PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM
LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

SKRIPSI

Oleh:
Maulela Ajar Ridzany
20120210060
Program Studi Agroteknologi

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH
PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TOMAT (Lycopersicon esculentum)


SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :
Maulela Ajar Ridzany
20120210060
Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

i

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah
mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu,
saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah,
maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim
Pembimbing.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah saya peroleh karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
nrma yang berlaku di perguruan tinggi ini.


Yogyakarta, 26 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan

Maulela Ajar Ridzany
20120210060

ii

MOTTO

“Man Jadda Wa Jadda”
Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil

“Allahummar zuqniyal fahma fil’ilmi wauluwwal himmad”
Ya Allah, anugrahkanlah padaku kepahaman dalam ilmu dan cita-cita yang
tinggi
(Kitab Arsyif Multaqa Ahlil Hadits)

“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku hikmah, kepahaman, makrifat dan
ilmu”

(Kitab Al-Burhan Al-Muayyad)

iii

PERSEMBAHAN
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tua, Abah Suparjan dan Ibu Norhayati. Terimakasih tak terhingga
atas kebutuhan yang saya perlukan, doa dan semangat dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Semoga pencapaian rangkaian studi saya ini dapat memberikan
kebanggaan untuk Abah dan Ibu.
Kedua adik (Muhammad Rigen Mahawan dan Maulana Syahnirro Dzikri), Kak
Elen, Nabil, Mba Rus, Bude dan Pakde yang selalu memberikan dukungan
semangat dan doa agar segera menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Intan dan Mutiara teman Kost yang selalu siap menemani begadang, menghibur
saat lagi sedih, dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi saya ini.
Mba kiki, Novi, Wheny, Dyah, Choirul, Usfi, Rubi, anak karet gelang yang selalu

siap membantu selama penelitian hingga penyelesaian skripsi saya ini dan yang
tiada henti-hentinya saling menyemangati dan saling mendoakan agar bisa lulus
dan sukses bersama-sama.
Mas Zain, yang selalu bisa memberikan tambahan semangat saat penyelesaian
skripsi ini.
Idew dan Ipenk, sahabat sejak 8 tahun yang lalu yang selalu punya cara untuk
memberikan semangat serta doanya walau terpisah oleh pulau Kalimantan dan
pulau Jawa dalam penyelesaian studi saya.
Pak Rudi yang sudah banyak membantu dalam penyiapan bahan tanam dan
merawat tanaman penelitian saya.
Tim KKN 23 dan Teman-teman Agroteknologi 2012 terimakasih untuk semangat
dan doanya, semoga kita semua selalu diberi kelancaran dalam menyelesaikan
studi dan meraih kesuksesan.

iv

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
INTISARI.............................................................................................................xii
ABSTRACT.........................................................................................................xiii
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Perumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................6
A. Kompos Limbah Pertanian..............................................................................6
B. Tanaman Tomat...............................................................................................9
C. Hipotesis........................................................................................................12
III. TATA CARA PENELITIAN........................................................................13
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................13
B. Bahan dan Alat Penelitian..............................................................................13
C. Metode Penelitian..........................................................................................13
D. Cara Penelitian...............................................................................................14
E. Parameter yang Diamati.................................................................................19
F. Analisi Data....................................................................................................20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................21
A. Tinggi Tanaman Tomat.................................................................................21

B. Berat Segar Tanaman dan Berat Kering Tanaman........................................27
C. Berat Buah Per Tanaman dan Jumlah Buah Per Tanaman............................32
D. Diameter Buah Per Tanaman.........................................................................37
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................40
DAFTAR PUSTAKA…………………………………..………………………41

v

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% tinggi tanaman....................................22
Tabel 2. Hasil rerata berat segar tanaman dan berat kering tanaman.....................27
Tabel 3. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% berat buah pertanaman dan jumlah buah
pertanaman.................................................................................................32
Tabel 4. Hasil rerata diameter buah per tanaman ..................................................37

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Lay Out Penelitian.............................................................................44
Lampiran 2. Perhitungan Pupuk.............................................................................45
Lampiran 3. Deskripsi Tomat Varietas Servo........................................................47
Lampiran 4. Jadwal Penelitian...............................................................................49
Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam.............................................................................50
Lampiran 6. Hasil Uji Lab Tanah dan Pupuk........................................................53
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian.....................................................................69

vii

PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH
PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TOMAT (Lycopersicon esculentum)
(The Effect of Various Compost of Agricultural Waste on Growth and yield
of Tomato (Lycopersicon esculentum))
Maulela Ajar Ridzany
Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P / Ir. Hariyono, M.P
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UMY

ABSTRACT

A research entitled "The Effect of Various Compost of Agricultural Waste
on Growth and yield of Tomato (Lycopersicon esculentum)" was conducted at
greenhouse of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta from January 2016 up to
July 2016.
The research was done using an experimental method with single factor,
arranged in a Completely Randomized Design (CRD). The treatments were Urea
200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare
(P0); 20 tons / hectare Manure Cow + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300
kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P1); 6.504 tons / hectare
Compost Rice Straw + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram /
hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P2); 6.451 tons / hectare Compost Sweet
Corn + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200
kilogram / hectare (P3); 9.876 tons / hectare compost Leather Cassava + Urea
200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare
(P4). Each treatment consists of three units and one plants victims were repeated
three times.
The result showed that the utilization of compost of various kinds of
agricultural waste such as rice straw compost, compost litter sweet corn, and
cassava bark compost affected the growth and yield of tomato. Application of
6.504 tons / hectare of rice straw compost + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36

300 kilogram / hectare, 200 kilogram KCl / hectare could increase the growth and
yield of tomato plants.
Keywords: Tomato, Urea, SP36, KCl, Cow Manure, Compost, Agricultural Waste

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau
yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang
sebelah mata pada limbah. Tanpa berpikir bahwa dibalik citra negatif limbah
ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang
memiliki potensi besar dapat digunakan yaitu limbah pertanian misalnya limbah
jerami padi, seresah jagung, dan kulit singkong. Limbah pertanian tersebut sering
dianggap tidak bermanfaat dan mengganggu kenyamanan lingkungan karena
sebagian besar limbah pertanian hanya dibakar atau ditumpuk dipinggir lahan
setelah panen. Salah satu potensi limbah pertanian yang dapat memberikan
manfaat lebih banyak adalah menjadikan limbah pertanian sebagai bahan
pembuatan pupuk kompos.Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik

atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang
sederhana dengan bantuan mikroorganisme.Kompos dapat digunakan sebagai
pengganti pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah. Kompos berfungsi
dalam perbaikan struktur tanah, tekstur tanah, aerasi dan peningkatan daya resap
tanah terhadap air.
Limbah pertanian berupa jerami padi sangat jarang dimanfaatkan oleh
petani, sebagian besar limbah jerami padi hanya dibakar saat setelah panen selesai
dilakukan, padahal limbah jerami padi dapat dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk organik yang berupa pupuk kompos. Hasil samping panen padi
berupa jerami padi mencapai 5 ton/hektar. Penyusutan jerami padi segar

1

menjadi kompos dapat mencapai 50% (Balai Penelitian Tanah, 2008). Manfaat
kompos jerami padi tidak hanya dilihat dari sisi kandungan hara saja. Kompos
jerami padi juga memiliki kandungan C organik yang tinggi. Pemakaian kompos
jerami padi yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan
kandungan bahan organik tanah danmengembalikan kesuburan tanah.
Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya
buahnya saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang
berupa batang dan daun, biasanya seresah jagung manis yang berupa batang dan
dan hanya dijadikan sebagai pakan ternak atau hanya ditumpuk dipinggir lahan
setelah panen. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi pupuk organik
berupa pupuk kompos. Kompos serasah jagung manis bisa digunakan untuk
menyuburkan lahan serta dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang sangat
menguntungkan bagi masyarakat maupun petani.
Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak
dimanfaatkan dan hanya dibuang sia-sia, padahal kulit singkong dapat diproses
menjadi pupuk organik yaitu berupa pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi,
2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan
dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit
singkong, memiliki keuntungan diantaranya adalah mengurang permasalahan
limbah yang biasanya hanya mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat
meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri karena dapat digunakan
sebagai pupuk.

2

Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di
Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai 893.463 ton dan
pada tahun 2013 mencapai 992.780 ton (Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Hortikultura, 2016), salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam
upaya meningkatkan produksi tomat adalah pemupukan. Untuk pertumbuhan dan
hasil yang baik, tanaman tomat membutuhkan hara yang lengkap, baik makro
maupun mikro, dengan komposisi berimbang yang dipasok dari pupuk. Pemberian
Nitrogen yang terlalu tinggi misalnya dapat menyebabkan pertumbuhan daun
yang lebat, namun berpengaruh menekan jumlah dan ukuran buah (Nonnecke,
1989). Penelitian di Candilo dan Silvestri (1994) menunjukkan bahwa pemberian
Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada tanaman tomat nyata
meningkatkan hasil, memperbaiki pematangan dan kadar padatan terlarut. Pada
tanaman tomat yang kekurangan K, selain berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, juga akan dapat menurunkan kualitas buah. Pada analisis tanaman
tomat, S terdapat dalam kadar yang cukup tinggi dan tersebar, ini menandakan
bahwa unsur ini penting bagi tanaman tersebut (Ware and Mc Collum, 1980).
Petani tomat di Indonesia umumnya menggunakan 3 jenis pupuk
anorganik berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl yang pemberiannya dilakukan
secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur. Pemakaian pupuk anorganik
secara terus menerus, berlebihan dan tidak berimbang ternyata menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Kebutuhan akan hara makro sekunder dan
hara mikro sering kali diabaikan, sehingga pada jangka panjang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi pemupukan menjadi

3

berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi pemupukan
perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan meningkatkan
efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah
bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut
dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah,
mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak
untuk tanaman. Salah satu mengurangi efek pencucian dapat dengan
menambahkan bahan organik berupak pupuk kandang maupun pupuk kompos.
Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang sangat
murah dan mudah diperoleh. Salah satu pupuk kadang yang dapat dipakai adalah
pupuk kandang sapi. Banyak petani menggunakan pupuk kandang sapi dengan
cara langsung membelinya di toko pertanian, hal itu membuat pengeluaran petani
tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat mengurangi biaya saat berbudidaya,
petani dapat membuat pupuk organiknya menggunakan limbah pertanian berupa
kompos jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos dari kulit
singkong. Dimana bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan kompos tersebut
dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya.
Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat
seberapa efektif pengaruh kompos dari beberapa limbah pertanian berupa kompos
jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit singkong terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat, serta untuk melihat kompos limbah
pertanian manakah yang paling efektif dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman tomat.

4

B. Perumusan Masalah
Produksi tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai 893.463 ton dan pada tahun
2013 mencapai 992.780 ton, salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam
upaya meningkatkan produksi tomat adalah pemupukan. Pupuk kandang
merupakan sumber unsur

hara bagi tanaman, salah satu pupuk kadang yang

dapat dipakai adalah pupuk kandang sapi. Banyak petani menggunakan pupuk
kandang sapi dengan cara langsung membelinya di toko pertanian, hal itu
membuat pengeluaran petani tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat
mengurangi biaya saat berbudidaya, petani dapat membuat pupuk organiknya
menggunakan limbah pertanian yang berupa limbah jerami padi, limbah seresah
jagung manis, dan limbah dari kulit singkong. Dimana bahan-bahan yang
digunakan sebagai bahan kompos tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan
tanpa biaya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapatkan
beberapa rumusan masalah anatara lain:
1. Seberapa efektif pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?
2. Kompos

limbah

pertanian

manakah

yang

paling

efektif

dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
2. Menetapkan jenis kompos limbah pertanian yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompos Limbah Pertanian
Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik
menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.
Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang
ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah. Selama proses perubahan dan peruraian bahan
organik, unsur hara mengalami pembebasan dan menjadi bentuk larut yang bisa
diserap tanaman, proses

perubahan ini

disebut

pengomposan.

Metode

pengomposan yang sesuai dan waktu pemanfaatan bahan organik perlu
diperhatikan, demikian juga inokulasi mikrobia yang sesuai.
Kompos adalah hasil pembusukan sisa – sisa tanaman yang disebabkan
oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh
besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan Nitrogen (C/N rasio). Jika C/N
rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai sempurna. Bahan
kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama
dibandingkan ber-C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki
C/N rasio antara 12 – 15 (Novizan, 2001). Menurut Rahman Susanto (2002),
nisbah C/N berkenaan dengan persentase senyawa organik memberikan indikasi
intensitas proses dekomposisi, karena persentase senyawa organik menentukan
jumlah komponen dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi. Pada
umumnya limbah organik mengandung fraksi padat organik rata – rata 40% 70%. Pemberian bahan organik ke dalam tanah merupakan praktek yang paling

1

2

dianjurkan, dan biasanya diberikan dalam jumlah 30-40 ton/hektar dapat
diambilkan dari berbagai sumber bahan organik (Gunawan Budiyanto, 2014).
1. Kompos Jerami Padi
Potensi panen jerami adalah 1,4 kali dari hasil panen padi (Kim and Dale 2004), sehingga jika panen padi 8 ton gabah akan diperoleh jerami sebanyak 11,2
ton, jika setahun panen padi dua kali potensi jerami ada 22,4 ton, jika selama 10
tahun akan menghasilkan 2.240 ton jerami. Hasil analisis laboratorium terhadap
kompos jerami padi yang sudah dikomposkan, dibuat dengan menggunakan
berbagai bioaktivator berbeda-beda nilai haranya. Hal ini tergantung dari jenis
mikroba

yang digunakan, komposisi

bahan, cara dan

perlakuan saat

pembuatannya. Limbah jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal, selama
ini jerami padi dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan ternak sekitar 22%, pupuk
kompos sekitar 20-29% dan sisanya dibakar untuk menghindari penumpukkan
(Ikhsan dan Hartati, 2009).
Kandungan 1 ton kompos jerami padi adalah Nitrogen (N) 0,6 %, Fosfor
(P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta Magnesium (Mg)
0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. Kompos jerami padi memiliki
kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per
ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton. Jumlah hara ini dapat memenuhi
lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani (Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, 2013). Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti
yang biasa dilakukan oleh petani dinilai sangat merugikan, rata – rata pembakaran
jerami akan mengakibatkan kehilangan hara 94 % Karbon, 91 % Nitrogen, 45 %

3

Fosfor, 75 % Kalium, 75 % Sulfur, 30 % Kalsium dan 20 % Magnesium dari total
kandungan hara tersebut dalam jerami (Abdurachman dan Suriadikarta, 2001).
2. Kompos Serasah Jagung Manis
Banyak petani menanam jagung manis yang dimanfaatkan hanya buahnya
saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang berupa
batang dan daun. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi kompos
yang akan menghasilkan pupuk organik. Kompos serasah jagung manis bisa
digunakan untuk menyuburkan lahan serta dapat dimanfaatkan menjadi suatu
produk yang sangat menguntungkan bagi elemen masyarakat, khususnya bagi
para petani itu sendiri.
Tanaman jagung manis mengandung Nitrogen 0,92%, Fosfor 0,29%, dan
Kalium 1,39% (Ruskandi, 2005). Kurangnya prasarana bisa jadi menjadi
hambatan dalam mengolah serasah jagung manis yang melimpah. Pada penelitian
Surtinah tahun 2013 hasil yang diperoleh kompos dengan bahan serasah jagung
manis mengandung Karbon 10,5 %, Nitrogen 1,05 %, C/N rasio 9,97, Fosfor 1,01
%, Kalium 0,18 %, dan Kalsium 1,98 me/100 g.
3. Kompos Limbah Kulit Singkong
Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak
dimanfaatkan dan terbuang. Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik
yang kemudian disebut dengan pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi,
2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan
dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit
singkong, memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah mengurangi

4

permasalahan limbah dan meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri
karena digunakan sebagai pupuk.
Kulit singkong memiliki kandungan yang di butuhkan tanaman diantaranya
yaitu sebagai berikut: Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti
terdapat karbon yang tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O
(Oksigen) sebesar 28,74%, N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar
0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4% (Ankabi,2007)
B. Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di
Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2000 mencapai 346.081 ton (Badan
Pusat Statistik, 2001) dan tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan
masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor). Salah satu tehnik
budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tanaman tomat
adalah pemupukan, untuk pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman tomat
membutuhkan hara yang lengkap, baik makro maupun mikro, dengan komposisi
berimbang yang dipasok dari pupuk. Pemberian Nirogen yang terlalu tinggi
misalnya dapat menyebabkan pertumbuhan daun yang lebat, namun berpengaruh
menekan jumlah dan ukuran buah (Nonnecke, 1989). Penelitian di Candilo dan
Silvestri (1994) menunjukkan bahwa pemberian Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan
Magnesium (Mg) pada tanaman tomat nyata meningkatkan hasil, memperbaiki
pematangan dan kadar padatan terlarut. Pada tanaman tomat yang kekurangan K,
selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, juga akan dapat menurunkan
kualitas buah. Pada analisis tanaman tomat, S terdapat dalam kadar yang cukup

5

tinggi dan tersebar, ini menandakan bahwa unsur ini penting bagi tanaman
tersebut (Ware and Mc Collum, 1980).
Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan perkiraan jumlah hara yang
terangkut bersama panen. Setiap jenis tanaman mengandung unsur hara yang
berbeda. Pada tanaman tomat kandungan hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di
dalam 1 ton hasil panen adalah Nitrogen menghasilkan 3,3 kg, Fosfor
menghasilkan 0,4 kg, dan Kalium menghasilkan 4,2 kg. Unsur hara yang terbawa
panen perlu dikembalikan ke dalam tanah melalui pemupukan supaya kesuburan
tanah tetap terjaga dan produksi tanaman dapat dipertahankan. Akan tetapi zat
hara di dalam tanah tidak semuanya dapat digunakan oleh tanaman. Sebagian
akan hilang karena peguapan (Nitrogen), pencucian ke lapisan tanah yang lebih
dalam sehingga tidak terjangkau oleh akar (Nitrogen dan Kalium), terikat oleh
mineral liat tanah (Fosfor dan Kalium) atau hanyut karena tererosi (Nitrogen,
Fosfor, Kalium). Oleh karena itu pemberian pupuk sebaiknya 1,5 sampai 2 kali
jumlah hara yang hilang bersama panen.
Petani tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk
tunggal yaitu Nitrogen (Urea , ZA), Fosfor (SP-36) dan Kalium (KCl, ZK) yang
pemberiannya dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur.
Kebutuhan akan hara makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan,
sehingga pada jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan
efisiensi pemupukan menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan
rendah. Efisiensi pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil
kehilangan pupuk dan meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi

6

pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang
memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih
sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang
dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman.
Tomat dikembangbiakkan melalui bijinya. Sebelum ditanam, biji tomat
disemai terlebih dahulu. Tanah untuk persemaian dicangkul dan diberi pupuk
kandang yang matang dan steril. Untuk melindungi semaian dibuatkan atap yang
menghadap ke timur dan miring ke barat setinggi satu meter. Atap ini berguna
untuk menjaga kelembaban, memproleh suhu yang tetap, dan mengatur
banyaknya sinar matahari yang masuk. Biji tomat ditaburkan berbaris dengan
jarak antar baris 5 cm. Penaburan dilakukan dengan hati-hati dan tipis-tipis di atas
tanah persemaian. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan sebanyak 300-400
gram biji tomat. Menurut teori, penanaman satu hektar hanya diperlukan 150
gram biji yang berdaya kecambah 75%. Biji tomat akan tumbuh setelah 5-7 hari
disemaikan.
Lahan yang akan digunakan dicangkul sedalam 40 cm dan dibuat
bedengan dengan lebar 1,40 m. Di atas bedengan dibuat lubang dengan jarak 50 x
60 cm. Jarak antar baris lubang 70 x 80 cm sehingga tiap bedengan terdiri dari dua
baris lubang, menggunakan ruang tanam 50 x 60 cm.
Tiap-tiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 0,5-1 kg
atau 20 ton/hektar. Pada lahan tersebut juga dibuatkan saluran pembuangan air
(parit) antar bedengan dengan lebar 20 cm. Parit ini sangat penting untuk drainase
dan mencegah serangan penyakit layu. Setelah berumur satu bulan, kira-kira

7

berdaun empat helai, bibit tomat dipindahkan ke lubang-lubang tanam yang telah
tersedia di kebun. Setiap lubang ditanami satu batang tanaman yang sehat, kuat,
dan subur. Jika diperlukan, tanaman ditutupi dengan dedaunan atau pelepah
pisang. Tutup ini untuk mencegah teriknya sinar matahari atau pukulan air hujan
yang mungkin jatuh. Setelah 3-4 hari tutup dibuka.
Tanaman tomat yang telah berumur 1,5 bulan diberi pupuk anorganik
berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan perbandingan 2 : 3 : 1 sebanyak 12
gram tiap tanaman. Pupuk ini diletakkan dalam alur yang melingkari batang
tanaman, kurang lebih 5 cm dari batang tanaman. Alur ini selanjutnya ditutup
dengan tanah. Pemberian pupuk buatan ini diulangi sekali lagi setelah 2-3 minggu
kemudian. Dengan demikian, untuk tiap hektar tanaman dibutuhkan 200 kg Urea,
300 kg SP-36, dan 200 kg KCl. Pemberian pupuk buatan saat umur tanaman
tomat 1,5 bulan cabang samping dipangkas hingga tersisa 1-2 cabang utama tiap
tanaman. Tunas yang tumbuh pada keriak daun dan berbunga sedikit (tunas liar)
harus dibuang. Tunas-tunas tersebut dapat mengurangi hasil buah.

C. Hipotesis
Perlakuan 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan
20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar,
KCl

200

kg/hektar

merupakan

perlakuan

pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

terbaik

dalan

meningkatkan

III.

TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016
yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya Jerami padi, Serasah
jagung manis (batang dan daun), kulit singkong, EM4, gula merah, dedak, kapur
pertanian, air, benih tomat varietas Servo, pupuk kandang sapi, pupuk Urea,
pupuk KCl, pupuk SP-36, insektisida Curacron 500EC, dan tanah regosol.
Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya polibag, cangkul,
ayakan ½ cm, gelas beker, meteran, mistar, gunting, karung pengomposan, hand
sprayer, jangka sorong, timbangan analitik, oven, ajir, tali rafia, plastik, label dan
alat tulis.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode percobaan faktor
tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan
sumber bahan organik sebagai berikut:
P0

: Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

P1

: 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

1

2

P2

: 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi (setara dengan 20
ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

P3

: 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis (setara dengan 20
ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

P4

: 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20
ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 unit dan 1 tanaman korban yang

diulang 3 kali, total ada 60 pot/polibag.
D. Cara Penelitian
1. Penyiapan bahan untuk pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah
jagung manis, dan kompos kulit singkong.
Limbah jerami padi dan limbah serasah jagung manis diperoleh dari petani
daerah Kasihan, Bantul, untuk limbah kulit singkong didapat dari pasar
Telo di Karangkajen, Imogiri. Dengan cara mengumpulkan dan menyortir
limbah yang akan dibuat kompos.
2. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan
kompos kulit singkong
a. Mengumpulkan limbah jerami padi kemudian dicacah menjadi
potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami
padi sebanyak 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg kapur pertanian, 100 ml EM4

3

dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalamair lalu campurkan dan aduk
hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung
pengomposan dan didiamkan untuk difermentasiselama 40 hari.
b. Mengumpulkan seresah jagung manis berupa batang dan daunnya
kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh
bahan yaitu limbah seresah jagung manis 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg
kapur pertanian,100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalam
250 liter air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai
dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk
difermentasi selama 40 hari.
c. Mengumpulkan kulit singkong kemudian dicacah menjadi potongan
kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah kulit singkong 20
kg, 1 kg dedak, 1 kg kapur pertanian,100 ml EM4 dan 0,5 kg gula
merah dilarutkan dalam air lalu campurkan dan aduk hingga merata.
Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan
didiamkan untuk difermentasi selama 47 hari.
3. Pengaplikasian kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan
kompos kulit singkong;
a.

Persiapan media tanam
Penyiapan media tanam dilakukan seminggu sebelum tanam. Tanah
yang akan dijadikan media tanam dicangkul dan selanjutnya tanah
disaring dengan saringan kawat ukuran ½ cm yang bertujuan
memisahkan tanah dengan bongkahan batu, lalu dikering anginkan

4

selama 4 hari kemudian tanah dimasukkan dalam polibag sebanyak
kurang lebih 8 kg. Setelah tanah sudah dimasukkan dalam polibag,
dilakukan pemupukan dasar yaitu berupa pemberian pupuk kandang
sapi 20 ton/ hektar (600 gram/ tanaman), pupuk kompos jerami padi
6,504 ton/ hektar (195,12 gram/ tanaman), kompos seresah jagung
manis 6,451 ton/ hektar (193,53 gram/tanaman), dan kompos kulit
singkong 9,876 ton/hektar (296,28 gram/ tanaman), dicampurkan
keseluruh tanah dalam polibag lalu diamkan selama 3 hari.
b. Persemaian
Persemaian benih tomat menggunakan pottray (tempat pembibitan
semacam pot kecil) yang telah diisi tanah, kemudian di buat lubang
dipermukaan tanah sekitar 1 cm lalu biji tomat dimasukkan satu butir
di setiap pottray, tutup dengan sedikit tanah kembali. Disiram dengan
air yg cukup setiap 2 hari sekali. Biji tomat tumbuh setelah 7 hari
disemaikan. Setelah tanaman tomat berumur 2 minggu, bibit tomat
dipindahkan ke dalam polibag mini (kecil), ditunggu hingga satu
bulan, saat tomat sudah mempunyai empat helai daun, lalu bibit tomat
siap dipindahkan ke media tanam yang sudah diisi tanah 8 kg dan
pemberian pupuk dasar. Memindahkan bibit tomat dengan dicabut,
persemaian disiram dengan air agar media tanam menjadi lunak. Lalu
mencabut tanaman dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus atau
rusak. Kemudian tanaman dimasukkan secara tegak lurus pada lubang
tanam yang ada dalam polybag. Posisi akar tegak lurus tidak boleh

5

sampai bengkok atau terlipat. Atur kedalaman lubang tanam sesuai
dengan panjang akar.
c. Pemeliharaan
i.

Penyiraman
Penyiraman tanaman tomat dilakukan sehari dua kali saat
pagi hari, tetapi jika tanah masih terlihat basah maka tidak
dilakukan penyiraman untuk menghindari busuk akar maupun
busuk batang.

ii.

Pengajiran
Pemasangan ajir dibuat dari bambu sepanjang 1,5 meter.
Ajir ditancapkan pada jarak sekitar 10 cm dari tanaman.
Dipasang setelah seminggu benih tomat dipindahkan di
polibag.

iii.

Pemupukan
Selain pemupukan menggunakan pupuk kandang, pupuk
kompos limbah jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan
kompos kulit singkong sebagai pupuk dasar, juga dilakukan
pemupukan menggunakan pupuk anorganik yaitu Urea 200
kg/hektar (6,0 gram/tanaman), SP-36 300 kg/hektar (9,0 gram/
tanaman), dan KCl 200 kg/hektar (6,0 gram/ tanaman). Pupuk
anorganik diberikan sebagai pupuk susulan, pupuk susulan
diberikan 2 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman
tomat berumur 15 HST dan pemupukan kedua diberikan saat

6

tanaman tomat berumur 30 HST. Cara pemupukan yaitu
dengan meletakkan pupuk disekeliling tanaman tomat yang
berjarak 5 cm dari batang tanaman tomat.
iv.

Penyiangan
Penyaingan dilakukan saat disekitar tanaman tomat tumbuh
gulma, penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma
dengan tangan.

v.

Pengendalian hama
Saat penelitian hama yang sempat menyerang adalah hama
kutu daun, pengendalian kutu daun dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida Curacron 500EC dengan takaran 1
ml dicampur dengan 1 liter air, kemudian disemprotkan
menggunakan hand sprayer pada tanaman tomat.

vi.

Pemanenan
Pemanenan pertama tomat dilakukan pada umur tanaman
tomat 90 HST. Tomat sudah bisa dipanen saat kulit buah tomat
berubah dari hijau

keputihan menjadi warnah merah.

Pemanenan tomat dilakukan pada pagi hari. Buah tomat tidak
matang secara serentak, pemanenan dilakukan 4 kali dengan
interval waktu pemanenan pertama ke pemanenan kedua 5 hari,
pemanenan kedua ke pemanenan ketiga 6 hari, dan pemenan
ketiga ke pemanenan keempat 6 hari.

7

E. Parameter yang Diamati
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman tomat diamati mulai minggu pertama
setelah tanam sampai minggu kelima. Pengukuran tinggi tanaman
menggunakan penggaris dari permukaan tanah sampai ujung titik tumbuh
tanaman. Tanaman yang digunakan adalah tanaman korban.
2. Berat segar tanaman tomat (gram)
Pengamatan berat segar tanaman dilakukan saat masa vegetatif
maksimum di minggu kelima. Pengamatan dilakukan dengan cara
mengangkat seluruh bagian tanaman dari media tanam (dalam polibag),
kemudian membersihkan sisa tanah menggunakan air bersih. Setelah tanaman
tomat dibersihkan dilakukan penimbangan menggunakan timbangan analitik.
Tanaman yang digunakan adalah tanaman korban.
3. Berat kering tanaman tomat (gram)
Pengamatan berat kering tanaman tomat dilakukan saat masa vegetatif
maksimum, dengan cara menimbang semua bagian tanaman tomat. Sebelum
ditimbang, tanaman dikering anginkan selama 3 hari kemudian tanaman
dibungkus menggunakan kertas map warna coklat dan di oven selama 5 hari.
Setelah beratnya konstan, ditimbang dengan timbangan analitik. Tanaman
yang digunakan adalah tanaman korban.

8

4. Berat buah per tanaman (gram)
Penimbangan berat buah per tanaman sampel dilakukan dengan
menggunakan timbangan analitik. Perhitungan berat buah per tanaman
dilakukan selama 4 kali panen dengan interval 6 hari sekali.
5. Diameter buah per buah (cm)
Pengamatan diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong. Pengukuran diameter buah dilakukan selama 4 kali panen dengan
interval 6 kali sehari.
6. Jumlah buah per tanaman
Pengamatan jumlah buah dilakukan dengan menghitung jumlah buah
total pada masing-masing sampel tanaman yang di panen.

F. Analisis Data
Data yang diperolah dari penelitian ini di sidik ragam Analysis of Variance
(ANOVA) dengan taraf nyata α = 5 %. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda
antar perlakuan, maka akan dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5 %.

1

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kompos dari
berbagai macam limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat
buah pertanaman, dan jumlah buah per tanaman, sedangkan pada parameter
pengamatanberat segar tanaman, berat kering tanaman, dan diameter buah
memberikan hasil tidak berbeda nyata. Membudidayakan tanaman tomat
membutuhkan

faktor

yang

mendukung

seperti

pemupukan,

pengairan,

pembumbunan tanah, dan lain-lain.
Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk kompos dari
berbagai macam limbah pertanian yaitu kompos jerami padi, kompos seresah
jagung, dan kompos kulit singkong terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat (Lycopersicon esculentum). Dari pengamatan yang dilakukan terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dapat diketahui hasil beberapa parameter
meliputi, tinggi tanaman, berat segar tanaman, berat kering tanaman, berat buah,
jumlah buah dan diameter buah.
A. Tinggi Tanaman Tomat
Tinggi tanaman merupakan ukuran yang mudah untuk diamati dan sering
digunakan sebagai parameter untuk mengetahui pengaruh lingkungan atau
perlakuan. Menurut E.Saifuddin Sarief (1986), pertumbuhan tinggi tanaman oleh
cabang tanaman disebabkan oleh adanya 2 proses yaitu pembelahan dan
perpanjangan sel pada tanaman tersebut. Laju pertambahan tinggi tanaman mulai
umur 0 sampai tanaman dapat dipanen menunjukkan perpanjangan ruas dan

2

jumlah sel atau karena meluasnya sel dalam jaringan meristem interkalar (Gardner
et al., 1991). Pengamatan tinggi tanaman tomat dilakukan saat umur tanaman 1
minggu setelah tanam sampai tanaman tomat memasuki masa berbunga. Tanaman
tomat yang berbunga menandakan bahwa tanaman tomat telah mencapai masa
vegetatif maksimum dan memasuki masa generatif atau pembuhan. Hasil sidik
ragam 5% terhadap parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan
yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji jarak
ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% terhadap tinggi tanaman.
Tinggi
Tanaman (cm)
P0 Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200
89,500 e
kg/hektar
P1 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar,
94,800 d
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P2 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200
105,233 a
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P3 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200
101,733 b
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P4 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea
98,833 c
200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
Keterangan: Angka rerata pada kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda
nyata.
Perlakuan

Dari tabel 1 diatas dapat diketahui rerata tinggi tanaman tomat pada
perlakuan P2(6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) berbeda nyata dengan perlakuan P3,
P4,P1, dan P0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari tinggi
tanaman tomat yaitu 105,233 cm pada perlakuan P2(6,504 ton/ hektar Pupuk
Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200

3

kg/hektar) dan hasil terendah diperoleh dari perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) yaitu 89,500 cm. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan bahan organik jerami padi dalam mensuplai unsur hara
terutama Nitrogen, unsur Nitrogen yang tersedia bagi tanaman sudah mempu
untuk merangsang pembentukan tunas dan daun, mempertinggi kandungan
protein dan meningkatkan jumlah klorofil, hal ini sejalandengan pernyataan oleh
Wijaya (2008) bahwa unsur Nitrogen berpengaruh terhadappembentukan daun
dengan helaian yang kebih luas dan kandungan klorofil yang lebihtinggi, sehingga
mampu menghasilkan karbohidrat yang banyak untuk pertumbuhanvegetatif
tanaman. Djoehana Setyadmidjaya (1986), menyatakan Nitrogen berperan
merangsang pertumbuhan batang yang akhirnya dapat memacu pertumbuhan
tinggi tanaman. E. Saifuddin Sarief (1986) menyatakan bahwa dengan tersedianya
unsur hara Nitrogen dalam jumlah yang cukup pada saat pertumbuhan vegetatif,
maka proses fotosintesis akan berjalan aktif, sehingga proses pembelahan,
pemanjangan, dan differensiasi sel akan berjalan lancar pula.
Unsur hara Nitrogen yang terkandung dalam kompos jerami sebesar
1,23%, berdasarkan hasil uji Laboratorium Tanah dan Pupuk, Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (lampiran 6), diduga telah mampu
memenuhi kebutuhan unsur Nitrogen yang diberikan untuk pertumbuhan vegetatif
tanaman tomat, dibandingkan dengan kandungan Nitrogen pada pupuk kandang
sapi yang hanya mempunyai kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, maka
penggunaan pupuk kandang sapi dapat digantikan dengan penggunaan pupuk
kompos jerami padi karena kompos jerami padi dapat memberikan unsur Nitrogen

4

yang lebih banyak untuk pertumbuhan tanaman tomat. Selain itu, penggunaan
pupuk kompos limbah jerami padi dapat mengurangi biaya pemupukan, yang
mana biasanyapetani menggunakan pupuk kandang sapinya diperoleh dengan
membeli di toko pertanian, sedangkan jika menggunakan pupuk kompos jerami
padi petani dapat membuat sendiri dan limbah jerami padi dapat diperoleh dengan
gratis.
Rendahnya rerata tinggi tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan penggunaan pupuk
anorganik saja tidak cukup untuk memberikan tambahan unsur Nitrogen dalam
tanah untuk pertumbuhan tanaman tomat. Pupuk anorganik hanya terdapat unsur
makro yang berasal dari bahan kimia yang ditambahkan pada pupuk. Unsur hara
makro yang dikandung pada pupuk anorganik pun terbatas hanya pada unsur yang
ditambahkan. Misal pada pupuk Urea hanya terdapat unsur Nitrogen, atau pupuk
NPK yang hanya mengandung unsur Nitrogen, Fosfor dan Kalium, sedangkan
pada pupuk organik mengandung berbagai macam unsur hara makro dalam satu
pupuk, seperti unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O2), Nitrogen (N),
Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Pupuk
organik juga mengandung berbagai unsur hara mikro seperti Besi (Fe), Klor (Cl),
Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Boron (Bo) dan Molibdenum (Mo).
Sifat pupuk anorganik memiliki kelemahan, yaitu kandungan unsur hara pada
pupuk akan cepat menguap atau tercuci keluar dari zona perakaran apabila tidak
langsung diserap oleh tanaman. Hal ini diduga terjadi pada saat penelitian, dimana

5

pupuk anorganik yang diberikan tercuci keluar dari zona perakaran sehinggaunsur
hara yang terserap oleh tanaman menjadi berkurang.
Menurut Dipo Yuwono (2005:12) kompos yang sudah jadi dan siap
digunakan untuk memupuk tanaman mengandung sebagian besar dari 3 golongan
unsur hara antara lain: unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan
dalam jumlah banyak, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Kedua
mengandung unsur hara makro sekunder sedang yaitu unsur hara yang dibutuhkan
dalam jumlah kecil, seperti Sulfur/Belerang (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium
(Mg). Unsur yang ketiga adalah unsur hara mikro yaitu unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn),
Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn), dan Molibdenum (Mo). Unsur-unsur tersebut
sangat dibutuhkan tanaman daalam pertumbuhannya.
Pengamatan tinggi tanaman tomat dimulai pada minggu ke-1 setelah
tanam sampai minggu ke-5 setelah tanam. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman
tomat selama 5 minggu dapat dilihat dalam gambar 1.
Tinggi Tanaman
120
100
P0

cm

80

P1

60

P2

40

P3

20

P4

0
1

2

3

4

Minggu ke-

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman tomat

5

6

Berdasarkan gambar 1. grafik menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman
tomat selama 5 minggu setelah tanam. Pada setiap perlakuan mengalami
pertambahan tinggi tanaman mulai dari minggu pertama sampai minggu kelima.
Pada awal pertumbuhan hingga minggu ketiga, tanaman tomat mengalami terus
pertambahan tinggi tanaman yang tinggi setiap minggunya, setelah memasuki
minggu ketiga hingga minggu keempat pertambahan tinggi tanaman mengalami
pertambahan yang mulai menurun. Penurunan tinggi tanaman pada minggu ketiga
hingga minggu keempat terjadi karena tanaman tomat telah memasuki masa
berbunga dan memasuki masa vegetatif maksimum. Seperti pernyataan Yoga, N.
M. (2010) pada saat tanaman berumur 30 HST kadar Nitrogen dalam tanah telah
banyak diserap oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan vegetatif khususnya
pembentukan batang dan daun. Salah satu faktor yang berpengaruh pada
pertumbuhan tinggi tanaman adalah kebutuhan akan unsur hara untuk
pertumbuhan selama masa vegetatif dapat tercukupi dengan baik. Kombinasi
pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan kompos dari berbagai macam limbah
menunjukkan respon yang baik terhadap tinggi tanaman tomat. Pupuk anorganik
mengandung hara (termasuk Nitrogen) dalam jumlah cukup banyak dan sifatnya
cepat tersedia bagi tanaman sedangkan pupuk organik akan melepaskan hara yang
lengkap (baik makro maupun mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil
selama proses mineralisasi, sehingga dengan menambah pupuk organik mampu
mendukung pupuk anorganik dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman
(Affandi Rosmarkam dan N. W. Yuwono 2002).

7

B. Berat Segar Tanaman dan Berat Kering Tanaman
Tabel 2. Hasil rerata berat segar tanaman dan berat kering tanaman
Berat
Segar
Tanaman
(gram)

Berat
Kering
Tanaman
(gram)

Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200
P0 kg/hektar

48,03

7,71

20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar,
P1 SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

64,79

14,8

6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200
P2 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

98,81

29,4

6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200
P3 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

79,83

19,7

9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200
P4 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

81,15

19,2

Perlakuan

Berat segar tanaman merupakan hasil dari pertumbuhan pada masa
vegetatif tanaman yang memanfaatkan energi cahaya matahari untuk proses
fotosintesis secara maksimal. Pengamatan berat segar tanaman dilakukan pada
masa vegetatif maksimum tanaman tomat yaitu pada minggu kelima setelah
tanaman tomat muncul bunga. Pengukuran berat segar tanaman dilakukan
menggunakan tanaman korban, dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman
tomat lalu dibersihkan akarnya dari tanah, kemudian ditimbang meggunakan
timbangan analitik. Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat segar tanaman
menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata (lampiran 5). Hasil rerata berat segar tanaman dapat dilihat
dalam tabel 2.
Dari hasil rerata berat segar tanaman tomat, pada perlakuan P2 (6,504 ton/
hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar,

8

KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu
98,81 gram, kemudian diikuti pada perlakuan P3 (6,451 ton/hektar Pupuk
Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200
kg/hektar) dengan rerata 79,83 gram, P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit +
Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 81,15
gram, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 64,79 gram, dan yang memiliki rerata
paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl
200 kg/hektar) dengan rerata 48,03 gram.
Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parame

Dokumen yang terkait

Kristalisasi Likopen Dari Buah Tomat (Lycopersicon esculentum) Menggunakan Antisolvent

11 93 70

Penggunaan Tanaman Jagung Sebagai Perangkap Untuk menekan Populasi Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera; Noctuidae) Pada Tanaman Tomat

1 42 77

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat.

11 73 73

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SERBUK SABUT KELAPA, KOMPOS DAUN DAN PUPUK KIMIA NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersiumn esculentum mill)

8 37 53

PENGARUH BERBAGAI MACAM SUMBER NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Licopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK SUMBU

4 19 89

PENGARUH BERBAGAI MACAM SUMBER NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Licopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK SUMBU

2 18 89

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI Azotobacter sp DAN PUPUK N TERHADAP HASIL TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) PADA TANAH ULTISOL.

0 0 10

Pengaruh Limbah Lumpur Aktif PT.Sarihusada terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frustescens L) Dan Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill)

0 0 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) - PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK DAN MEDIA TA

0 0 30

LAMPIRAN 1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK DAN MEDIA TANAM YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

0 0 33