8 dokumentasi.
11
Penelitian ini menggambarkan suatu kondisi apa adanya berdasarkan data yang diperoleh digolongkan, dipilah atau direduksi,
kedua menyajikan data yang direduksi dalam bentuk narasi, dan terakhir adalah penarikan kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Sistem Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah
Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah
Sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam
menyiapkan kader militan dikembangkan dan dipenuhi melalui pendidikan dan pelatihan, adapun jenjang pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
adalah sebagai berikut: Pertama, pendidikan dan latihan anggota dasar DA. Kedua, pendidikan dan latihan lanjut Dikjut. Ketiga, pendidikan
dan pelatihan instruktur Dikins. Pada periode 2015 yang lalu telah terlaksananya pendidikan dan pelatihan anggota dasar, dan pada periode
2016 telah terlaksananya pendidikan dan pelatihan lanjut dan pendidikan dan latihan instruktur.
12
Berdasarkan hasil observasi, penulis menyatakan bahwasanya sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun
Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta benar-benar mampu menghasilkan kader-kader militan. Indikator kader militan adalah penerus
organisasi yang bertanggung jawab, yang memiliki kesungguhan dalam berjuang, mempunyai akhlaq yang baik. Setelah kader mengikuti
pendidikan pelatihan anggota dasar dan pendidikan pelatihan lanjut, kader mengikuti program kerja kegiatan organisasi yang disusun dengan sangat
baik. Dalam pelaksanaan program kegiatan yang disusun Hizbul Wathan Moh. Djazman, Contoh ketika persiapan untuk acara kajian mingguan
yang di program oleh Divisi Al-Islam Kemuhammadiyahan Hizbul
11
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm. 54.
12
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 25.
9 Wathan Moh. Djazman, kader bertanggung jawab atas terlaksana dengan
baiknya acara kajian tersebut, kader bersungguh-sungguh dalam menyiapkan acara kajian tersebut, serta kader berakhlaq mulia. Itu semua
dilaksana dengan secara terus-menerus dalam melaksanakan program kegiatan, dengan adanya program kegiatan Hizbul Wathan Moh. Djazman
dari sanalah kader dilatih untuk menjadi kader militan Muhammadiyah. Sesuai dengan materi pembinaan dalam perkaderan, maka kader
Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman tersebut harus memiliki kriteria tertentu dalam aspek ideologi, ilmu pengetahuan, wawasan, dan
kepemimpinan. Sehingga kualitas Iman, Islam dan Ihsan terpadu pada dirinya dalam menjalankan tugas persyarikatan pada umumnya, dan pada
Hizbul Wathan khususnya. Profil kader Hizbul Wathan, bermental militan dan teguh pendirian, berkepribadian yang mandiri, tangguh, terampil,
cekatan dan sigap. Serta profil kader Hizbul Wathan harus sesuai dengan undang-undang pandu Hizbul Wathan, kader memiliki sifat dapat
dipercaya, setiawan, siap menolong dan wajib berjasa. Suka perdamaian dan persaudaraan, mengerti adat, sopan santun dan perwira, menyayangi
kepada semua makhluk, melaksanakan perintah tanpa membantah, sabar dan pemaaf, teliti dan hemat, serta suci hati, pikiran, perkataan dan
perbuatan. Menjaga nama baik Hizbul Wathan, tidak bertingkah angkuh. Profil kader adalah gambaran ideal tentang bagaimana wajah dan perilaku
kader Hizbul Wathan dalam kehidupan sehari-hari.
Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Sistem Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta
Berdasarkan faktor pendukung yang penulis terangkan di bab IV empat menyatakan ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan
pendidikan perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai
10 berikut ini: Administrasi atau Dokumentasi dapat menjadi pedoman dan
acuan, teman-teman berkemampuan ditunjang ke adik-adik Hizbul Wathan atau kader baru, melakukan pengawasan terhadap kader baru, kemudian
pendekatan personal sangat dibutuhkan.
13
Sumber daya manusia meningkat, letak geografis Hizbul Wathan yang strategis, Hizbul Wathan
di Perguruan Tinggi Muhammadiyah masih baru. Kemauan dan kemampuan. Jika mau maka mampu, jika mampu maka harus mau.
Adanya dana karena jika tidak ada dana maka tidak akan bisa melaksanakan pendidikan perkaderan, personil yang mau bekerjasama,
mendapatkan dukungan dari Qabilah dan Pembina, serta kesadaran semua elemen yang terlibat dalam pelaksanaan sistem perkaderan.
14
Kemudian penulis menarik kesimpulan dari faktor pendukung tersebut yakni: Pertama, kesadaran semua elemen yang terlibat
didalamnya yang menyadari pentingnya dilaksanakannya sistem perkaderan itu sendiri, untuk menghasilkan kader penerus, sebagai motor
penggerak kemajuan Hizbul Wathan Kafilah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kedua, adanya kemauan dari dalam diri semua elemen untuk
melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Ketiga, adanya kemampuan untuk melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Karena, kesadaran,
kemauan dan kemampuan memang sudah tertanam dalam diri pengurus, sehingga pengurus mengerti tentang betapa pentingnya pelaksanaan sistem
perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk menghasilkan
kader yang diharapkan sebagai motor penggerak organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah.
Analisis Faktor Penghambat: Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah masih baru, kedudukan Hizbul Wathan di Universitas
Muhammadiyah Surakarta masih muda sehingga sistem perkaderan belum runtut, dan masih terlaksana secara kondisional. Kemudian juga kuantitas
13
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 36.
14
Ibid., hlm. 37
.
11 personil banyak namun berbeda angkatan sehingga kesulitan dalam
berkoordinasi. Serta kurangnya komunikasi yang baik.
15
Purna tugas tidak dapat membantu dalam pelaksanaan sistem perkaderan, serta krisis pelatih
dalam berbagai bidang yakni seperti Ilmu Medan Peta dan Kompas IMPK, kesehatan. Kurangnya rasa sadar diri dari pengurus untuk
pelaksanaan pendidikan perkaderan ini. Tingginya rasa minder dari peserta diklat terhadap peserta diklat lainnya yang mempunyai kemampuan
diberbagai bidang. Minimnya dana untuk melangsungkan kegiatan pendidikan perkaderan. Kurangnya personil yang ahli dalam bidangnya,
kemampuan yang dimiliki masing-masing personal tidak berkembang. Adanya rasa iri peserta diklat terhadap peserta diklat yang lain atas
perlakuan yang berbeda dari instruktur yang menyebabkan timbulnya rasa kecemburuan sosial. Adanya permasalahan internal di organisasi Hizbul
Wathan itu sendiri. Serta kurangnya komunikasi yang baik, meski kemajuan teknologi sudah sangat maju. Kurangnya kesadaran diri dari
teman-teman pengurus terhadap tugas yang diamanahkan. Personil seperti antara ada dan tiada. Kesibukan masing-masing personil yang
menyebabkan sulitnya membagi waktu. Komunikasi yang kurang antara satu dengan yang lain.
16
Kemudian penulis menarik kesimpulan dari faktor penghambat tersebut yakni: Pertama, komunkasi yang kurang bauk
dari semua pengurus dalam koordinasi pelaksanaan sistem perkaderan. Kedua, sikap kurang profesional dari instruktur dalam meperlakukan kader
yang menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial sehingga membuat kader menjadi enggan untuk mengikuti pendidikan perkaderan. Ketiga,
kurangnya tenaga ahli, ataukurangnya tenaga ahli instruktur dibidang- bidang tertentu dipandangnya kader yang lain tidak memiliki kesempatan
untuk mempunyai kemampuan dibidang tertentu, dan pada akhirnya menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan tersebut. Keempat,
kurang professionalnya pengurus dalam menyelesaikan permasalahan
15
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 39.
16
Sebagaimana dipaparkan pada Bab IV, hlm. 40.
12 internal dalam organisasi dan efenya kurang baik pada saat pelaksanaan
sistem perkaderan yang dinginkan. Berdasarkan faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan Kaflah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta, bahwa faktor pendukungnya menunjukkan bahwasanya seluruh
elemen yang terlibat dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman menyadari akan pentingnya pelaksanaan
pendidikan perkaderan itu sendiri, serta tingginya rasa kemauan dari seluruh elemen dan memang benar-benar mampu untuk melaksanakan
pendidikan perkaderan. Terbukti dari tahun ke tahun sistem perkaderan yang diterapkan oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah
Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu menghasilkan kader-kader militan, kader-kader yang tangguh, serta kader-
kader yang siap berkembang dan siap berjuang di daerahnya masing- masing. Kemudian dilihat dari faktor penghambat, bahwasanya elemen
pelaksanaan pendidikan perkaderan kurang mampu berkomunikasi dengan baik, kurangnya komunikasi yang baik diantara personil satu dengan
personil lainnya, dan juga sikap instruktur yang kurang professional dalam membina
dan membimbing
kader-kader, yang
pada akhirnya
menyebabkan kecemburuan sosial yang tinggi. Sehingga kader merasa sungkan, dan berfikir dua kali untuk mengikuti sistem perkaderan ini.
Dengan adanya berbagai macam hambatan-hambatan yang dihadapi tersebut, pelaksana sistem perkaderan menyelesaikan hambatan dengan
bersama-sama. Mencari jalan keluar yang akan dilakukan agar kader tidak merasakan kecemburuan sosial dan agar kader tidak merasa sungkan
mengikuti sistem perkaderan.
4. PENUTUP