TA : Pembuatan Film Pendek Tentang Pernikahan Usia Muda Dengan Teknik Continuity Editing Sebagai Upaya Penyadaran Pada Remaja.

(1)

PEMBUATAN FILM PENDEK TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN TEKNIK CONTINUITY EDITING SEBAGAI UPAYA

PENYADARAN PADA REMAJA

TUGAS AKHIR

Program Studi

DIV Komputer Multimedia

Oleh:

Ahmad Arvin Lazuardi 12510160060

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Pengertian Penikahan ... 6

2.2 Tujuan Pernikahan ... 7

2.3 Batasan Usia Dalam Pernikahan ... 8

2.4 Pengertian Pernikahan Usia Muda ... 9

2.5 Faktor-Faktor Pernikahan Usia Muda ... 9

2.6 Dampak Negatif Pernikahan Usia Muda ... 10

2.7 Pengertian Remaja ... 11

2.8 Pengertian Film ... 11

2.9 Prinsip Kerja Membuat Film ... 12

2.10 Pengertian Film pendek ... 18

2.11 Genre Film Drama ... 19

2.12 Angle Kamera ... 19

2.13 Type Of Shot ... 21

2.14 Level Dalam Angle Kamera ... 27

2.15 Pergerakan Kamera ... 37


(3)

xii

2.17 Pencahayaan atau tata lampu (Lighting) ... 42

2.18 Pengertian Warna ... 42

2.19 Tipografi ... 43

2.20 Makna Angle Kamera ... 44

2.21 Continuity Editing ... 45

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA... 47

3.1 Metodologi Penelitian ... 47

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.3 Analisis Data ... 52

3.4 Studi Eksisting ... 53

3.5 Segmentation, Targeting, Positioning ... 55

3.6 Keyword ... 56

3.7 Deskripsi Keyword ... 59

3.8 Analisis Warna ... 59

3.9 Perancangan Karya ... 60

3.10 Pra Produksi... 61

3.11 Produksi ... 85

3.12 Pasca Produksi ... 85

3.13 Publikasi ... 86

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 90

4.1 Produksi ... 90

4.2 Pasca Produksi ... 92

4.3 Publikasi ... 98

4.4 Screen ShotFilm “Tangisan Ira” ... 101

BAB V PENUTUP ... 109

5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

BIODATA PENULIS ... 114


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat film pendek tentang pernikahan usia muda dengan teknik Continuity Editing sebagai upaya penyadaran pada remaja. Hal ini dilatarbelakangi oleh data dari Kajian Pernikahan Usia Muda Pada Beberapa Provinsi di Indonesia pada tahun 2012 yang dikeluarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda tinggi di dunia (Ranking 37) dan tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Hal ini diperjelas dengan jumlah presentase perkawinan usia muda di beberapa provinsi di Indonesia. Untuk provinsi dengan perkawinan usia muda (<15 tahun) tertinggi adalah Kalimantan Selatan (9%), Jawa Barat (7.5%), Kalimantan Timur (7%), Kalimantan Tengah (7%), dan Banten (6.5%). Sedangkan untuk perkawinan usia muda (15-19 tahun) tertinggi adalah Kalimantan Tengah (52,1%), Jawa Barat (50,2%), Kalimantan Selatan (48,4%), Bangka Belitung (47,9%) dan Sulawesi Tengah (46,3%).

Dengan melihat data yang diperoleh dari Kajian Pernikahan Usia Muda Pada Beberapa Provinsi di Indonesia pada tahun 2012 yang dikeluarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tersebut, masih banyak remaja yang belum tahu dampak dan pengaruh dari pernikahan usia muda.


(5)

2

Septia Rusiani dalam skripsinya yang berjudul Motif Pernikahan Dini dan Implikasinya Dalam Kehidupan Keagamaan Masyarakat Desa Girikarto Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul menerangkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ataupun faktor pendorong terjadinya pernikahan usia muda. Pernikahan usia muda dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat tinggal yang termasuk dalam kategori motif sosiogenetis. Dan keinginan dari dalam individu itu sendiri yang termasuk dalam motif biogenetis.

Nick Wolfinger dalam situs http://health.liputan6.com/ mengungkapkan bahwa usia menikah sebaiknya tidak terlalu muda dan tua. Lebih baik akhir 20-an atau awal 30-an lebih baik menjalin kehidupan dengan seseorang. Karena di usia tersebut dinilai matang untuk saling memahami perbedaan sikap. Begitu juga dengan pilihan untuk bertanggung jawab. Usia tersebut juga dinilai lebih cukup secara finansial.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal menyatakan bahwa mayoritas pernikahan usia muda biasanya akan berujung pada perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan banyak lagi permasalahan lainnya (http://www.jurnalperempuan.org/).

Data dari BKKBN juga menyebutkan bahwa dua juta pasangan menikah tahun 2010, 285.184 pasangan bercerai. Dan tingginya angka perceraian di Indonesia itu, juga merupakan angka yang tertinggi se-Asia Pasifik. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa 70 persen perceraian itu karena gugat cerai dari pihak istri dengan alasan tertinggi ketidakharmonisan (http://www.bkkbn.go.id/).


(6)

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa (http://www.pengertianpakar.com/).

Dalam penyampaian pesan ini, penulis menggunakan media film, karena Menurut Wibowo (2006) Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat (http://www.bimbingan.org/).

Didalam film, terdapat beberapa jenis film, salah satunya film pendek. film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50 menit. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif (http://www.filmpelajar.com/).

Didalam film juga terdapat beberapa genre, salah satunya genre film drama. Menurut Teguh Trianton (2013: 30) genre film drama adalah film yang menyuguhkan adegan-adegan yang menonjolkan sisi human interest atau rasa kemanusiaan. Tujuannya adalah menyentuh perasaan simpati dan empati penonton sehingga meresapi kejadian yang menimpa tokohnya.

Didalam pembuatan film pendek, penulis menggunakan teknik Continuity Editing. Menurut Joseph V. Mascelli, A.S.C (1977: 302) Continuity Editing terdiri


(7)

4

dari penyambungan klop, dimana action yang bersinambungan mengalir dari satu shot ke shot lainnya. Suatu sequence yang bersinambungan atau rangkaian dari penyambungan-penyambungan yang klop, boleh terdiri dari berbagai jenis shot yang difilmkan dari beberapa angle yang berbeda.

Harapan dengan adanya film pendek ini agar masyarakat, khususnya remaja agar tidak menikah pada usia muda karena remaja umumnya belum bisa berfikir dengan matang. Menikah adalah ritual sakral, alangkah baiknya menikah di usia yang matang dan siap secara pikiran dan mental.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat peneliti rumuskan permasalahan: Bagaimana membuat sebuah film pendek tentang pernikahan usia muda dengan teknik Continuity Editing sebagai upaya penyadaran pada remaja?

1.3 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan film pendek ini, maka pembahasan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Membuat film pendek tentang pernikahan usia muda yang mudah dipahami

oleh masyarakat.

2. Membuat film pendek dengan mengunakan teknik Continuity Editing. 3. Film pendek ini bercerita tentang ketidak harmonisan dalam rumah tangga.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah menghasilkan film pendek tentang pernikahan usia muda dengan teknik Continuity Editing.


(8)

1.5 Manfaat Proyek 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menjadi rujukan keilmuan tentang proses produksi film pendek pada film pernikahan usia muda.

b. Menjadi referensi kepada prodi DIV Komputer Multimedia mengenai teknik pembuatan film pendek dengan teknik Continuity Editing pada film pernikahan usia muda.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya remaja tentang dampak menikah pada saat usia muda yang dikemas dalam bentuk film pendek.


(9)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Untuk mendukung pembuatan film pendek pendek tentang Pernikahan Usia Muda dengan teknik Continuity Editing. Maka karya ini akan menggunakan beberapa tinjuan pustaka. Tinjuan pustaka yang digunakan antara lain Pengertian Pernikahan, Tujuan Pernikahan, Batasan Usia Dalam Pernikahan, Pengertian Pernikahan Usia Muda, Faktor-Faktor Pernikahan Usia Muda, Dampak Negatif Pernikahan Usia Muda, Pengertian Remaja, Pengertian Film, Film pendek, Genre Film Drama, Prinsip Kerja Membuat Film, Angle Kamera, Type Of Shot, Level dalam Angle Kamera Pengertian Audio, Tata pencahayaan/lighting, Pengertian Warna, Tipografi, Makna dari Angle Kamera dan Teknik Continuity Editing.

2.1 Pengertian Pernikahan

Menurut Soemiyati dalam situs http://www.pengertianpakar.com/, Pengertian Pernikahan atau Perkawinan ialah perjanjian perikatan antara seseorang laki-laki dan seorang wanita. Perjanjian dalam hal ini bukan sembarang perjanjian tapi perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Suci di sini dilihat dari segi keagamaan dari suatu pernikahan. Sedangkan menurut UU Perkawinan NO.1 Tahun 1974, perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (http://dilihatya.com/).


(10)

2.2 Tujuan Pernikahan

Dalam situs http://www.pengertianpakar.com/, tujuan dari pernikahan adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Pernikahan Sakinah (tenang)

Salah satu dari tujuan pernikahan atau perkawinan adalah untuk memperoleh keluarga yang sakinah. Sakinah artinya tenang, dalam hal ini seseorang yang melangsungkan pernikahan berkeinginan memiliki keluarga yang tenang dan tentram. Dalam Tafsirnya Al-Alusi mengatakan bahwa sakinah adalah merasa cenderung kepada pasangan. Kecenderungan ini merupakan satu hal yang wajar karena seseorang pasti akan merasa cenderung terhadap dirinya.

Apabila kecenderungan ini disalurkan sesuai dengan aturan Islam maka yang tercapai adalah ketenangan dan ketentraman, karena makna lain dari sakinah adalah ketenangan. Ketenangan dan ketentraman ini yang menjadi salah satu dari tujuan pernikahan atau perkawinan. Karena pernikahan adalah sarana efektif untuk menjaga kesucian hati agar terhindar dari perzinahan.

2. Tujuan Pernikahan Mawadah dan Rahmah

Tujuan pernikahan yang selanjutnya adalah untuk memperoleh keluarga yang mawadah dan rahmah. Tujuan pernikahan Mawadah yaitu untuk memiliki keluarga yang di dalamnya terdapat rasa cinta, berkaitan dengan hal-hal yang bersifat jasmaniah. Tujuan pernikahan Rahmah yaitu untuk


(11)

8

memperoleh keluarga yang di dalamnya terdapat rasa kasih sayang, yakni yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat kerohanian.

Mengenai pengertian mawaddah menurut Imam Ibnu Katsir ialah al mahabbah (rasa cinta) sedangkan ar rahmah adalah ar-ra’fah (kasih sayang).

Mawaddah adalah makna kinayah dari nikah yaitu jima’ sebagai

konsekuensi dilangsungkannya pernikahan. Sedangkan ar rahmah adalah makna kinayah dari keturunan yaitu terlahirnya keturunan dari hasil suatu pernikahan. Ada juga yang mengatakan bahwa mawaddah hanya berlaku bagi orang yang masih muda sedangkan untuk ar-rahmah bagi orang yang sudah tua.

2.3 Batasan Usia Dalam pernikahan

Nick Wolfinger dalam situs http://health.liputan6.com/ mengungkapkan bahwa usia menikah sebaiknya tidak terlalu muda dan tua. Lebih baik akhir 20-an atau awal 30-an lebih baik menjalin kehidupan dengan seseorang. Karena di usia tersebut dinilai matang untuk saling memahami perbedaan sikap. Begitu juga dengan pilihan untuk bertanggung jawab. Dalam usia tersebut dinilai lebih cukup secara finansial. Dari segi reproduksi, usia tiga puluhan cenderung akan mengarah ke kehidupan yang lebih baik dan berhasil dalam pernikahan.

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, batas minimal usia nikah bagi perempuan 16 tahun dan bagi laki-laki 19 tahun (http://www.hukumonline.com/).

Sedangkan menurut BKKBN, menikah di usia ideal, diatas 20 tahun bagi wanita, di atas 25 tahun bagi laki-laki (http://www.merdeka.com/).


(12)

2.4 Pengertian Pernikahan Usia Muda

Pengertian pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan disebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun (masih berusia remaja).

Di dalam Undang-Undang Perkawinan terdapat beberapa pasal diantaranya pada pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal 2 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (http://www.psychologymania.com/).

2.5 Faktor-Faktor Pernikahan Usia Muda/Dini

Siti Yuli Astuty dalam skripsinya yang berjudul Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, pernikahan usia muda dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor-faktor pendorong terjadinya perkawinan pada usia muda di lokasi penelitian ini antara lain : faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor pendidikan, faktor kemauan sendiri, dan faktor adat setempat. Faktor ekonomi, keluarga yang masih hidup dalam keadaan sosial ekonominya


(13)

10

rendah/belum bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Faktor pendidikan, karena rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak, akan pentingnya pendidikan. Faktor keluarga yaitu orang tua mempersiapkan atau mencarikan jodoh untuk anaknya. Faktor kemauan sendiri, karena pergaulan bebas sehingga mereka melakukan pernikahan. faktor adat yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia muda karena ketakutan orang tua terhadap gunjingan dari tetangga dekat. Apabila anak perempuan belum takut anaknya dikatakan perawan tua.

2. Remaja yang memutuskan untuk menikah di usia muda pada umumnya beranggapan bahwa pendidikan bagi mereka adalah formalitas, sehingga mereka lebih mementingkan untuk berumahtangga daripada melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan kebanyakan dari remaja yang menikah di usia muda rela meninggalkan bangku sekolah.

2.6 Dampak Negatif dari Pernikahan Usia Muda

Menurut Pelaksana Harian Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalimantan Timur Yenrizal Makmur dalam situs http://www.beritasatu.com/, dampak negatif pernikahan usia muda di antaranya rentan terhadap perceraian, kurangnya tanggung jawab, dan bagi perempuan berisiko tinggi terhadap kematian saat melahirkan. Selain itu, katanya, dampak psikologis mereka yang menikah pada usia muda atau di bawah 20 tahun, secara mental belum siap menghadapi perubahan pada saat kehamilan.


(14)

Persoalan lainnya adanya perubahan peran, yakni belum siap menjalankan peran sebagai ibu dan menghadapi masalah rumah tangga yang seringkali melanda kalangan keluarga yang baru menikah.

Pernikahan di usia muda juga berdampak buruk bila ditinjau dari sisi sosial, yaitu mengurangi harmonisasi keluarga serta meningkatnya kasus perceraian. Hal ini disebabkan emosi yang masih labil, gejolak darah muda, dan cara pola pikir yang belum matang. Di samping ego yang tinggi dan kurangnya tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga sebagai suami-istri.

2.7 Pengertian Remaja

pengertian remaja menurut Zakiah Darajat dalam situs http://www.belajarpsikologi.com adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 - 15 tahun = masa remaja awal, 15 - 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 - 21 tahun = masa remaja akhir.

2.8 Pengertian Film

Undang-undang Nomor 33 tahun 2009 tentang Perfilman pada bab 1 Pasal 1 (Nawiroh Vera, 2014: 91) menyebutkan yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang


(15)

12

dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menimbulkan efek tertentu

2.9 Prinsip Kerja Membuat Film

Menurut M. Bayu Widagdo (2007: 53) Prinsip kerja membuat film adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Penggunaan Bahasa Film

Komunikasi yang tercipta melalui media film hanya berjalan satu arah yakni kepada komunikan atau penonton. Untuk menyampaikan amanat film tersebut, dibutuhkan suatu media. Oleh karena itu, terdapat 3 faktor utama yang mendasari bahasa film, yaitu:

a. Gambar/Visual

Gambar dalam karya film berfungsi sebagai sarana utama. Oleh karena itu, andalkan terlebih dahulu kemampuan penyampaian melalui media gambar tersebut untuk menanamkan informasi. Gambar menjadi daya tarik tersendiri di luar alur cerita. Tak mustahil bila pemain yang bagus lebih bisa mempertajam atau menarik perhatian penonton, di samping set, properti, dan tata cahaya yang memesona sebagai pendukung suasana/mood.


(16)

b. Suara/Audio

Keberadaan suara berfungsi sebagai sarana penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi yang hendak disampaikan melalui bahasa gambar. Hal tersebut dikarenakan sarana gambar belum mampu menjelaskan atau kurang efektif dan efisien, selain juga kurang realitistis. Sound effect dan ilustrasi musik akan sangat berguna untuk menciptakan mood atau suasana kejiwaan, memperkuat informasi sekaligus mensuplai, ataupun mempertegas informasi. c. Keterbatasan waktu

Faktor keterbatasan waktulah yang mengikta dan membatasi penggunaan kedua sarana bahasa film di atas. Oleh karena keterbatasan waktu itulah, perlu diingat bahwa hanya informasi yang penting saja yang diberikan kepenonton.

2. Mekanisme Produksi

Mekanisme produksi di sini adalah tahap-tahap yang biasa dilalui dalam proses produksi film dan disesuaikan dengan produksi film indie yang diadaptasi dari penggarapan film layar lebar berdurasi panjang.

a. Mengolah Ide Cerita

hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengolah ide cerita menjadi sebuah skenario dengan beberapa tahap yang biasa dilalui agar arahnya jelas, tidak melenceng jauh dari ide dasar, dan agar kerangka ceritanya terkunci.


(17)

14

b. Skenario Draft Awal

Dalam hal ini adalah mengolah kembali skenario draft awal yang disetujui produser untuk kemudian dikembangkan ataupun disusutkan guna mendapatkan draft final skenario. Hal tersebut bisa dilakukan melalui beberapa kali briefing pra produksi triangle system, yakni produser, sutradara, dan penulis skenario. Salah satu tujuan pembicaraan draft final skenario adalah untuk menyesuaikan konsep produksi dengan budget yang tersedia, dengan pertimbangan durasi yang dihasilkan, serta kemungkinan-kemungkinan lain yang menyangkut kebutuhan dan ketersediaan pada tahap produksi beikutnya.

c. Menyusun Kru Produksi

Setelah konsep produksi dan perkiraan rencana kebutuhan disepakati, perlu kiranya merekrut kru produksi yang sesuai dengan bidang yang ada di lapangan. Bisa jadi posisi penulis skenario, sutradara, produser, sekaligus kameraman, dirangkap oleh satu orang saja.

d. Melengkapi Formulir Produksi

setelah mendapatkan kru yang solid, diadakan rapat produksi bersama untuk melengkapi formulir dan berbagai catatan produksi guna menghasilkan pedoman produksi secara lengkap sebagai petunjuk pelaksanaan di lapangan.


(18)

e. Casting Pemeran

untuk memerankan tokoh yang digambarkan dalam skenario, dibutuhkan casting pemeran. Tahap casting sebenarnya tidak mudah. Jangan sampai memilih teman sebagai pemeran utama tanpa memiliki bekal seni akting. Ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan, antara lain pembawaan naskah, akting, ataupun postur tubuh yang sesuai dengan tuntutan skenario dan sutradara.

f. Reading dan Rehearsal Talent

Setelah mendapatkan talent yang sesuai dengan cast yang dibutuhkan dalam skenario, langkah selanjutnya adalah memantapkan karakter pemeran tokoh dalam cerita. Biasanya, tahap itu disebut reading dan rehearsal talent. Pada tahap reading, talent dituntut bisa membawakan dialog dalam skenario dengan pas, meliputi dialek, pemahaman karakter yang diaminkan, mimik wajah, dan sebagainya. Sementara dalam rehearsal, talent harus menguasai blocking sesuai permintaan sutradara. Jika memungkinkan, talent bisa berlatih di lokasi yang akan digunakan dalam proses pengambilan gambar. Jika perlu, talent yang telah terpilih dikaratina dalam satu tempat khusus untuk beradaptasi antara satu sama lain dan terfokus pada film yang akan mereka bintangi.

g. Menentukan Lokasi

Departemen Penyutradaraan, dibantu oleh departemen produksi mencari lokasi yang sesuai dengan location on script. Boleh jadi


(19)

16

digunakan still fotografi untuk mendapatkan beberapa gambar lokasi yang akan ditetapkan sebagai lokasi pengambilan gambar sebagai bahan pertimbangan bagi sutradara. Pertimbangan sutradara mengenai lokasi tidaklah ringan karena lokasi harus terjangkau, tersedia sumber energi, baik listrik maupun logistik, terlebih lagi konsumsi, dan juga akomodasi yang memadai untuk setiap kru pelaksana produksi.

h. Penyiapan Perangkat Produksi

Jangan lupa untuk selalu mengecek segala perangkat produksi serta kelayakan pemakaian kualitas dan kapasitas kerja supaya proses produksi yang dijadwalkan tidak terhambat.

i. Briefing Produksi

Briefing Produksi juga merupakan tahap yang penting agar produksi terlaksana sesuai mekanisme dan prosedur kerja yang diinginkan. Selain itu, Briefing Produksi merupakan langkah bagi setiap kru yang tergabung dalam pelaksana produksi untuk beradaptasi. Agar pemahaman cara kerja masing-masing, wewenang, dan batas kerjanya tidak tumpang tindih, pengaturan hendaknya disesuaikan dengan instruksi sutradara sebagai pemimpin produksi di lapangan.

j. Shooting

Setelah semua persiapan produksi dilakukan dengan tertib, langkah berikutnya adalah tahap produksi, yaitu shooting. Bisa dikatakan bahwa 70% proses produksi dihabiskan untuk tahap pra produksi. Pematangan konsep produksi pada tahap pra produksi memungkinkan


(20)

pelaksanaan produksi tak banyak membuang waktu untuk membicarakan dari mana kamera merekam gambar, apa saja yang dilakukan talent saat itu, atau bahkan terlupakannya properti produksi yang harusnya ada. Dengan kata lain, pelaksanaan shooting hanya tinggal melakukan apa yang telah direncanakan secara matang pada tahap pra produksi.

k. Evaluasi Kerja Produksi

Setelah selesai melakukan pengambilan gambar, usahakan untuk melakukan evaluasi kerja produksi setiap hari. Hal tersebut bertujuan agar kesalahan dan kendala produksi pada hari tersebut tak terulang kembali pada hari berikutnya.

l. Editing

Tahap berikutnya adalah tahap terakhir atau editing. Hal yang dilakukan bukanlah sekedar memilih gambar dan menggabungkannya saja, tetapi lebih dari itu. Pemberian sentuhan seni juga perlu dilakukan, seperti memberi visual effect atau sound effect yang mendukung jalannya cerita.

m. Penayangan film perdana

Proses editing memang merupakan akhir dari proses produksi. Namun. Prosesnya tak berhenti sampai di situ saja. Pemasaran karya film baru saja dimulai. Pertama kali, diadakan premiere atau launching penanyangan film perdana. Dari situlah karya film siap untuk diputar dan dipertontonkan kepada masyarakat umum.


(21)

18

2.10 Film Pendek

Film pendek pada hakikatnya bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah. Sebagai analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen yang baik belum tentu dapat menulis cerpen dengan baik; begitu juga sebaliknya, seorang penulis novel, belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari sebuah cerpen. Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi dari sudut pandang pemirsa karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.

Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi di bawah 50 menit. Meskipun banyak batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi batasan teknis ini lebih banyak dipegang secara konvensi. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema (http://www.filmpelajar.com/).


(22)

2.11 Genre Film Drama

Menurut Teguh Trianton (2013: 30) genre film drama adalah film yang menyuguhkan adegan-adegan yang menonjolkan sisi human interest atau rasa kemanusiaan. Tujuannya adalah menyentuh perasaan simpati dan empati penonton sehingga meresapi kejadian yang menimpa tokohnya.

Sedangkan menurut M. Bayu Widagdo (2007: 26) genre film drama adalah genre yang populer di kalangan masyarakt penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang diceritakan.

2.12 Angle Kamera

Menurut Harun Misbach Yusa Biran (1987: 4) sebuah film terbentuk dari sekian banyak shot. Tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan mata penonton, bagi tata set dan action pada suatu saat tertentu dalam perjalanan cerita.

Pemilihan angle kamera yang seksama akan bisa mempertinggi visualisasi dramatik dari cerita. Pemilihan sudut pandang kamera secara serabutan bisa merusak atau membingungkan penonton dengan pelukisan adegan sedemikian rupa hingga maknanya sulit dipahami. Sebab itu, memilih angle kamera merupakan faktor yang amat penting dalam membangun sebuah gambar dari interes yang berkesinambungan. Macam-macam angle kamera dikelompokkan sebagai berikut:


(23)

20

1. Angle Kamera Objektif

Kamera objektif melakukan penembakan dari garis sisi titik pandang. Penonton menyaksikan perisitiwa dilihatnya melalui mata pengamat yang tersembunyi, seperti mata seseorang yang mencuri pandang. Juru kamera dan sutradara seringkali dalam menata kamera objektifnya menggunakan titik pandang penonton.

2. Angle Kamera Subjektif

Kamera subjektif membuat perekaman film dari titik pandang seseorang. Penonton berpartisipasi dalam perisitiwa yang disaksikannya sebagai pengalaman pribadinya. Penonton ditempatkan di dalam film, baik dia sendiri sebagai peserta aktif, atau bergantian tempat dengan seorang pemain dalam film dan menyaksikan kejadian yang berlangsung melalui matanya. 3. Angle Kamera Point of View

Angle kamera point of view atau yang diringkas P.O.V, merekam adegan dari titik pandangan pemain tertentu. Point of view adalah sedekat shot objektif dalam kemampuan meng-approach sebuah shot subjektif dan tetap objektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subjektif yang titik pandangannya digunakan hingga penonton mendapat kesan berdiri beradu pipi dengan pemainyang berada di luar layar. Penonton tidak melihat kejadian melalui mata pemain, sebagaimana pada shot subjektif di mana kamera bertukar tempat dengan pemain film. Dia menyaksikan kejadian dari titik pandangan pemain, seperti berdiri tepat di tempat pemain tersebut. Jadi


(24)

angle kamera tetap objektif, karena pengamat yang tak nampak itu terlibat action.

2.13 Type Of Shot

Menurut M. Bayu Widagdo (2007: 53) type of shot atau tipe-tipe pengambilan gambar terbagi menjadi beberapa macam sebagai berikut:

1. Big Close Up atau Extreme Close Up

Ukuran Close Up dengan framing lebih memusat/detail pada salah satu bagian tubuh atau aksi yang mendukung informasi dalam jalinan alur cerita disebut Big Close Up.

Gambar 2.1 Big Close Up atau Extreme Close Up

Sumber : http://www.shaviro.com/Classes/FilmIntro/EyeExtreme.jpg 2. Close Up

Close Up adalah framing pengambilan gambar, di mana kamera berada dekat atau terlihat dekat dengan subjek sehingga gambar yang dihasilkan atau gambar subjek memenuhi ruang frame. Close Up juga disebut Close Shot.


(25)

22

Gambar 2.2 Close Up Shot Sumber : http://www.doblu.com/ 3. Medium Close Up

Medium Close Up adalah pengambilan gambar dengan komposisi framing subjek lebih jauh dari close up, tetapi lebih dekat dari medium shot. Untuk metode pengambilan gambar tersebut harap diperhatikan sendi subjek.

Gambar 2.3 Medium Close Up Shot


(26)

4. Medium shot

Secara sederhana, medium shot merekam gambar subjek kurang lebih setengah badan. Pada pengambilan gambar dengan medium shot biasanya digunakan kombinasi dengan follow shot terhadap subjek bergerak. Hal itu dimaksudkan untuk memperlihatkan detail subjek dan sedikit memberi ruang pandang subjek.

Gambar 2.4 Medium Shot

Sumber : https://derekmeetsworld.files.wordpress.com/ 5. Medium Full Shot (Knee shot)

Disebut Knee shot karena memberi batasan framing tokoh sampai kira-kira ¾ ukuran tubuh. Pengambilan gambar semacam ini memungkinkan penonton untuk mendapatkan informasi sambungan peristiwa dari aksi tokoh tersebut. Misalnya, setelah berdiri sang tokoh membungkuk untuk mengambil suatu benda di bawah kaki tersebut. Informasi itu saja tidak diperoleh penonton hanya dari medium shot saja


(27)

24

Gambar 2.5 Medium Full Shot

Sumber : https://thefilmprof.files.wordpress.com/ 6. Full Shot

Full Shot memungkinkan pengambilan gambar dilakukan pada subjek secara utuh dari kepala hingga kakinya. Secara teknis, batasan atas diberi sedikit ruang untuk head room.

Gambar 2.6 Full Shot Sumber : https:// http://jyoseph.co/


(28)

7. Medium Long Shot

Framing camera dengan mengikutsertakan setting sebagai pendukung suasana diperlukan karena ada kesinambungan cerita dan aksi tokoh dengan setting tersebut.

Gambar 2.7 Medium Long Shot

Sumber : https://jonathanvinje.files.wordpress.com/ 8. Long Shot

Long Shot merupakan type of shot dengan ukuran framing di antara medium long shot dan extreme long shot. Dengan kata lain, luas ruang pandangnya lebih lebar dibandingkan medium long shot dan lebih sempit dibandingkan extreme long shot.


(29)

26

Gambar 2.8 Long Shot

Sumber : https://08morrisj.files.wordpress.com/ 9. Extreme Long Shot

Pengambilan gambar dengan metode Extreme Long Shot yang hampir tak terlihat membuat artis tampak berada di kejauhan. Di sini, setting ruang ikut berperan. Objek gambar terdiri dari artis dan interaksinya dengan ruang, yang sekaligus mempertegas atau membantu imajinasi ruang cerita dan peristiwa pada penonton.


(30)

Gambar 2.9 ExtremeLong Shot

Sumber : https://ardfilmjournal.files.wordpress.com/

2.14 Level dalam Angle Kamera

Menurut M. Bayu Widagdo (2007: 58) Angle kamera diterjemahkan sebagai teknis pengambilan gambar dari sudut pandang tertentu untuk mengekspose adegan. Menentukan camera angle tidaklah semudah menata interior ruangan. Lebih dari itu, penentuan angle memerlukan gambaran kemungkinan dan efek tampilan gambar yang dihasilkan menggunakan peta ruang produksi tampak atas atau biasa disebut floor pan. Di dalamnya termasuk juga penentuan arah blocking dan seberapa tinggi derajat pergerakan kamera. Selanjutnya adalah menetapkan letak tata lampu pendukung adegan, yang disesuaikan pula dengan konstruksi set artisitik dan blocking artist. Berikut pembahasan camera angle yang dikelompokkan dalam level ketinggian yang sama.


(31)

28

1. High Angle, Top Angle, Bird Eye View

High angle adalah merekam gambar dari sudut atas objek sehingga objek terlihat terekspose dari bagian atas. Demikian halnya dengan Bird Eye View. Namun, perbedaan sederhana dari kedua teknik pengambilan gambar dari angle atas tersebut terletak pada point of view camera. Hasil high angle lebih sederhana dibandingkan bird eye view meskipun teknis bird eye view terlihat lebih dramatis dan berkesan dinamis, seperti penglihatan seekor burung dari atas. Sementara top angle merupakan teknik pengambilan gambar secara tepat dari sudut atas subjek, seperti peta. Hasil gambar lebih dramatis dan menimbulkan misteri karena hanya gerak-gerik subjek saja yang nampak.

Gambar 2.10 High Angle


(32)

Gambar 2.11 Top Angle

Sumber : http://teguh212.weblog.esaunggul.ac.id/

Gambar 2.12 Bird Eye View

Sumber : https://i.vimeocdn.com/video/314158416_640.jpg 2. Low Angle, Frog Eye Level

Kebalikan dari high angle yang mengambil gambar dari sudut atas, low angle mengambil gambar dari sudut bawah. Sama seperti high angle dan eye level, low angle hanya sebagai patokan penempatan kamera dengan level ketinggian peletakkan dalam pengambilan gambar. Dalam level low


(33)

30

angle terdapat pula istilah baru deperti frog eye level, di mana letak kamera berada kurang lebih di bawah paha.

Gambar 2.13 Low Angle (Sumber : http://parallax-view.org/)

Gambar 2.14 Frog Eye Level Sumber : http://www.kelasfotografi.com/ 3. Eye Level

Eye level dipahami sebagai standar pengambilan gambar dengan ketinggian relatif sedang, kurang lebih sejajar dengan tinggi badan kita. Dengan begitu


(34)

gambar yang dihasilkan terlihat datar dan cenderung monoton bila dieksekusi tanpa variasi lain.

Banyak juga sutradara yang menemukan variasi atau kekhasan sendiri saat mengeksekusi gambar eye level. Contohnya adalah pengambilan gambar menggunakan eye level, tetapi sedikit miring dengan derajat tertentu uintuk memberikan kesan dinamis. Ada juga yang dikombinasikan dengan tripod transition sehingga gambar terkesan lebih imajinatif dan ditemukan unsur ketegangan di dalamnya.

Gambar 2.15 Eye Level

Sumber : https://donttouchmyswagger.files.wordpress.com/ 4. Over Shoulder

Mengambil adegan dialog dari sudut belakang/punggung, bahu salah satu subjek sinematik disebut juga over shoulder. Shot ini menjadi alternatif pengambilan gambar two shot subjek yang sedang berdialog. Langkah pengambilan gambar adegan dialog tidak terkesan terlalu frontal sehingga seperti reportase.


(35)

32

Gambar 2.16 Over Shoulder Shot

Sumber : https://katie-maitaylor-as-ms.blogspot.com/ 5. Walking Shot dan Fast Road Effect

Konsep pengambilan gambar dengan walking shot sebenarnya mudah saja. Walking shot dianggap sebagai terjemahan dari follow shot, yakni mengikuti langkah talent saat berakting. Namun walking shot lebih menitikberatkan perhatian pada gerak kaki sehingga gambar yang dihasilkan lebih menegangkan atau mengesankan atau mengesankan ketergesaan.

Konsep fast road effect masih sama dengan walking shot, tetapi pergerakan kamera saat mengikuti objek lebih cepat lagi. Hasil jadinya memunculkan efek khusus pada gambar bagian belakang objek, yang biasanya, memunculkan efek khusus pada gambar bagian belakang objek, yang biasanya tampak blur atau tidak fokus dan seolah berjalan cepat sekali. Contoh adalah pengambilan gambar balapan mobil di mana kamera mengikuti jalannya satu mobil.


(36)

6. Artificial Shot

Artificial shot dimaksudkan untuk lebih memperindah shot sehingga lebih bernuansa seni. Artificial shot biasanya digunakan untuk mengambil adegan di alam terbuka, misalnya hutan. Pemberian aksen dedaunan atau rumput di depan lensa atau dikombinasi dengan traveling shot mengesankan gambar terlihat dinamis.

Gambar 2.17 Artificial Shot

Sumber : http://teguh212.weblog.esaunggul.ac.id/ 7. Reflection Shot

Seorang aktris duduk atau berdiri di depan cermin sambil melakukan aktingnya, tetapi angle pengambilan gambar mengarah pada cermin dengan bayangan diri aktris tersebut. Itulah pemahaman sederhana dari reflection shot. Hal yang perlu diperhatikan adalah bayangan kamera dan kru lain yang berada di belakang aktirs yang mungkin tampak selain itu, perhatikan juga lintasan gerak kamera bila melakukan camera movement.


(37)

34

Gambar 2.18 Reflection Shot

Sumber : https://brantleypalmer.files.wordpress.com/ 8. Tripod Transition

Tripod transition bisa diartikan sebagai pergerakan camera on tripod dengan framing yang terbatas, tetapi meliputi area yang luas, lebih luas dari framing lensa, sehingga kamera secara aktif mencari kedudukan talent. Itu dilakukan dengan panning atau tilting yang cepat dan langsung mengarah pada talent yang dimaksud.

9. Back Light Shot

Back light shot adalah pengambilan gambar yang dilakukan dengan posisi kamera berhadapan secara frontal dengan sumber cahaya di depannya sehingga memungkinkan terekamnya siluet talent yang ada di antara kamera dan sumber cahaya. Jika ingin mendapatkan gambar talent yang tidak siluet, tambahkan reflektor ke arah talent.


(38)

Gambar 2.19 Back Light Shot Sumber : http://www.reelseo.com[ 10. Door Frame Shot

Door frame shot merupakan cara pengambilan gambar untuk mendapatkan footage. Gambar diambil dari arah luar pintu yang agak terbuka. Gambar tersebut bisa memperkuat adegan atau mengantisipasi monotonnya gambar dalam editing, misalnya, adegan yang terjadi adalah perang mulut di dalam rumah. Kadang, hasil gambar door frame shot membawa imajinasi penonton ke arah peristiwa tersebut, atau juga misteri di dalam rumah. Tentunya, ada dukungan suara yang cukup informatif terhadap cerita.


(39)

36

Gambar 2.20 Door Frame Shot

Sumber : http://pratama-product.blogspot.co.id/ 11. One Shot, Two Shot, Group Shot

One Shot adalah pengambilan gambar dengan objek gambar hanya seorang talent saja. Sementara two shot adalah pengambilan gambar dengan objek 2 orang talent. Sementara itu, disebut group shot jika kamera merekam objek gambar yang terdiri dari sekelompok orang.

Gambar 2.21 One Shot Sumber : http://screenrant.com/


(40)

Gambar 2.22 Two Shot

Sumber : https://filmenglish.files.wordpress.com

Gambar 2.23 Group Shot Sumber : http://www.dailymail.co.uk/

2.15 Pergerakan Kamera

Menurut M. Bayu Widagdo (2007: 68) Pergerakan kamera adalah istilah untuk memudahkan komunikasi dengan operator kamera, yakni istilah menyebut arah gerak kamera yang dimaksudkan. Disebut pergerakan kamera karena posisi


(41)

38

perangkat kamera yang berubah dalam proses pengambilan gambar. Ada beberapa istilah pergerakan kamera, antara lain sebagai berikut:

1. Panning

Disebut panning, karena kamera bergerak menyamping secara mendatar horizontal, baik ke kiri maupun ke kanan. Dikatakan pan right jika pergerakannya menyamping ke kanan, dan pan left jika bergerak menyamping ke kiri.

2. Tilting

Gerakan kamera secara vertikal, baik ke atas atau ke bawah, disebut juga tilting. Secara prinsip, tilting masih sama dengan panning, yakni posisi kamera berada di atas tripodnya. Disebut tilt up jika kamera bergerak vertikal ke atas, sedang tilt down jika kamera bergerak ke bawah.

3. Tracking

Gerakan tracking kamera biasanya menggunakan alat yang disebut dolly (sebuah alat yang digunakan sebagai penyangga tripod camera dan bergerak di atas rel) atau bisa dengan hand held candid camera (kamera yang dipanggul). Bisa juga dilakukan dengan bantuan stabilizer (steadycam). Ada 2 istilah dalam tracking kamera, track in dan track out. Disebut track in jika gerakan kamera menarik ke belakang, dan track out jika kamera bergerak mendekati objek perekaman manusia.

4. Crane

Crane adalah gerakan kamera meninggi atau merendah dari dasar pijakan objek. Gerakan itu akan membantu pergerakan kamera secara optimal yang


(42)

tak mungkin dilakukan oleh kamera operator dengan hand held, dolly, maupun jimmy jip.

5. Following

Secara prinsip, following hampir sama dengan tracking. Namun pada praktiknya, pergerakan kamera pada following lebih moveable. Artinya, kamera bergerak secara aktif mengikuti ke mana pun talent bergerak.

2.16 Pengertian Audio

Dalam situs http://www.pengertianku.net/ audio adalah suara atau bunyi yang dihasilkan oleh getaran suatu benda, agar dapat tertangkap oleh telinga manusia getaran tersebut harus kuat minimal 20 kali/detik. Suara yaitu suatu getaran yang dihasilkan oleh gesekan, pantulan dan lain-lain, antara benda-benda. Sedangkan gelombang yaitu suatu getaran yang terdiri dari amplitudo dan juga waktu. suara dibangun oleh periode, apabila tidak berarti itu bukanlah Suara.

Terdapat berbagai macam audio yang dikelompok berdasarkan media ataupun perangkat yang sering digunakan, diantaranya:

1. Audio Streaming adalah suatu istilah yang dipakai untuk mendengarkan siaran langsung atau live melalui jaringan internet. Seperti contohnya: Winamp (MP3), Real Audio (RAM) dan juga Liquid Radio.

2. Pengertian audio visual adalah suatu istilah yang digunakan untuk seperangkat soundsystem yang dilengkapi dengan tampilan gambar, biasanya dipakai untuk presentasi.


(43)

40

3. Audio Modem Riser (AMR) adalah suatu istilah yang dipakai untuk sebuah kartu plug-in untuk motherboard intel yang memuat sirkuit audio ataupun Modem.

Selain itu, ada juga format atau ekstensi audio yang dapat ditemui sehari-hari, tapi yang umumnya dikenal oleh masyarakat antara lain :

1. MP3 adalah (MPEG, Audio Layer 3) suatu format audio yang dikembangkan oleh Fraunhoper Institude dengan memiliki bitrate 128 kbps. Dalam waktu yang singkat MP3 menjadi format paling populer dalam dunia musik digital, sebab ukuran filenya yang kecil dan juga kualitasnya tidak kalah dengan CD Audio.

2. WAV adalah suatu format audio yang merupakan standar suara dari de-facto di Windows. Awalnya format jenis ini dijadikan jembatan untuk penghubung file yang akan dikonversi keformat yang lainnya. Tetapi seiring berkembangnya zaman, banyak para pengguna yang melewati tahap ini, pengguna dapat mengkonversi file secara langsung ke format yang diinginkannya. Format ini jarang sekali dipakai sebab ukuran filenya yang lumayan agak besar.

3. AAC (Advanced Audio Coding) adalah suatu format audio yang menjadi standar untuk MPEG (Motion Picture Experts Group). Sejak standar MPEG-2 diberlakukan pada tahun 1997, sample rate yang ditawarkan sampai dengan 96 KHz atau 2 (dua) kali sample rate MP3 (MPEG, Audio Layer 3). Kualitas format audio dengan ini cukup baik sekali, bahkan pada bitrate yang paling rendah sekalipun. Salah satu pengguna format audio ini


(44)

ialah iTunes, toko musik online besutan Apple dan juga piranti atau perangkat pendukung terkemuka untuk format audio ini juga berasal dari produknya Apple yaitu Ipod.

4. WMA (Windows Media Audio) adalah suatu format audio yang ditawarkan oleh perusahaan teknologi terbesar di dunia yaitu Microsoft Corporation. Format audio yang satu ini sangat disukai oleh vendor musik online sebab dukungannya terhadap DRM (Digital Right Management) yaitu suatu fitur yang dipakai untuk mencegah pembajakan musik. Selain itu, menurut isu atau gosip yang beredar format audio ini memiliki kualitas yang lebih baik dari pada formaat AAC maupun MP3.

5. Ogg Vorbis adalah satu-satunya format audio yang garatis atau terbuka untuk umum. Kelebihannya ialah terletak pada kualitas audio yang tinggi walaupun pada bitrate rendah sekalipun.

6. Real Audio adalah suatu format audio yang sering ditemui pada bitrate rendah. Format jenis ini dikembangkan oleh Real Networks, digunakan untuk layanan streaming audio pada bitrate 128 kbps atau lebih dengan memakai standar AAC MPEG-4.

7. MIDI adalah suatu format audio yang biasanya digunakan untuk ringtone pada handphone, sebab ukuran filenya yang kecil tapi sayangnya format audio ini hanya cocok untuk suara yang dihasilkan oleh synthesizer.


(45)

42

2.17 Pencahayaan atau Tata Lampu (Lighting)

Menurut Teguh Trianton (2013: 72) Lighting adalah tata lampu dalam film. Ada dua cahaya yang dipakai dalam produksi yaitu natural light atau pencahayaan alami. Misalnya dari sinar matahari dan cahaya bulan di malam hari. Dan artificial light yaitu cahaya buatan misalnya lampu jalan, lampu kendaraan, api unggun, lampu kamera atau lampu yang disediakan secara khusus untuk mendukung pembuatan film. Teknik pencahayaan ini dibedakan menjadi empat model, yaitu:

1. Pencahayaan depan atau front lighting, akan menghasilkan pancaran cahaya yang merata dan tampak natural atau alami.

2. Cahaya samping atau side lighting, akan membuat subyek lebih terlihat memliki dimensi. Pencahayaan samping biasanya banyak dipakai untuk menonjolkan suatu benda karakter seseorang..

3. Cahaya dari belakang atau back lighting, akan menghasilkan bayangan subyek jauh atau berada di depan. Selain itu akan terpola dimensi.

4. Pencahayaan gabungan atau mix lighting merupakan gabungan dari tiga pencahayaan sebelumnya. Efek yang dihasilkan lebih merata dan meliputi setting atau latar yang mengelilingi obyek.

2.18 Pengertian Warna

Menurut J. Linschoten dan Drs. Mansyur (http://www.designes.biz/) warna dilihat dari sisi psikologis, warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan


(46)

bermacam-macam benda. Dari pemahaman di atas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada sesuatu.

2.19 Tipografi

Dalam situs http://www.satriamultimedia.com/ Tipografi adalah perpaduan antara seni dan teknik mengatur tulisan, agar maksud serta arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Pengolahan tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah bidang desain.

James Craig mengklasifikasi huruf menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Roman

Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.

2. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.


(47)

44

3. Sans Serif

Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer sama.

4. Script

Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab.

5. Miscellaneous

Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

Ilmu tipografi digunakan pada banyak bidang diantaranya desain grafis, desain web, percetakan, majalah, desain produk dll.

2.20 Makna Angle Kamera

Menurut Ming Muslimin dalam situs www.academia.edu makna dari angle kamera adalah sebagai berikut:

1. High Angle (Bird Eye View)

Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil. Pada posisi kamera ini kesan yang akan disampaikan kepada penonton adalah suatu kekuatan atau rasa superioritas bahkan efek tersebut akan semakin meningkat jika ada penambahan ulkan. Oleh karena itu high angle diciptakan dengan


(48)

maksud untuk mengurangi rasa superioritas dan sekaligus subyek tadi akan melemah kedudukannya, kesan yang muncul adalah rasa tertekan pada subyek, kesedihan, hina, kecil dan kejauhan.

2. Normal Angle (Stright Angle/Chest Level/eye level)

Sudut pengambilan gambar ini kerap digunakan pada suatu acara yang gambarnya tetap atau statis. Penggunaan sudut pengambilan gambar ini cenderung menghasilkan gambar yang datar dan monoton jika tanpa variasi angle yang lain.

3. Low Angle (Frog Eye View)

Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil. Pada posisi ini kamera akan memberikan suatu kesan kepada subyek seperti bahwa subyek tadi mempunyai kekuatan yang menonjol di sini subyek tersebut akan kelihatan kekuasaannya, objek terkesan lebih tinggi, besar gagah, angkuh, sombong, perkasa dan berwibawa.

2.21 Continuity Editing

Menurut Harun Misbach Yusa Biran (1987: 302) Continuity Editing terdiri dari dari penyambungan klop, di mana action yang bersinambungan mengalir dari satu shot ke shot lainnya. Suatu sequence yang bersinambungan atau rangkaian dari penyambungan-penyambungan yang klop, boleh terdiri dari berbagai jenis shot yang difilmkan dari beberapa angle yang berbeda.

Continuity Editing mengutamakan untuk membimbing penonton melalui urutan kejadian dan dalam proses. Continuity Editing dapat menunjukkan kepada penonton apa yang penonton ingin melihat ketika mereka ingin melihatnya. Pada


(49)

46

akhirnya, penonton dapat menyimpulkan apa yang mereka lihat dengan logika mereka sesuai dengan naskah cerita(http://www.cybercollege.com/).

Gambar 2.24 Continuity Editing


(50)

47

3.1 Metodologi penelitian

Metode penelitian adalah cara berfikir yang dipersiapkan secara matang untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah.

Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian secara kualitatif, di mana penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2005) mengatakan penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti merupakan instrumen kunci (http://belajarpsikologi.com/).

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan pembuatan film pendek ini dilakukan agar dalam proses analisis data tidak terjadi penyimpangan materi serta tujuan yang dicapai dengan metode wawancara, studi literatur, observasi dan studi eksisting.

1. Dampak negatif pernikahan usia muda

Pada tahapan ini, pengumpulan data lebih terarah kepada dampak negatif pernikahan usia muda. Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai pedoman pembuatan Tugas Akhir ini.


(51)

48

a. Wawancara

Wawancara menurut Sugiyono (2011) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon. Wawancara dilakukan dengan seseorang pelaku pernikahan usia muda. Beliau bernama Supriyadi, salah satu warga Kenjeran, Kota Surabaya. Beliau pernah mengalami kegagalan dalam rumah tangga akibat menikah di usia muda. Hasil dari wawancara tersebut Supriyadi mengatakan dampak negatif dari pernikahan usia muda antara lain kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Ketidak harmonisan dalam rumah tangga disebabkan oleh kurang tanggung jawabnya kedua pasangan akan kewajibannya, ingin menang sendiri, dan ingin merasakan kebebasan seperti teman sebayanya. banyaknya masalah tersebut dapat menimbulkan ketidak harmonisan dalam rumah tangga dan berujung pada kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian.

Wawancara juga dilakukan kepada bapak Bagong Suyanto, beliau adalah seorang dosen sekaligus sosiolog di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga Surabaya. Beliau juga mengatakan, pasangan yang menikah di usia muda berpotensi mengalami ketidak


(52)

oleh usia mereka yang masih muda dan saling mementingkan ego mereka masing-masing. Sehingga dapat berujung pada pertengkaran dan kekerasan di antara mereka. Akhirnya hubungan mereka berakhir dengan perceraian

Keyword: Tidak Harmonis, Kekerasan, Perceraian b. Studi Literatur

Studi literatur dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui sumber internet, untuk mencari data dan informasi tentang dampak negatif pernikahan usia muda. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak negatif pernikahan usia muda adalah ketidak harmonisan dalam rumah tangga dan akan berujung pada perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan banyak lagi permasalahan lainnya.

Keyword: Tidak Harmonis, Kekerasan, Perceraian a. Observasi

Dalam tugas Tugas Akhir ini, data observasi yang didapat bersumber langsung dari pengamatan langsung di lapangan. Metode observasi dilakukan untuk mengenal lebih dalam tentang materi yang akan diteliti. Dengan mengadakan pengamatan aktif terhadap pernikahan usia muda di pinggiran kota Surabaya. Dari ringkasan observasi tersebut, diambil salah seorang yang menikah pada usia muda bernama Hadi. Didapatkan hasil bahwa Hadi yang telah menikah di usia muda melakukan kekerasan dalam rumah tangga yang


(53)

50

menyebabkan tidak harmonisnya kehidupan rumah tangga dan berujung pada perceraian.

Keyword: Tidak Harmonis, Kekerasan, Perceraian 2. Remaja

Pada tahapan ini, pengumpulan data lebih terarah kepada sifat remaja. Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai pedoman pembuatan Tugas Akhir ini.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada bapak Sigit Soerya Widodo. Beliau adalah seorang dosen bagian bimbingan konseling di Universitas PGRI Adi Buana. Beliau mengatakan bahwa remaja adalah anak yang sudah duduk di bangku SMP, SMA dan kuliah. Masa remaja merupakan masa transisi di mana seorang remaja cenderung mau dianggap dewasa, padahal dari sifatnya masih seperti anak kecil. Pada usia remaja, seseorang mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis dan memiliki aktualisasi diri yang kuat, ada yang terjerumus dalam hal positif maupun negatif. Di sini bisa disimpulkan bahwa remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Beliau juga mengatakan, emosi seorang remaja itu labil karena umumnya mudah terpengaruh.

Keyword: Mudah Terpengaruh, Labil, Tertarik b. Studi Literatur

Pada studi literatur ini penulis mencari data dan informasi tentang sifat remaja melalui internet. Dari sumber yang didapatkan bahwa beberapa


(54)

psikologi adalah emosi labil, sangat mudah terpengaruh dan memiliki jiwa pemberontak.

Keyword: Labil, Mudah Terpengaruh, Memberontak 3. Penyadaran

Pada tahapan ini, pengumpulan data lebih terarah kepada penyadaran. Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai pedoman pembuatan Tugas Akhir ini.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada bapak Sigit Soerya Widodo, beliau adalah seorang dosen bagian bimbingan konseling di Universitas PGRI Adi Buana. Beliau mengatakan bahwa penyadaran adalah proses perubahan yang dialami seseorang dari kejadian di lingkungannya sehingga seseorang tersebut mendapatkan dorongan positif, hal ini membuat suatu hubungan sehingga bentuk interaksi sosial sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keyword: Perubahan, Positif

b. Studi Literatur

Pada studi literatur ini penulis mencari data dan informasi tentang penyadaran melalui skripsi. Dari sumber yang didapatkan, penyadaran menurut Paulo Freire, seorang pemikir berkebangsaan Brazil, menyadari betapa pentingnya penyadaran manusia terhadap suatu perubahan dalam masyarakat, sehingga Paulo Freire mencetuskan teori penyadaran yang dimiliki oleh masyarakat, karena kesadaran


(55)

52

merupakan kunci yang harus dimiliki masyarakat agar perubahan dapat tercapai. Dengan adanya kesadaran dan dorongan positif yang dimiliki masyarakat, maka akan sangat mudah untuk menyelesaikan problem-problem sosial yang ada di masyarakat.

Keyword: Perubahan, Positif 3.3 Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data maka proses selanjutnya adalah analisis data, data yang telah didapat dari berbagai sumber dikualifikasikan menurut darimana data itu didapat. Lalu diolah dengan mencari mana yang paling identik atau yang selalu ada saat proses pengumpulan data dalam bentuk tabel.

Dari wawancara, studi literatur dan observasi yang telah dilakukan (lihat tabel 3.1), didapatkan keyword berupa Tidak Harmonis, Kekerasan, Perceraian. Tabel 3.1 Pengumpulan Keyword Dampak Negatif Pernikahan Usia Muda Wawancara Studi Literatur Observasi Keyword

Tidak Harmonis Tidak Harmonis Tidak Harmonis Tidak Harmonis Kekerasan Kekerasan Kekerasan Kekerasan Perceraian Perceraian Perceraian Perceraian Sumber: Olahan Penulis, 2016

Dari wawancara, studi literatur dan observasi yang telah dilakukan (lihat tabel 3.2), didapatkan keyword berupa mudah terpengaruh dan labil.

Tabel 3.2 Pengumpulan Keyword Remaja

Studi Literatur Wawancara Keyword

Mudah Terpengaruh Mudah Terpengaruh Mudah Terpengaruh

Labil Labil Labil

Memberontak Tertarik -


(56)

didapatkan keyword berupa hubungan, kejadian dan lingkungan. Tabel 3.3 Pengumpulan Keyword Penyadaran

Wawancara Studi Literatur Keyword

Perubahan Perubahan Perubahan

Positif Positif Positif

Sumber: Olahan Penulis, 2016

3.4 Studi Eksisting

Dalam pengerjaan film pendek, diperlukan sebuah Study Eksisting guna mengamati karya yang telah ada sebelumnya. Karya yang sudah ada dikaji untuk memperoleh kelebihan dari karya tersebut untuk diimplementasikan dalam film pendek ini. Dalam hal ini, dipilih film pendek yang berjudul Akibat Nikah Muda.

Gambar 3.1 Akibat Nikah Muda (Sumber : http://www.youtube.com/)

Akibat Nikah Muda (Lihat gambar 3.1) adalah sebuah film pendek yang bercerita tentang kehidupan seorang remaja perempuan bernama Fitru memutuskan untuk berhenti sekolah untuk menikah dengan Hendri, pacar Fitri.


(57)

54

Beberapa waktu kemudian, Fitri menyesal karena tidak sesuai yang diharapkan. Hendri menjalin hubungan dengan wanita lain.

Dari hasil studi eksisting yg telah dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu dengan melakukan perbandingan kelebihan dan kekurangan pada film Akibat Nikah Muda.

Tabel 3.4 Analisis data eksisting

Video Kelebihan Kekurangan

Akibat Nikah Muda

Background music

mendukung Variasi shot kurang menarik Ide cerita menarik Warna cenderung datar Sumber: Olahan Penulis, 2016

Dari analisis data tersebut yang ada pada tabel, disimpulkan bahwa setiap Film memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan dari film tersebut akan dijadikan referensi serta bahan acuan dalam pembuatan karya.


(58)

Tabel 3.5 Segmentation, Targeting, Positioning

Segmentasi & Targeting

Geografis Masyarakat Kota Surabaya

Demografi

Usia : 15 – 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki , perempuan Jenjang pendidikan : Pelajar SMP dan SMA Kelas sosial : Menengah

Psikografi Gaya hidup : Dekat dengan teknologi modern

Positioning

Film ini bercerita tentang ketidak harmonisan kehidupan sepasang suami istri yang menikah di usia muda.

Sumber: Olahan Penulis, 2016

Segmentasi dan targeting dari sisi geografis ditujukan untuk masyarakat perkotaan, karena tema dari tugas akhir ini adalah kehidupan remaja yang menikah pada usia muda di kota Surabaya. Dari sisi demografi masyarakat kota Surabaya masih terlalu luas, sehingga lebih ditargetkan kepada usia remaja antara 15 – 19 tahun, karena pernikahan pada rentang usia tersebut di perkotaan mengalami peningkatan. Siti Yuli Astuti (2013) menjelaskan terjadinya pernikahan pada usia muda antara lain Faktor ekonomi, keluarga yang masih hidup dalam keadaan sosial ekonominya rendah/belum bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari hari. Faktor pendidikan, karena rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak, akan pentingnya pendidikan. Faktor keluarga yaitu orang tua mempersiapkan atau mencarikan jodoh untuk anaknya. Faktor kemauan sendiri, karena pergaulan bebas sehingga mereka melakukan pernikahan. faktor adat yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia muda


(59)

56

karena ketakutan orang tua terhadap gunjingan dari tetangga dekat. Sedangkan positioning dalam film ini bercerita tentang ketidak harmonisan kehidupan sepasang suami istri yang menikah di usia muda.

3.6 Keyword

Berdasarkan dari hasil pencarian data dengan melakukan studi literatur dan studi eksisting, serta wawancara, didapatkan kalimat-kalimat yang digunakan sebagai pencarian keyword. Dari hasil wawancara maka dilakukan analisa dari target pasar dan tujuan film pendek tentang pernikahan usia muda dibuat. Analisis ini berguna untuk mencari keyword yang kemudian akan diterapkan dalam film.

Gambar 3.2 Keyword Sumber: Olahan Penulis, 2016

Dari hasil analisa keyword utama pada gambar 3.2, hasil dari analisa data didapatkan dari tiga yang ada didalam judul tugas akhir, yaitu dampak negatif pernikahan usia muda, penyadaran dan remaja. Dari materi dampak negatif pernikahan usia muda terdapat tiga keyword, yaitu keyword tidak harmonis, kekerasan dan perceraian. Tidak harmonis berasal dari kata harmoni. Dalam


(60)

pernyataan rasa, aksi, gagasan, dan minat; keselarasan; keserasian. Tidak harmonis bisa disimpulkan bahwa tidak ada keselarasan dan keserasian. Kekerasan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (www.kbbi.web.id) adalah perihal (yang bersifat, berciri) keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain dan paksaan. Perceraian dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah perpisahan, perihal bercerai (antara suami istri) dan perpecahan. Setelah ketiga keyword dianalisis lebih sempit lagi terdapat kata tegang. Dalam KBBI (www.kbbi.web.id) kata tegang dalam arti kiasan berarti bertentangan keras (tentang perhubungan diplomatik, pertalian, dan sebagainya).

Dari materi remaja terdapat dua keyword, yaitu keyword mudah terpengaruh dan labil. Mudah terpengaruh berasal dari pengaruh. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (www.kbbi.web.id) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Labil dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (www.kbbi.web.id) adalah goyah, tidak mantap, tidak kokoh (tentang bangunan, pendirian, dan sebagainya), goyang, tidak tenang (tentang kendaraan, kapal, pesawat terbang, dan sebagainya), tidak tetap, mudah berubah-ubah, naik turun (tentang harga barang, nilai uang, dan sebagainya), tidak stabil, cenderung berubah. Setelah kedua keyword dianalisis lebih sempit lagi terdapat kata inkonsisten. Dalam KBBI (www.kbbi.web.id) kata inkonsisten berarti tidak taat asas, suka berubah-ubah (tentang sikap atau pendirian seseorang, pemakaian atau


(61)

58

pengejaan kata, dan sebagainya), mempunyai bagian-bagian yang tidak bersesuaian, bertentangan, kontradiktif, tidak serasi, tidak sesuai, tidak cocok.

Dari materi penyadaran terdapat dua keyword, yaitu keyword perubahan, dan positif. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (www.kbbi.web.id) Perubahan adalah hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Positif dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (www.kbbi.web.id) adalah pasti, tegas, tentu, yakin, bersifat nyata dan membangun. Setelah kedua keyword dianalisis lebih sempit lagi terdapat kata progresif. Dalam KBBI (www.kbbi.web.id) kata progresif berarti kemajuan, berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang dan bertingkat-tingkat naik.

Dari materi dampak pernikahan usia muda terdapat kata tegang dan dari remaja terdapat kata inkonsisten. Kemudian dari kedua kata tersebut dianalisis lebih sempit lagi menjadi kata temperamental. Kata temperamental berasal dari kata temperamen. Dalam KBBI (www.kbbi.web.id) temperamen diartikan sebagai sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran (periang, penyedih, dan sebagainya). Lalu dari hasil akhir dari materi dampak pernikahan usia muda dan remaja adalah kata temperamental, kemudian dari materi penyadaran terdapat kata progresif maka kemudian di analisis dan mulai meruncingkan keyword-keyword yang telah didapatkan, dengan menemukan dan menentukan hasil keyword akhir adalah ambisius.


(62)

Dari hasil analisa data didapatkan keyword yaitu ambisius. Ambisius adalah kata sifat yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti berkeinginan keras mencapai sesuatu (harapan, cita-cita) dan penuh ambisi.

Menurut Tika Bisono, M.Psi (2008) ambisius adalah kata sifat dari ambisi. Ambisi yang positif dimiliki oleh orang supaya bisa berprestasi dengan baik dan menghasilkan karya terbaik, sementara kalau yang negatif itu sebuah ambisi yang tidak sebanding dengan potensi yang dimiliki, sehingga dia akan memaksakan segala cara. Ambisius yang berlebihan, akan membuat mereka memiliki minat dan keinginan yang menggebu-gebu terhadap sesuatu. Dengan begitu mereka dapat menghalalkan segala cara demi mencapai keinginannya.

Dari beberapa uraian diatas, peneliti mengambil uraian dari KBBI dan Tika Bisono, M.Psi, di mana ambisius adalah keinginan yang menggebu-gebu terhadap sesuatu dan menghalalkan segala cara demi mencapai keinginannya.

3.8 Analisis Warna

Dalam hal ini analisa warna mengacu pada keyword di atas yaitu ambisius maka digunakanlah warna merah. Menurut Marcel Danesi buku berjudul Semiotika Media (2010: 49) warna merah adalah warna yang menyimbolkan hasrat, seksualitas, kesuburan, berbuah, kemarahan dan sensualitas.


(63)

60

Gambar 3.3 Warna Merah Sumber: www.Color-hex.com

3.9 Perancangan Karya

Pada gambar 3.3 dapat dilihat pengerjaan tugas akhir ini berawal dari ide dan konsep yang telah mengalami pematangan sejak dari ide. Kemudian diolah menjadi storyboard yang menjadi acuan dalam pembuatan film ini.

Lalu setelah selesai, dilakukan casting pemain, pemilihan kostum, dan mencari setting lokasi. Setelah itu maka akan dilakukan syuting dan pengambilan audio.

Saat rangkaian syuting selesai maka tiba ke proses editing. Proses editing melewati beberapa tahap mulai dari pemberian pewarnaan gambar dan penambahan backsound di dalamnya. Gambar 3.3 adalah alur perancangan karya.


(64)

Gambar 3.4 Alur perancangan karya Sumber: Olahan penulis, 2016

3.10 Pra Produksi

Berdasarkan gambar tahapan perancangan karya (lihat gambar 3.4). Pada tahap ini penulis mempersiapkan aspek-aspek penting yang akan menjadi dasar dalam perancangan karya. Berdasarkan permasalahan dan informasi yang telah dipaparkan dibab-bab sebelumnya. Maka disusunlah ide dan konsep berikut ini.

Perancangan Karya

Pra Produksi

Penataan Kamera Artistik Penyutradaraan

Manajemen Produksi

Produksi

Jadwal Shooting Perekaman Gambar

Perekaman Suara

Pasca Produksi

Editing Video

Memasukkan Musik

Melakukan Mixing gambar


(65)

62

3.10.1 Riset dan Penyusunan Konsep Dasar 1. Ide dan Konsep

a. Ide

Ide dari film ini berasal dari pengamatan penulis dimana pada saat ini banyak sekali remaja yang sudah menikah di usia muda. Salah satu faktornya adalah hamil di luar nikah. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang ada banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari penikahan usia muda diantara lain ketidak hamonisan dalam kehidupan berumah tangga yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian.

b. Konsep

Berdasarkan keyword yang didapat, berupa kata "ambisius". Maka implementasi kata ambisius itu di dalam film ini berupa konsep sebuah film di mana di dalam cerita film ini terdapat suatu keinginan yang menggebu-gebu dan menghalalkan segala cara demi tercapainya keinginan sesuai dengan definisi ambisius tersebut. Dalam film pendek ini digunakan teknik Continuity Editing yaitu dapat menunjukkan kepada penonton apa yang penonton ingin melihat ketika mereka ingin melihatnya. Pada akhirnya, penonton dapat menyimpulkan apa yang mereka lihat dengan logika mereka.

2. Karakter 3 Dimensi Tokoh a. Rangga

1) Dimensi fisiologis Jenis kelamin : Laki-laki


(66)

Usia : 17 Tahun

Raut wajah : Santai, ceria Pakaian : Casual

2) Dimensi Psikologis

Temperamen : Humoris, tegas Kebiasaan : Nongkrong di warkop Watak/karakter : Sanguinis 3) Dimensi Sosiologis

Asal : Kota Surabaya

Status sosial : Kelas mengengah Pekerjaan : Pengangguran Pendidikan : SMA

Bahasa : Bahasa Indonesia b. Ira

1) Dimensi fisiologis

Jenis kelamin : Perempuan Bentuk tubuh : Pendek

Usia : 17 Tahun Raut wajah : Gelisah Pakaian : Casual 2) Dimensi Psikologis Temperamen : Penyabar Kebiasaan : Memainkan ponsel


(67)

64

Watak/karakter : Plegmatis 3) Dimensi Sosiologis

Asal : Kota Surabaya

Status sosial : Kelas mengengah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga dan reseller Pendidikan : SMA

Bahasa : Bahasa Indonesia c. Adi

1) Dimensi fisiologis Jenis kelamin : Laki-laki Bentuk tubuh : Ideal

Usia : 17 Tahun Raut wajah : Ceria Pakaian : Baju SMA 2) Dimensi Psikologis Temperamen : Humoris Kebiasaan : Bolos sekolah Watak/karakter : Plegmatis 3) Dimensi Sosiologis

Asal : Kota Surabaya

Status sosial : Kelas mengengah Pekerjaan : Pelajar SMA

Pendidikan : SMA


(68)

Ira adalah seorang perempuan muda yang menikah di usia muda karena hamil di luar nikah. Rangga adalah suami Ira. mereka juga berhenti sekolah karena malu dengan kejadian itu. Kehidupan rumah tangga Rangga dan Ira juga tidak harmonis. Ketidak harmonisan di antara mereka kian meruncing di saat Rangga dikenalkan temannya dengan seorang cewek yang bernama Via dan Ira mengenal seseorang yang bernama Sofyan. Ketika Ira mengetahui Rangga menelpon Via. Ira pun membalasnya dengan dirinya menelpon Sofyan. Rangga yang memergoki Ira yang sedang telpon dengan Sofyan menuduh Ira selingkuh. Ira yang tidak terima pun menuduh balik. Mereka akhirnya terlibat perdebatan dan pertengkaran. Hubungan mereka akhirnya berujung pada perceraian.

4. Treatment

A. Ira menyiapkan segelas air putih untuk Rangga. Ekspresi Rangga terlihat kecewa dan pergi meninggalkan rumah. Ira memanggil Rangga namun tidak dihiraukan.

B. Ira sedang menyapu rumahnya dengan susah payah.

C. Rangga berada di warkop dan bertemu Adi. Rangga meminta kontak teman cewek Adi. Adi memberikan kontak yang bernama Via pada Rangga

D. Ira bersantai sambil mememeriksa orderan online shopnya. Ira menghubungi Sofyan untuk menanyakan stok barang.

E. Sofyan menanyakan keadaan rumah tangga Ira. Ira merasa nyaman dengan Sofyan.


(69)

66

F. Rangga berjalan menuju rumah sambil memegang ponsel. Rangga chating dengan Via.

G. Terlihat Rangga membuka penutup makanan. Rangga terkejut hanya melihat nasi putih dan tempe. Rangga keluar rumah untuk membeli makan di luar.

H. Rangga sedang makan mie instan di warkop tadi. Rangga dihubungi Via. Rangga mengakhiri chatting dengan Via dan membayar makanannya.

I. Rangga sedang bermesraan dengan Via lewat chat dikamarnya tanpa menghiraukan Ira disampingnya. Usai chatting, Rangga tertidur. J. Ira menyapu rumah. Ira mendengar percakapan Rangga dengan

seseorang dikamarnya melalui telepon. Ira menguping dari luar kamar. K. Terlihat Rangga sedang berbincang dengan Via. Percakapan mereka

semakin lama semakin mesra dan menyindir Ira.

L. Terlihat ekspresi Ira yang kecewa. Ira meletakkan sapunya dan mengambil ponselnya.

M. Terlihat Ira menghubungi Sofyan. Ira pun berbincang akrab dengan Sofyan.

N. Rangga berbincang dengan Via lewat telpon di kamarnya.

O. Terlihat Rangga berdiri di samping Ira dan memergoki Ira. Ira hanya cuek melihat Rangga.

P. Rangga dan Ira saling tuduh dan berdebat siapa di antara mereka yang selingkuh.


(1)

108

Gambar 4.26 Screen Shot credit title Film pendek “Tangisan Ira” Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2016


(2)

109 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari laporan ini dapat disimpulkan:

1. Membuat film pendek tentang pernikahan usia muda sebagai upaya penyadaran pada remaja.

2. Pembuatan film pendek dengan teknik continuity editing banyak dilakukan hampir seluruh bagian.

3. Proses editing film pendek ini menggunakan software adobe premiere CS6 4. pembuatan Film ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu pra produksi yang

terdiri dari pembuatan naskah, storyboard dan skenario, produksi yang terdiri dari shooting film pendek, dan pasca produksi yang terdiri dari capturing, editing, rendering dan publikasi.

5.2 Saran

Produksi film pendek ini diharapkan menjadi wawasan dan pengetahuan bagi khalayak luas. Berdasarkan pengalaman penulis saat pengerjaan film pendek ini. Maka didapat saran sebagai berikut:

1. Perbaikan dalam segi teknik pencahayaan. 2. Perbaikan konsep cerita film.

3. Penambahan variasi shot agar penonton tidak cepat bosan..

Masih banyak kekurangan yang ada dalam pengerjaan karya maupun dalam karya itu sendiri. Tugas akhir ini masih terkendala masalah pengaturan waktu


(3)

110

pengerjaan. Demikian saran yang didapat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca bahkan bagi penelitian lanjutan.


(4)

111

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku

Biran, Harun Misbach Yusa. 1987. Angle, Kontiniti, Editing, Close Up, Komposisi dalam sinematografi. Jakarta. Yayasan Citra.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta. Jalasutra.

Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta. BPK Gunung Mulia.

Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Widagdo, M. Bayu. 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sumber Internet

Angka Perceraian di Indonesia. 2013. http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx? BeritaID=967. Diakses tanggal 1 Desember 2015.

Camera & Framing (Dasar Estetika). 2015. https://www.academia.edu/8030635/

Camera_and_Framing_Dasar_Estetika. Diakses tanggal 4 November

2015.

Continuity Editing. 2016. Internet. http://www.cybercollege.com/tvp050.htm.

Diakses tanggal 3 Maret 2016.

Definisi Film. 2012. Internet. http://www.bimbingan.org/definisi-film.htm.

Diakses tanggal 24 September 2014.

Dampak negatif Pernikahan Usia Muda. 2014.

http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/177423-beragam-efek-buruk-pernikahan-dini.html. Diakses tanggal


(5)

112

Data Tentang Pernikahan Dini. 2013. Internet. http://www.jurnalperempuan.org/

meningkatnya-angka-pernikahan-dini-di-perkotaan.html. Diakses tanggal

30 Oktober 2015.

Mengenal dasar membuat film. 2013. Internet.

http://www.anneahira.com/cara-pembuatan-film.htm. Diakses tanggal 17 Oktober 2014.

Pengertian ambisius. 2008. http://lifestyle.okezone.com/read/2008/11/10/198/

162396/ambisi-vs-ambisius-apa-bedanya Diakses tanggal 23 Mei 2016.

Pengertian Emosi. 2015.

http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-emosi-dan-bentuk-emosi.html. Diakses tanggal 23 April 2016.

Pengertian film pendek. 2009.

http://www.filmpelajar.com/tutorial/sekilas-tentang-film-pendek. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.

Pengertian Pernikahan Dini. 2012. http://www.psychologymania.com/2012/06/

pengertian-pernikahan-dini.html. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.

Pengertian dan tujuan Pernikahan. 2015. http://www.pengertianpakar

.com/2015/03/pengertian-dan-tujuan-pernikahan.html. Diakses tanggal 30

Oktober 2015.

Pengertian Pernikahan Menurut menurut UU Perkawinan NO.1 Tahun 1974. 2014.

http://dilihatya.com/2784/pengertian-pernikahan-menurut-para-ahli-adalah. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.

Pengertian Audio. 2014.

http://www.pengertianku.net/2014/11/pengertian-audio-dan-media-audio-secara-lengkap.html. Diakses tanggal 4 November

2015.

Pengertian Penelitian Kualitatif. 2012.

http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/. Diakses tanggal 3 Maret 2016.

Pengertian Remaja. 2010. http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/.

Diakses tanggal 10 Desember 2015.

Pengertian Wawancara. 2013.

http://www.konsistensi.com/2013/04/wawancara-sebagai-metode-pengumpulan.html Diakses tanggal 3 Maret 2016.

Usia Ideal Dalam Pernikahan Menurut Nick Wolfinger. 2015. Internet. http://health.liputan6.com/


(6)

Usia Ideal Dalam Pernikahan Menurut BKKBN. 2013. Internet.

http://www.merdeka.com/peristiwa/bkkbn-nikah-ideal-itu-20-tahun-bagi-wanita-25-tahun-bagi-pria.html. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.

Sumber Skripsi

Rusiani Septia. Skripsi. 2013. Motif Pernikahan Dini dan Implikasinya Dalam Kehidupan Keagamaan Masyarakat Desa Girikarto Kecamatan Panggang

Kabupaten Gunung Kidul. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga.

Siti Yuli Astuty. Skripsi. 2013. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Medan. Universitas

Sumatera Utara.

Muhammad Dani Butar. Skripsi. 2012. Konsep Penyadaran Paulo Freire dan

Kontribusinya Terhadap Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta.