Gambar 5.5. Peta Erosi Dari hasil potensi erosi yang didapat disimpulkan kedalam kriteria kelas
erosi, berikut adalah rekapitulasi kriteria kelas erosi hasil perhitungan pada ArcGis 10.1.
Tabel 5.7. Kriteria Erosi DTA Banjarnegara Kelas
Kriteria Erosi tonhath
Persentase Luas I.
Sangat Rendah Sangat Baik
0 - 20 37,15
II. Rendah
Baik 20 - 50
8,05 III.
Sedang Sedang
50 - 250 37,29
IV. Tinggi
Jelek 250 - 1000
17,15 V.
Sangat Tinggi Sangat Jelek 1000
0,36 Sumber: RLKT Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Buku II, 1986
Dari hasil rekapitulasi diatas ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, pada Daerah Tangkapan Air Banjarnegara 37,29 masuk dalam kriteria erosi
sedang kelas III, 37,15 masuk dalam kriteria erosi sangat baik kelas I dan kawasan yang masuk dalam kriteria erosi sangat jelek kelas V hanya 0,36 dari
luas total. Peta kriteria erosi dapat dilihat pada gambar 5.6.
Gambar 5.6. Peta Kriteria Erosi
43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari laporan tugas akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model MUSLE, potensi
erosi pada Daerah Tangkapan Air Banjarnegara sebesar 8.034.369,38 tontahun.
2. Berdasarkan hasil tersebut, tegalan dan kebun menjadi penyumbang erosi
terbesar pada Daerah Tangkapan Air Banjarnegara dengan persentase erosi mencapai 89,864 dari erosi total. nilai erosi terbesar terjadi pada tegalan
dengan nilai erosi sebesar 4.966.241,91 tontahun yaitu 61,81 dari erosi total.
3. Berdasarkan nilai diatas, tegalan menjadi penyumbang erosi terbesar. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tataguna lahan cukup berpengaruh pada jumlah erosi yang terjadi.
4. Erosi pada Daerah Tangkapan Air Banjarnegara 37,29 masuk dalam kriteria
kelas erosi sedang kelas III, 37,15 masuk dalam kriteria kelas erosi sangat rendah kelas I dan kawasan yang mengalami erosi sangat tinggi kelas V
hanya 0,36 dari luas total.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model MUSLE, tegalan menjadi penyumbang sedimentasi terbesar. Sehingga perlu penataan
dalam penggunaan dan pengelolahan lahan guna mengurangi produksi sedimen pada daerah tangkapan air Banjarnegara. Selain itu perlu dilakukan penanaman
kembalireboisasi pada hutan karena penggundulan hutan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu juga perlu ditanam tanaman yang dapat menahan
tanah, karena kondisi kemiringan lahan yang sangat curam. Saran untuk peneliti selanjutnya agar membandingkan hasil survey dilapangan dengan hasil hitungan.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, A.,S. Abujamin, and U.Kurnia. 1984. Soil and Management Practices For Erosion Control. In Lal, R.1990, Soil Erosion in The Tropics
Principles and Management, Mc Graw – Hill, Inc., New York.
Anonim. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai.
Jakarta: Jurnal Menhut. Anonim. 1986. Pola Rehabilitasi dan Konservasi Tanah DAS Citarum. Buku I
Anonim. 1986. Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Buku II Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor
Press, Bogor. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta Asdak, C. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit
Gajah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta. Bara’tau, Mariana. 2012. Analisis Muatan Sedimen Pada DAS Tallo Hulu Sub
DAS Jenepangkalung dan Sub DAS Jenetalinggoa. Program Studi Ilmu Kehutanan. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin Makassar.
Baskara, Ridho. 2015. Prediksi Nilai Nisbah Hantaran Sedimen Di Daerah Tangkapan Air Waduk Sermo Berdasarkan Analisis Morfometri. Tugas
Akhir. Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Blaszczynski,
J. 2003.
http:www.blm.govnstcresourcenotesrn66.html. Estimating Watershed Runoff and Sediment Yield Using a GIS Interface to
Curve Nomber and MUSLE Models, BLM-National Science and Technology Center. diakses 28 Mei 2014.
Chay, Asdak. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Daniel, M.. 2005. SRTM DEM Suitability in Runoff Studies. International Institute For Geo-Information Science and Earth Observation Enschede, The
Netherland. Kementrian Kehutanan. 2013. Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Dan Perhutanan Sosial. Jakarta: Direktur Jenderal
Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial. Komariah. 2014. Analisis Sediment Yield Pada Area Waduk Sermo Dengan
Metode MUSLE. Tugas Akhir. Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Kumar, P Sundara., Praveen, T.V., Prasad, M Anjaneya., Mounika, L., Santhi, T., Kumar, T Bharat. Simulation of Sediment Yield over Ungauged Stations
Using Musle Case Study Meghadrigedda Reservoir. International Journal of Earth Sciences and Engineering. ISSN 0974-5904, Vol. 08, No. 02,
April, 2015, pp. 497-501.
Murtiono, Ugro Hari. 2008. Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan, Debit Puncak Aliran, dan Erosi Tanah dengan Model Soil
Conservation Service scs, Rasional dan Modified Universal Soil Loss Equation MUSLE Studi Kasus di DAS Keduang, Wonogiri. Balai
Penelitian Kehutanan Solo.