penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani itu merugikan. Jika nilai RC rasio
= 1 berarti kegiatan usaha tempe berada pada kondisi impas dimana usaha memberikan
jumlah penerimaan yang sama dengan jumlah yang dikeluarkan.
Nilai revenue penerimaan dan cost biaya diperlukan agar dapat menghitung
RC rasio dan sekaligus menghitung nilai pendapatan usaha tempe. Pendapatan usaha
tempe adalah terdiri dari pendapatan total dan pendapatan tunai. Pendapatan total
adalah jumlah total penerimaan dikurangi dengan jumlah total biaya. Pendapatan tunai
adalah jumlah total penerimaan dikurangi dengan jumlah biaya tunai.
Wawancara mendalam, digunakan untuk mengetahui
strategi pensiasatan
yang dilakukan oleh para pengrajin tempe ketika
harga bahan baku yaitu kedalai mengalami kenaikan harga.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden
Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 30 responden pengrajin tempe,
mayoritas mereka adalah laki-laki. Ini dapat dilihat dari jumlah responden hanya ada 2
perempuan dari 30 responden pengrajin tempe. Kemungkinan alasannya adalah
karena kesadaran peran laki-laki bahwa mereka mempunyai kewajiban bertanggung
jawab
untuk menafkahi
keluarganya, sementara perempuan sebagai seorang istri
berperan membantu
suaminya dalam
berbisnis. Responden terbesar adalah mereka pada
kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 40 persen 12 responden. Responden terbesar
selanjutnya adalah kelompok usia 40-49 tahun
sebanyak 26.67.
Sedangkan kelompok umur 20-29 tahun dan 50-59 tahun
masing-masing kelompok tersebut berjumlah 16.67 persen 5 responden.Jadi, sebaran
responden berdistribusi normal.
Adapun jangka
waktu mereka
menjalankan bisnis mereka berkisar antara 1- 5 tahun ada 13,79 persen. Profesi mereka
sebelumnya bermacam-macam, ada yang tukang listrik atau pekerjaan tidak tetap.
Mereka berharap usaha tempe mempunyai prospek yang cerah karena potensi pasar
yang baik dan tidak memerlukan keahlian terlalu tinggi.
Responden yang telah menjalankan bisnis ini selama 6-10 tahun ada sekitar 17,24
persen.Sedangkan mayoritas responden telah menjalankan usahanya ini selama lebih dari
15 tahun sebanyak 68,97 persen 21 orang.
Ada 62 persen 18 responden memilih sebagai pengrajin tempe dengan alasan
sebagai bisnis keluarga turun temurun, sisanya beralasan karena modalnya kecil 6,9
persen, potensi pasar yang luas 20,7 persen dan tidak memerlukan keahlian yang tinggi
13,8 persen.
Analisis Revenue-Cost
Hasil analisis Revenue-Cost tersebut sebagaimana tertulis dalam table berikut:
Tabel 2 Pendapatan dan Rasio RC
Pendapatan Sebelum
Setelah Pertum-buhan
Operating Income 228,020.51
105,461.95 -53.75
Net Income 224,412.97
102,159.12 -54.48
Rasio RC
RC of cash cost 1.37
1.26 -8.06
RC of total cost 1.30
1.19 -8.46
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015
53
Analisis keseimbangan antara total pendapatan dengan total biaya adalah salah
satu metode untuk mengukur keuntungan bisnis. Kriteria analisisnya adalah jika nilai
RC lebih besar daripada 1, maka usaha tersebut masih mengalami keuntungan dan
layak jalan karena nilai pendapatan lebih besar daripada total biaya. Jika nilai RC
lebih kecil dari 1, artinya usahanya rugi dan kurang layak untuk dijalankan. Ketika RC
sama dengan 1 menunjukkan bahwa usaha tersebut dalam keadaan titik impas break
even point karena total pendapatan sama dengan total biaya. Ada dua cara
penghitungan analisis RC, yaitu RC pengeluaran kas dan RC pada total biaya.
Hasil RC pada biaya setelah kenaikan harga kedelai mengalami penurunan sebesar
6.47 persen. Padahal sebelum kenaikan harga kedelai nilai RC sebesar 1.37.
Artinya, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,37.
Setelah terjadi kenaikan harga kedelai, RC pada pengeluaran kas menurun 1,26. Hal ini
berarti setiap Rp 1 pengeluaran kas menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,26.
Penurunan nilai RC pada biaya kas karena penurunan total pendapatan lebih besar
daripada reduksi biaya kas.
Ketika harga kedelai naik, Nilai RC biaya total menurun dari 1,3 menjadi 1,19.
Hal ini berarti setiap Rp 1 total biaya menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,19.
Penurunan nilai
RC total
biaya menyebabkan
penurunan nilai
total pendapatan. Penurunan tersebut lebih besar
daripada pengurangan total biaya. Penurunan jumlah kesediaan kedela
dunia disebabkan beberapa faktor. 1 Penurunan produksi kedelai Amerika Selatan
pada pertengahan
tahun 20112012.2
Kelanjutan Permintaan kedelai yang tinggi di Cina 3 Perubahan musim panas dan kering
AS yang
tidak sesuai
jadwal pada
pertengahan tahun 2012. Permasalahan bahan kebutuhan pokok
pangan sebenarnya tidak dapat terpisahkan dari kebijakan pemerintah terhadap para
petani. Di satu sisi Indonesia mempunyai potensi pertanian yang subur dan produktif
terbaik kelima di dunia. Ironisnya, Indonesia masih tetap mengimpor bahan pangan. Hal
tersebut disebabkan karena beberapa hal. 1. Kelemahan peran pemerintah dalam
proses intensifikasi pertanian. Hal ini menyebabkan penurunan produksi, padahal
intensifikasi terutama dalam hal peningkatan kualitas
bibit unggul
dan teknologi
pengolahan lahan secara efisien, mendorong peningkatan produktivitas tanah pertanian.
Produksi kedelai tahun 2012 lebih rendah dibandingkan tahun 2010 dari
907.000 ton menjadi 779.800 ton. Jumlah tersebut tidak mencukupi kebutuhan kedelai
sebesar 2,2 juta ton per tahun. Penurunan produksi terkait dengan proses intensifikasi
disebabkan karena harga pupuk yang semakin mahal menyebabkan peningkatan
biaya produksi. Banyak petani kedelai yang merugi, akibatnya mereka banyak yang
menghentikan penanaman kedelai.
Kenaikan harga bibit dan pupuk merupakan dampak dari pengurangan subsidi
yang disediakan oleh pemerintah. Sebagai perbandingan, subsidi tersebut untuk tahun
2010 sebesar Rp 18,4 trilyun, sementara tahun 2011 anggaran tersebut turun menjadi
Rp 16,4 trilyun. Terlebih subsidi bibit mengalami penurunan, pada tahun 2010 dari
Rp 2,3 trilyun menjadi Rp 120,3 milyar pada tahun anggaran 2011. Penurunan subsidi
menyebabkan kenaikan harga bibit dan pupuk yang berdampak pada penurunan
margin keuntungan petani, bahkan ada beberapa petani yang mengalami kerugian.
2. Peran pemerintah yang lemah dalam ekstensifikasi pertanian. Berdasarkan data
Biro Pusat Statistik 2010 luas lahan pertanian semakin berkurang setiap tahun
sebesar 12,6 ribu hektar di pulau jawa. Sementara berdasarkan Tim Keamanan
Pangan Nasional, ada 110 ribu hektar lahan pertanian
alih fungsi
menjadi lahan
pemukiman. 3. Kebijakan pemerintah dalam produksi
makanan lebih berpihak kepada pasar. Ketika harga kedelai naik, pemerintah mengambil
kebijakan yang relatif mudah yaitu lebih memilih mengimpor kedelai dari luar negeri
dibandingkan membuat kebijakan untuk
Univesity Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
54
meningkatkan produksi domestik melalui inovasi dan kreativitas intensifikasi dan
ekstensifikasi. Sebenarnya kebijakan impor tersebut
merupakan konsekuensi dari kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan IMF
untuk menerapkan liberalisasi perdagangan. Sebagai contoh adalah negara Haiti yang
juga telah menyepakati perjanjian tersebut, dengan melakukan pemotongan tarif impor
dari 35 menjadi 3. Hasilnya adalah adanya peningkatan impor sebesar 150 dari
tahun 1995 sampai tahun 2003.
5. SIMPULAN