21 Dari hasil pengujian di lab karakteristik Fly Ash mengandung unsur:
Tabel 2.4 Unsur yang terkandung dalam Fly Ash
No. Parameter
Satuan Hasil
Metode 1.
Silika sebagai SiO
2
72,2 Gravimetri
2.
Aluminium sebagai Al
2
O
3
18,8 Perhitungan
3. Besi sebagai Fe
2
O
3
0,79 A A S
4.
Kalsium sebagai CaO 4,79
Tritimetri
5.
Magnesium sebagai MgO
3,50 Gravimetri
6. Sodium sebagai Na
2
O 0,03
A A S
7. Potasium sebagai K
2
O 0,04
A A S
8.
Fosfor sebagai P
2
O
5
0,19 Spektrofotometri
9.
Sulfur S 2,12
Gravimetri
10.
Mangan mgKg
81,8 A A S
Sumber : Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
Dari hasil pemeriksaan kandungan silika pada Fly Ash sangat dimungkinkan dilakukannya pemanfaatan abu tersebut sebagai bahan substitusi
semen yang dapat digunakan pada pembuatan Paving Block.
2.7 Bottom Ash
Bottom Ash adalah material hasil sisa pembakaran batubara yang tidak
sempurna yang memiliki partikel meyerupai pasir dengan karakteristik fisik berwarna abu-abu gelap, berbentuk butiran berporos sehingga dianggap mampu
mengurangi penggunaan pasir.
Gambar 2.3 Skema mendapatkan bottom ash
Universitas Sumatera Utara
22 Gambar 2.4 Bottom Ash
Dari hasil pengujian di lab karakteristik Bottom Ash mengandung unsur:
Tabel 2.5
Unsur yang terkandung dalam Bottom Ash
No. Parameter
Satuan Hasil
Metode 1.
Silika sebagai SiO
2
53,4 Gravimetri
2.
Aluminium sebagai Al
2
O
3
6,77 Perhitungan
3.
Besi sebagai Fe
2
O
3
1,27 A A S
4. Kalsium sebagai CaO
8,74 Tritimetri
5.
Magnesium sebagai MgO
4,12 Gravimetri
6.
Sodium sebagai Na
2
O 0,06
A A S
7.
Potasium sebagai K
2
O 0,08
A A S
8. Fosfor sebagai P
2
O
5
0,13 Spektrofotometri
9.
Sulfur S 1,05
Gravimetri
10.
Mangan mgKg
404 A A S
Sumber : Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
2.8 Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur antara semen dan agregat. Air harus bebas dari bahan yang bersifat asam, alkali, dan
minyak. Air yang mengandung tumbuh-tumbuhan busuk harus benar-benar dihindari karena dapat mengganggu pengikatan semen. Pada umumnya air yang
memenuhi persyaratan sebagai air minum juga memenuhi syarat bila dipakai untuk membuat beton, dengan pengecualian pada air minum yang banyak
mengandung sulfat Oglesby, 1996.
Universitas Sumatera Utara
23 Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan mengganggu
proses pengerasan atau ketahanan beton. Kotoran secara umum dapat menyebabkan :
1. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan
2. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan
3. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan
4. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton
5. Bercak-bercak pada permukaan beton.
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang
merusak warna permukaan beton. Besi dan zat organik dalam air umumnya sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika
perawatan cukup lama. Menurut PBI 1971 persyaratan dari air yang digunakan sebagai campuran
bahan bangunan adalah sebagai berikut: 1.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain yang dapat
merusak daripada beton. 2.
Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium Penyelidikan Bahan untuk mendapatkan pengujian sebagaimana yang
dipersyaratkan. 3.
Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibatnya batako yang dihasilkan akan kurang kekuatannya.
Universitas Sumatera Utara
24 Adapun hukum perbandingan air semen dari Abrams, sebagai berikut:
“Pada bahan-bahan beton dan keadaan pengujian tertentu, jumlah air
campuran yang dipakai menentukan kekuatan beton, selama campuran cukup plastis dan dapat dikerjakan” Murdock, L.J.,1991.
Campuran cukup plastis maksudnya adalah ketika bahan-bahan beton
pertama kali dicampurkan, bentuknya menyerupai sebuah adonan, lunak, encer, sehingga dapat dituang dan dibentuk menjadi bermacam-macam bentuk. Tahapan
ini dinamakan kondisi plastis. Beton harus dalam kondisi plastis pada saat penuangan pengecoran dan pemadatan kompaksi.
Hukum ini memberikan arti, bahwa beton yang dipadatkan sempurna dengan agregat yang baik dan pada kadar semen tertentu, kekuatannya tergantung
pada perbandingan air semen. Maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total semen + agregat halus material yang menentukan, melainkan hanya
perbandingan antara air dan semen pada campuran yang menentukan.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, inovasi dalam dunia konstruksi terus meningkat, seperti perkembangan kontruksi pada beton. Beton adalah salah satu
bahan konstruksi yang telah umum digunakan. Banyak kegunaan lain dari beton dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah Paving Block.
Pengembangan penggunaan Paving Block dinilai lebih ekonomis, mampu menahan gaya tekan yang diberikan dari luar dan dianggap memiliki nilai
keindahan. Kegunaan Paving Block banyak digunakan pada kawasan tertentu seperti jalan dalam komplek perumahan, trotoar, jalan setapakgang, halaman
perkantoran dan rumah, ruas jalan di kawasan wisata dan masih banyak lagi. Dalam pembuatan Paving Block memiliki komposisi campuran seperti
semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Pada penelitian ini semen dan agregat halus disubstitusikan pada Fly Ash dan Bottom Ash.