3 In addition, they are also able to save face of the organization of their umbrella
and really struggle hard to complete the mandates. Keywords: The cadre-forming education, Hizbul Wathan, Militant Cadre.
1. PENDAHULUAN
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al
–Qur‟an dan As- Sunnah yang didirikan oleh Kiai H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah
memiliki amal usaha dan organisasi otonom sebagai ujung tombak perjuangan. Organisasi otonom ortom adalah organisasi atau badan yang
dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga
sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam mencapai maksud dan tujuan
Persyarikatan Muhammadiyah.
1
Ortom Muhammadiyah ada dua kategori yaitu ortom khusus dan ortom umum, yang khusus adalah „Aisyiyah sedangkan ortom umum
adalah Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul „Aisyiyah, dan
Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut dengan Angkatan Muda Muhammadiyah yaitu pewaris, penerus, pelopor,
dan penyempurna cita –cita amal usaha Muhammadiyah.
2
Kaderisasi sangat penting karena ketersediaan kaderlah yang menjadi motor penggerak organisasi Muhammadiyah berjalan terus dari
masa ke masa. Maka dari itu perlu adanya perbaikan kaderisasi agar nasib Muhammadiyah tidak seperti organisasi lain di dunia yang hancur karena
ketidaktersediaan kader yang mumpuni. Muhammadiyah membutuhkan kader yang militan, karena itu kader Muhammadiyah harus selalu siap
menerima tongkat kepemimpinan. Dalam hal membangun militansi
1
www.muhammadiyah.or.ididcontent-48-det-organisasi-otonom.html diunduh 22 Maret
2016 pada pukul 13.35 WIB.
2
MPKPPM, Sistem Perkaderan Muhammadiyah Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah,2015, hlm. 39.
4 bermuhammadiyah, yakni sebagai berikut. Pertama, kesungguhan dalam
berjuang. Kedua, tidak menduakan Muhammadiyah. Ketiga, bukan menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan. Keempat, memajukan
gerakan Muhammadiyah. Melihat latar belakang yang dijelaskan diatas, maka penulis
memandang penting untuk meneliti Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas
Muhammadiyah Surakarta
dalam Menyiapkan
Kader Militan
Muhammadiyah. Karena, Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang pertama kali berdiri yakni adalah Hizbul Wathan
Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga sekaligus pertama kali memiliki sistem pengkaderan sendiri,
karena dari Kwartir Pusat belum membuat sistem pengkaderan Hizbul Wathan untuk Tingkat Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Hizbul Wathan yang biasa disingkat HW yakni merupakan gerakan kepanduan dalam Muhammadiyah, dan Hizbul Wathan sendiri berstatus
sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak khusus dibidang kepanduan. Pandu Hizbul Wathan didirikan oleh Kiai H. Ahmad
Dahlan pada tahun 1918. Dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Tokoh perintisnya adalah Siraj Dahlan dan Sarbini, atas usul K.H Agus Salim.
3
Istilah belanda ’Padvinder’ diubah menjadi “Kepanduan Muhammadiyah”
pada tahun 1920, atas usul K.H.R Hajid. Kepanduan Muhammadiyah ini kemudian dinamakan Pandu Hizbul Wathan yang artinya pembela tanah
air. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan merupakan pendidikan bagi orang dewasa dengan tidak meninggalkan prinsip dasar kepanduan dan
berpedoman kepada Al- Qur‟an dan As-Sunnah, serta tidak meninggalkan
aqidah Islam.
4
3
Syamsul Hidayat, Studi Kemuhammadiyahan Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu- ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, hlm. 169.
4
Dewan Kafilah Penuntun, Sistem Pengkaderan Pandu Penuntun Surakarta: Divisi Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan UMS, 2014, hlm. 5.
5 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bagaimana sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dapat menyiapkan kader militan Muhammadiyah? Apa yang menjadi
faktor pendukung serta faktor penghambat Gerakan kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah
Surakarta dalam pelaksanaan sistem perkaderan menyiapkan kader militan Muhammadiyah?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, selanjutnya tujuan penelitian ini adalah diantaranya sebagai berikut: untuk mendeskripsikan sistem
perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader
militan Muhammadiyah. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung serta faktor penghambat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun
Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni sebagai berikut: Secara Teoritik Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan
pengetahuan, khususnya tentang pendidikan perkaderan di Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan informasi, dan pada akhirnya dapat
bermanfaat bagi Persyarikatan Muhammadiyah khususnya Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. METODE PENELITIAN