Secara ideal drum sebaiknya digunakan sekali pakai, tetapi harus jarang untuk dipakai berulang kali dengan resiko dapat menurunkan mutu lateks pekat yang
dikemas. Pada prinsipnya pengemasan lateks pekat harus dilakukan dalam wadah yang
sesuai, bersih, kering, dan tertutup rapat, disamping tersimpan dalam tempat yang sejuk demi untuk menjaga mutu lateks tidak cepat menurun.
2.3.2 Lateks Dadih
Metode pemekatan lateks ini menggunkaan bantuan bahan kimia yang berperan sebagai bahan pendadih. Jadi, berbeda dengan cara pusingan yang
menggunakan alat mekanis. Urutan pengolahan lateks dadih adalah sebagai berikut : 1.
Penerimaan lateks Lateks diterima dalam tangki – tangki melalui saringan. Untuk dapat diolah
menjadi lateks pekat yang baik ,sangat diperlukan bahan lateks kebun yang baik. Lateks ini harus telah diawetkan dengan bahan pengawet sedini mungkin yaitu dengan
menambahkan
��
3
dengan kadar ≥ 0,7 . Di samping itu, untuk mendapatkan hasil
pendadihan yang baik sesuai dengan mutu standar, diperlukan bahan lateks kebun dengan KKK
≥ 30.
2. Pendadihan
Bahan lateks kebun yang telah dibubuhi dengan bahan pengawet dan telah disaring itu dimasukkan ke dalam tangki pendadihan. Ke dalam tangki pendadih
dimasukkan bahan pendadih yaitu 140 cc larutan tepung Konyaku 1 atau 60 cc larutan amonium alignat 1 untuk tiap liter lateks. Kemudian diaduk merata dengan
Universitas Sumatera Utara
alat pengaduk yang berputar denagn kecepatan antara 200 – 400 rpm selama 20 – 60 menit.
Setelah diaduk merata didiamkan selama beberapa waktu 3 – 4 minggu untuk memberi kesempatan partikel – partikel karet terkumpul pada bagian atas dan
skim di bagian bawah. Skim dari bagian bawah dikeluarkan untuk dialirkan ke dalam bak pengumpul skim. Proses pendadihan yang baik akan menghasilkan skim berkadar
karet antara 3 – 5. 3.
Penyimpanan dan pengemasan Penyimpanan dan pengemasan lateks dadih sama seperti yang dilakukan pada
lateks pusingan. Skim sebagai limbah pengolahan lateks pekat biasanya diolah tersendiri dan dijual dalam bentuk bekuan basah atau dalam bentuk krep. Krep skim
ini termasuk gumpalan mutu rendah yang dapat diolah menjadi karet remah. Selain kedua cara pengentalan seperti yang telah diuraikan di atas,masih
dikenal satu cara lagi yaitu melalui proses penguapan. Pada dasarnya cara pengentalan dengan penguapan adalah menguapkan air yang ada pada lateks. Sebagai bahan
pemantap dan pengawet digunakan sabun kalium dan basa KOH. Lateks pekat hasil penguapan yang disebut Revertex Standart,mempunyai
kadar zat padat ± 73 dan kadar karet kering 68. Disamping Revertex Standart dijumpai pula lateks pekat hasil penguapan yang diawetkan dengan amonia,yaitu
Revertex T. D. Setyamidjaja. 1993
Universitas Sumatera Utara
2.4.Industri Benang Karet dan Limbahnya
PT.Perkebunan Nusantara III GUNUNG PARA merupakan industri yang mengelola bahan baku karet lateks menjadi produk jadi.Pabrik ini mempunyai 3
tiga pabrik pengolahan,yaitu : •
Rubber Article Factory RAF •
Dipping Process Factory DPF •
Rubber Thread FactoryRTF Pabrik – pabrik ini mempunyai sistem pengolahan yang berbeda. Bahan baku
yang di gunakan DPF dan RTF adalah bahan baku lateks, sedangkan RAF menggunakan bahan baku padat karet yang telah kering.
Produk – produk yang di hasilkan ketiga pabrik tersebut adalah : 1.
RAF menghasilkan artikel karet, pita karet, rubber cownmats, dock fender dan conveyer belt
2. DPF menghasilkan sarung tangan karet
3. RTF menghasilkan benang karet
Bahan baku untuk pembuatan benang karet pada PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah lateks DRC 60 lateks pekat hasil pemusingan yang berasal
dari Pusat Pengolahan Karet PPK PT.Perkebunan Nusantara III di kebun Rambutan dan Membang Muda.
Pada umumnya lateks yang di hasilkan dari kebun adalah high amoniak yang kadarnya sekitar 0,55 – 0,75 sedangkan lateks yang di pakai di Rubber Thread
Universitas Sumatera Utara
Factory RTF adalah medium amoniak yang kadarnya 0,40 – 0,54, sebagai bahan pemantap di tambah larutan amonium laurat 20 dosis 4 – 5 mlL. Lateks pekat inilah
yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan benang karet. Proses pembuatan karet menjadi benang karet dengan cara lateks pekat yang
masuk di periksa di laboratorium kimia dan di uji kemudian lateksnya di simpan di tempat penyimpanan lateks yang tersedia .Disamping itu bahan – bahan kimia yang
akan di gunakan diperiksa dan di uji di laboratorium kimia. Lalu di simpan di tempat yang tersedia lalu di timbang. Bahan kimia tersebut di proses menjadi pengemulsi
kemudian di masukkan ke dalam storage masing-masing,setelah itu di timbang sesuai dengan formulasi yang di tentukan.kedua bahan tersebut di campur di tangki inactive
membentuk compound. Active compound tersebut di maturasi untuk proses pematangan lalu di homogenkan dengan mixer. Setelah homogen, compound di
periksa dan didinginkan ke dalam cooling storage tank pada temperatur tertentu. Setelah pendingin active compound di periksa kemudian di lewatkan ke dalam feeding
sistem yang berfungsi sebagai penyimpanan sementara agar buih dan kotoran yang ada dapat hilang. Compound active tersebut di alirkan ke dalam header dan di
teruskan melalui capillary dalam acid bath yang berfungsi untuk menggumpalkan agar berbentuk benang. Kemudian di bilas dengan menggunakan air panas pada suhu 60-70
C pada water bath kemudian di keringkan dalam drying oven pada suhu 105-110 C, lalu di lewatkan melalui talcum ribboning agar berbentuk pita-pita benang,, lalu di
periksa di laboratorium fisika .Kemudian pita tersebut di keringkan dengan proses vulkanisasi dan didinginkan. Dan hasil akhirnya terbintuk pita benang karet yang akan
di ekspor PT.Perkebunan Nusantara, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Parameter dan Standart Mutu