PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SERBUK SABUT KELAPA, KOMPOS DAUN DAN PUPUK KIMIA NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersiumn esculentum mill)

(1)

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SERBUK SABUT KELAPA, KOMPOS DAUN DAN PUPUK KIMIA NPK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersiumn esculentum mill)

Oleh Mitra Suri

Penanaman tomat memerlukan teknik budidaya yang tepat. Aplikasi pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik merupakan usaha yang sering dilakukan petani untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi pupuk dan tidak diberi pupuk (2) Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi kompos saja dan kimia saja dengan kombinasi pupuk kompos dan NPK (3) Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi kompos serbuk sabut kelapa dan kompos daun flamboyan

Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar bulan September 2011. Perlakuan dalam penelitian ini disusun dengan


(2)

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan menggunakan Rancangan Perlakuan Tunggal. Rancangan ini terdiri dari tujuh perlakuan dan setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali. Perlakuan tersebut antara lain p0 (Tanpa pupuk), p1 (Kompos serbuk sabut kelapa 20 ton/ha), p2 (kompos daun flamboyan 20 ton/ha), p3 (½ serbuk sabut kelapa 10 ton/ha + pupuk kimia 500 kg/ha), p4 (½ kompos daun flamboyan 10 ton/ha + pupuk kimia 500 kg/ha), p5 (kompos serbuk sabut kelapa 10 ton/ha + kompos daun flamboyan 10 ton/ha), p6 (pupuk kimia dosis rekomendasi 1000 kg NPK majemuk/ha). Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji homogenitas ragam antar perlakuan dengan uji Barlet dan aditivitas data di perbedaan nilai tengah perlakuan ditentukan dengan uji Tukey. Apabila kedua asumsi ini terpenuhi, maka dilakukan analisis uji Ortogonal kontras.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan pada tanaman tomat mampu menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan tanaman, diameter buah, jumlah bunga, jumlah buah dan produksi buah kg per petak tanaman tomat dibandingkan tanaman yang tidak diberi pupuk. Kombinasi antara pupuk kompos dan pupuk anorganik mampu meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah per tanaman, dan produksi buah kg/petak

dibandingkan pupuk kompos saja atau pupuk NPK saja. Pemberian pupuk kompos serbuk sabut kelapa pada tanaman tomat lebih baik dalam meningkatkan produksi buah tomat dibandingkan dengan kompos daun flamboyan.

Kata kunci : Tomat, kompos serbuk sabut kelapa dan flamboyan, pupuk NPK (15:15:15), produksi.


(3)

(4)

ABSTRACT

GRANT EFFECT OF COCODUST COMPOST, FLAMBOYANT LEAF COMPOST AND CHEMISTRY FERTILIZER OF NPK AGAINST

GROWTH AND PRODUCTION PLANT TOMATO (Lycopersicum esculentum Mill)

By

Mitra Suri

Planting tomatoes requires proper farming techniques. Application of organic fertilizer and inorganic fertilizer is a business that is often carried the farmers to meet the nutrient needs of plants.

This study aims to (1) Know the difference in the growth and production of tomato plants that were not given fertilizer and manure (2) Knowing the differences in growth and production of tomato plants that were given only compost and chemical fertilizers are a combination of compost and NPK (3) Knowing the differences in growth and production of a given tomato cocodust compost and leaf compost flamboyant.

The research was conducted at Polytechnic Lampung, Bandar Lampung. Time study conducted from May 2010 until sometime in September 2011 harvest. The treatment in this study prepared by using a randomized block design (RAK) and using the draft Single Treatment. The draft consists of seven treatments and each treatment is repeated three times in. The treatments include p0 (without fertilizer), p1 (Compost cocodust 20 tons / ha), p2 (flamboyant leaf compost 20 tons / ha),


(5)

(composted cocodust10 tonnes / ha + leaf compost flamboyant 10 ton / ha), p6 (chemical fertilizer recommendations 1000 kg dose of compound / ha). The data obtained is then performed various tests of homogeneity between the treatment with Barlet and additivity test data in the middle nilat treatment differences determined by Tukey test. If these two assumptions are met, then the test Orthogonal contrast analysis.

The results showed that fertilization on tomato plants were able to show the best results in increasing plant height, plant stover weight, fruit diameter, number of flowers, fruit number and fruit production kg per plot of tomato plants than the plants are given fertilizer. The combination of compost and inorganic fertilizer to increase plant height, stover weight, number of fruits per plant, and fruit production kg / plot than any compost or fertilizer NPK alone. Provision of coco dust

manure compost on tomato plants are better at improving tomato production in comparison with the flamboyant leaf compost.

Key words: Tomato, composted cocodust and flamboyant, fertilizer NPK (15:15:15), production.


(6)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram kerangka pemikiran... 9

2. Tata letak petak percobaan ... 25

3. Pengolahan lahan ... 26

4. Penyemaian Benih Tomat ... 27

5. Penyiapan Media Tanam ... 28

6. Aplikasi Pemupukan ... 30

7. Pemasangan Ajir Bambu ... . 31

8. Pembuangan Tunas Air... 31

9. Penyemprotan Pestisida... 32

10. Hama ulat buah (Helicoverpa armigera Hubner) ... 78

11. Penyakit fisiologis busuk ujung buah ... 78

12. Panen Tomat Ulangan 1 ... 79

13. Panen Tomat Ulangan 2 ... 79

14. Panen Ulangan 3 ... 80

15. Tanaman Tomat Perlakuan P0 (tanpa Perlakuan) ... 80

16. Tanaman Tomat Perlakuan P1 (Kompos Serbuk Sabut Kelapa) ... 81

17. Tanaman Tomat Perlakuan P2 (Kompos Daun Flamboyan) ... 81

18. Tanaman Tomat Perlakuan P3 ... 82

19. Tanaman Tomat Perlakuan P4 ... 82

20. Tanaman Tomat Perlakuan P5 ... 83


(7)

(8)

54

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2007. Dasar - Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 Hlm Albaho, M. 2009. Effect of Three Different Substrates on Growth and

Yield of Two Cultivars of Capsicum Annuum. European Journal of Scientific Research Aridland Agriculture Department Vol.28 (2) 227-233 hlm

Anonima. 1990. Tentang Sabut Kelapa. Dalam http://organicindonesianvanilla. blogspot.com/2008/09/tentang-sabut-kelapa.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2011.

Anonimb. 2011. Delonix regia (Flamboyan). Dalam http://tanamanberfungsi Sebagaipohonpeneduh.blogspot.com//2011/04/Delonix-regia-flamboyan flamboyan.html diakses pada tanggal 20 Mei 2011

Ghehsareh, M.A, Borji, H dan Jafarpour, M. 2011. Effect of some culture

substrates (date-palm peat,cocopeat and perlite) on some growing indices andnutrient elements uptake in greenhouse tomato. African Journal of Microbiology Research Department of Soil Science. Vol. 5(12), pp. 1437- 1442 hlm

Ikhsan, B.S. 2010. Teknologi Praktis Untuk Petani Mandiri. Al-Ajda press; Yogyakarta. 160 hlm.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 205 hlm.

Lengkong, E.J dan Kawulusan, I.R. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Jurnal Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unstrat Manado Vol 6(2) 91-97 hlm

Listyarini, T dan Harianto. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. AgroMedia Pustaka; Jakarta. 234 hlm.

Mahmud, Z. 2008. Modernisasi Usaha Tani Kelapa Rakyat. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Vol 1 (4) 274-287 hlm.


(9)

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif Agromedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Kanisius; Yogyakarta. 90 hlm Salisburry, F.B dan Ross C.W. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB.

Bandung. 343 hlm.

Sekar, T.I.S. 2000. Studi Netralisasi Limbah Sabut Kelapa (Cocopeat) Sebagai Media Tanam. Skripsi Sarjana. IPB.

Sulistyorini, L. 2005. Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2(1) 77-84 hlm.

Suriadikarta, D.A, Setyorini, D dan Hartatik, W. 2004. Uji Mutu dan Efektifitas Pupuk Alternatif Anorganik. Petunjuk Teknis. Dalam Http://balittanah. litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/juknis_ujimutu_pupuk_ anorganik.pdf. Diakses pada tanggal 20 Mei 2011.

Sutanto, R dan Gruben. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta. 219 hlm.

Sutedjo, M. M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Tomat. CV. Yrama Media. Bandung. 133 hlm.

Treder, J. 2008. The Effects Of Cocopeat And Fertilization On The

Growth And Flowering Of Oriental Lily ‘Star Gazer”. Research Institute of Pomology and Floriculture Journal of Fruit and Ornamental Plant Research Vol. 16, 361-370 hlm

Tugiyono, H. 2007. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya; Jakarta. 50 hlm. Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil Dan


(10)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Landasan Teori ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 7

1.5 Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Deskripsi dan Morfologi Tanaman Tomat ... 11

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat ... 13

2.3 Pupuk Organik ... 15

2.4. Pupuk Anorganik ... 16

2.5. Sabut Kelapa ... 18

III. BAHAN DAN METODE ... 23


(11)

3.2 Alat dan Bahan ... 23

3.3 Metode Penelitian ... 24

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 26

3.4.1 Persiapan lahan untuk media polybag ... 26

3.4.2 Penyemaian benih tomat ... 27

3.4.3 Media tanam ... 27

3.4.4 Aplikasi kompos ... 28

3.4.5 Aplikasi pupuk NPK Majemuk (15:15:15) ... 29

3.4.6 Penanaman bibit tomat ... 30

3.4.7 Pemeliharaan tanaman ... 30

3.4.7.1 Pemupukan ... 30

3.4.7.2 Penyiraman ... 30

3.4.7.3 Pemasangan ajir (turus) ... 31

3.4.7.4 Pemangkasan ... 31

3.4.7.4 Pengendalian gulma ... 32

3.4.7.5 Pengendalian hama dan penyakit ... 32

3.5 Variabel Pengamatan ... 32

3.5.1 Tinggi tanaman (cm) ... 33

3.5.2 Bobot brangkasan tanaman (g) ... 33

3.5.3 Jumlah bunga ... 33

3.5.4 Jumlah buah per tanaman (butir/tanaman) ... 33

3.5.5 Bobot buah per buah (g) ... 33

3.5.6 Diameter buah (cm) ... 33

3.5.7 Produksi buah (kg/petak percobaan polybag) ... 33

3.6 Data Penunjang... 33

3.6.1 Analisis tanah... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Hasil Penelitian ... 35

4.1.1 Rekapitulasi hasil penelitian ... 35


(12)

iii

4.1.1.1 Tinggi tanaman ... 37

4.1.1.2 Bobot brangkasan tanaman ... 38

4.1.1.3 Jumlah bunga ... 40

4.1.1.4 Jumlah buah per tanaman... 41

4.1.1.5 Diameter buah ... 42

4.1.1.6 Produksi buah ... 43

4.1.1.7 Bobot buah per buah ... 44

4.1.2 Hasil Analisis Tanah dan Kompos ... 45

4.1.3 Hama dan Penyakit Tanaman Tomat... 46

4.2 Pembahasan ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. . 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 57

Tabel 18-60 ... 58-77 Gambar 10-21 ... 78-83 Deskripsi tanaman tomat Varietas Permata ... 84


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Komposisi Kimia Sabut dan Serat Sabut Kelapa ... 19

2. Komposisi Elemental Serbuk Sabut Kelapa. ... 20

3. Sifat Kimia Serbuk Sabut Kelapa ... 20

4. Standar Unsur Makro dan Mikro Coco Peat... 21

5. Standar Konsentrasi Unsur Makro Coco Peat... 21 6. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh kombinasi kompos

serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk NPK majemuk

(15:15:15) pada semua variabel pengamatan ... 36

7. Hasil uji ortogonal kontras pengaruh kombinasi kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk NPK majemuk (15:15:15)

pada semua variabel pengamatan………. 36 8. Hasil uji ortogonal kontras pengaruh pemberian kompos dan pupuk

NPK majemuk (15:15:15) terhadap tinggi tanaman tomat. ... 38

9. Hasil uji ortogonal kontras pengaruh pemberian kompos dan pupuk NPK majemuk (15:15:15) terhadap bobot brangkasan

tanaman tomat. ... 39 10.Hasil uji ortogonal kontras pengaruh pemberian kompos dan

pupuk NPK majemuk (15:15:15) terhadap jumlah bunga tanaman tomat. ... 40 11.Hasil uji ortogonal kontras pengaruh pemberian kompos dan

pupuk NPK majemuk (15:15:15) terhadap jumlah buah per

tanaman tomat ... 41 12.Hasil uji ortogonal kontras pengaruh pemberian kompos dan

pupuk NPK majemuk (15:15:15) terhadap diameter buah tanaman tomat. ... 42 13.Hasil uji ortogonal kontras pengaruh pemberian kompos dan

pupuk NPK majemuk (15:15:15) terhadap Produksi buah Kg per


(14)

v

14.Hasil uji ortogonal kontras pengaruh pemberian kompos dan pupuk NPK majemuk (15:15:15) terhadap Bobot Buah per Buah

tanaman tomat. ... 44 15.Hasil analisis tanah top soil ... 45 16.Hasil analisis Kompos kompos serbuk sabut kelapa dan daun

flamboyan ... 46 17.Data pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun

dan pupuk kimia terhadap bobot brangkasan ... 58 18.Uji homogenitas ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap bobot brangkasan . 58 19.Analisis ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa,

kompos daun dan pupuk kimia terhadap bobot brangkasan

tanaman. ... 59 20.Uji BNT pengaruh pemberian jenis kompos daun dan pupuk NPK

terhadap bobot brangkasan tanaman tomat ... 59 21.Pembandingan ortogonal kontras terhadap brangkasan tanaman

tomat ... 60 22.Uji ortogonal kontras terhadap bobot brangkasan tanaman... 60 23.Data pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap bobot buah per buah. ... 61 24.Uji homogenitas ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut

kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap bobot buah per

buah. ... 61 25.Analisis ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa,

kompos daun dan pupuk kimia terhadap bobot buah per buah ... 62

26.Uji BNT pengaruh pemberian jenis kompos daun dan pupuk NPK terhadap bobot buah per buah ... 62 27.Pembandingan ortogonal kontras terhadap terhadap bobot buah

per buah. ... 62 28.Uji ortogonal kontras terhadap bobot buah per buah ... 63 29.Data pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun


(15)

30.Uji homogenitas ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap diameter buah ... 64 31.Analisis ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa,

kompos daun dan pupuk kimia terhadap diameter buah ... 64 32.Uji BNT pengaruh pemberian jenis kompos daun dan pupuk NPK

terhadap diameter buah ... 65 33.. Pembandingan ortogonal kontras terhadap terhadap diameter

buah ... 65 34.Uji ortogonal kontras terhadap diameter buah ... 65 35..Data pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos

daun dan pupuk kimia terhadap jumlah buah tanaman ... 66 36.Uji homogenitas ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut

kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap jumlah buah

tanaman ... 66 37.Analisis ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa,

kompos daun dan pupuk kimia terhadap jumlah buah tanaman ... 67 38.Uji BNT pengaruh pemberian jenis kompos daun dan pupuk NPK

terhadap jumlah buah tanaman ... 67 39.Pembandingan ortogonal kontras terhadap terhadap jumlah buah

tanaman ... 68

40.Uji ortogonal kontras terhadap jumlah buah tanaman ... 68 41.Data pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap jumlah bunga tanaman. ... 69 42.Data transformasi √x pengaruh pemberian kompos serbuk sabut

kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap jumlah bunga

tanaman ... 69 43.Uji homogenitas ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut

kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap jumlah bunga

tanaman. ... 70 44.Analisis ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa,

kompos daun dan pupuk kimia terhadap jumlah bunga tanaman. .... 70 45.Uji BNT pengaruh pemberian jenis kompos daun dan pupuk NPK


(16)

vii

46.Pembandingan ortogonal kontras terhadap terhadap jumlah bunga

tanaman ... 71 47.Uji ortogonal kontras terhadap jumlah bunga tanaman ... 71 48.Data pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos

daun dan pupuk kimia terhadap produksi buah kg/ petak tanaman . 72 49.Uji homogenitas ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut

kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap produksi buah

kg/ petak tanaman ... 72

50.Analisis ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap produksi buah kg/ petak

tanaman ... 73 51.Uji BNT pengaruh pemberian jenis kompos daun dan pupuk NPK

terhadap produksi buah kg/ petak tanaman. ... 73 52.Pembandingan ortogonal kontras terhadap terhadap produksi buah

kg/ petak tanaman... 74 53.Uji ortogonal kontras terhadap produksi buah kg/ petak tanaman. .. 74 54.Data pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap Tinggi Tanaman. ... 75 55.Uji homogenitas ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut

kelapa, kompos daun dan pupuk kimia terhadap Tinggi Tanaman. . 75 56.Analisis ragam pengaruh pemberian kompos serbuk sabut kelapa

kompos daun dan pupuk kimia terhadap Tinggi Tanaman... 76

57.Uji BNT pengaruh pemberian jenis kompos daun dan pupuk NPK terhadap Tinggi Tanaman... 76

58.Pembandingan ortogonal kontras terhadap terhadap tinggi tanaman 76 59.Uji ortogonal kontras terhadap tinggi tanaman. ... 77

60.Rekapitulasi hasil uji BNT 5% pengaruh kombinasi kompos serbuk sabut kelapa, kompos daun dan pupuk NPK majemuk (15:15:15)


(17)

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi dan Morfologi Tanaman Tomat

Tomat merupakan tanaman yang biasa dijumpai di seluruh dunia. Daerah sebarannya sangat luas,mulai dari daerah tropis hingga subtropis, juga dari tepi pantai hingga daratan dengan ketinggian 3. 100 m dpl. Selain itu, pertumbuhannya tidak mengenal musim,sehingga mudah diperoleh setiap saat (Listyarini dan Harianto, 2007). Menurut Pracaya (1998), dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaan tomat diklasifikasikan menurut sistematika sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa (ordo) : Solanales/Tubiflorae Suku (famili) : Solanaceae

Marga (genus) : Lycopersicon


(19)

betina TO 4142 yang termasuk kedalam golongan hibrida F1. Varietas ini memiliki tipe pertumbuhan yang intermediate. Setelah tanam benih tomat ini berbunga pada umur 25 hari, panen umur 70-80 hari, dan panen akhir 100 hari. Tinggi tanaman saat awal panen adalah 125-150 cm, dengan diameter batang 2-3cm, bentuk daun immun, kedudukan daun datar, panjang tangkai daun 7,0-9,0 cm. jumlah biji per buah adalah 100, potensi hasil 50-70 ton/ha. Benih tomat ini mempunyai ketahanan terhadap penyakit Fusarium oxysporum race O., Fusarium oxysporum race – 1,Pseudomonas Solanaceanum dan Alternaria Solani

(Listyarini dan Harianto, 2007).

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stipplelae (daun penumpu). Jumlah daunnya gangil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang daun yang berbentuk delta.

Bentuk batangnya segi empat sampai bulat. Warnanya hijau dan mempunyai banyak cabang. Akar tunggang dengan akar samping yanmg menjalar diseluruh permukaan atas. Bunganya berjenis dua dengan 5 buah kelopak berwarna hijau berbulu dan 2 buah daun mahkota berwarna kuning. Hampir semua bagian tanaman tomat berbulu halus bahkan ada yang tajam, kecuali pada akar dan mahkotanya.


(20)

Tomat memiliki jenis yang bermacam-macam, salah satunya adalah jenis tomat liar. Jenis tomat liar atau kalau masyarakat mengenalnya dengan nama tomat ranti (Lycopersicum pimpinellifolium). Jenis tomat ini tahan terhadap hujan dan bersifat tahan panas (heat tolerant) serta tahan terhadap penyakit layu. Besar buah tomat ini sebesar kelereng, atau buahnya kecil-kecil.

Bentuk buah tomat sangat beragam, ada yang bulat, pipih, dan adapula yang berbentuk bola lampu. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan. Keseluruhan buahnya berdaging dan mengandung air yang banyak. Berdasarkan bentuk buahnya, tanaman tomat komersial dibedakan menjadi beberapa tipe, antara lain adalah tomat biasa (Lycopersicum commune),tomat apel (Lycopersicum

pyriforme), tomat kentang (Lycopersicum grandifolium), tomat keriting (Lycopersicum validum) (Tugiyono,2007).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Tanaman tomat dapat menghasilkan buah yang berkualitas jika berbagai faktor agroklimat yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman harus diperhatikan secara cermat. Faktor-faktor agroklimat tersebut eliputi tempat tumbuh, waktu tanam, jenis tanah, intensitas cahaya matahari, air dan curah hujan, sehu dan kelembaban udara, serta derajat keasaman (pH) tanah.


(21)

produsen tomat berada di dataran tinggi dengan ketinggian anatara 1.000 – 1.250 meter dari permukaan laut (dpl). Tanaman tomat tidak tahan terhadap hujan dan sinar matahari yang terik. Inilah sebabnya tomat lebih cocok ditanam didaerah yang kering dan sejuk dari pegunungan daripada dataran rendah. Walaupun di dataran rendah yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil yang memuaskan, namun di daerah pegunungan buahnya dapat lebih besar dan manis.

Syarat tumbuh untuk tanaman tomat antara lain adalah iklim merupakan faktor penting dalam bercocok tanam, terutama tanaman tomat. Tanaman tomat pada umumnya tumbuh baik pada musim kemarau, tetapi dengan pengairan yang baik. (1) memiliki curah hujan yang cukup pada kisaran antara 750-1.250 mm per tahun atau merata sepanjang tahun dan tanaman tomat menghendaki kelembaban yang cukup dan seimbang antara kelembaban udara dan kelembaban tanah. (2) tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup, minimal 8 jam per hari. (3) suhu rata-rata tahunan pada daerah pertanaman tomat berada antara 240C – 280C pada siang hari dan 150C - 200 C pada malam hari. (2) tanah juga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman tomat, hal ini bergantung pada karakter lingkungan fisik tempat tomat itu dibudidayakan (Tim Bina Karya Tani, 2009).


(22)

2.3. Pupuk Organik

Menurut Novizan (2005), pupuk adalah material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Pupuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik merupakan pupuk yang tidak dibuat di pabrik. Pupuk ini dicirikan dengan kelarutan unsur haranya yang rendah di dalam tanah. Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (topsoil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutedjo, 1999).

Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalnya: pupuk kandang, hijauan tanaman rerumputan, semak, perdu, dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang jagung, sekam padi, dll.). pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintesis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N, P, K rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup sangat diperlukan pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).


(23)

Menurut Sutedjo (1999), pupuk anorganik merupakan hasil industri atau hasil dari pabrik-pabrik pembuat pupuk. Umumnya kandungan hara dan kelarutannya tinggi. Berguna untuk memperbaiki sifat kimia tanah.

Unsur hara yang diserap oleh tanaman dari dalam tanah terdiri dari tiga belas unsur mineral atau sering disebut unsur hara esensial. Unsur hara ini sangat diperlukan tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Jika jumlahnya kurang mencukupi, terlalu lambat tersedia, atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lain akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Dari ketiga belas unsur hara yang diperileh dari dalam tanah, enam unsur diantaranya diperlukan tanaman dalam jumlah lebih besar atau yang sering disebut dengan unsur makro. Unsur makro terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Tujuh unsur lainnya diperlukan tanaman dalam jumlah relatif lebih kecil atau sering disebut dengan unsur mikro. Unsur ini terdiri dari besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangaan (Mn), boron (B), molibdenum (Mo), khlor (Cl).

Pupuk anorganik dasar yang sering digunakan yaitu seperti Urea, SP36, dan KCl. Pupuk urea mengandung N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudah menguap dalam bentuk amonia. Pupuk SP-36 terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi


(24)

kimianya tergolongan netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar. Pupuk KCl beraksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Pupuk KCl juga mengandung Khlor berpengarauh negatif pada tanaman yang tidak

memebutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau (Novizan, 2007).

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat dan amonium. Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat, karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan tanah dan mudah terserap oleh akar. Karena berada di dalam larutan tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air. Sebaliknya ion amonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui pertukaran kation. Karena bermuatan positif ion amonium tidak mudah tercuci oleh air. Nitrogen digunakan oleh tanaman untuk menbentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein.

Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4ˉ, HPO42ˉ, dan PO42ˉ, atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagaian berasal dari pelapukan batu mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor di dalam tanah mineral cukup banyak, tanah masih bisa mengalami kekurangan fosfor. Karena sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut dalam air. Mungkin hanya 1% fosfor yang dapat diserap oleh tanaman. Ketersediaan fosfor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH tanah.


(25)

tanah dengan pH rendah. Dari ketiga unsur hara yang banyak dierap oleh

tanaman (N,P,K) kaliumlah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi. Persediaan kalium di tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah.

2.5. Sabut Kelapa

Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Sedangkan serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa disebut cocopeat. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal fiber, serta serbuk halus sabut yang dikenal cocopeat (Anonima, 1990).

Menurut United Coconut Association of the Phillipines (UCAP) dalam Sekar (2000), dari satu buah kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg sabut dan menurut Anonima (1990), proporsi sabut adalah sekitar 33 % dari buah kelapa utuh. Sabut


(26)

mengandung 30% serat. Serat dapat diperoleh dari sabut kelapa dengan cara perendaman dan cara mekanis. Sehingga dari satu buah kelapa dapat dihasilkan 70% serbuk sabut kelapa yang hingga saat ini masih menjadi limbah pabrik pengolahan kelapa.

Menurut Mashud et al. (1993) dalam Sekar (2000), sabut mengandung mineral cukup tinggi yang terdiri dari N (1,25%), P (0,18 %), K (3,05 %), CaO (0,97 %) dan MgO (0,58 Komposisi kimia sabut dan serat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Sabut dan Serat Sabut Kelapa

Komponen Sabut (%) Serat Sabut (%)

Air Pektin

Hemiselulosa Lignin Selulosa

26,0 14,25 8,50 29,23 21,07

5,25 3,00 0,25 45,84 43,44 Sumber : Sekar (2000).

Serbuk sabut kelapa mengandung unsur-unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur makro tersebut merupakan komponen utama serbut sabut kelapa. Herath (1993) dalam Sekar (2000), melakukan penelitian terhadap komponen utama serbuk sabut kelapa, seperti terlihat pada Tabel 2.


(27)

Total Nitrogen (Kjeldahl) Nitrogen dalam bentuk N-NH4 Nitrogen dalam bentuk N-NO3 Fosfor (P) Kalium (K) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) 5238 96 45 330 9787 2521 2006 Sumber : Hereath (1993) dalam Sekar (2002).

Benzon dan Velasco (1982) dalam Sekar (2000), menyatakan bahwa sabut kelapa banyak mengandung unsur hara, dengan K dan Cl merupakan unsur dominan. Sifat fisik serbuk sabut kelapa antara lain memiliki porositas 95% dan densitas kamba atau bulk density ± 0,25 gram/ml. Hereath (1993) dalam Sekar (2000) juga menyatakan bahwa sifat fisik lain serbuk sabut kelapa adalah memiliki kemampuan menyerap air 6 sampai 8 kali bobot keringnya. Sifat kimia serbuk sabut kelapa dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Kimia Serbuk Sabut Kelapa

Jenis Kandungan Jumlah

Kapasitas Tukar Kation (meq/100 g) Selulosa (%) Hemiselulosa (%) Lignin (%) Pentosan (%) pH C/N 215 34 9 44 13 4,5-6,8 110-200 Sumber : Hereath (1993) dalam Sekar (2000).

Unsur-unsur berupa kation dan anion penting yang dihasilkan oleh media tanam serbuk sabut kelapa terdiri dari unsur makro dan mikro. Standar untuk media tanam serbuk sabut kelapa adalah standar Internasional (1999) dalam Sekar (2000), yang dikeluarkan oleh negara Belanda. Nilai pH dan Electric Capacity


(28)

(EC) media tanam serbuk sabut kelapa sesuai dengan standar Internasional. Masing-masing adalah 6,1 dan 0,5 ms/cm. Standar Internasional tersebut selengkapnya diperlihatkan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Standar Unsur Makro dan Mikro Coco Peat Unsur Mikro Unsur Makro Jumlah

(mmol/liter) Jumlah (mmol/liter) Fe B Zn Mn Cu Mo K Cl NO3 K Cl Ca Na Mg NH4 SO4 HCO3 P 1,9 1,7 1,3 0,5 0,4 0,3 0,1 < 0,3 <0,1 0,07 3,8 3,3 0,4 <0,1 <0,1

Sumber : Standar Internasional (1999) dalam Sekar (2000)

Tabel 5. Standar Konsentrasi Unsur Makro Coco Peat

Parameter

Konsentrasi

Rendah Normal Tinggi Sangat Tinggi BC (ms/cm) < 0,6 0,6-1,0 1,1-1,5 1,51-2,0 NH4 + NO3

(mmol/liter)

< 8,0 < 9,5 < 11,0 15,0 K (mmol/liter) < 6,0 < 6,0 < 6,0 < 6,0 Na (mmol/liter) < 1,7 < 2,5 < 3,5 < 4,5 Ca (mmol/liter) < 3,0 < 6,0 < 6,0 < 6,0 Mg (mmol/liter) < 3,0 < 3,0 < 3,0 < 3,0

Parameter

Konsentrasi

Rendah Normal Tinggi Sangat Tinggi NO3 (mmol/liter) < 6,0 < 7,5 < 9,0 < 11,0 Cl (mmol/liter) < 1,7 < 2,5 < 3,5 < 4,5 SO4 (mmol/liter) < 3,0 < 6,0 < 6,0 < 6,0 P (mmol/liter) < 1,5 < 1,5 < 2,0 < 3,0 pH 6,0-7,0 5,0-6,0 4,0-5,0 3,0-4,0 Sumber : Standar Internasional (1999) dalam Sekar (2000).


(29)

peat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah.


(30)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar bulan September 2011.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Permata, serbuk sabut kelapa yang didapat dari pabrik kopra di kecamatan Tanjungan kabupaten Lampung Selatan, daun flamboyan yang didapat dari UNILA, air, pupuk NPK Majemuk (15:15:15), tanah top soil, pestisida Curacron dan Fungisida Furadan.

Alat yang digunakan adalah cangkul, koret, golok, alat tulis, alat untuk

penyiraman (ember,gembor, selang, dan lain – lain), oven dan polibag, meteran, ajir bambu, timbangan, tali plastik, paranet, terpal, kamera dan alat tulis.


(31)

bobot 70-100 g. rasa buah tomat manis, tekstur daging renyah dan tahan simpan/transportasi jauh. Varietas ini cukup tahan genangan air, toleran layu bakteri dan layu Fusarium race L. panen mulai umur 70-80 HST dengan potensi hasil mencapai 3 kg pertanaman atau 50-70 ton/ha.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Susunan perlakuan adalah :

p0 = kontrol

p1 = kompos serbuk sabut kelapa (20 ton/ha) p2 = kompos daun flamboyan (20 ton/ha)

p3 = kompos serbuk sabut kelapa (10 ton/ha) + pupuk anorganik (500 kg/ha) p4 = kompos daun flamboyan (10 ton/ha) + pupuk anorganik (500 kg/ha) p5 = kompos serbuk sabut kelapa (10 ton/ha) + daun flamboyan (10 ton/ha) p6 = pupuk anorganik dosis rekomendasi (1000 Kg NPK/Ha)

Pada penelitian ini pada penelitian ini Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas data di uji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi ini terpenuhi, dilakukan uji lanjutan dengan uji Orthogonal kontras pada taraf α 5%, dengan perbandingan sebagai berikut :


(32)

1. p0 vs p1– p6 4. p2 vs p5 2. p1 p2 p5 vs p3 p4 p6 5. p3 vs p4 p6 3. p1 vs p2 p5 6. p4 vs p6

Denah tata letak percobaan dapat dilihat pada gambar (gambar 2).

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

Gambar 2. Tata letak petak percobaan

p1 p3 p5 p0 p2 p4 p6

p5 p0 p4 p6 p2 p3 P2


(33)

50 cm

60 cm

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan Untuk Tempat Media Polybag

Pembersihan lahan yaitu dengan menyemprotkan herbisida untuk membersihkan gulma, kemudian dilanjutkan dengan dikoret dan perataan tanah dengan

menggunakan cangkul.


(34)

3.4.2 Penyemaian Benih Tomat

Dalam melakukan penyemaian benih tomat, perlu dilakukan pemilihan benih yang bermutu agar dapat mengurangi persentase kegagalan perkecambahan. Sebelum benih disemaikan, sebaiknya benih direndam terlebih dahulu ke dalam air hangat-hangat kuku, sehingga benih mampu menghentikan masa istirahat (dormansi) dan untuk mematikan mikroorganisme yang bias menimbulkan penyakit (Listyarini, 2007). Benih disemai di contongan daun pisang dengan campuran media pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1.

Gambar 4. Penyemaian Benih Tomat

3.4.3 Media Tanam

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah top soil yang berasal dari BLPP Haji Mena Lampung Selatan. Media tanam dimasukkan kedalam polybag berukuran 10 kg dengan ukuran polibag (20x40cm).


(35)

3.4.4. Aplikasi kompos serbuk sabut kelapa dan kompos daun flamboyan

Kompos serbuk sabut kelapa dan kompos daun flamboyan kedalam polibag yang telah berisi tanah. Aplikasi diberikan pertanaman tomat dengan cara ditugal. Dosis pupuk yang diberikan sebesar 20 ton/ha. Masing-masing tanaman tomat per polibag mendapatkan kompos sebesar 600 gr yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut:

Dik: Luas lahan = 1ha = 10000 m2 Jarak tanam = 60x50 cm = 0,3 m2 Dosis kompos = 20 ton/ha = 20000 kg Dit : Kebutuhan pupuk pertanaman?

Jumlah tanaman tomat/ha = luas lahan/ jarak tanam = 10000 m2 / 0,3 m2 = 33333,33 tanaman

Kebutuhan pupuk pertanaman = dosis kompos / jumlah tanaman = 20000 kg / 33333,33


(36)

3.4.5. Aplikasi Pupuk NPK Majemuk (15:15:15)

Aplikasi pupuk NPK majemuk (15:15:15) dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam ke polibag. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK Majemuk (15:15:15) dengan dosis 1000 kg/ha. Pada percobaan ini aplikasi pupuk diberikan pertanaman tomat. Masing – masing tanaman tomat mendapatkan dosis perlakuan pupuk kimia sebesar 30 gr/ tanaman yang diperoleh dari hasil

perhintungan sebagai berikut:

Dik: Luas lahan = 1ha = 10000 m2

Jarak tanam = 50x60 cm = 0 0,3 m2

Dosis pupuk kimia majemuk ( 15:15:15) = 1000 kg/ha

Dit : Kebutuhan pupuk pertanaman?

Jumlah tanaman tomat/ha = luas lahan/ jarak tanam = 10000 m2 / 0,3 m2 = 33333,33 tanaman

Kebutuhan pupuk pertanaman = dosis pupuk kimia / jumlah tanaman = 1000kg / 33333,33

= 0,03 kg

= 30 gr / tanaman.

Pemberian pupuk kimia tersebut di aplikasikan sebanyak 3 kali yaitu 10 gr pada 1 minggu setelah tanam, 10 gr pada 30 hari setelah tanam (hst), dan 10 gr pada 60 setelah tanam (hst) . Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara ditugal disekitar tanaman tomat dalam polibag.


(37)

Bibit tomat yang telah berumur 3-4 minggu dipindah tanamkan kedalam polibag. jarak tanam bibit antar polibag adalah 50 x 60 cm. Bibit tomat ditanam beserta contongannya.

3.4.7 Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan menggunakan pupuk kimia dilakukan setelah bibit pindah tanam ke lahan. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK BASF dengan cara ditugal per tanaman.

Gambar 6. Aplikasi Pemupukan

Penyiraman. Pemberian air yang cukup selama masa pertumbuhan tanaman tomat akan mempengaruhi kualitas dan sifat fisik buah tomat yang dihasilkan. Penyiraman diawal penanaman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari dengan menggunakan gembor atau selang.


(38)

Pemasangan ajir (turus). Pemberian ajir dilakukan supaya batang tanaman dapat tumbuh tegak dan tidak mudah rebah, serta untuk mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman. Ajir yang diguunakan untuk budidaya tomat umumnya dpasang dengan sistem tunggal, sehingga satu ajir untuk satu tanaman.

Gambar 7. Pemasangan Ajir Bambu

Pemangkasan. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang yang tidak produktif dan tunas air. Pemangkasan dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan tangan.


(39)

dan air. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara penyiangan dan menyemprotkan herbisida.

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit diperlukan untuk mencegah hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat.

Pengendalian hama dan penyakit biasanya menggunakan pestisida.

Gambar 9. Penyemprotan Pestisida

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan tanaman meliputi berbagai variable pertumbuhan dan produksi. Variabel pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, bobot brangkasan, diameter buah. Sedangkan variabel produksi adalah jumlah buah tomat per tanaman, bobot per buah, bobot buah per tanaman.


(40)

 Tinggi Tanaman : Tinggi tanaman dengan satuan centimeter (cm) diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi

 Bobot brangkasan (g) : Bobot brangkasan dihitung dengan cara menimbang bobot batang, akar, dan daun yang sudah dikeringkan di oven pada suhu 800 C selama kurang lebih 2 hari.

 Diameter buah (cm) : Diameter buah diukur dengan cara mengukur buah dengan menggunakan jangka sorong

 Jumlah bunga per tanaman : Jumlah Bunga dihitung dengan menghitung jumlah bunga pada saat saat tanaman tomat telah berbunga 75 %.

 Jumlah Buah per tanaman : Jumlah buah dihitung dengan menghitung seluruh buah hasil panen pertama hingga panen terakhir atau panen ketiga.

 Bobot per buah : Bobot buah dihitung dengan menimbang bobot buah tomat per buah.

 Bobot buah per petak (kg/petak) : Dihitung dengan cara menimbang seluruh bobot buah per petak mulai dari panen pertama hingga panen terakhir.

3.6 Data Penunjang 3.6.1 Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan sebelum penelitian berlangsung. Analisis tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah top soil kemudian di bawa ke

laboratorium tanah. Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui unsur hara yang terkandung di dalam larutan tanah dan unsur hara tersedia bagi tanaman. Analisis tanah meliputi : Kadar air, pH, % C- Organik, % Nitrogen, Rasio C/N, P tersedia Olsen (ppm P2O5), P potensial (mg dan Kalium P2O5/100 g), K potensial (mg K2O/100 g).


(41)

Analisis bokashi dilakukan sebelum bokashi di aplikasikan ke lahan. Analisis bokashi meliputi: Kadar air, pH, C-Organik, N -Total, Rasio C/N, P-Total, dan K-Total. Analisis bokashi dilakukan untuk mengetahui apakah bokashi tersebut sudah memenuhi standar kualitas kompos dan layak untuk diaplikasikan ke lahan.


(42)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropis. Tomat merupakan salah satu sayuran buah, karena yang dimanfaatkan adalah bagian buahnya. Buah tomat dapat dimanfaatkan sebagai jus, campuran bumbu masak, sayuran, dapat diolah menjadi saus tomat, bahan kosmetika dan obat – obatan (Listyarini dan Harianto, 2007).

Tomat merupakan tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun penumpu), jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Disela-sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta (Tugiyono, 2007).

Tanaman tomat mempunyai syarat tumbuh, antara lain adalah tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi; tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 – 6; curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian;


(43)

kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang

mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman.

Permintaan pasar buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sangat banyak, karena buah tomat merupakan komoditas hortikultura yang diperlukan dalam kebutuhan sehari – hari. Permintaan pasar dapat dipenuhi jika teknik budidaya yang digunakan sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat.

Potensi hasil tanaman sering kali tidak tercapai, hal ini disebabkan karena tanah tidak mengandung unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Aplikasi pupuk merupakan usaha yang sering dilakukan petani untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman (Wijaya, 2008).

Pupuk dapat diartikan sebagai bahan yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan/ dekomposisi oleh bakteri pengurai. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi.


(44)

3

Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan telah memilih pupuk organik sebagai pegganti pupuk kimia buatan yang biasa digunakan.

Menurut Sekar (2000), serbuk sabut kelapa dapat digunakan sebagai salah satu media tanam buatan yang berasal dari bahan organik sisa hasil kegiatan di bidang pertanian. Sebagian bahan organik, sabut kelapa dinilai sebagai bahan yang ramah lingkungan. Negara-negara Eropa juga menilai sabut kelapa sebagai bahan yang ramah lingkungan. Sabut juga mensubstitusi pakis yang kini masuk daftar Apendix II untuk media tanam. Belanda sebagai salah satu importir serbuk sabut kelapa membutuhkan pasokan sebanyak 9 juta ton/tahun.

Pemilihan media tanam didasarkan pada empat kriteria yaitu dapat menjadi tempat penyimpanan hara untuk tanaman, mempunyai kemampuan menyimpan air untuk tanaman, tidak menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmostfer di atas media dan mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman. Serbuk sabut kelapa ternyata belum dapat memenuhi keempat kirteria tersebut. Untuk memenuhi kriteria tersebut, maka sebelum

digunakan sebagai media tanam, serbuk sabut kelapa (coco peat) perlu mengalami proses netralisasi terlebih dahulu (Sekar, 2000).

Selain untuk media tanam, serbuk sabut kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai kompos karena mengandung unsur-unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Kompos coco peat ini juga dapat bermanfaat untuk menghemat biaya


(45)

transportasi dan penimbunan limbah coco peat, mengurangi volume/ukuran limbah limbah dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari bahan asalnya karena proses pengomposan cenderung mudah dan tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit (Anonima).

Flamboyan adalah tanaman hias berbentuk pohon dengan perilaku unik dan penuh warna. Tingginya bervariasi dengan paling tinggi mencapai 12 meter. Bentuk pohonnya yang bercabang banyak dan melebar seolah membentuk payung raksasa dan mempunyai bentuk daun majemuk dan rapat (Anonimb).

Daun merupakan sampah organik yang dapat dijadikan pupuk alamiah. Daun-daun flamboyan yang sudah tua dan berguguran dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Kompos yang berasal dari daun-daunan mempunyai manfaat untuk menyuburkan tanah dan bersifat ramah lingkungan.

Berdasarkan latar belakang masalah maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan produksi pada tanaman tomat antara yang diberi pupuk dan tidak diberi pupuk?

2. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan produksi pada tanaman tomat antara kompos saja dan kimia saja dengan kombinasi pupuk kompos dan NPK?

3. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan produksi pada tanaman tomat antara kompos serbuk sabut kelapa dan kompos daun flamboyan?


(46)

5

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi pupuk dan tidak diberi pupuk.

2. Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi kompos saja dan kimia saja dengan kombinasi pupuk kompos dan NPK.

3. Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi kompos serbuk sabut kelapa dan kompos daun flamboyan

1.3 Landasan Teori

Tomat tergolong sayuran yang multiguna dan multifungsi yang dapat

dibudidayakan dilahan dataran rendah ataupun dilahan dataran tinggi. Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek pemasaran yang cerah. Salah satu petunjuk bahwa nilai ekonomi tanaman tomat tinggi adalah telah

menjadi barang dagangan ekspor impor antarnegara (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tomat salah satunya adalah dengan memberikan unsur hara yang cukup dan seimbang. Unsur hara tersebut dapat disuplai melalui pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap


(47)

jenis unsur hara tersebut rendah, akan tetapi kandungan bahan organik pupuk ini tinggi. Pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi (Novizan, 2005).

Menurut Sutanto (2002), penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus dapat menimbulkan masalah, antara- lain adalah sebagai berikut :

 Keseimbangan organisme yang menyebabkan tanah lebih subur dan produktif menjadi rusak karena pengaruh negatif bahan kimia pertanian. Tanah berubah menjadi keras, dan pengolahan tanah menjadi tidak udah lagi

 Kemungkinan besar meracuni tanah dan tanaman, demikian juga terjadi peningkatan residu kimia pada bahan pangan dan pakan ternak

 Pencemaran terhadap lingkungan melalui air, udara, tanah, dan kehidupan tanaman

Tanaman tomat dapat tumbuh sehat jika tanah tempat tumbuhnya cukup tersedia unsur hara. Unsur hara makro yang banyak dibutuhkan tanaman bisa dipenuhi dengan penggunaan pupuk anorganik, pupuk organik yang digunakan


(48)

7

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting di dalam tanaman. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein (Novizan, 2005). Menurut Wijaya (2008), fungsi fisologis nitrogen adalah sebagai komponen penyusun banyak senyawa organik penting di dalam tanaman (protein, enzim, vitamin B complex, hormone, klorofil.

Fosfor (P) merupakan komponen penyusun membrane sel tanaman, penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim, nukleotida, P juga berperan dalam sintesis protein, terutama yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat, memacu pembentukan bunga dan biji serta menentukan keampuan berkecambah biji yang dijadikan benih (Wijaya, 2008).

Kalium (K) berperan dalam mengaktifasi enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme dan biosintesis. Unsur K mempunyai peran sebagai berikut :

memperbaiki transportasi asimilat; memperbaiki daya simpan hasil; meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit; mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari; menghemat penggunaan air melalui pengaturan membuka dan menutupnya stomata; meningkatkan kandungan vitamin C (Wijaya, 2008).

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusunlah kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah sebagai berikut:


(49)

Permintaan pasar buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) terus – menerus meningkat. Peningkatan permintaan pasar akan menimbulkan masalah jika hasil produksi buah tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Hasil produksi buah tomat yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar membuat harga buah tomat akan menjadi mahal. Permintaan pasar buah tomat dapat terpenuhi dengan tercapainya produksi hasil buah tomat yang mencapai maksimum. Usaha dalam mencapai produktivitas hasil maksimum tanaman tomat dapat dicapai dengan berbagai cara pengolahan tanah yang baik dan memberikan nutrisi untuk tanah serta tanaman. Nutrisi tanah diinput dari luar yaitu dengan cara pemupukan dan dengan tujuan untuk menambah unsur hara.

Seperti halnya tanaman secara umum tomat juga merupakan tanaman yang

membutuhkan asupan unsur hara yang cukup. Asupan unsur hara dapat terpenuhi dengan melakukan pemupukan. Secara umum pemupukan dalam budidaya tomat harus dilakukan secara berimbang. Pemupukan tanaman biasanya menggunakan pupuk anorganik, pupuk organik, atau kombinasi antara pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik maupun pupuk anorganik sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan mengkombinasikan kedua pupuk ini diharapkan akan mampu memberikan hasil yang terbaik untuk tanaman dan mampu untuk mengurangi residu kimia yang dapat merusak lingkungan.


(50)

9

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran Produksi ↓↓

Budidaya yang tepat

Pemupukan

Pupuk Organik Pupuk Anorganik

Kompos Pupuk NPK

Kesuburan Tanah ↑↑

Produksi ↑↑ TOMAT


(51)

1.4 Hipotesis

1. Pemberian pupuk pada tanaman tomat akan memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemupukan.

2. Pemberian kombinasi pupuk kompos dan kimia mampu memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian kompos saja atau pupuk kimia saja.

3. Pemberian kompos serbuk sabut kelapa mampu memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat yang lebih baik dibandingkan kompos daun flamboyan.


(52)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemupukan pada tanaman tomat mampu menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan tanaman, diameter buah, jumlah bunga, jumlah buah dan produksi buah kg per petak tanaman tomat dibandingkan tanaman yang tidak diberi pupuk.

2. Kombinasi antara pupuk kompos dan pupuk anorganik mampu

meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah per tanaman, dan produksi buah kg/petak dibandingkan pupuk kompos saja atau pupuk NPK saja.

3. Pemberian pupuk kompos serbuk sabut kelapa yang ditambahkan pupuk anorganik pada tanaman tomat lebih baik dalam meningkatkan diameter buah, dan bobot per buah tomat dibandingkan dengan kompos daun flamboyan yang ditambahkan pupuk anorganik.


(53)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan untuk melakukan penelitian dengan kombinasi kompos serbuk sabut kelapa dengan pupuk anorganik, dan kombinasi kompos daun flamboyan dengan pupuk anorganik dengan tingkat yang berbeda-beda agar dapat dilihat efisiensi penggunaan pupuknya. Sebab dengan pemanfaatan kombinasi kompos dan pupuk anorganik dapat menghemat biaya produksi.


(1)

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting di dalam tanaman. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein (Novizan, 2005). Menurut Wijaya (2008), fungsi fisologis nitrogen adalah sebagai komponen penyusun banyak senyawa organik penting di dalam tanaman (protein, enzim, vitamin B complex, hormone, klorofil.

Fosfor (P) merupakan komponen penyusun membrane sel tanaman, penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim, nukleotida, P juga berperan dalam sintesis protein, terutama yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat, memacu pembentukan bunga dan biji serta menentukan keampuan berkecambah biji yang dijadikan benih (Wijaya, 2008).

Kalium (K) berperan dalam mengaktifasi enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme dan biosintesis. Unsur K mempunyai peran sebagai berikut :

memperbaiki transportasi asimilat; memperbaiki daya simpan hasil; meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit; mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari; menghemat penggunaan air melalui pengaturan membuka dan menutupnya stomata; meningkatkan kandungan vitamin C (Wijaya, 2008).

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusunlah kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah sebagai berikut:


(2)

meningkat. Peningkatan permintaan pasar akan menimbulkan masalah jika hasil produksi buah tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Hasil produksi buah tomat yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar membuat harga buah tomat akan menjadi mahal. Permintaan pasar buah tomat dapat terpenuhi dengan tercapainya produksi hasil buah tomat yang mencapai maksimum. Usaha dalam mencapai produktivitas hasil maksimum tanaman tomat dapat dicapai dengan berbagai cara pengolahan tanah yang baik dan memberikan nutrisi untuk tanah serta tanaman. Nutrisi tanah diinput dari luar yaitu dengan cara pemupukan dan dengan tujuan untuk menambah unsur hara.

Seperti halnya tanaman secara umum tomat juga merupakan tanaman yang

membutuhkan asupan unsur hara yang cukup. Asupan unsur hara dapat terpenuhi dengan melakukan pemupukan. Secara umum pemupukan dalam budidaya tomat harus dilakukan secara berimbang. Pemupukan tanaman biasanya menggunakan pupuk anorganik, pupuk organik, atau kombinasi antara pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik maupun pupuk anorganik sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan mengkombinasikan kedua pupuk ini diharapkan akan mampu memberikan hasil yang terbaik untuk tanaman dan mampu untuk mengurangi residu kimia yang dapat merusak lingkungan.


(3)

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran

Produksi ↓↓

Budidaya yang tepat

Pemupukan

Pupuk Organik Pupuk Anorganik

Kompos Pupuk NPK

Kesuburan Tanah ↑↑

Produksi ↑↑

TOMAT


(4)

1.4 Hipotesis

1. Pemberian pupuk pada tanaman tomat akan memberikan pertumbuhan dan

produksi tanaman tomat yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemupukan.

2. Pemberian kombinasi pupuk kompos dan kimia mampu memberikan

pertumbuhan dan produksi tanaman tomat yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian kompos saja atau pupuk kimia saja.

3. Pemberian kompos serbuk sabut kelapa mampu memberikan pertumbuhan

dan produksi tanaman tomat yang lebih baik dibandingkan kompos daun flamboyan.


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemupukan pada tanaman tomat mampu menunjukkan hasil terbaik dalam

meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan tanaman, diameter buah, jumlah bunga, jumlah buah dan produksi buah kg per petak tanaman tomat dibandingkan tanaman yang tidak diberi pupuk.

2. Kombinasi antara pupuk kompos dan pupuk anorganik mampu

meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah per tanaman, dan produksi buah kg/petak dibandingkan pupuk kompos saja atau pupuk NPK saja.

3. Pemberian pupuk kompos serbuk sabut kelapa yang ditambahkan pupuk

anorganik pada tanaman tomat lebih baik dalam meningkatkan diameter buah, dan bobot per buah tomat dibandingkan dengan kompos daun flamboyan yang ditambahkan pupuk anorganik.


(6)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan untuk melakukan penelitian dengan kombinasi kompos serbuk sabut kelapa dengan pupuk anorganik, dan kombinasi kompos daun flamboyan dengan pupuk anorganik dengan tingkat yang berbeda-beda agar dapat dilihat efisiensi penggunaan pupuknya. Sebab dengan pemanfaatan kombinasi kompos dan pupuk anorganik dapat menghemat biaya produksi.