T PDPP 1204849 Chapter3

(1)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, metode penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009. hlm.407), hal tersebut dikuatkan oleh Ali (2011. hlm.393) yang mengemukakan bahwa Research and Development“pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam pengembangan prototipe suatu alat atau perangkat berbasis riset.”Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah instrumen tes keterampilan dasar bermainbulutangkis. Firman (Muryanto, 2013. hlm.36) mengemukakan bahwa “pengembangan tes adalah suatu proses perancangan dan perbaikan alat ukur tes agar menjadi alat ukur yang berkualitas baik.”

Pemilihan metode Research and Development (R&D) pada penelitian ini diasumsikan, karena pada dasarnya tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh satu instrumen yang dapat mengukur hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis pada teknik memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes) yang mempunyai nilai estimasi reliabilitas dan validitas yang handal dan menjadi suatu instrumen tes yang baku, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis oleh para siswa sekolah bulutangkis dan para atlit, khususnya atlit bulutangkis.

Dalam pengembangan tes keterampilan dasar bermain bulutangkis terdapat tahapan-tahapan yang biasanya disusun dalam suatu rangkai tahapan pengembangan.Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tahapan yang digunakan dalam penelitian dan pengembanganini mengacu pada pandangan Thorndike (1982, 11-22) yang membagi kedalam sepuluh tahapan yaitu : (1) Menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur, (2) Analisis tujuan


(2)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembuatan tes, (3) Batasan pada tes yang akan dikembangkan, (4) Penyusunan spesifikasi isi atau kisi-kisi instrument, (5) Spesifikasi format, (6) Perencanaan uji coba dan seleksi item, (7) Perencanaan analisis butir item, (8) Perencanaan mengumpulkan data normatif, (9) Pengujian manual dan bahan pendukung, (10) Penyusunan jadwal / schedule. Dari kesepuluh tahapan tersebut penulis memodifikasi menjadi delapan tahapan utama yang dilaksanakan pada tahapan pengembangan, dan membagi kedalam tiga tahapan utama yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap evaluasi. Berikut modifikasi tahapan pengembangan instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis akan disajikan pada gambar 3.1 dibawah ini :

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan ITHB KDBB (Sumber: Thorndike, 1982: 11-22)

B.Proseduratau Proses Pengembangan

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah menghasilkan satu instrumen tes hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis (ITHB KDBB), oleh karena

TAHAP PENGEMBANGAN Penyusunan spesifikasi isi

atau kisi-kisi instrument

Spesifikasi Format

Uji Coba dan Seleksi Item

Revisi I Menentukan atribut laten atau

domain tes yang akan diukur

Analisis Tujuan Pembuatan Tes

Batasan pada tes yang akan dikembangkan

TAHAP PENDAHULUAN

Pengumpulan Data Normatif

Pengujian Manual dan Bahan Pendukung Revisi II


(3)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

itu, perlu adanya satu prosedur pengembangan yang dilakukan untuk menghasilkan instrumen tersebut. Prosedur pengembangan dalam hal ini mengacu pada delapan modifikasi tahapan pengembangan yang kemukakan oleh Throndike (1982),berawal dari menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur sampai dengan pengujian manual dan bahan pendukung. Tahapan atau proses pengembangan instrumen tes hasil belajar keterampilan dasar bulutangkis dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :

Tahap 1 :Menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur

Tahap pertama dalam penelitian pengembangan ini adalah menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur. Mengacu pada konsep yang telah dikemukan pada tujuan penelitian.Atribut laten yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah keterampilan dasar bermain bulutangkis (KDBB), oleh karena itu, domainyang akan diukur dan dikembangkan kedalam instrumen KDBB adalah domain psikomotor yang mengacu pada domain psikomotorikHarrow (1972). Pada dasarnya taksonomi Harrow berkaitan dengan tujuan psikomotorik dengan membagi kedalam enam level gerakan yaitu (1) Reflex Movement, (2) Basic FundamentalMovement, (3) Perceptual Abilities, (4)Physical Abilities,(5) Skilled Movement(6) Nondiscursive Movements(Harrow dalam Kusaeri&Suprananto, 2012 &Morrow, et al. 2005).

Setelah ditetapkannya atribut laten dan domain tes yang akan diukur, yaitu keterampilan dasar bermain bulutangkis pada domain psikomotor, langkah selanjutnya adalah menetukan suatu definisi tentang atribut laten yang akan dikur menjadi definisi konseptual dan definisi operasional.

1. Definisi Konseptual

Secara konseptual Hidayat (2013:11) mengemukakan bahwa Keterampilan dasar bermain bulutangkis adalah “kemampuan melakukan gerakan atau teknik gerakan dasar yang dibutuhkan dalam olahraga bulutangkis secara efektif dan efisien.”Keterampilan dasar merupakan salah satu keterampilan yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain


(4)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bulutangkis (Tohar dalam Subarjah & Hidayat, 2007:31) Hal ini dikarenakan merupakan salah satu faktor pendukung pokok untuk menjadi atlet yang berprestasi. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, terdapat empat dimensi dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, dimensi tersebut meliputi (1) keterampilan pegangan raket(grip), (2) keterampilan posis siap(ready postion), (3) keterampilan gerakan kaki (footwork), (4) keterampilan teknik memukul (strokes) (Hidayat, 2013; Subarjah, 2010; Hidayat, 2008; Kumar, 2006). Secara konseptual keempat dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

Keterampilanpegangan raket(grip) merupakan kemampuan dalam memegang raket dengan benar untuk melakukan pukulan forehand maupun backhand, menurut hidayat (2013:12) “keterampilam cara memegang raket memainkan peran sangat penting sebab kualitas baik tidaknya pukulan sangat ditentukan oleh cara memegang raket yang benar.” Keterampilan posisi siap(ready position) adalah posisi dasar menunggu didekat bagian tengah lapangan yang sama jaraknya dari semua sudut lapangan (Grice, 2002). Keterampilan gerakan kaki(foot work) “merupakan gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul kok sesuai posisinya.”(Subarjah, 2009).Sedangkanketerampilan memukul(storke) adalah “cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan kok kebidang lapangan lawan dengan menggunakan raket.”(Hidayat, 2013).Hal tersebut dikuatkan oleh pandanganTohar (Subarjah & Hidayat, 2007:47) yang berpendapat bahwa “Teknik pukulan diartikan sebagai cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan satelkok kebidang lapangan lawan.”Terdapat empat pokok teknik pukulan bulutangkis yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis yaitu (1) Pukulan servis ,(2) Pukulan lob bertahan, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smes (Grice, 2002; Subarjah, 2010; Hidayat, 2012). Keempat teknik pukulan tersebut secara konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut :


(5)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

a. Pukulan Servis Panjang (High Servis). Pukulan servis panjang merupakan pukulan yang dilakukan dari bawah yang mengarahkan satelkok tinggi jauh kebelakang didaerah garis back bouandary line. Pandangan tersebut diperkuat oleh (Grice, 2002) yang mengemukakan bahwa “servis panjang adalah servis dasar yang mengarahkan satelkok tinggi dan jauh kebelakang”

b.Pukulan Lob Betahan (Clear Lob). Subarjah & Hidayat (2009:2.53) mengemukakan bahwa pukulan lob atau clear merupakan “pukulan dari atas kepala yang hasil pukulannya melambung tinggi dan diarahkan kebagian belakang lapangan permainan.”

c. Pukulan Dropshot. Hidayat (2012) mengemukaka bahwa dropshotmerupakan “salah satu jenis keterampilan dasar memukul yang dilakukan dari atas kepala dengan gerakan forehand dan kok jatuh sedekat mungkin dengan net didaerah permainan lawan.” Pada dasarnya pukulan dropshot sama halnya dengan pukulan lob bertahan, hanya saja pada pukulan dropshot satelkok hanya didorong pelan ketika perkenaan antara raket dan satelkok, sehingga jatuh didaerah depan permainan lawan atau shortservice lineatau garis daerah servis pendek (Hidayat, 2012; Grice, 2002; Subarjah&Hidayat, 2009).

d.Pukulan smashmerupakan pukulan keras dan tajam yang bertujuan untuk mematikan lawan (Subarjah&Hidayat, 2009:2.55). Hal tersebut diperkuat oleh Grice (2002:85) yang mengemukakan bahwa pukulan smashmerupakan “pukulan yang cepat, diarahkan kebawah dengan kuat, dan tajam, untuk mengembalikan bola pendek yang telah dipukul keatas.”

Kempatteknik pukulantersebut merupakan gambaran dari keterlaksanaannya komponen-komponen dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, baik pada grip, ready position (stand), foot work, maupun stroke . sehingga dalam proses pelaksanaan pembelajaran keempat pukulan tersebut dibagi kedalam tiga tahapan gerakan utama yaitu tahap persiapan pukulan, tahap pelaksanaan pukulan dan tahap penyelsaian akhir pukulan sebagai dari pembelajaran proses gerakan, serta tahap hasil akhir pukulan terhadap sasaran yang telah ditentukan sebagai hasil dari proses pembelajaran atau produk pukulan (Grice, 2002; Hidayat, 2013, Pool 1988, Nurhasan, 2007). Oleh karena itu, definsi konseptual yang telah dijelaskan diatas,


(6)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

disederhanakan dalam kerangka konseptual KDBB hasil adaptasi dan modifikasi dari hidayat, 2014; Grice, 2002; Subarjah, 2010 & Pool, 1988 yang akan disajikan dalam bagan 3.2 pada halaman 72

Bagan 3.2Kerangka Konseptual KDBB

Berdasarkan kerangkan konseptual diatas, dimensi yang akan dikembangkan dalam tes keterampilan bermain bulutangkis dengan sub tes servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes adalah dimensi tahapan pada proses pembelajaran yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap penyelesaian akhir dan hasil pukulan terhadap sasaran yang telah ditentukan (Hidayat, 2014; Kumar&Kalidasan, 2013; Grice, 2002; Subarjah, 2010& Pool, 1988)

2. Definisi Operasional KDBB

Grip

Ready Position

Foot Work

Stroke

Servis Tinggi, Lob Bertahan, Dropshot, Smesh

T. Persiapan

T. Pelaksanaan

T. Penyelesaian


(7)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan definisi konseptual diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan dasar bermain bulutangkis merupakan kemampuan seseorang dalam menampilkan teknik gerakan melakukan pukulan pada bidang sasaran yang telah ditetapkandan diukur dengan empat komponen utama yaitu (1) keterampilan pegangan raket, (2) keterampilan sikap siap (3) ketarampilan gerakan kaki, (4) keterampilan memukul. Keempatkomponen tersebut akan dituangkan kedalam sub tes (1) servis panjang, (2) lob bertahan, (3) dropsot dan (4) smes yang terbagi kedalam empat dimensi tahap pembalajaran yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian akhir serta tahap hasil akhir pukulan dan dikembangkan kedalam indikator-indikatorketercapaian untuk memudahkan dalam penyusunan item-item atau tugas yang akan dinilai oleh para observersebagai dari hasil belajar dan latihan selama proses pembelajaran atau pelatihan.

Skor yang diperoleh adalah jumlah skor dari item-item prilaku atau task yang dapat ditampilkan oleh para peserta tes berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan. Semakin tinggi skor yang dicapai oleh siswa atau atlit dalam tes, maka semakin tinggi tingkat penguasaan keterampilan bermain bulutangkis siswa tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai maka semakin rendah tingkat penguasaan keterampilan bermain bulutangkis siswa tersebut. Tahap 2 :Menentukan Tujuan Tes Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis

Pada dasarnya, secara umum tujuan tes keterampilan dasar bermain bulutangkis adalah untuk mengukur penguasaan hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis pada teknik memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot, smash) sebagai hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pada tes ini termasuk kedalam tujuan intruksional (Thorndike, 1982:14) yaitu suatu tes yang dilakukan untuk melihat kemampuan individu atau kelompok dalam penguasaan pemahaman atau pun keterampilan sebagai dari hasil belajar.Adapun tujuan secara khusus dalam pengembangan ini akan disajikan dalam tujuan pada sub tes masing-masing tes, yaitu sebagai berikut :


(8)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Servis tinggi bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan servis tinggi dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang sudah ditetapkan.

2. Lob bertahan bertujuan mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan lob bertahan dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang sudah ditetapkan.

3. Dropshot bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan dropshot dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang sudah ditetapkan.

4. Smash bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan smash dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang sudah ditetapkan.

Tahap 3 :Membatasi Tes Yang Akan Dikembangkan

Instrument tes KDBB, pada dasarnya merupakan instrument tes yang akan mengukur pada keterampilan memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes). Batasan pada tes ini adalah hanya mengukur pada keterampilan teknik dasar saja, artinya bahwa alat ukur tersebut akan mengukur subjek ketika melakukan gerakan memukul dan hasil akhir pukulan yang dicapai sebagai dari hasil belajar. Selain itu, domain yang diukur dalam tes KDBB adalah domain psikomotor pada level P2 sampai denganP5 yaitu Basic FundamentalMovement, Perceptual abilities, Physical abilities,Skilled Movement.

Tahap 4 :Penyusunan Spesifikasi Isi Dan Kisi-Kisi Instrument Tes

Sebagaimana telah dijelaskan pada tahap awal, penyusunan spesifikasi isi yang akan diukur dalam tes KDBB mengadaptasi dan memodifikasi pada dimensi konstruk yang telah dikembangkan oleh Hidayat, 2014; Grice, 2002; Subarjah, 2010 & Pool, 1988 yang mengacu pada tes keterampilan (performance test) dengan penilaian kinerja (performance assessment). Dimensi tersebut terbagai kedalam tiga dimensi utama yaitu (1) Persiapan, (2) Pelaksanaan (3) Penyelesaian, dan satu dimensi tambahanyaitu hasil akhir pukulan.Berdasarkan paparan diatas,


(9)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam kepentingan pengembangan ini penulis memodifikasi kembali dimensi-dimensi tersebut menjadi dimensi-dimensi pada sub tes keterampilan dasar bermain bulutangkis, baik pada servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes. Berikut kisi-kisi instrument tes keterampilan akan disajikan dalam tabel 3.1pada halaman 75.


(10)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Penyusunan Instrumen Tes Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis

Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jumlah item

Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis

Servis Tinggi

Persiapan Posisi Siap Tubuh √ 2

Posisi Kok √ 2

Posisi Tangan √ 2

Pelaksanaan Persiapan Perkenaan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2

Hasil Akhir Ketepatan arah pukulan √ 1

Lob Bertahan

Persiapan Persiapan badan √ 2

Gerakan kearah satelkok √ √ 2

Posisi Memukul √ 1

Ayunan raket kebelakang √ 1

Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2

Hasil Akhir Ketepatan Arah Pukulan √ 1

Dropshot

Persiapan Persiapan badan √ 2

Gerakan Kearaj satelkok √ √ 2

Posisi Memukul √ 1

Ayunan raket kebelakang √ 1

Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2


(11)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Keterangan :P1 =Reflex Movements; P2 =Basic Fundamental Movement; P3 =Perceptual Abilities; P4 = Physical abilities; P5 = Skilled

Movements; P6 = Nondiscursive movements (Sumber : Taxonomy of the psychomotor domain, Harrow, 1972 dalam Morrow, et al. 2005)

Smash

Persiapan Persiapan badan √ 2

Gerakan Kearaj satelkok √ √ 2

Posisi Memukul √ 1

Ayunan raket kebelakang √ 1

Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2

Hasil Akhir Ketepatan Pukulan √ 1


(12)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Tahap 5 :Penyusunan Spesifikasi Format

Tes keterampilan dasar bermain bulutangkis, dituangkan dalam jenis subjective rating test dan accuracy-based test (Morrow et.al 2005). Instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis yang berorientasi pada proses gerakan atau subjective rating test mengacu pada dimensi konstrak yang telah dikembangkan oleh Hidayat(2013) yang menjadikan beberapa tahapan dalam pelaksanaan suatu gerakan dalam teknik dasar bermain bulutangkis, dimana tes tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan keterampilan gerak dasar secara efektif dan efisien yang dilihat melalui observasi personal dengan berorientasi pada penilaian proses gerakan pada keterampilan dasar servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes (Hidayat, 2013). Pada pengembangan ini subjective rating testterbagi kedalam tiga gerakan utama yaitu, persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian (grice, 2002, Hidayat, 2013).Sedangkan jenis tes keterampilan dasar bermain bulutangkis berorientasi pada hasil merupakan tes objektif jenis Accuracy-Based Test (Morrow et.al 2005) yaitu salah satu tes yang mengukur ketepatan hasil pukulan pada bidang sasaran yang telah ditetapkan (Morrow et.al, 2005; Hidayat, 2012).Konstruk utama dalam Accuracy-Based Testadalah hasil akhir pukulan (Hidayat, 2013; Hidayat at.al, 2014; Kumar&Kalidasan, 2013; Pool, 1988 ; Nurhasan, 2007).

Kedua jenis tes tersebut dituangkan kedalam item-item keterampilan yang dielaborasi dari indikator padasetiap dimensi konstruk menurut teori (Grice, 2002 &Hidayat, 2013). Kemudian setelah disusun item-item berdasarkan indikator, item tersebut disajikan kedalam satu format khusus yaitu format observasi sebagai alat untuk melihat kemampuan siswa atau atlit dalam menampilkan jawaban-jawaban atas item-item keterampilan yang telah dikembangkan, hal tersebut mengacu pada pandangan Committee for the Workshop on Alternatives for Assessing Adult Education and Literacy Programs (2002:42) yang menyatakan bahwa dua kompenen yang paling penting dalam performance assessment adalah adanya task atau tugas dan kriteria skor. Dalam hal ini task yang ditampilkan untuk mengukur kemampuan siswa atau atlit adalah item-item keterampilan yang dikembangkan berdasarkan indikator yang telah disusun, kemudian untuk kriteria


(13)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

skor yang dikembangkan sebagai penilaian jawaban siswa atau atlit terhadap item-item keterampilan atau taskpenulis menyusun kriteria skor berupa rubric penilaian.Format rubric yang dikembangkan dalam pengembangan ini adalah rubric jenis holistic atau rubric secara menyeluruh (Morrow, at al. 2005, &Zainul. 2005).

Tahap 6 :Perencanaan uji coba dan seleksi item

Setelahtersusunnya kisi-kisi dan spesifikasi format serta item-item keterampilan, langkah selanjutnya adalah uji coba dan seleksei item. Item-item tugas gerak dan kriteria skor yang telah disusun terlebih dahulu diplanelkan dalam satu forum kelompok diskusi atau FGD (Focus Group Discusion) yang berjumlah sepuluh orang, terdiri dari para atlit dan pelatih. Hal tersebut dilakukan untuk melihat dan menilai secara praktis bagaimana item-item tugas gerak dan kriteria penilaian yang telah dikembangkan dapat mengukur atau mencerminkan gerakan-gerakan yang terdapat dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, sehingga pada tataran praktis, item-item yang sudah dikembangakan layak untuk diseleksi oleh para ahli dan siap untuk diujicobakan pada sampel yang sebenarnya.

Kemudian, langkah selanjutnya sebelum instrumen diujicobakan kepada sampel sebenarnya, item tugas gerak dan kriteria skor yang sudah dikembangkanserta disepakati dalam FGD dengan para pelatih dan atlit akan dinilai oleh para expert, tahap ini dinamakan dengan tahap uji coba teoritik atau validasi isi (content validty) serta seleksi item berdasarkan pendapat para ahli, tahap ini dimaksudkan untuk melihat apakah secara isi item tugas gerak dan kriteria skor yang dikembangkan sudah sesuai berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan atau belum, dengan kata lain apakah item-item yang dikembangkan benar-benar untuk mengukur keterampilan dasar bermain bulutangkis atau tidak (Azwar, 2012; Kusaeri&Suprananto, 2012; Santu Naga, 2013), hal tersebut dikuatkan oleh pada pandangan Susetyo (2011:89) yang menyatakan bahwa “validitas isi berkaitan dengan validitas yang mengukur kecocokan diantara butir tes dengan indikator”.


(14)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada ujicoba teoritik dilakukan oleh para ahli atau expert judgment, ini mengacu pada pandangan Lacy (2012. hlm.85) yang berpendapat bahwa “Content validity depends on professional judgment using logic and comparsion”. Lacy berpendapat bahwa dalam validitas ini penilaianakan dilakukan oleh para pakar yang ahli di bidangnya, hal tersebut dilakukan untuk melihat kesesuaian instrumen yang telah dikembangkan terhadap sasaran domain yang akan diukur. Pemilihan para ahli atau expert didasarkan pada kriteria inklusif dari beberapabidang keilmuan yang terkait dengan penyusunan dan pengembangan ITHB KDBB, oleh karena itu, tiga pokok rumpun keilmuan yang akan terlibat dalam penyusunan dan pengembangan ITHB KDBB, yaitu 1) permainan bulutangkis, 2) biomekanika olahraga, 3) tes dan pengukuran keolahragaan.

Expertdalam permainan bulutangkis dimaksudkan untuk melihat kesesuaian item-item keterampilan gerak yang telah disusun dalam ITHB KDBB, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan-masukan terkait dengan keilmuan dalam bidang permainan bulutangkis baik secara teoritis maupun pada tataran praktis. Kemudian expert dalam biomekanika olahraga dimaksudkan untuk melihat dan memberikan saran atau masukan terkait dengan sub-sub gerakan yang telah disusun dalam ITHB KDBB, sehingga sub-sub bagian gerakan yang telah disusun benar-benar dapat menggambarkan keterampilan yang akan diukur yaitu servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smesh. Sedangkan expert dalam bidang tes dan pengukuran keolahragaan akan berperan dalam mengkaji dari kedua aspek tersebut yaitu permainan bulutangkis dan sub-sub gerakan yang telah disusun, sehingga dapat menilai apakah item-item yang sudah disusun dalam ITHB KDBB apakah sudah layak dijadikan sebagai suatu instrumen untuk mengukur keterampilan dasar bermain bulutangkis atau belum.

Para expert yang dijadikan sebagai penilai dalam tahap ini berjumlah lima orangyaitu 1) Dr. Komarudin, M.Pd dosen bulutangkis jurusan pendidikan kepelatihan FPOK UPI, 2) Agus Rusdiana, M.A., Ph.D dosen bulutangkis dan ahli biomekanika pada jurusan ilmu keolahragaan FPOK UPI, 3) Yusuf Hidayat, M.Si dosen bulutangkis jurusan pendidikan olahraga FPOK UPI, 4) Surya Medal Megantara, M.Pd dosen bulutangkis STKIP Pasundan Cimahi, 5) Drs. Nurhasan


(15)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

expert dalam bidang tes dan pengukuran keolahragaan FPOK UPI. Oleh karena itu, proses dalam tahap perencanaan dan seleksi item dalam penelitian dan pengembangan ini disebut dengan tahapan planel expert judgment.(Azwar, 2012, hlm.135).Oleh karena itu, produk yang dihasilkan dalam planel expert judgment adalah tersusunya item-item tugas gerak (task)dan kriteria skor yang sudah ditelaah dan diseleksi oleh para expert, sehingga terdapat beberapa item tugas gerak (task) yang harus direvisi agar menjadi lebih baik dengan saran-saran dari para expert. Kemudian setelah adanya seleksi dan revisi item dari hasil telaah dan review dari para akademisi atau pakar dibidang bulutangkis serta biomekanika, selanjutnya dilaksanakan uji coba empiric, yaitu uji coba terkait dengan instrumen yang sudah dikembangkan terhadap atlit atau siswa sekolah bulutangkis.

Tahap 7 :Perencanaan Mengumpulkan Data Normative

Setelah tersusunnya item tugas gerak (task) dan pedoman penilaian yang sudah ditelaah oleh para expert atau ahli dalam bidang bulutangkis, biomekanika dan tes pengkuran keolahragaan, tahap selanjutnya adalah tahap persiapan perencanaan mengumpulkan data normative. Pada tahap ini ITHB KDBB yang telah diuji coba dan diseleksi oleh para expert dalam uji coba teoritis selanjutnya akan diujicobakan pada subjek uji coba yang telah direncakan, dengan kata lain tahap ini dapat dikatakan dengan tahap uji coba empiris. Pokok penting dalam tahap ini adalah bagaimana ITHB KDBB yang telah disusun dapat diujicobakan pada subjek uji coba, oleh karena itu penting dalam tahap ini mempertimbangkan beberapa variabel demografis pada subjek uji coba, misalnya pada perbedaan usia, level dalam keterampilan atau lama latihan subjek uji coba, serta jenis kelamin (Thorndike, 1982, hal.27).Berdasarkan pokok-pokok penting tersebut, dalam tahapan ini, penulis memilih beberapa kriteria dalam subjek yang akan digunakan dalam subjek uji coba, kriteria inklusif yang akan dijadikan subjek uji coba adalah (1) siswa-siswi sekolah bulutangkis yang sudah mengikuti latihan selama satu tahun, (2) Rentang perbedaan usia subjek uji coba terentang antara 11-13 tahun (level pemula), (3) jenis kelamin yang akan dijadikan subjek uji coba adalah putera dan puteri.


(16)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian dan pengembangan ini, uji coba empiric dilakukan sebanyak dua kali, oleh karena itu, tahapan ini mempunyai keterkaitan dengan tahapan selanjutnya yaitu pengujian dan bahan pendukung, setelah uji coba pertama dilaksanakan, ITHB KDBB terlebih dahulu dianalisis keterhandalan dan kesahihannya dalam mengukur keterampilan bermain bulutangkis yaitureliabilitas dan validitas ITHB KDBB. Sehingga pada pengujian pertama akan dilaksanakan revisi atau perbaikan-perbaikan terkait dengan kekurangan ITHB KDBB terutama pada pedoman atau rubric penilaiannya. Oleh karena itu, kekurangan dan masukan dari para expert ataupun rater sebagai penilai akan menjadi masukan yang sangat penting untuk memperbaiki ITHB KDBB menjadi lebih baik dan praktis ketika digunakan. Sehingga ITHB KDBB yang sudah direvisi akan diujicobakan kembali pada sampel yang lebih besar dan diuji kembali reliabilitas dan validitasnya. Tahap 8 : Pengujian Manual dan Bahan Pendukung

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasannya sebelumnya, tahap pengujian manual dan bahan pendukung menjadi tahap terakhir dalam pengembangan ini, dalam tahap ini terdapat limapokok penting yang dilaksanakan yaitu, (1) membuat petunjuk untuk pelaksanaan tes, (2) membuat norma penilaian, (3) pengujian reliabilitas, (4) pengujian validitas, (5) membuat buku pedoman kriteria penilaian hasil tes (Thorndike, 1982, hal. 28). Lima pokok penting tersebut menjadi panduan dalam tahap ini, namun demikian, lima pokok penting diatas, disusun setelah uji coba tahap kedua dilaksankan atau sesudah tersusunnya ITHB KDBB final, hal tersebut diasumsikan pada pemikiran logis bahwa tujuan dari uji coba empiric tahap pertama adalah ingin melihat dan mengetahui kekurangan ITHB KDBB, baik pada besaran estimasi reliabilitas dan validitas serta saran-saran atas kekurangan ITHB KDBB dari para rater atau penilai.

C. Lokasi dan Subjek Uji Coba 1. Lokasi Uji Coba

Lokasi atau tempat pelaksanaanuji coba dalam penelitian dan pengembangan instrumen ini adalah Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan(FPOK)


(17)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang terletak di Jalan PHH. Mustofa No 200 Bandung. Lokasi atau tempat ini dipilih karena menjadi pusat perhatian penulis pada masalah yang dikaji. Selain itu,FPOK UPI memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang cukup memadai untuk melakukan penilitian ini baik itu pada uji coba teoritik maupun uji coba empirik.

2. Subjek Uji Coba a. Uji Coba Teoritik

Sebelum ITHB KDBB ditelaah oleh para ahli, item-item tugas gerak dan kriteria skor yang telah disusun didiskusikan terlebih dahulu dalam satu forum FGD (Focus Group Discusion) yang berjumlah sepuluh orang, terdiri dari lima orang atlit PORDA, PON dan Nasional, serta lima orang pelatih yang mempunyai lesensi tingkat dasar sampai dengan madya. Hal tersebut dilakukan untuk melihat dan menilai secara praktis bagaimana item-item tugas gerak dan kriteria penilaian yang telah dikembangkan dapat mengukur atau mencerminkan gerakan-gerakan yang terdapat dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis.

Kemudian pada uji coba teoritik item–item tugas gerak atau task yang telah dikembangkan akan ditelaah oleh para expert atau pakar-pakar dibidang bulutangkis, biomekanika, dan tes pengukuran dalam bidang keolahragaanberjumlah lima orang yang disebut dengan Subject Matter Experts (SME) (Azwar, 2012, hlm.135), kelima expert tersebut yaitu 1) Dr. Komarudin, M.Pd dosen bulutangkis jurusan pendidikan kepelatihan FPOK UPI, 2) Agus Rusdiana, M.A., Ph.D dosen bulutangkis dan ahli biomekanika pada jurusan ilmu keolahragaan FPOK UPI, 3) Yusuf Hidayat, M.Si dosen bulutangkis jurusan pendidikan olahraga FPOK UPI, 4) Surya Medal Megantara, M.Pd dosen bulutangkis STKIP Pasundan Cimahi, 5) Drs. Nurhasanexpert dalam bidang tes dan pengukuran keolahragaan FPOK UPI.


(18)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Subjek uji coba empirik yang digunakan dalam uji coba pengembangan ITHBKDBB adalah siswa-siswi atau atlit sekolah bulutangkis yang berasal dari sekolah bulutangkis FPOK UPIdengan menggunakan teknik penyampelan bertujuan (Johnson&Christensen, 2012), dengan kriteria inklusif subjek, yaitu (1) atlet kelompok usia pemula (11-13 tahun) jenis kelaminputera maupun puteri(2) terdaftar dan aktif mengikuti latihan di klub atau sekolah bulutangkis FPOK UPI, (3) telah mengikuti latihan minimal 1 tahun.

Pada tahap inidilaksanakan dalam dua kali kesempatan, uji coba kesempatan pertama dilakukan di sport hall FPOK UPI dengan subjek uji coba berjumlah 15 orang yang terdiri dari tujuh siswa atau atlit putera dan delapan siswa atau atlit puteri. Sedangkan pada uji coba kedua berjumlah 50 subjek uji coba 25 siswa atau atlit putera dan 25 siswa atau atlit puteri dan masih dilaksanakan digedung sport hall FPOK UPI Jl. PHH.Mustofa no 200.Pengambilan jumlah subjek uji coba yang berjumlah 15 orang pada uji coba pertama dan 50 orang pada uji coba kedua didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis yang membedakan jumlah subjek atau sampel dalam objective test dan performance test, sebagaimana telah dikemukakan oleh Miller, Linn & Gronlund (2009. hlm. 156) menyatakan bahwa “sampling of course content is usually limited because of the small number of tasks that can be

included in an assessment.”Secara garis besar Miller, dkk (2009) mengemukakan

bahwa dalam uji coba tes kinerjasampel yang digunakan biasanya menggunakan sampel kecil atau terbatas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen Tes dan Non tes. Instrumen tes yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar jenis tes perbuatan (Susetyo, 2011:5), tes perbuatan ini merupakan tes keterampilan yang bertujuan untuk mengukur penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis para siswa atau atlit setelah mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan (perfomance test). Sedangkan instrumen non tes digunakan sebagai alat ukur untuk menilai tes hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis jenis perfomance assessment yang berbentuk pedoman observasi dan rubrik penilaian


(19)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(Susetyo, 2011; Mardapi, 2008). Lembar observasi digunakan untuk melihat keberhasilan gerakan teknik dasar bermain bulutangkis pada aspek tahapan gerakan (Proses) yaitu pegangan raket, posisi siap, gerakan badan, gerakan kaki, dan gerakan memukul serta hasil akurasi pukulan sebagai hasil akhir (produk) yang ditampilkan oleh siswa atau atlitdengan dinilai oleh tiga orang observer atau rater yang berstatus sebagai pelatih yaitu 1) Elik Nurdiansyah S.Pd (Pelatih sekolah bulutangkis FPOK UPI), 2) Asep Aah Hidayat S.Pd (Pelatih sekolah bulutangkis FPOK UPI), 3). Fitriyani S.Pd (Atlit Bulutangkis).

E.Teknik Analisis Data

Dalam uji coba instrumen tes KDBB terdapat beberapa teknik analisis data yang digunakan, terutama terkait dengan analisis pengujian reliabilitas dan validitas instrumen. Untuk lebih jelasnya analisis yang akan digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis uji coba teoritik atau validitas isi menggunakan teknik CVR (Content validity Rasio) dari lawshe (Susetyo, 2011; Santun Naga,2012; Azwar, 2012). Validitas isi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kepentingan item yangtelah disusun, dalam hal ini, apakah item yang telah dikembangkan dianggap penting atau tidak penting oleh para expert. Validitas isi akan dilaksanakan oleh para pakar atausubject metter expert(SME)dari bidang bulutangkis dan Biomekanika.Berikut formula CVR yang digunakan dalam analisis validasi ini adalah sebagai berikut :

� = �− 2

2

= 2 � −1

Ket : Mp = Jumlah ahli yang menyatakan penting M = Jumlah ahli yang memvalidasi

Dengan indek rasio bekisar -1 ≤ CVR ≤ +1, dan mempunyai kriteria sebagai berikut :


(20)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Mp <1

2M maka CVR < 0 Mp =1

2M maka CVR = 0 Mp >1

2M maka CVR > 0

Sumber : (Susetyo, 2011; Santun Naga,2012; Azwar, 2012).

2. Analisis meta rubric, analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah teknik analisis persentasi (Ohiro, 2013), analisis tersebut digunakan untuk melihat persentasi layak atau tidaknya rubric yang digunakan untuk menilai tes hasil belajar keterampilan dasar bermainbulutangkis.Berikut formula yang digunakan dalam analisis persentasi meta rubrik adalah sebagai berikut : Persentasi (%) = �� �

� � 100 %

3. Pengujian estimasi reliabilitas yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu tipe interclass coefficientreliability dan intraclasscoefficientreliability(Morrow, at al, 2005 ; Bresciani, Oakleaf, Duncan, & Hickmott. 2009 ; Thomas, Nelson, Silverman.2005). Pengujian estimasi reliabilitas tipe interclass reliability akan menggunakan model test-retestreliability sedangkan pada tipe intraclass reliability akan menggunakan model Croncbach’s alpha dan Interrater reliability (Morrow, at al, 2005 ; Bresciani, Oakleaf, Duncan, & Hickmott. 2009 ; Thomas, Nelson, Silverman. 2005 ;). Asumsi digunakannya metode test-retest reliabilitybertujuan untuk melihat kestabilanpengukuran dalam kaitannya dengan instrumen yang telah dikembangkan (Popham. 2011. hal. 63 ; Kusaeri & Suprananto. 2012. hal.85) dengan teknik analisis yang akan digunakan adalah person prodact moment (PPM) yaitu melihat korelasi antara tes pertama dan tes kedua (Morrow, at al. 2005 ; Crocker & Algina. 1986 ; Popham. 2011 ; Azwar, 2011; Susetyo, 2011; Santun Naga, 2012), metode test-retest yang akan digunakan dalam uji coba adalah same day test retest method, yaitu pengulangan tes yang dilaksanakan pada hari yang sama (Thomas, Nelson, Silverman. 2005. hal.201). Kemudian pada model kedua yaitu Croncbach’s alpha digunakan untuk mengukur


(21)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

konsistensi internal dengan tujuan mengukur homogenitas yang didalamnya memfokuskan pada dua aspek penting yaitu isi (content) dan aspek heterogenitas dari tes tersebut, semakin homogen data yang dihasilkan, maka koefisien alpha akan semakin besar, ini artinya tes yang sudah dikembangkan semakin konsisten (Sukardi, 2012.hlm. 50). Pada model selanjutnya yaitu metode inter rater reliability digunakan untuk melihat kesepakatan antara retar dalammenilai, hal tersebut dilakukan untuk mengukur konsistensi penyekoran bila sebuah tes dinilai oleh dua orang atau lebih (Kusaeri & Suprananto. 2012. hal.84 ; Croker & Algina. 1986. hal.143). Teknik analisis interrater yang akan digunakan pada penelitian ini adalah teknik ICC (Intraclass Correlation Coefficient) atau koefisien korelasi antar kelas dengan menggunakan analisis statistic ANOVA, pengunaan ICC diasumsikan karena jumlah rater yang menilai dalam uji coba pertama sebanyak tiga penilai, sebagaimana pandangan Susanto (2010) yang mengemukakan bahwa ICC digunakan “apabila jumlah rater lebih dari dua orang”, sedangkan rater yang berjumlah 2 orang analisis hendaknya mengunakan Kappa (Goodwin, 2001). Tipe ICC yang digunakan dalam analisis ini adalah tipe kesepakatan (agreement) yaitu penilaian yang menekankan pada kesamaan dan kesepakatan yang diberikan oleh para penilai (Muryanto. 2013. Hlm.53), kemudian model yang digunakan dalam ICC yaitu model two way mixedmodel yaitu rater yang dilibatkan dalam penelitian ini merupakan rater pilihan dan sudah ditetapkan sejak awal serta tidak dipilih secara random dalam satu populasi penilai (Muryanto. 2013. hlm.54). Ketiga pengujian reliabilitas pada metode test retest, croncbach’s alpha dan interrater akan dibantu oleh program aplikasi statistic SPSS windows versi 21.Formula yang digunakan dalam analisis pengujian reliabilitas ITHB KDBB adalah sebagai berikut :

a. Formula Person Product Moment (PPM)

��1�2 =

�1�2−( �1) ( �2)

�1 2−( �1)2 �2 2−( �2)2


(22)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu = Jumlah peserta tes

�1 = Tes pertama

�2 = Tes kedua

Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 108) b. Formula Cronbach Alpha

��=

−1(1−

�12

2 ) Dimana :

�� = Koefisien relibilitasalpha cronbach

�12 = Jumlah seluruh variansi butir

��2 = Variansi skor responden

= Jumlah butir yang setara

� = Sekor responden

Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 120&Santun Naga,2012, hlm. 234) c. Formula Intraclass Coefisien Corelation (ICC)

= � −

Dimana :

= Koefisien korelasi intraclass

� = Between-subject (or indivuduals) mean of squares

=Error or residual mean of squares Sumber : (Goodwin, 2001&Thomas, at al, 2005)

4. Motode pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ITHB KDBB adalah criterion related validity atau validitas berdasarkan kriteria dengan jenis predictive validity atau validitas prediksi (Morrow, 2005 ; Lacy, 2011 ; Azwar, 2011, Susetyo, 2011), kriteria yang digunakan dalam pengujian validitas ITHB KDBB adalah tournament participation atau game


(23)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

performance yaitu rangking yang dihasilkan dari skor dalam pertandingan setengah kompetisi dengan menggunakan teknik round robin (Baumgartner & Jackson, 1999 ; Lam & Zhang, 2002, Morrow, at al, 2005). Salah satu kriteria yang ada dalam teknikround robin game performanceadalah harus pada olahraga yang bersifat individual, hal tersebut sepadan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Morrow, at.al, (2005, hlm.98)“tournament partici-pation is rangking of abilities can be determined when everyone participates with everyone else best used when the skilled event is an individual

sport.”Atas dasar tersebut, kriteria roun robin game performancedipilih

dengan asumsi bahwa permainan bulutangkis merupakan olahraga yang bersifat individual. Teknik analisis data yang digunakan dalam validitas prediktif adalahkorelasi perbedaan peringkat(sperman rank order), hal tersebut diasumsikan karena data yang dikorelasikan dalam pengujian validitas ini adalah peringkat dari hasil skor pengukuran KDBB yang diukur menggunakan ITHB KDBB yang dikembangkan dengan peringkat dari hasil skor penampilan bermain dengan teknik round robin atau pertandingan setengah kompetisi(Baumgartner& Jackson, 1999 ; Lam & Zhang, 2002).Berikut Formula yang digunakan dalam analisis validitas prediksi ITHB KDBB sebagai berikut :

= 1 6

2

( 2−1)

Dimana :

2= Jumlah selisih perbedaan peringkat subjek yang sudah dikuadratkan = Jumlah sampel

Sumber : (Furqon, 2009 ; Corder & Foreman, 2009)

5. Pengujian konsistensi pukulan, Analisis yang digunakan dalam pengujian ini adalah reliabilitas konsistensi dengan model alpha cronbach, hal tersebut didasarkan pada asumsi dasar bahwa konsistensi pukulan dapat didasarkan oleh besaran koefisien reliabilitas, salah satunya adalah dengan model alpha


(24)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

cronbach, analisis yang digunakan dalam alpha cronbachdapat melihat variasi yang dihasilkan dari subjek tes antar trail atau percobaan pukulan, sehingga menemukan satu nilai konsistensi pada pukulan keberapa subjek sudah bisa menampilkan keterampilan yang sebenarnya (Morrow, at.al, 2005, hlm.89), oleh sebab itu, dengan analisis ini penulis dapat mengetahui pada kesempatan keberapa subjek sudah konsisten dalam menampilkan perfomanya sehingga dapat menjadi rujukan dan rekomendasi untuk uji coba tahap dua. Formula yang dapat digunakan dalam pengujian konsistensi pukulan adalah sebagai berikut :

��=

−1(1−

�2��

�2 )

Dimana :

�� = Koefisien relibilitasalpha cronbach �2�� = Jumlah seluruh variansi dalam percobaan

�2 � = Variansi skor untuk penjumlahan seluruh percobaan

= Jumlahpercobaan Sumber : (Morrow, at al, 2005, hlm. 90)

6. Pengujian terakhir dalam penelitian dan pengembangan ini adalah penentuan kriteria penilaian (norma penilaian), penentuan kriterian penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah metode Penilaian Acuan Patokan (PAP), hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk membuat kriteria atau klasifikasi keterampilan dalam penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis dan menentukan batas penguasaan minimum yang harus dikuasi oleh siswa atau atlit (Nurhasan, 2007, hlm. 408). Selain itu pemilihan metode PAP diasumsikan mengingat bahwa acuan kriteria memiliki focus pada pendefinisian kemampuan, oleh karena itu, PAP kebanyakan digunakan pada tes hasil belajar atau tes lain untuk menilai kemampuan siswa (Kusaeri & Suprananto, 2012, hlm. 47). Penentuan batas penguasaan minimum ditetapkan oleh para SME melalui proses standard settingdengan menggunakan metode angoff. Hal tersebut bertujuan untuk menentukan batas kelulusan pada suatu


(25)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

keterampilan, dan melihat sejauh mana probabilitas persentasi item–item tugas gerak yang telah disusun dapat kuasai oleh para siswa menurut subject matterexpert (SME).


(26)

Burhan Hambali, 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS


(1)

konsistensi internal dengan tujuan mengukur homogenitas yang didalamnya memfokuskan pada dua aspek penting yaitu isi (content) dan aspek heterogenitas dari tes tersebut, semakin homogen data yang dihasilkan, maka koefisien alpha akan semakin besar, ini artinya tes yang sudah dikembangkan semakin konsisten (Sukardi, 2012.hlm. 50). Pada model selanjutnya yaitu metode inter rater reliability digunakan untuk melihat kesepakatan antara retar dalammenilai, hal tersebut dilakukan untuk mengukur konsistensi penyekoran bila sebuah tes dinilai oleh dua orang atau lebih (Kusaeri & Suprananto. 2012. hal.84 ; Croker & Algina. 1986. hal.143). Teknik analisis interrater yang akan digunakan pada penelitian ini adalah teknik ICC (Intraclass Correlation Coefficient) atau koefisien korelasi antar kelas dengan menggunakan analisis statistic ANOVA, pengunaan ICC diasumsikan karena jumlah rater yang menilai dalam uji coba pertama sebanyak tiga penilai, sebagaimana pandangan Susanto (2010) yang mengemukakan bahwa ICC digunakan “apabila jumlah rater lebih dari dua orang”, sedangkan rater yang berjumlah 2 orang analisis hendaknya mengunakan Kappa (Goodwin, 2001). Tipe ICC yang digunakan dalam analisis ini adalah tipe kesepakatan (agreement) yaitu penilaian yang menekankan pada kesamaan dan kesepakatan yang diberikan oleh para penilai (Muryanto. 2013. Hlm.53), kemudian model yang digunakan dalam ICC yaitu model two way mixedmodel yaitu rater yang dilibatkan dalam penelitian ini merupakan rater pilihan dan sudah ditetapkan sejak awal serta tidak dipilih secara random dalam satu populasi penilai (Muryanto. 2013. hlm.54). Ketiga pengujian reliabilitas pada metode test retest, croncbach’s alpha dan interrater akan dibantu oleh program aplikasi statistic SPSS windows versi 21.Formula yang digunakan dalam analisis pengujian reliabilitas ITHB KDBB adalah sebagai berikut :

a. Formula Person Product Moment (PPM)

��1�2 =

�1�2−( �1) ( �2)

�1 2−( �1)2 �2 2−( �2)2


(2)

= Jumlah peserta tes

�1 = Tes pertama �2 = Tes kedua

Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 108)

b. Formula Cronbach Alpha

��= 1(1− �1

2 �2 )

Dimana :

�� = Koefisien relibilitasalpha cronbach

�12 = Jumlah seluruh variansi butir ��2 = Variansi skor responden

= Jumlah butir yang setara

� = Sekor responden

Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 120&Santun Naga,2012, hlm. 234)

c. Formula Intraclass Coefisien Corelation (ICC)

= � −

� Dimana :

= Koefisien korelasi intraclass

� = Between-subject (or indivuduals) mean of squares =Error or residual mean of squares

Sumber : (Goodwin, 2001&Thomas, at al, 2005)

4. Motode pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ITHB KDBB adalah criterion related validity atau validitas berdasarkan kriteria dengan jenis predictive validity atau validitas prediksi (Morrow, 2005 ; Lacy, 2011 ; Azwar, 2011, Susetyo, 2011), kriteria yang digunakan dalam pengujian validitas ITHB KDBB adalah tournament participation atau game


(3)

performance yaitu rangking yang dihasilkan dari skor dalam pertandingan setengah kompetisi dengan menggunakan teknik round robin (Baumgartner & Jackson, 1999 ; Lam & Zhang, 2002, Morrow, at al, 2005). Salah satu kriteria yang ada dalam teknikround robin game performanceadalah harus pada olahraga yang bersifat individual, hal tersebut sepadan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Morrow, at.al, (2005, hlm.98)“tournament partici-pation is rangking of abilities can be determined when everyone participates with everyone else best used when the skilled event is an individual sport.”Atas dasar tersebut, kriteria roun robin game performancedipilih dengan asumsi bahwa permainan bulutangkis merupakan olahraga yang bersifat individual. Teknik analisis data yang digunakan dalam validitas prediktif adalahkorelasi perbedaan peringkat(sperman rank order), hal tersebut diasumsikan karena data yang dikorelasikan dalam pengujian validitas ini adalah peringkat dari hasil skor pengukuran KDBB yang diukur menggunakan ITHB KDBB yang dikembangkan dengan peringkat dari hasil skor penampilan bermain dengan teknik round robin atau pertandingan setengah kompetisi(Baumgartner& Jackson, 1999 ; Lam & Zhang, 2002).Berikut Formula yang digunakan dalam analisis validitas prediksi ITHB KDBB sebagai berikut :

= 1 6

2

( 2−1)

Dimana :

2= Jumlah selisih perbedaan peringkat subjek yang sudah dikuadratkan

= Jumlah sampel

Sumber : (Furqon, 2009 ; Corder & Foreman, 2009)

5. Pengujian konsistensi pukulan, Analisis yang digunakan dalam pengujian ini adalah reliabilitas konsistensi dengan model alpha cronbach, hal tersebut didasarkan pada asumsi dasar bahwa konsistensi pukulan dapat didasarkan oleh besaran koefisien reliabilitas, salah satunya adalah dengan model alpha


(4)

cronbach, analisis yang digunakan dalam alpha cronbachdapat melihat variasi yang dihasilkan dari subjek tes antar trail atau percobaan pukulan, sehingga menemukan satu nilai konsistensi pada pukulan keberapa subjek sudah bisa menampilkan keterampilan yang sebenarnya (Morrow, at.al, 2005, hlm.89), oleh sebab itu, dengan analisis ini penulis dapat mengetahui pada kesempatan keberapa subjek sudah konsisten dalam menampilkan perfomanya sehingga dapat menjadi rujukan dan rekomendasi untuk uji coba tahap dua. Formula yang dapat digunakan dalam pengujian konsistensi pukulan adalah sebagai berikut :

��= 1(1− � ��

2

�2 )

Dimana :

�� = Koefisien relibilitasalpha cronbach

�2�� = Jumlah seluruh variansi dalam percobaan

�2 � = Variansi skor untuk penjumlahan seluruh percobaan = Jumlahpercobaan

Sumber : (Morrow, at al, 2005, hlm. 90)

6. Pengujian terakhir dalam penelitian dan pengembangan ini adalah penentuan kriteria penilaian (norma penilaian), penentuan kriterian penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah metode Penilaian Acuan Patokan (PAP), hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk membuat kriteria atau klasifikasi keterampilan dalam penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis dan menentukan batas penguasaan minimum yang harus dikuasi oleh siswa atau atlit (Nurhasan, 2007, hlm. 408). Selain itu pemilihan metode PAP diasumsikan mengingat bahwa acuan kriteria memiliki focus pada pendefinisian kemampuan, oleh karena itu, PAP kebanyakan digunakan pada tes hasil belajar atau tes lain untuk menilai kemampuan siswa (Kusaeri & Suprananto, 2012, hlm. 47). Penentuan batas penguasaan minimum ditetapkan oleh para SME melalui proses standard settingdengan menggunakan metode angoff. Hal tersebut bertujuan untuk menentukan batas kelulusan pada suatu


(5)

keterampilan, dan melihat sejauh mana probabilitas persentasi item–item tugas gerak yang telah disusun dapat kuasai oleh para siswa menurut subject matterexpert (SME).


(6)