instrumen tes hasil belajar haruslah dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, artinya instrumen tes hasil belajar tersebut dapat menilai
kemampuan peserta didik secara objektif, kemudian layak, artinya bahwa instrumen yang akan digunakan dalam mengukur hasil belajar keterampilan dasar
bermain bulutangkis dapat mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan yang akan diukur, selain itu, reliabel dan valid, artinya instrumen tes hasil belajar
tersebut harus mempunyai tingkat kestabilan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, yaitu bagaimana instrumen tersebut dapat benar-benar
mengukur keterampilan bermain bulutangkis yang mempunyai kestabilan dalam pengukuran. Mengacu pada pandangan diatas, maka sudah selayaknya seorang
guru, pelatih atau staf pengajar mempunyai instrumen tes hasil belajar yang baik dan termasuk kedalam instrumen tes hasil belajar yang baku, khususnya pada tes
hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis yang bertujuan untuk
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
melihat kemampuan para siswa atau atlit dalam menguasai keterampilan dasar bermain bulutangkis secara objektif.
Namun demikian, pembinaan olahraga bulutangkis yang dilakukan di PUSDIKLAT atau di sekolah bulutangkis, pada umumnya belum diikuti dengan
adanya tes keterampilan dasar bermain bulutangkis yang dapatmengukur hasil belajar para siswa atau atlit sebagai dari penilaian keberhasilan proses pembelajaran
atau latihan. Kondisi faktual menunjukan bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan pada siswa atau atlit, masih berorientasi pada penilaian kasat mata, yaitu
penilaian pada saat bermain bulutangkis yang dielaborasi dengan kelompok- kelompok kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa atau atlit. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor jumlah jam yang belum memadai untuk melakukan tes, keterbatasan pelatih atau staf pengajar
dalam melaksanakan tes yang tidak sebanding dengan jumlah siswa atau atlit yang mengikut pendidikan dan latihan, belum adanya alat ukur atau instrumen standar
yang dapat mengukur kemampuan teknik dasar bermain bulutangkis, serta belum tersedianya alat yang dapat digunakan untuk melakukan tes yang sesuai dan
objektif. Hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh penulis pada beberapa
PUSDIKLAT dan sekolah bulutangkis, pada umumnya masih mengabaikan tes dan pengukuran terhadap keterampilan para siswa atau atlit, sehingga penilaian dari
keberhasilan suatu proses pembelajarannya hanya melihat dari kemampuan individual saja, yaitu kemampuan secara keseluruhan ketika mereka bermain
bulutangkis pada proses latihan.Kemudian, selain itu juga, belum adanya suatu instrument tes hasil belajar yang khusus dapat digunakan untuk mengukur dan
menilai keterampilan dasar bermain bulutangkisbagipara siswa atau atlit, artinya kondisi tersebut menjadi kendala untuk para pengajar atau pelatih dalam melakukan
tes hasil belajar secara objektif. Sejauh penulis ketahui, saat ini terdapat instrumen tes untuk mengukur
keterampilan dasar bermain bulutangkis yang telah dikembangkan, salah satunya pada keterampilan dasar memukul seperti 1 tes keterampilan servis panjang
yang dikembangkan oleh Scott Fox pada tahun 1959, tes ini bertujuan untuk
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
mengukur ketepatan memukul satel kok kearah sasaran servis panjang, 2 tes lob bertahan yang telah dikembangkan oleh French pada tahun 1941 dengan tujuan
untuk mengukur ketepatan memukul satel kok dengan pukulan lob bertahan ke arah yang telah ditentukan, 3 tes keterampilan dropshot, tes ini bertujuan untuk
mengukur ketepatan memukul satelkok dengan pukulan dropshot dan mengarahkan satelkok jatuh sedekat mungkin dengan net didaerah permainan
lawan, 4 tes keterampilan smash, tes ini bertujuan untukmengukur kemampuan dan skill memukul smash.
Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat Pembinaan dan Pelatihan Bulutangkis Usia
Dini BM 77 Bandung mengembangkan suatu instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis, selanjutnya, diadaptasi dan dimodifikasi oleh Hidayat pada
tahun 2004 yang dikembangkan untuk siswa atau atlit usia 10-12 tahun, jenis tes tersebut adalah 1 Servis panjang
high service
mempunyai tingkat validitas 0,60 dan reliabilitas 0,87, 2 Lob bertahan
clear lob
mempunyai tingkat validitas 0,76 dan reliabilitas sebesar 0,91. 3 Dropsot
dropshot
mempunyai tingkat validitas 0,74 dan reliabilitas 0,90. 4 Smes
smash
mempunyai tingkat validitas 0,74 dan reliabilitas 0,90. Kemudian Kumar Kalidasan 2013 mengembangkan kembali
instrumen tes keterampilan bermain bulutangkis pada keterampilan dasar servis tinggi dan lob bertahan untuk atlit top. Keempat jenis tes tersebut merupakan tes
yang berorientasi pada hasil produk, yaitu pada ketepatan pukulan yang dilakukan oleh siswa atau atlit terhadap sasaran yang telah ditentukan.
Selain tes keterampilan dasar bermain bulutangkis berorientasi pada hasil ketepatan pukulan, tes keterampilan dasar bermain bulutangkis yang berorientasi
pada proses gerakanjuga harus dilaksanakan, hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan keterampilan gerak dasar yang dilakukan oleh siswa atau
atlit dengan benar dan sistematis melaui observasi personal Hidayat, 2012. hlm.96. Sama halnya dengan tes keterampilan dasar bermain bulutangkis
berorientasi hasil ketepatan pukulan, Subarjah 2008 dan HidayatMudjhihartono 2014 telah mengembangkan suatu instrumen tes untuk mengukur keterampilan
dasar bermain bulutangkis berorientasi pada proses gerakanuntuk siswa sekolah
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
dasar usia 10-12 tahun, namun instrumen tes hasil belajar tersebut belum sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh para siswa di
PUSDIKLAT dan sekolah bulutangkis, selain itu, pengembangan dan validasi pada instrumen tersebut masih berorientasi pada proses gerakan dan hasil pukulan
out come
secara terpisah. Melihat hal tersebut, Inilah yang menjadi suatu kejanggalan atau
GAP
bagi penulis, dimana konsep-konsep teoritis yang seharusnya sejalan dengan harapan
yang diinginkan, ternyata fakta dilapangannya belum sesuai dengan yang diharapkan, konsep teoritis menyatakan bahwa pengukuran tes hasil belajar
merupakan faktor esensial dalam proses pembelajaran atau latihan, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran atau latihan sudah
tercapai, tentunya, dengan menggunakan alat ukur atau instrumen berupa tes hasil belajarsebaga alat ukurnya, sehingga adanya penilaian yang objektif terhadap
siswa atau atlit, namun demikian, fakta dilapangan tidak terjadi seperti keadaan ideal yang diharapkan, penilaian pada hasil belajar permainan bulutangkis masih
berbasis pada penilaian subjektif, dimana belum diadakannya tes yang dapat mengukur dan menilai secara objektif keberhasilan siswa atau atlit dalam
menguasai keterampilan dasar bermain bulutangkis sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan. Hal tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya, katerbatasan waktu, belum adanya instrumen tes hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis, baik beroriantasi pada penilaian proses
maupun hasil, serta belum adanya alat-alat tes yang mendukung proses tes hasil belajar.
Masalah pokok yang paling utamaadalah belum adanya suatu instrumen yang sudah baku dan mempunyai kriteria kelayakan sebagai instrumen untuk
dijadikan alat ukur yang handal dan bisa mengukur hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis untuk para siswa atau atlit. Sebagaimana telah
dikemukakan oleh ZainulNasoetion 1993. hlm. 23 bahwa “kelemahan pokok
pengukuran hasil belajar dilembaga pendidikan pada umumnya terletak pada bentuk dan kemampuan dosen atau staf pengajar untuk mengkontruksi butir tes
dengan baik.” Artinya, kecenderungan para pelatih atau staf pengajar masih belum
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
mampu mengkontruksi suatu tes dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, masalah pokok tersebut haruslah menjadi perhatian dan
dicarikan pemecahan masalahnya, sebab, ini menjadi suatu urgensi bersama dalammemperbaiki kualitas proses pembelajaran dilembaga pendidikan, khususnya
di PUSDIKLAT atau sekolah bulutangkis. Ada beberapa cara penilaian yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan
tes hasil belajar, yaitu 1 Penilaian Portopolio, 2 Penilaian Perfomance
Perfomance Assessment
, 3 Penugasan
Project
dan 4 Hasil Kerja
Product
Depdiknas, 2003 dalam Susanto, 2010. Mengacu pada pandangan tersebut,
perfomance assessment
merupakan salah satu penilaian yang sering dilakukan dalam konteks olahraga Susanto, 2010. Popham 2011.hlm.187 mengemukakan
bahwa “
perfomance assessment is an approach to measuring a student status based on the way the student completes a specified ta sk
.” Artinya bahwa penilaian
perfomance
merupakan sebuah pendekatan untukmengukurstatus siswa atau atlitberdasarkan caramenyelesaikantugas tertentu. Ini berarti, untuk bisa
melihat hasil belajar siswa atau atlit dalam kaitannya dengan keterampilan dasar bermain bulutangkis dapat dilakukan dengan
perfomance assessment,
yaitu dengan diadakannya tes yang dapat mengukur keterampilan dasar bermain
bulutangkis atau
badminton basic skillperfomancetest.
Oleh karena itu, berdasarkan paparan diatas, penulis berusaha untuk mengembangkan suatu instrumen tes hasil belajar keterampilan dasar bermain
bulutangkis yang berorientasi pada penilain proses maupun hasil sebagai dari
perfomance test
dengan bentuk
perfomance assessment
, yang diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan kulitas proses pembelajaran, terutama pada aspek
tes dan pengukuran sebagai media penilain yang objektif untuk mengukur hasil belajar yang dicapai oleh para siswa atau atlit setelah melalui proses pembelajaran.
Ini diasumsikan karena pada dasarnya, selama ini instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis yang telah dikembangkan hanya berorientasi pada hasil
produk dan dikembangkan oleh orang-orang di luar negeri, selain itu, para guru, pelatih dan praktisi olahraga selama ini hanya menjadi
user
atau pamakai instrumen tes yang sudah ada saja, sehingga mereka belum mengetahui tentang
Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN
BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
ketepatan instrumen tes tersebut dalam mengukur objek yang hendak diukurnya. Selain itu penelitian-penelitian dalam konteks pengembangan instrumen tes hasil
belajar, khususnya pada
perfomancetest
dan
perfomance assessment
masih jarang dilakukan dalam konteks olahraga terutama dalam permainan bulutangkis. Atas
dasar tersebut, penelitian ini memiliki nilai yang strategis dan inovatif dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan instrumen tes keterampilan dasar
bermain bulutangkis, baik yang berorientasi pada hasil ketepatan pukulan terhadap sasaran maupun berorientasi pada proses teknik gerakan yang obyektif,
layak, reliabel serta valid, sehingga dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa atau atlit dalam menguasai keterampilan dasar bermain bulutangkis. Oleh
karena itu, pokok-pokok pikiran yang telah diungkapkan diatas akan dituangkan dalam sebuah judul penelitian
“Pengembangan Instrumen Tes Hasil Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis.”
B. Identifikasi Masalah