Pembahasan Kesimpulan Saran Sejarah karet

4.3 Pembahasan

Analisis waktu kemantapan mekanis MST dilakukan dengan cara menghitung waktu rata – rata di dalam Klaxon Stirer pada suhu 37 � C hingga menurunnya permukaan lateks pekat dan perubahan suara dari Stirring.Waktu kemantapan mekanis ini sangat berpengaruh pada salah satu sifat fisik benang karet yang dihasilkan yaitu regangan tarik greeen modulus 300, dimana keduanya memiliki hubungan berbanding terbalik. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ,apabila waktu kemantapan mekanis diperoleh 1085 second maka nilai green modulus 300 yang dihasilkan adalah 289. 24 ��� 2 , apabila waktu kemantapan mekanis diperoleh 720 second maka nilai green modulus 300 yang dihasilkan adalah 343,99 ��� 2 . Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Apabila waktu kemantapan mekanis tinggi, maka green modulus 300 akan rendah, sebaliknya apabila waktu kemantapan mekanis rendah, maka green modulusnya akan tinggi pula. Hubungan antara waktu kemantapan mekanis lateks dengan regangan tarik suatu benang karet adalah berbanding terbalik 2. Standar waktu kemantapan mekanis yang sesuai agar didapat green modulus yang baik adalah sekitar 650 – 900 second. Apabila waktu yang didapat di bawah 650 second maka green modulus 300 benang karet yang dihasilkan tidak bagus, dimana benang akan sangat rapuhmudah putus, dan jika waktu yang didapat di atas 900 maka green modulus 300 juga kurang baik, dimana benang akan menjadi keras kaku sehingga kurang elastis. Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran

1. Sebaiknya prosedur penentuan MST lateks dilakukan lebih dari dua kali, dan pemeriksaan dalam penentuan MST lateks dilakukan dengan teliti agar didapat data yang lebih akurat. 2. Sebaiknya pemeriksaan tegangan tarik benang karet dilakukan secara manual dan otomatisdengan komputer sehingga diketahui hasil mana yang lebih akurat. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah karet

Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar – besaran,karet memiliki sejarah yang cukup panjang.Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industri yang mengolah getah karet yang berguna untuk kehidupan manusia. Tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika yang dahulu di kenal sebagai “Benua Baru “. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah.Pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat.Orang-orang Amerika asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan menebangnya.Getah yang didapat kemudia dijadikan bola yang dapat dipantul-pantulkan.Bola ini di sukai penduduk asli sebagai alat permainan.Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dati getah tersebut. Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemua Michele de Cuneo. Saat publikasi bersamaan dengan diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang merupakan permainan tradisional bangsa Universitas Sumatera Utara Indian Aztec.Permainan ini selanjutnya menjadi permainan tenis seperti dikenal sekarang. Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari.Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih terbatas, ilmuwan pada zaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsur.Unsur –unsur tersebut adalah “susu”, ”lilin”, serta “bahan yang ringan dan bening”. Tim penulis PS. 1993.

2.2 Karet