USULAN PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM STUDI

USULAN PROPOSAL PENELITIAN
Analisa Pola Perubahan Penggunaan Lahan di DAS (Daerah
Aliran Sungai) Banjir Kanal Barat, Kota Semarang
Menggunakan Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan
Jauh

Disusun untuk memenuhi prasyarat mata kuliah Metodologi Penelitian

Disusun oleh :
Risty Khoirunisa

21110111190088

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785; 76480788
e-mail : jurusan@geodesi.ft.undip.ac.id
2014

Usulan Proposal Penelitian


BAB I
PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang
Pola penggunaan lahan di suatu wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai)

yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penataan ruang di wilayah DAS dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti terbentuknya lahan kritis maupun
terjadinya pencemaran. Peningkatan berbagai aktivitas di wilayah sungai yang
tidak memperhatikan penataan wilayah akan mengakibatkan dampak negatif
berupa menurunnya kualitas air sungai. Degradasi lingkungan tersebut terkait
dengan pola penggunaan lahan di sekitar yang tidak memperhatikan kaidahkaidah penataan ruang, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
tingkat pencemaran di wilayah tersebut. Perubahan penggunaan lahan
mempengaruhi keseimbangan lingkungan yang dapat memberi pengaruh positif
maupun negatif, terutama pengaruh terhadap limpasan permukaan, erosi dan
pencemaran (Makara, Teknologi, Vol. 7, No. 1, April 2003 ).
Pola penggunaan lahan di suatu wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai)
yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penataan ruang di wilayah DAS dapat

menimbulkan berbagai masalah seperti terbentuknya lahan kritis maupun
terjadinya pencemaran. Analisa dampak perubahan lahan di DAS Sungai Banjir
Kanal Barat, Kota Semarang ini merupakan salah satu langkah untuk mengetahui
seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh perubahan penggunaan lahan di
sekitar sungai terhadap tingkat pencemaran yang terjadi. Analisis dilakukan
dengan menggunakan metoda Inderaja (Penginderaan Jauh) dan model monitoring
kualitas air melalui SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk mengevaluasi dan
memonitor penataan dan pengelolaan lingkungan. Hasil analisis tersebut
diharapkan dapat digunakan dalam pengendalian pemanfaatan lahan di wilayah
Bantaran Sungai Banjir Kanal Barat.

1

Usulan Proposal Penelitian

Posisi Geografis kota Semarang terletak di pesisisr pantai utara jawa
tengah dengan luas wilayah sekitar 373,67 km2. Sebelah utara berbatasan dengan
Laut Jawa, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, Sebelah barat dengan
Kabupaten Kendal, dsn sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang. Topografi
daerah Semarang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Semarang terkenal

dengan banjir atau luapan air, baik air dari sungai maupun air dari laut (biasa
disebut banjir rob).
Terdapat Beberapa sungai yang mengalir di Kota Semarang, diantaranya
yaitu Sungai Babon, Kripik, Kreo, Banjir Kanal Timur, Banjir Kanal Barat, dan
Garang. Sungai Banjir Kanal Barat adalah sungai yang paling terkenal di kota
semarang, bahkan dijadikan objek wisata. Banjir Kanal Barat merupakan
gabungan Sungai Garang, Kreo dan Kripik yang berasal dari Gunung Ungaran
yang merupakan sistem sungai terbesar di Kota Semarang (wikipedia.org).

I.2.

Maksud dan Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah agar hasil analisis dari

penelitian dapat dimanfaatkan sebagai indikator nilai pencemaran sungai juga
perubahan tata guna lahan di DAS sungai Banjir Kanal barat dari tahun ke tahun,
serta dapat dijadikan parameter untuk pembenahan bangunan di sekitar sungai
bagi pemerintah

I.3.


Rumusan Permasalahan
Dari maksud dan tujuan diatas, kami mengelompokkan rumusan

permasalahan sebagai berikut :
A. Bagaimana pengelolaan citra dan peta menggunakan metode SIG dan
Inderaja dalam analisa perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai
Banjir Kanal Barat, Kota Semarang?
B. Bagaimana hasilnya berkaitan dengan kondisi fisik bantaran dan
pencemaran sungai?

2

Usulan Proposal Penelitian

I.4.

Ruang Lingkup Permasalahan
Pembatasan permasalahan agar menjurus sesuai dengan teman penelitian


dikelompokkan sebagai berikut :
A. Pengelolaan Citra Digital kota Semarang tahun 2013
B. Peta penggunaan lahan kota semarang 10 tahun yang lalu sebagai
pembanding perubahan tataguna lahan
C. Analisis Overlay peta
D. Skoring dan Pembobotan menggunakan model AHP

3

Usulan Proposal Penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Anon (2001) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem

Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks

(atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference).
Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan
melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan
dengan geografi.
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan
yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi
manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi
untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan
alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi.
Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto
udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi (Nurshanti,
1995). Berikut ini beberapa definisi SIG berdasarkan para ahli :
1. Menurut Aronaff, 1989.
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang
memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta
memberi uraian.

2. Menurut Barrough, 1986.
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan,
pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data
keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.
4

Usulan Proposal Penelitian

3. Menurut Marble et al, 1983.
SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
4. Menurut Berry, 1988.
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data
keruangan.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan
pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja computer (mesin).Sumber
Informasi Geografi Sumber informasi geografi selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu (bersifat dinamis), sejalan dengan perubahan gejala alam dan
gejala sosial.

II.2.


Pemrosesan Data SIG
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem

manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan
yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi
manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi
untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan
alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi.
Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto
udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi.
Sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta
atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1.

Komponen masukan data, merupakan proses pemasukan data pada komputer

dari peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis

penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh,
dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog
maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta
oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database). Beberapa

5

Usulan Proposal Penelitian

contoh alat masukan data adalah digitizer, scanner, keyboard komputer,
CD reader, diskette reader.
2.

Komponen pengelolaan data (data

storage

dan retrieval) ialah

penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat

(penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada kertas).
Alat penyimpan dan pengolah data adalah komputer dengan hard disk-nya,
tapes or cartridge unit, CD writer .

3.

Komponen manipulasi dan analisis data ialah kegiatan yang dapat
dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua tema
peta, membuat buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan
sebagainya. Anon (2003) mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data
merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan
analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan
informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi.

4.

Komponen luaran data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil
pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Hasil
ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di atas
kertas atau media lain (hard copy), atau dalam cetak lunak (seperti file

elektronik). Alat penampil dan penyaji keluaran/informasi (monitor
komputer, printer, plotter).
Dalam pembuatan GIS diperlukan software yang menyediakan fungsi tool

yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi
geografis. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen
software GIS adalah:

a.

Tool untuk melakukan input dan transformasi data

b.

Sistem Manajemen Basisdata (SMBD)

c.

Tool yang mendukung query geografis, analisis dan

d.

Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool

geografi.
Inti dari software GIS adalah software GIS itu sendiri yang mampu
menyediakan fungsi-fungsi untuk penyimpanan, pengaturan, link, query dan

6

Usulan Proposal Penelitian

analisis data geografi. Modul dasar perangkat lunak SIG: modul pemasukan dan
pembetulan data, modul penyimpanan dan pengorganisasian data, modul
pemrosesan dan penyajian data, modul transformasi data, modul interaksi dengan
pengguna (input query).

II.3

Overlay

Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot.
Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang
lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang
memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut.
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda.

Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih
dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.
Teknik yang digunakan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni union
dan intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa Matematika, maka union adalah
gabungan, intersect adalah irisan. Hati-hati menggunakan union dengan maksud
overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi

secara konsep overlay tidak. Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada
overlay untuk menggabungkan atau melapiskan dua peta dari satu daerah yang

sama namun beda atributnya yaitu
1.

Dissolve themes
Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas antara poligon yang

mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang
berbeda
2.

Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer menjadi

1 buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut
saling mengisi atau bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu
sama lain.

7

Usulan Proposal Penelitian

3.

Clip One Themes
Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam wilayah

yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa atau
kecamatan. Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan atributnya
berdasarkan batas administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan
dihasilkan yaitu layer dengan luas yang kecil beserta atributnya.
4.

Intersect Themes
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer input

atau masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan
output dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.
5.

Union Themes

Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon
dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan
atau kelas atribut.
6.

Assign Data Themes
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur theme

kedua ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama Secara
mudahnya yaitu menggabungkan kedua tema dan atributnya

II.4

Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi

tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek
tersebut (Rees, 2001). Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran
berbagai perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek berada. Proses
tersebut dilakukan dengan cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan
atau dipancarkan, memproses, menganalisa dan menerapkan informasi tersebut.
Informasi secara potensial tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang
terbangun dari permukaan bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi
spasial, spektral dan temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003).
Variasi spasial, spektral dan temporal memberikan tambahan informasi
yang saling melengkapi. Sebaran bentukan garis lurus yang membentuk jalur-jalur

8

Usulan Proposal Penelitian

memberikan informasi terdapatnya suatu aktifitas dilokasi tersebut. Bentukanbentukan teratur yang menyerupai rumah menambah informasi bahwa lokasi
tersebut juga menjadi tempat tinggal. Dua informasi tersebut berasal dari adanya
variasi spasial obyek pada citra. Warna merah kecoklatan memperjelas perbedaan
kumpulan obyek rumah dengan lokasi lahan bertutupan vegetasi yang berwarna
hijau. Tambahan informasi ini berasal dari adanya variasi spektral yang dapat
secara detil menambah akurasi identifikasi obyek.
Perubahan jumlah obyek pada satu lokasi yang terdapat pada dua atau
lebih citra akan memberikan informasi tentang pertumbuhan fenomena di lokasi
tersebut. Informasi pada suatu lokasi yang sama dari dua citra yang berbeda waktu
perekamannya memberikan informasi multi temporal. Informasi multi temporal
ini sangat bermanfaat dalam menganalisis perubahan fenomena yang terjadi pada
rentang waktu tertentu di lokasi tersebut
Data penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra penginderaan jauh
memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data
penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor
(Bukata, 2005). Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi
setelah dilakukan proses interpretasi terhadap data tersebut. Interpretasi citra
merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan penterjemahan
data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh untuk
memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat
diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses interpretasi citra ini
(Horning, 2010). Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan
pada karakteristik berikut :
1. Target dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
2. Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya
Kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang
luas tanpa persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam
berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah
diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi, degradasi lahan,
bencana alam, hingga perubahan iklim (Adosi, 2007).

9

Usulan Proposal Penelitian

II.5

Citra Digital
Citra digital adalah citra yang diperoleh, disimpan, dimanipulasi dan di

tampilkan dengan berbasis logika biner. Citra ini meliputi citra yang dihasilkan
melalui pelarikan (pemindaian) atau Scanner, dihasilkan dengan bantuan
perangkat lunak CAD (Computer-Aided Design) maupun citra yang diperoleh dari
sistem perekaman melalui sensor yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit.
(Roder, 2009).
Citra digital diperoleh malalui proses peniruan atas kenampakan nyata.
Kenampakan dapat berupa kenampakan dipermukaan bumi dan juga peta hasil
penggambaran tangan. Untuk mengubah kenampakan bukan digital menjadi citra
digital adalah Scanner (pemindai). Scanner adalah suatu alat optik elektronik
yang dapat dipakai untuk menangkap informasi pantulan atau pancaran
gelombang elektromagnetik dari suatu permukaan yang direkam (diindera) oleh
sensor secara berurutan sebagai fungsi waktu.
Suatu objek dapat dicitrakan dengan dua cara, yaitu dengan cara forografis
dan pelarikan. Pada proses perekaman oleh sistem kamera fotografis seluruh
bagian yang terpotret direkam secara bersamaan. Dalam selang waktu yang sama
seluruh informasi pantulan cahaya dari objek masuk kedalam kamera melalui
lensa yang membuka dan direkam oleh lapisan perak halide pada film. Proses
perekaman inilah yang disebut proses perekaman serentak.
Bagian

demi

bagian

objek

diindera

direkam

melalui

pelarikan

(pemindaian) lalu informasi pantulan tiap bagian tersebut dicatat oleh komputer.
Tiap baris pada gambar yang dihasilkan terdiri atas sekumpulan sel-sel penyusun
gambar yang disebut piksel atau pixel (picture element). Tiap piksel mewakili satu
luasan tertentu pada permukaan yang terindera dan tiap piksel ini punya nilai
pantulan tertentu. Jadi, dengan kata lain piksel ini merupakan data yang punya
aspek spasial dan sekaligus aspek spectral (Sutanto, 1987).
Proses kerja pelarik tidak dapat dilepakan dari komputer, karena tipe data
yang dihasilkan pun biasanya harus diolah menggunakan komputer. Kemampuan
komputer dan sensor dalam mengubah informasi pantulan atau pancaran berbedabeda. Pada saat ini, umumnya sensor bekerja dalam 8 bit. Bit adalah satuan

10

Usulan Proposal Penelitian

terkecil informasi yang mengekspresikan ada tidaknya arus yang masuk.
Mengingat bahwa komputer adalah media elektronik yang bekerja dengan arus
listrik, maka basis bilangan yang dapat dipakai adalah bilangan biner (0 dan 1).
Nol dapat berarti ‘mati’, tidak ada arus masuk atau dapat dikatakan tidak; dan 1
berarti ‘hidup’, atau ada arus atau ya. Informasi yang disampaikan oleh arus ini
disimpan dalam register . Dalam sistem 1 bit, komputer hanya dapat memperoleh
2 kemungkinan informasi : ‘hidup’ atau ‘mati’.
Apabila sistem perekam gambar menggunakan pengkodean 2 bit, maka
setiap titik penyusun gambar (yang selanjutnya disebut piksel) mempunyai 2²
kemungkinan atau 4 tingkat : hitam (00), abu-abu gelap (01), abu-abu cerah (10),
dan putih (11). Sistem bilangan biner seperti ini dapat dikonversi ke sistem
bilangan desimal, dimana 00 pada sistem bilangan biner = 0 pada sostem bilangan
desimal dan selanjutnya 01 = 1, 10 = 2, 11= 3. Rentang atau julat 0–3 (yang
berarti 4 tingkat) mewakili 4 tingkat kecerahan pada piksel-piksel citra.
Saat ini, bit coding sensor satelit telah mampu menyimpan hingga 16 bit
atau 56.653

tingkat kecerahan, meskipun citra yang banyak digunakan, yaitu

citra Landsat Thematic Mapper dan SPOT HRV/HRVIR masih menggunakan 8
bit atau 256 tingkat kecerahan. Informasi 8 bit setara dengan 1 byte. Cara
penyimpanan citra ke dalam himpunan piksel dengan susunan baris-kolom disebut
dengan struktur atau format raster . Pada citra raster 8 bit, 1 piksel biasanya setara
dengan 2 byte. (Projo, 2002)

Sistem 1 bit :

Sistem 2 bit :

0 = mati (hitam)

0 0 = 0, hitam

1 = hidup (putih)

0 1 = 1, abu – abu gelap

1 0 = 2, abu – abu terang
1

1 = 3, putih

Gambar 2.1 Sistem Pixel Dengan Bit (Liang, 2004)

11

Usulan Proposal Penelitian

BAB III
RENCANA PENELITIAN

III.1

Data dan Bahan
Metode pendekatan dalam pengumpulan data menggunakan teknologi

penginderaan jauh, penyebaran secara spasial dan ditunjang dengan survey
Lapangan. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder sebagai
berikut:
A. Data primer:
1. Citra Landsat TM (Thematic Mapper) 8 tahun 2013
2. Data Lapangan (Survey wilayah DAS sungai Banjir Kanal Barat)
B. Data sekunder:
1. Peta penggunaan lahan tahun 2003 skala 1:25.000
2. Peta Administrasi kota Semarang skala 1:25.000
3. Data hasil uji analisis kualitas air COD, BOD, TSS tahun 2003 dan
tahun 2013.

Gambar 3.1. Kondisi sungai Banjir kanal Barat diambil dari udara

12

Usulan Proposal Penelitian

Gambar 3.2. Peta Tata Guna Lahan Semarang

Gambar 3.3. Peta Administrasi Semarang

13

Usulan Proposal Penelitian

Gambar 3.4 Citra Landsat Jawa Tengah

III.2

Peralatan dan Perangkat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Perangkat keras : komputer; digitizer ; plotter, printer
2. Perangkat Lunak: Software ERMapper untuk pengolahan citra; ArcGIS
10.0 untuk analisis data dan pemetaan/SIG; Microsoft Office 2010 untuk
pengolahan database.
3. Peralatan untuk pengumpulan data lapangan meliputi: GPS (Global
Positioning System) tipe Garmin untuk menentukan koordinat titik kontrol

geometri citra dan untuk mengetahui koordinat titik sampling contoh air
sungai;
4. Peralatan

laboratorium

kualitas

air

(tipe

Horiba )

berupa

alat

spektrofotometer untuk uji sampling sekali setiap bulan.

14

Usulan Proposal Penelitian

III.3

Diagram Pelaksanaan
Pengolahan Citra Landsat Kota Semarang 2013 (Cropping,
Enhancement, Komposit Band RGB, Interpretasi, Klasifikasi)

Ground Cek (Survey GPS)

Deliniasi

Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang tahun 2013

Digitasi Peta RBI dan Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang
Tahun 2003

Editing Peta (Tranformasi Datum dan Koordinat, Penambahan
Atribut)

Overlay Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang tahun 2013
dengan tahun 2003

Penambahan data atribut tingkat pencemaran dan
parameternya

Analisa Regresi dan Statistik (Menggunakan Skoring dan
Pembobotan)

Hasil Penelitian

Gambar 3.5. Diagram Pelaksanaan

Pada tahap awal dilakukan pemrosesan Citra Landsat TM8 tahun 2013
dengan menggunakan software ERMapper yang diinterpretasikan menjadi peta

15

Usulan Proposal Penelitian

penggunaan lahan tahun 2013. Sedangkan peta penggunaan lahan (landuse) tahun
2003 diperoleh dengan cara digitasi terhadap peta penggunaan lahan skala
1:25.000.
Pengolahan database SIG, pengolahan analisis spasial dan statistik
menggunakan software ArcGIS 10.0 untuk membuat model perubahan
penggunaan lahan terhadap tingkat pencemaran yang dianalisis dari nilai
kandungan BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand)
dan TSS (Total Suspended Solid) pada tiap titik pantau dalam suatu segmen (area)
DAS sungai Banjir Kanal Barat, Semarang.
Adapun tahapan pembuatan model SIG, sebagai berikut:
1.

Proses digitasi peta penggunaan lahan hasil citra terklasifikasi skala
1:25.000 untuk wilayah DAS Sungai Banjir Kanal Barat, dengan
menggunakan digitizer yang kemudian dilakukan transformasi dari raster
ke vektor dengan hasil coverage penggunaan lahan;

2.

Overlay geometrik antara layer lahan dan sungai, lokasi industri dan titik-

titik pantau dengan input data skala 1 : 25.000 dan hasil overlay skala 1 :
25.000
3.

Pembuatan Sistem Informasi Geografiss (SIG) dilakukan dengan
menambahkan basis data BOD, COD, TSS dan data-data atribut seperti
jenis industri, kode titik pantau dan jenis parameter.

III.4

Rencana Kegiatan

Tabel 3.1 Timeline Kegiatan
Kegiatan

Bulan Ke1

2

3

4

5

Persiapan dan pengumpulan data
Bimbingan 1 (Data ready)
Pembuatan Proposal Usulan Penelitian
Pengolahan data Citra dan survey titik pantau

16

Usulan Proposal Penelitian

dengan GPS
Digitasi Peta, Editing, overlay, dan Skoring
(Pengolahan dengan SIG)
Bimbingan 2
Analisa

dengan

Data

pencemaran

dan

pembobotan
Hasil Akhir
Pembuatan Laporan Akhir Penelitian

17

Usulan Proposal Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Aini, Anisah. 2011. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya .
STMIK AMIKOM Yogyakarta
Sukojo, Bangun Muljo dan Diah Susilowati. 2003. Penerapan metode
penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk analisa
perubahan penggunaan lahan (studi kasus: wilayah kali surabaya ).

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 1.
Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid II, Edisi 2, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1994.
http://www.guntara.com/2013/01/pengertian-overlay-dalam-sistem.html
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/10/manipulasi-dan-analisis-data.html
http://sapoelidie.webatu.com/sistem_informasi_geografis.php

18

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22