APLIKASI NIGHT SOIL + ZEOLIT GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH VARIETAS BIRU LANCOR (Allium ascalonicum) DI TANAH PASIR PANTAI

APLIKASI NIGHT SOIL + ZEOLIT GUNA MENINGKATKAN
KUALITAS PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH
VARIETAS BIRU LANCOR (Allium ascalonicum)
DI TANAH PASIR PANTAI

SKRIPSI

Oleh:
Fatia Mahdi Ibnu Sabili Sofan
20120210087
Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

APLIKASI NIGHT SOIL + ZEOLIT GUNA MENINGKATKAN
KUALITAS PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH
VARIETAS BIRU LANCOR (Allium ascalonicum)
DI TANAH PASIR PANTAI


SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh:
Fatia Mahdi Ibnu Sabili Sofan
20120210087

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

ii

Skripsi yang berjudul
APLIKASI NIGHT SOIL + ZEOLIT GUNA MENINGKATKAN

KUALITAS PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH
VARIETAS BIRU LANCOR (Allium ascalonicum)
DI TANAH PASIR PANTAI
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
`
Fatia Mahdi Ibnu Sabili Sofan
20120210087
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 1 Agustus 2016
Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
Pembimbing/Penguji Utama

Anggota Penguji

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P.
NIK/NIP : 196011201989031001

Taufiq Hidayat, S.P.
NIK/NIP : 201 333


Pembimbing/Penguji Pendamping

Ir. H. Nafi Ananda Utama, M.S.
NIK/NIP : 19610831198610133002
Yogyakarta, September 2016
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ir. Sarjiyah, M.S.
NIK/NIP : 196109181991032001

iii

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan :
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta maupun perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah
mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya
menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah,
maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim
Pembimbing.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran alam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan

Fatia Mahdi Ibnu Sabili Sofan
20120210087


iv

HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbal’alamin, hanya karena kehendak-Mu ya Allah hamba
dapat menyelesaikan skripsi ini dan karya kecil ini kupersembahkan untuk:
1. Mamah dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa, bimbingan, limpahan
kasih sayang dan pengorbanan yang tiada henti dan ujungnya sehingga aku
bisa menyelesaikan skripsi ini dan berikanlah ridhamu agar aku dapat
menjalankan hidup dan meraih cita-citaku
2. Sahabat-sahabatku, Rian Wicaksono, Riska Sukmawati, Septia Handayani,
Fauzia Khasnawati, Ririn, Ernawati, Dena Anisa, Ika Wiraningsih
(Odongkers), dan seluruh teman-teman Agroteknologi, terima kasih untuk
persahabatan, dukungan dan rasa persaudaraan yang telah diberikan
selama menghadapi segala tuntutan studi, semoga ke depannya kita akan
tetap dekat dan saling memberikan dukungan satu sama lain hingga kita
sukses bersama
3. Tim PKM-P “ZeNS Fertilizer” beserta seluruh dosen pembimbing dan
berbagai pihak yang membantu, yang telah memberikan semangat dan
kerjasama sehingga membawa penelitian ini menjadi salah satu pemenang

dalam PIMNAS ke-29.
4. Evi Nurjamilah, terimakasih untuk segala dukungan, motivasi dan
kesabarannya dalam menemaniku menyelesaikan skripsi ini, semoga
segala kebaikannya diganjar dengan pahala oleh Allah SWT. Aamiin.
5. Adik-adikku dan seluruh keluarga yang membantu memberikan doa dan
dukungan dalam kelancaran penelitian dan skripsi ini.
6. Almameter-ku, terimakasih telah mengizinkan aku untuk menuntut ilmu
yang tiada ujungnya hingga bermanfaat sampai akhir hayat nanti.

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang senantiasa meniti jalan mereka.
Skripsi yang berjudul Aplikasi Night soil + Zeolit Guna Meningkatkan Kualitas
Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium ascalonicum)
Di Tanah Pasir Pantai merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan derajat
Sarjana Pertanian.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi tidak lepas dari bantuan semua pihak,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP selaku Dosen Pembimbing Utama atas
bimbingan, motivasi, dukungan serta ilmu dan pelajaran hidup.
2. Ir. H. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas
bimbingan, motivasi, dukungan serta ilmu.
3. Ir. Sarjiyah MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan dosen pembimbing akademik atas waktu, bimbingan dan
arahannya.
4. Dosen dan keluarga besar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, khususnya Program Studi Agroteknologi atas dedikasinya selama
ini.
5. Ibu, Bapak, Adik-adikku dan seluruh keluarga besar atas dukungan serta kasih
sayangnya selama ini.
6. Rekan-rekan semua, khususnya yang turut membantu kelancaran penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
Atas semua bantuan, doa dan dukungan yang telah diberikan semoga
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
dan berguna bagi semua pihak. Amin ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Yogyakarta, 1 Agustus 2016
Penulis

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
INTISARI............................................................................................................... xi
ABSTRACT ............................................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah .................................................................................. 3
C.

Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
II.
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
A.
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) ................................................. 5
B.
Lahan Pasir Pantai .................................................................................... 8
C.
Night soil ................................................................................................ 10
D.
Zeolit ...................................................................................................... 12
E.
Hipotesis ................................................................................................. 15
III.
TATA CARA PENELITIAN..................................................................... 16
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 16
B.
Bahan dan Alat penelitian ...................................................................... 16
C.

Metode Penelitian ................................................................................... 16
D.
Cara Penelitian ....................................................................................... 17
E.
Parameter yang Diamati ......................................................................... 20
F. Analisis Data .............................................................................................. 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 23
A.
Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah ................................................. 23
B.
Hasil Tanaman Bawang Merah .............................................................. 49
V.
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 60
A.
Kesimpulan ............................................................................................. 60
B.
Saran ....................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
LAMPIRAN .......................................................................................................... 65


vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik rerata jumlah daun bawang merah. .......................................... 28
Gambar 2. Grafik pertumbuhan jumlah anakan bawang merah. .......................... 31
Gambar 3. Grafik panjang akar tanaman bawang merah setelah 55 hari.............. 36
Gambar 4. Grafik berat segar tajuk bawang merah setelah 55 hari setelah tanam 40
Gambar 5. Grafik berat kering tajuk bawang merah setelah 55 hari setelah tanam
............................................................................................................ 43
Gambar 6. Grafik berat segar akar bawang merah setelah 55 hari setelah tanam 45
Gambar 7. Grafik berat kering akar bawang merah setelah 55 hari setelah tanam 48
Gambar 8. Grafik berat umbi per rumpun tanaman bawang merah setelah panen
umur 55 hari setelah tanam dan pengeringanginan selama 3 hari...... 55
Gambar 9. Grafik produktivitas bawang merah varietas Biru Lancor yang dipanen
setelah 55 hari setelah tanam di tanah pasir pantai ............................ 58

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Lumpur Tinja dengan Kompos menurut SNI
No.19-7030-2004 .................................................................................... 11
Tabel 2. Jumlah night soil dan zeolit berdasarkan takaran perlakuan untuk tiap
tanaman bawang merah........................................................................... 17
Tabel 3. Rerata jumlah akar, jumlah anakan dan panjang akar tanaman bawang
merah di tanah pasir pantai ..................................................................... 24
Tabel 4. Rerata berat segar tajuk, berat kering tajuk, berat segar akar dan berat
kering akar tanaman bawang merah di tanah pasir pantai ..................... 24
Tabel 5. Rerata berat umbi per rumpun, berat segar tajuk, berat kering tajuk, berat
segar akar dan berat kering akar bawang merah di tanah pasir pantai.... 49
Tabel 6. Kontras ortogonal berat umbi per rumpun dan produktivitas bawang
merah yang diberikan night soil dan zeolit di tanah pasir pantai ............ 50

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penelitian ............................................................................... 65
Lampiran 2. Perhitungan kebutuhan urea, ZA, SP-36, KCl, night soil dan zeolit. 66
Lampiran 3. Hasil sidik ragam (Analysis of Variance) ......................................... 68
Lampiran 4. Deskripsi bawang merah varietas Biru ............................................. 72
Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan ...................................................................... 74

x

INTISARI

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi night soil dan
zeolit sebagai pengganti pupuk kandang dan menentukan takaran night soil dan
zeolit yang efektif dan efisien terhadap kualitas pertumbuhan dan hasil bawang
merah di tanah pasir pantai. Penelitian telah dilakukan dari bulan Februari 2016
sampai Juni 2016 di Lahan Percobaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
rancangan faktor tunggal, terdiri dari 7 perlakuan yaitu : (A) Pupuk kandang 20
ton/hektar, (B) Night soil 10 ton/hektar, (C) Night soil 20 ton/hektar, (D) Night soil
10 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar, (E) Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 4
ton/hektar, (F) Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar dan (G) Night soil 20
ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis night soil
yang dikombinasikan zeolit mampu meningkatkan rerata jumlah daun, berat segar
tajuk, berat kering tajuk, berat umbi per rumpun dan produktivitas bawang merah
yang ditanam di tanah pasir pantai jika dibandingkan dengan pemberian pupuk
kandang 20 ton/ha. Perlakuan night soil 10 ton/hektar lebih efektif dan efisien
dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah pasir pantai.
Kata kunci : Night soil, Zeolit, Tanah Pasir Pantai, Bawang Merah.

xi

ABSTRACT

The research was conducted to understand the effect of night soil and zeolite
application as a substitution material for manure and to determine the most
effective and efficient doses of night soil and zeolite on the quality of growth and
yield of shallot in coastal sandy soil. The study was carried out from February 2016
through June 2016 at Experimental Farm of Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
This research was designed using Completely Randomized Design (CRD)
using single factor, consisted of seven treatments i.e (A) 20 ton of manure per
hectare, (B) 10 ton of night soil per hectare, (C) 20 ton of night soil per hectare,
(D) 10 ton of night soil per hectare + 4 ton of zeolite per hectare, (E) 20 ton of night
soil per hectare + 4 ton of zeolite per hectare, (F) 10 ton of night soil per hectare
+ 8 ton of zeolite per hectare, (G) 20 ton of night soil per hectare + 8 ton of zeolite
per hectare.
The results showed that the treatments of all doses of night soil which
combined with zeolite could improve means of number of leaves, fresh weight of
shoots, dry weight of shoots, shallots weight per clump and productivity of shallots
in coastal sandy soil when compared with 20 tons of manure per hectare. The
treatment of 10 ton of night soil per hectare could improve effectively and efficiently
the quality of growth and yield of shallots in coastal sandy soil.
Keywords: Night soil, Zeolite, Coastal Sandy Soil, Shallot

xii

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki
nilai ekonomi tinggi, baik dilihat dari segi pemenuhan kebutuhan konsumen
nasional, sumber penghasilan petani, maupun potensi sebagai devisa bagi negara.
Petani bawang merah di D. I Yogyakarta banyak terdapat di wilayah Bantul dengan
menggunakan beberapa varietas bawang merah yaitu Biru, Tiron, Kuning dan dari
Filipina (Endang Iriani, 2013). Sebagian petani bawang merah di Bantul tersebut
menanamnya di lahan pasir pantai karena berpotensi untuk pengembangan
agribisnis bawang merah.
Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas
rendah. Menurut Gunawan Budiyanto (2014) masalah utama lahan pasir adalah
kemampuan tanah dalam menyimpan air yang rendah dalam waktu yang lama,
rendahnya kandungan unsur hara dan bahan organik. Proses infiltrasi pada tanah
berfraksi pasir menimbulkan masalah ikutan yaitu rendahnya efisiensi pemupukan
karena sebagian besar hara akan keluar dari zona akar mengikuti gerakan air
gravitasi. Menurut Partoyo (2005), berdasarkan kriteria CSR/FAO 1983 tingkat
kesesuaian lahan pasir Pantai Selatan D.I. Yogyakarta termasuk “Tidak Sesuai”
atau “Sesuai Marginal” untuk komoditi tanaman pangan dan sayuran, namun
beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya kecenderungan
perbaikan hasil dari perlakuan-perlakuan yang dilakukan terhadap tanah. Salah satu

1

2

upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penambahan bahan organik
dan bahan pembenah tanah ke dalam tanah pasir.
Petani di lahan pasir pantai sering menggunakan pupuk kandang sebagai
masukkan bahan organik ke dalam tanah pasir, namun ketersediaannya di wilayah
tersebut cukup terbatas sehingga perlu adanya sumber bahan organik lain. Night
soil merupakan salah satu bahan organik yang penggunaannya telah dilakukan di
berbagai negara, salah satunya China. Night soil adalah nama lain dari hasil
perombakan feses manusia yang diambil pada malam hari dari tangki septik (septic
tank)

yang

terkadang

digunakan

sebagai

pupuk

(https://en.wikipedia.org/wiki/Night_soil diakses Januari 2016). Night soil
dihasilkan berupa bentukan padat yang diproses melalui metode penyaringan,
aerasi dan pengeringan sehingga aman digunakan sebagai pupuk. Kandungan yang
terdapat dalam feses manusia memiliki potensi sebagai pupuk kompos karena
memiliki kandungan dan kriteria standar pupuk kompos. Menurut Wiharyanto
Oktiawan dan Ika Bagus Priyambada (2007), pengeringan lumpur tinja selama 30
hari telah memenuhi standar kompos yang ditetapkan oleh SNI No. 19-7030-2004.
Bahan pembenah tanah salah satunya adalah batuan zeolit. Zeolit
merupakan salah satu bentuk kristal dari aluminosilikat terhidrat yang berbentuk
sedemikian rupa hingga memiliki daya adsorbsi dan jerap yang besar. Zeolit dapat
secara efektif memfiksasi kation hara karena munculnya muatan negatif hasil
proses substitusi isomorfik antara Si4+ oleh Al3+ dalam lapisan silikat (Gunawan
Budiyanto, 2014). Zeolit memiliki pori-pori yang sangat kecil akan memuat
molekul-molekul kecil tetapi mencegah molekul besar masuk (Ahmad Taufik Lubis

3

dkk, 2013). Kelebihannya adalah zeolit memiliki kemampuan menyimpan air
sehingga dapat berfungsi sebagai tandon air di dalam tanah berpasir.
Dengan demikian diharapkan dengan penambahan night soil dan zeolit
dapat meningkatkan hasil produksi pangan, termasuk peningkatan kualitas
pertumbuhan dan hasil bawang merah di lahan pasir pantai D. I. Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah
Lahan pasir memiliki fraksi pasir di atas 70% dengan porositas total kurang
dari 40% sehingga menimbulkan masalah kurang dapat menyimpan air dan
efisiensi pemupukan sangat rendah. Selama ini petani pesisir pantai masih
menggunakan pupuk kandang untuk memperbaiki sifat-sifat tanah pasir pantai yang
ketersediaannya masih terbatas. Night soil merupakan salah satu pupuk organik
yang dapat digunakan sebagai penambah unsur hara karena memiliki kandungan
unsur hara dan bahan organik yang tinggi. Zeolit merupakan salah satu batuan yang
dapat menyerap air dan unsur hara lalu mengeluarkannya sedikit demi sedikit
sehingga mampu mengefisiensikan pemupukan. Atas dasar hal tersebut, penelitian
ini mempunyai permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan night soil dan zeolit mampu menggantikan peranan
pupuk kandang dan bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah di tanah pasir pantai?
2. Berapakah takaran kombinasi night soil dan zeolit yang optimal untuk
meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman bawang merah di tanah pasir
pantai?

4

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh penggunaan night soil dan zeolit sebagai pengganti
pupuk kandang terhadap kualitas pertumbuhan dan hasil bawang merah di
tanah pasir pantai.
2. Menentukan takaran penggunaan night soil dan zeolit yang efektif dan
efisien untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan hasil bawang merah
di tanah pasir pantai.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
Bawang merah merupakan salah satu tanaman musiman yang memiliki nilai
ekonomi tinggi yang sering dibutuhkan masyarakat sebagai bahan penyedap
masakan atau bahan tambahan pada makanan. Bawang merah membentuk rumpun
dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-40 cm (Estu Rahayu. dan Nur
Berlian, 1999). Menurut Gembong Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta,
Subdivisi Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Ordo Liliales, Famili Liliaceae,
Genus Allium, Spesies Allium ascalonicum L.
1. Morfologi
Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian
yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar serabut
dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara
15-20 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5 mm (AAK, 2004). Bawang
merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang berbentuk seperti
cakram, tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata tunas, diatas discus
terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua
yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis. Daun
bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan
bagian ujungnya runcing berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat
pada tangkai yang ukurannya relatif pendek, sedangkan bunga bawang merah

5

6

keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan
diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah
berbentuk payung (Sudirja, 2007).
2. Syarat tumbuh
Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering.
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya
matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan
kelembaban nisbi 50-70% (Rakhmat Sutarya dan Gerrard Grubben, 1995).
Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya
rata-rata 22°C. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut (Rakhmat
Sutarya dan Gerrard Grubben, 1995). Tanaman bawang merah memerlukan tanah
berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung
bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5).
3. Pemilihan dan persiapan bibit
Umbi yang baik untuk dijadikan bibit adalah umbi yang berasal dari
tanaman yang sudah cukup tua yaitu sekitar 70 – 80 hari setelah tanam. Umbi yang
baik adalah yang berukuran sedang yaitu sekitar 5 – 10 gram per umbi. Penampilan
bibit sehat, bernas, dan warnanya cerah. Umbi yang siap ditanam adalah setelah
penyimpanan 2 – 4 bulan setelah panen dan tunasnya sudah sampai di ujung umbi.
Menurut Erlina Ambarwati dan Prapto Yudono (2003) varietas Biru-sawah dan

7

Biru-pasir tergolong varietas yang dapat beradaptasi khusus pada lingkungan yang
kurang produktif, yaitu lahan pasir pantai pada musim kemarau, dan kurang peka
terhadap perubahan lingkungan.
Bibit yang telah dipilih lebih baik direndam dalam air panas 45oC – 50oC
selama 15 menit. Menurut Eni Kaeni, dkk. (2014) menyatakan bahwa perendaman
bibit pada suhu 45oC – 50oC selama 15 menit akan menekan pertumbuhan penyakit
moler sehingga tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik.
4. Penanaman dan pemupukan
Umbi bibit ditanam dengan jarak 20 × 15 cm. Tanah dilubangi dengan alat
penugal setinggi umbi bawang merah. Umbi dimasukkan ke dalam lubang tanam
dengan gerakan seperti memutar sekrup sampai umbi tampak rata dengan tanah.
Adapun kebutuhan unsur hara bawang merah yaitu meliputi pemberian
pupuk dasar dan pemberian pupuk susulan. Pupuk dasar yang digunakan adalah
pupuk organik yang sudah matang dengan dosis 10 – 20 ton/hektar dan penambahan
unsur P sebanyak 200 - 250 kg/hektar yang diaplikasikan 3 hari sebelum tanam.
Sedangkan pupuk susulan terbagi menjadi 2 tahap yaitu pemupukan susulan
pertama dan pemupukan susulan kedua. Pemupukan susulan pertama berupa pupuk
N dan K dilakukan pada umur 10 – 15 hari setelah tanam dan susulan ke II pada
umur 1 bulan sesudah tanam, masing-masing ½ dosis. Macam dan jumlah pupuk
adalah N dan K yang diberikan adalah sebagai berikut : N sebanyak 150-200
kg/hektar dan K sebanyak 50-100 kg/hektar. Komposisi pupuk N yang paling baik
untuk menghasilkan umbi bawang merah konsumsi adalah 1/3 N (Urea) + 2/3 N
(ZA) (Nani Sumarni dan Achmad Hidayat, 2005).

8

5. Pengairan
Bawang merah tidak menghendaki curah hujan yang tinggi, tetapi bawang
merah memerlukan air yang cukup selama pertumbuhan. Pada saat cuaca terik,
penyiraman dilakukan satu kali sehari pada pagi hari ataupun sore hari. Penyiraman
pada musim hujan dilakukan hanya untuk membilas percikan tanah yang menempel
pada daun.
6. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan cara preventif yaitu mencegah
timbulnya hama dan penyakit pada tanaman sedini mungkin dengan interval waktu
penyemprotan 2 - 3 hari sekali. Apabila terdapat serangan hama, maka dilakukan
pengendalian secara intensif.
7. Pemanenan
Panen dilakukan setelah tanaman bawang merah berumur 70 hari setelah
tanam. Indikator pemanenan adalah 60% leher batang lunak, tanaman rebah, dan
daun menguning.

B. Lahan Pasir Pantai
Indonesia merupakan negara kepulauan yang tentunya memiliki pantai yang
cukup banyak termasuk lahan-lahan pasir pantainya. Lahan pasir merupakan lahan
yang tekstur tanahnya memiliki fraksi pasir di atas 70% dengan porositas di bawah
40%, kurang dapat menyimpan air dan unsur hara karena kekurangan koloid tanah.
Tanah pasiran pada umumnya membentuk struktur lepas-lepas dan mudah diolah
karena rendahnya bahan organik yang terkandung di tanah pasir sehingga tidak

9

membentuk agregat tanah atau ikatan partikel-partikel tanah. Pada umumnya, tanah
pasiran memiliki pH yang netral (Gunawan Budiyanto, 2014).
Lahan pasir pantai tersebar di D.I. Yogyakarta tepatnya terhampar
memanjang dari Pantai Parang Endok di Kabupaten Bantul sampai Pantai Glagah
di Kabupaten Kulon Progo. Bahan baku lahan pasir pantai berasal dari proses
deflasi abu vulkanik dan materi pasir yang dibawa oleh aliran sungai-sungai yang
bermuara di laut Selatan D.I. Yogyakarta. Material yang terakumulasi di pinggir
muara sungai disebarkan oleh hempasan ombak ke pinggir pantai (Gunawan
Budiyanto, 2014).
Menurut Partoyo (2005), berdasarkan kriteria CSR/FAO 1983 kesesuaian
aktual lahan pasir Pantai Selatan DIY termasuk kelas “Tidak Sesuai” atau “Sesuai
Marginal” untuk komoditi tanaman pangan dan sayuran. Akan tetapi beberapa
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya kecenderungan perbaikan
hasil dari perlakuan-perlakuan yang dilakukan terhadap tanah.
Ida Ayu Mayun (2007) menyatakan bahwa lahan berpasir mempunyai
kemampuan rendah dalam menyimpan air. Hal ini disebabkan oleh ruang pori
makro yang dimiliki pada lahan pesisir mendominasi volume tanahnya, sehingga
lahan pesisir memiliki ruang pori makro yang memberikan udara lebih banyak dan
akan mempercepat proses pengeringan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil
analisis Gunawan Budiyanto (2014) yaitu karakteristik tanah pasir Pantai Trisik,
Banaran, Galur kabupaten Dati II Kulon Progo yang menunjukkan bahwa
kandungan dari lahan pasir pantai tersebut memiliki kadar lengas tanah, 0,5 mm
0,16%, kadar pasir 99%, kadar debu 1%, kadar lempung 0%, berat jenis 2,37 g/cm3,

10

berat volume 1,61 g/cm3, porositas tanah total 32,07%, pH 5,90, C-organik 0,12%,
N-total 0,004%, Kapasitas Penukaran Kation (KPK) 3,60 me/100g, dan daya hantar
listrik 0,20 mS. Hal tersebut menyatakan bahwa daya dukung lahan dan potensi
kesuburannya rendah.
Karakteristik tanah pasir yang didominasi oleh fraksi pasir diatas 70% dan
porositasnya dibawah 40% menimbulkan banyak kekurangan pada lahan pasir
pantai untuk digunakan dalam budidaya tanaman. Sifat tanah pasir yang mudah
meloloskan air seringkali terjadi fenomena levelling off yang disebabkan oleh
keluarnya unsur hara ke luar zona perakaran. Upaya yang dilakukan adalah
penambahan bahan organik dan bahan pembenah tanah. Beberapa upaya perbaikan
dilakukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada di lahan pasir pantai.
Penelitian yang dilakukan Ida Ayu Mayun (2007), pemberian pupuk kandang sapi
dengan 30 ton per hektar memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan dan
hasil umbi bawang merah per hektar yang semakin meningkat baik pada tanpa
mulsa maupun pada pemberian mulsa organik. Hasil penelitian Partoyo (2005)
menunjukkan bahwa berdasarkan nilai indeks kualitas tanah, perlakuan
penambahan tanah lempung dan pupuk kandang dapat memperbaiki kualitas tanah.
Adapun inovasi terbaru yaitu dengan penambahan zeolit sebagai bahan tambahan
pada lahan pasir pantai (Gunawan Budiyanto, 2014; Nasih Widya Yuwono, 2009)

C. Night soil
Di beberapa negara seperti China, Jepang, India, Vietnam, Swedia,
Norwegia dan lain-lain telah menggunakan night soil sebagai pupuk dasar pada

11

kegiatan pertanian mereka (Shintia D. Arwida, 2008; Steineck et al., 1999). Night
soil merupakan pupuk yang berasal dari pengomposan feses manusia. Manusia pada
umumnya mengeluarkan kotoran sebanyak kurang lebih 250 gram per hari
(Soeparman dan Suparmin, 2002). Jika diasumsikan dengan jumlah penduduk
Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 sejumlah 237.641.326 jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2014), maka akan dihasilkan kurang lebih 59.410,33 ton
feses manusia per hari. Kandungan yang terdapat dalam feses manusia memiliki
potensi yang dapat dipergunakan kembali sebagai pupuk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wiharyanto Oktiawan dan Ika
Bagus Priyambada (2007) menunjukkan bahwa kandungan feses manusia yang
telah dikomposkan selama 3, 7, 10, dan 30 hari dari IPLT Semarang terdapat dalam
tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Lumpur Tinja dengan Kompos menurut SNI
No.19-7030-2004
Lumpur Pengeringan (hari)
Standar
Parameter
Kompos
3
7
10
30
Suhu (oC)

30,9

30

27,8

30

± 30,0

pH

7,28

7,23

6,84

6,43

6,8 - 7,49

Kadar air (%)

85,41

82,9

80,6

51,62

50 – 60

C (%)

30,4

30,29

29,85

15,62

9,8 – 32

N (%)

2,91

2,94

2,96

1,5

≥ 0,4

Rasio C/N

10,44

10,32

10,09

10,41

10 – 20

P (%)

7,52

7,33

7,02

6,45

≥ 0,10

12

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa lumpur tinja pengeringan 30 hari
telah memenuhi karakteristik kompos matang sehingga sudah dapat digunakan
sebagai pupuk organik.
Rachman Sutanto (2002) mengemukakan bahwa secara garis besar
kelebihan pupuk organik yaitu antara lain :
1. Memperbaiki sifat fisik tanah
Pemberian bahan organik akan membuat warna tanah menjadi lebih gelap
dan strukturnya menjadi remah, sehingga perakaran tanaman lebih mudah
menembus tanah sehingga aerasi dan drainase menjadi lebih baik.
2. Memperbaiki sifat kimia tanah
Dengan menambah bahan organik, kapasitas tukar kation (KTK) dan
ketersediaan hara menjadi meningkat.
3. Mempengaruhi sifat biologi tanah
Bahan organik mengandung sumber energi yang diperlukan oleh
mikroorganisme tanah. Dengan pemberian bahan organik, aktivitas dan populasi
mikroorganisme meningkat yang dapat berakibat baik untuk tanaman.
D. Zeolit
Identifikasi zeolit sebagai mineral dimulai pada tahun 1756, ketika seorang
mineralogi Swedia, Fredrich Cronstet, mulai mengumpulkan beberapa kristal
gramatikal dari tambang tembaga di Swedia. Mereka diberi nama "Zeolit" dari kata
Yunani yang berarti "batu mendidih", karena kemampuannya untuk berbusa ketika
dipanaskan sampai sekitar 200° C. Setelah penemuan mereka, zeolit dianggap
sebagai mineral yang ditemukan dalam batuan vulkanik selama dua ratus tahun.

13

Pada tahun 1950-an, mereka menemukan kembali batuan zeolit dan dilaporkan ada
di semua benua.
Zeolit adalah kristal aluminosilikat terhidrasi logam alkali (AlO4 dan SiO4)
dan logam bumi yang bergabung ke dalam kerangka kerja 3 dimensional. Zeolit
dicirikan dengan kemampuan untuk menurunkan dan mendapatkan air reversibel
(water reversibly) dan bertukar beberapa elemen pokok tanpa adanya perubahan
besar struktur (Polat et al., 2004). Struktur pori ditandai dengan diameter kanal
sekitar 1,2 nm, yang saling terkait melalui saluran berdiameter sekitar 0,8 nm,
terdiri dari cincin 12 tetrahedron terkait (Mumpton, 1981).
Zeolit memiliki selektivitas terhadap kation besar seperti amonium dan
kalium. Zeolit juga memiliki pori-pori yang besar, resistensi yang tinggi terhadap
suhu ekstrim dan struktur dasar kimia netral. Struktur dasar tetrahidrat dari zeolit
merupakan AlO4 atau SiO4. Substitusi isomorfis dari Si4+ oleh Al3+ memberikan
muatan negatif pada Al-. Kation-kation monovalen atau divalen akan terikat dengan
Al yang terdapat dalam pori struktur kerangka zeolit. Kation tersebut mudah untuk
ditukarkan dengan kation lain (Uswatun Hasanah dan Misbah Khunur, 1998).
Zeolit

yang

ditambahkan

ke

dalam

pupuk

dapat

membantu

mempertahankan nutrisi dan meningkatkan kualitas tanah dalam jangka panjang
dengan cara meningkatkan kemampuan penyerapan. Hal ini berkenaan dengan
nutrisi tanaman yang paling penting seperti nitrogen (N) dan kalium (K), dan juga
kalsium, magnesium dan unsur mikro lainnya. Zeolit dapat mempertahankan nutrisi
di zona akar yang akan digunakan oleh tanaman jika diperlukan. Akibatnya
mengarah ke penggunaan pupuk N dan K yang lebih efisien dengan mengurangi

14

biaya pengeluaran untuk pupuk untuk hasil yang sama. Struktur berpori zeolit alam
membantu untuk menjaga aerasi tanah dan lembab serta aktif untuk waktu yang
lama. Kerugian besar dalam pemberian pupuk adalah pencucian unsur hara keluar
dari zona akar dan sering terjadi di tanah berpasir, yang berkemampuan minim
untuk mempertahankan tingkat nutrisi yang tinggi (Mumpton, 1981).
Menurut Polat (2004) tidak seperti amandemen tanah yang lainnya
(misalnya kapur), zeolit tidak rusak dari waktu ke waktu, tetapi tetap di dalam tanah
untuk meningkatkan retensi hara. Zeolit tidak bersifat asam tetapi sedikit basa dan
penggunaannya dengan pupuk dapat membantu penyangga tingkat pH tanah,
sehingga mengurangi penggunaan kapur. Oleh karena itu aplikasi zeolit akan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan mengurangi
kehilangan nutrisi.
Berdasarkan penelitian Torii (1978) menyatakan bahwa aplikasi zeolit pada
dosis 48 ton/hektar meningkatkan hasil apel sekitar 13 - 38%. Mineral ini digunakan
dalam jumlah 2 sampai 8 kg/pohon sehingga dapat berkontribusi untuk
pembentukan kebun baru yang lebih baik. Penggunaan zeolit juga berhasil dalam
budidaya berbagai tanaman termasuk sereal, sayuran, buah anggur dan buahbuahan lainnya (Burriesci et al., 1984).
Minato (1968) menyatakan terjadi peningkatan yang signifikan dalam hasil
gandum (13% sampai 15%), terong (19% sampai 55%), apel (13% sampai 38%),
dan wortel (63%) pada pemberian 4-8 ton zeolit per hektar. Penambahan zeolit 2
ton/hektar dan bokashi ampas tahu 6 ton/hektar dapat memperbaiki sifat kimia

15

tanah Ultisol yang berasal dari areal bekas tambang pada pertanaman baby corn
(Muhammad Danial dkk., 2008).

E. Hipotesis
Penambahan zeolit 8 ton per hektar dan night soil 20 ton per hektar mampu
meningkatkan kualitas pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah pasir pantai.

III.

TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2016.
Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan dan Laboratorium Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat penelitian
Peralatan yang digunakan adalah oven, polybag, penggaris, sekop, ember,
cangkul, karung, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tanah pasir pantai, bibit bawang merah varietas Biru, Urea, ZA, SP 36, KCl, pasir
zeolit, dan night soil yang diperoleh dari IPLT Semarang dan telah dijemur selama
±30 hari.

C. Metode Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan menggunakan metode eksperimen yang
disusun dalam Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut:
A = Pupuk kandang 20 ton/hektar
B = Night soil 10 ton/hektar
C = Night soil 20 ton/hektar
D = Zeolit 4 ton/hektar + Night soil 10 ton/hektar
E = Zeolit 4 ton/hektar + Night soil 20 ton/hektar
F = Zeolit 8 ton/hektar + Night soil 10 ton/hektar

16

17

G = Zeolit 8 ton/hektar + Night soil 20 ton/hektar
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat

21 unit

perlakuan. Setiap unit terdiri dari 3 tanaman sampel sehingga terdapat 63 unit
sampel.

D. Cara Penelitian
1. Persiapan media tanam dan aplikasi night soil + zeolit
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah pasir pantai
yang diambil dari Pantai Bugel, Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Tanah pasir pantai
dikeringanginkan terlebih dahulu selama beberapa hari. Setelah kering, timbang
tanah sebanyak 5 kg dan masukkan ke dalam polybag. Selanjutnya adalah proses
aplikasi night soil + zeolit. Night soil dan zeolit ditimbang sesuai perlakuan.
Adapun jumlah night soil dan zeolit yang harus ditimbang adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah night soil dan zeolit berdasarkan takaran perlakuan untuk tiap
tanaman bawang merah.
Night soil (g)

Zeolit (g)

Pupuk kandang 20 ton/hektar

0

0

Night soil 10 ton/hektar

30

0

Night soil 20 ton/hektar

60

0

Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar

30

12

Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar

60

12

Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar

30

24

Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar

60

24

Takaran perlakuan

Night soil dan zeolit dicampur dan diaduk secara merata. Pengaplikasian night soil
+ zeolit dilakukan bersamaan dengan pemupukan SP-36 sebanyak 1,67 g sebagai

18

pupuk dasar pada 3 hari sebelum tanam. Pengaplikasian dilakukan dengan cara
menyebar zeolit, night soil dan SP-36 lalu diaduk secara merata dengan media
tanam.
2. Persiapan benih
Benih yang digunakan adalah benih bawang merah varietas Biru yang
didapatkan dari petani bawang merah di daerah pesisir pantai selatan D. I.
Yogyakarta. Benih yang akan digunakan berumur tanam 70 - 80 hari, berukuran
sedang (5-10 g), penampilan umbi bibit segar dan sehat, bernas (padat, tidak
keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam), dan telah disimpan selama 2 - 4 bulan
setelah panen. Umbi dipilih dengan ukuran diameter yang seragam sekitar 1,5 - 1,8
cm atau 5 - 10 g. Kemudian umbi direndam selama 15 menit dalam air panas
bersuhu 45o C sebelum ditanam.
3. Penanaman bawang merah
Sebelum ditanam, kulit terluar yang mengering dibersihkan dan dilakukan
pemotongan seperempat bagian ujung umbi. Media tanam disiram air terlebih
dahulu dan dibuat lubang tanam untuk memudahkan penanaman. Masukkan umbi
bibit yang telah dipotong ujungnya dan telah kering ke dalam lubang tanam.
Permukaan umbi disetarakan tingginya dengan media tanam agar umbi tidak
membusuk.

4. Penyiraman

19

Penyiraman dilakukan 1 kali sehari pada waktu pagi hari dan sore hari
dengan cara menyiramkan air menggunakan gembor.
5. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan pertama dilakukan pada umur 15 HST dan pemupukan
susulan kedua dilakukan pada 30 HST. Pemupukan susulan pertama diberikan
dengan dosis




dari total kebutuhan pupuk N yaitu NPK 0,16 g/tanaman dan ZA

0,72 g/tanaman dan




dari total pemupukan K yaitu KCl 0,25 g/tanaman. Pupuk

disebar merata di atas permukaan media tanam mengelilingi tanaman bawang
merah. Pemupukan susulan ke-2 dilakukan dengan cara dan dosis yang sama seperti
pemupukan susulan pertama.
6. Penyiangan
Penyiangan dilakukan satu bulan sekali dengan cara mencabut gulma yang
tumbuh di media tanam.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan cara preventif. Apabila terdapat
serangan hama, maka dilakukan pengendalian secara intensif. Adapun
pengendaliannya menggunakan bahan aktif yang sesuai dengan target hama dan
penyakit yang menyerang adalah sebagai berikut:
a) Ulat bawang (Spodoptera exigua) menggunakan perangkap hormon
untuk menangkap ngengat ulat bawang. Apabila melebihi ambang batas
maka dilakukan penyemprotan dengan bahan aktif Klorpirifos,

20

Deltametrin,

Klorfluazuron,

Diflubenzuron,

Triazofos,

dan

Fenpropatrin.
b) Bercak

ungu

(Alternaria

porri)

menggunakan

bahan

aktif

Azoksistrobin, Heksakonazol, Karbendazim, Klorotalanil, Mankozeb,
Tebukonazol, Tembaga hidroksida, Fenarimol, Difenokonazol dan
Maneb.
c) Thrips (T. tabaci) menggunakan bahan aktif Permetrin, Piraklofos, dan
Kartap hidroklorida.
d) Lalat penggorok daun (Liriomyza sp) menggunakan bahan aktif
Siromazin,

Siromazin,

Dimehipo,

Abamektin,

Bensulfat,

dan

Klorfenapir.
e) Embun tepung palsu (Peronospora destructor) menggunakan bahan
aktif Klorotalonil dan Asam fosit.
f) Otomatis (Colletotrichum gloeosporioides) menggunakan bahan aktif
Karbendazim dan Metiram (Bagus K. Udiarto dkk., 2005).
8. Pemanenan
Panen dilakukan setelah tanaman bawang merah berumur 70 hari setelah
tanam atau dengan ciri-ciri terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak, tanaman
rebah, dan daun menguning. Pemanenan dilakukan pada saat keadaan tanah kering.

E. Parameter yang Diamati

21

1. Variabel pertumbuhan
a. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun diukur setiap 7 hari sekali setelah tanam. Hasil pengukuran
dinyatakan dalam satuan helai.
b. Jumlah anakan (buah)
Jumlah anakan diamati dengan melihat pertambahan siung selama
pertumbuhan dimulai setelah 15 HST setiap minggu dengan satuan
buah.
c. Panjang akar (cm)
Pengukuran panjang akar dilakukan pada saat setelah panen dengan
mengukur akar mulai dari leher akar sampai ujung akar terpanjang
menggunakan penggaris yang dinyatakan dalam satuan centimeter.
d. Berat segar tajuk (g)
Berat segar tajuk diamati pada akhir pengamatan dengan cara
menimbang umbi dan daun tanaman bawang merah setelah panen
menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram.
e. Berat kering tajuk (g)
Berat kering tajuk diamati dengan cara mengering anginkan umbi dan
daun tanaman bawang menggunakan oven dengan temperatur 60°C
sampai beratnya konstan menggunakan timbangan analitik dengan
satuan gram.
f. Berat segar akar (g)

22

Berat segar akar diamati pada akhir pengamatan dengan cara
menimbang akar setelah panen menggunakan timbangan analitik
dengan satuan gram.
g. Berat kering akar (g)
Berat kering akar diamati dengan cara mengering anginkan akar
menggunakan oven dengan temperatur 60°C sampai beratnya konstan
menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram.
2. Variabel hasil
a. Berat umbi per rumpun (g)
Berat umbi per rumpun ditimbang pada saat panen dengan menimbang
umbi per tanaman sampel menggunakan timbangan analitik. Hasil
pengukuran dinyatakan dalam satuan gram.
b. Produktivitas (ton/hektar)
Produktivitas diperoleh dengan perhitungan berikut:
Produktivitas= ∑ tanaman per 1 hektar x berat umbi per rumpun x 70%
Keterangan: 70% adalah persentase luas tanam bawang merah dalam 1
hektar.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan sidik ragam (Analisys of Variance)
dengan taraf α 5%, bila terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range
Test). Adapun parameter berat umbi per rumpun dan produktivitas juga dilakukan
analisis menggunakan kontras ortogonal.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian tentang “Aplikasi Night soil + Zeolit Guna Meningkatkan
Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium
ascalonicum) di Tanah Pasir Pantai” yang dilakukan pada bulan Februari sampai
dengan April 2016 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta menghasilkan data pengamatan yang disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar. Selama dilakukannya penelitian, terjadi banjir 2 kali yang
menyebabkan 15 unit tanaman rusak pada parameter jumlah daun, jumlah umbi,
panjang akar, bobot umbi per rumpun, berat segar tajuk, berat kering tajuk, berat
segar akar, berat kering akar dan produktivitas bawang merah.

A. Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah
Indikator pertumbuhan tanaman adalah dengan bertambahnya volume dan
berat biomassa yang dihasilkan selama proses pertumbuhan tanaman. Peningkatan
volume pertumbuhan tanaman dapat diukur antara lain dengan pertambahan jumlah
daun, jumlah anakan dan panjang akar, berat segar tajuk, berat kering tajuk, berat
segar akar dan berat kering akar. Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf α 5%
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata pada parameter
jumlah daun, berat segar tajuk dan berat kering tajuk, namun tidak berpengaruh
nyata pada parameter jumlah anakan dan panjang akar bawang merah, berat segar
akar dan berat kering akar. Adapun data rerata pertumbuhan bawang merah
disajikan dalam tabel berikut:

23

24

Tabel 3. Rerata jumlah akar, jumlah anakan dan panjang akar tanaman bawang
merah di tanah pasir pantai
Jumlah Jumlah Panjang
daun
anakan
Akar
Perlakuan
(helai)
(buah)
(cm)
Pupuk kandang 20 ton/hektar
32,8 b
5,50
11,30
Night soil 10 ton/hektar
42,3 ab
7,56
14,88
Night soil 20 ton/hektar
35,7 b
7,00
15,03
Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar
40,4 ab
7,39
14,38
Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar
45,9 a
7,94
15,73
Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar
39,5 ab
6,17
14,51
Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar
46,1 a
7,78
14,40
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf α 5%.
Tabel 4. Rerata berat segar tajuk, berat kering tajuk, berat segar akar dan berat
kering akar tanaman bawang merah di tanah pasir pantai
Berat
Berat
Berat
Berat
Perlakuan
segar
kering
segar
kering
tajuk (g) tajuk (g) akar (g) akar (g)
Pupuk kandang 20 ton/hektar
20,33 b
3,53 b
0,48
0,17
Night soil 10 ton/hektar
34,53 a
5,50 a
0,93
0,27
Night soil 20 ton/hektar
32,13 a
5,43 a
0,75
0,22
Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 4
38,56 a
6,56 a
0,80
0,22
ton/hektar
Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 4
37,21 a
6,27 a
0,72
0,22
ton/hektar
Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 8
34,66 a
5,82 a
1,06
0,27
ton/hektar
Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 8
32,22 a
5,15 ab
0,76
0,21
ton/hektar
1. Jumlah Daun
Daun merupakan bagian organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya proses fotosintesis. Daun akan menghasilkan fotosintat dan asimilat dari

25

hasil fotosintesis yang akan ditranslokasikan ke bagian tanaman yang lain seperti
batang dan akar (Salisbury and Ross, 1992). Berdasarkan hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian night soil + zeolit memberikan pengaruh
yang nyata dalam meningkatkan jumlah daun bawang merah di tanah pasir pantai
(lampiran 3.1). Pemberian night soil 20 ton/hektar + zeolit 8 ton/hektar dan night
soil 20 ton/hektar + zeolit 4 ton/hektar berbeda nyata dengan perlakuan pupuk
kandang 20 ton/hektar dan night soil 20 ton/hektar, namun berbeda tidak nyata
dengan perlakuan night soil 10 ton/hektar, night soil 10 ton/hektar + zeolit 4
ton/hektar dan night soil 10 ton/hektar + zeolit 8 ton/hektar. Pemberian night soil
20 ton/hektar + zeolit 8 ton/hektar dan night soil 20 ton/hektar + zeolit 4 ton/hektar
lebih baik dalam meningkatkan jumlah daun tanaman bawang di pasir pantai
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tanaman memerlukan asupan unsur hara untuk pembentukan organ
tanaman seperti daun, akar dan lain-lain selama pertumbuhannya. Tanaman akan
menyerap unsur hara dalam tanah yang kemudian akan diubah menjadi senyawasenyawa yang dibutuhkan tanaman untuk kegiatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tanaman akan menyerap unsur hara sesuai kebutuhannya sehingga sangat
bergantung pada jumlah unsur hara yang tersedia di dalam media tanam. Apabila
unsur hara yang tersedia di dalam media tanam tersebut kurang selama masa
pertumbuhan tanaman, maka akan menghambat laju pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Pemberian night soil 20 ton/hektar + zeolit 4 ton/hektar dan pemberian night
soil 20 ton/hektar + zeolit 8 ton/hektar mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah

26

daun menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara terutama
nitrogen dalam night soil mampu diserap dengan baik oleh tanaman bawang merah.
Night soil sebagai pengganti pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap,
khususnya unsur hara makro. Kandungan nitrogen dalam night soil cukup tinggi
yaitu sekitar 1,5 % dan kandungan fosfor sekitar 6,45 % (Wiharyanto Oktiawan dan
Ika Bagus Priyambada, 2005).
Nitrogen merupakan unsur esensial yang penting bagi tanaman yang diserap
dalam bentuk NH4+ dan NO3-, berfungsi untuk menyusun klorofil, protoplasma,
asam nukleat dan asam amino. Tersedianya unsur nitrogen di dalam tanah maka
penyerapan oleh tanaman juga semakin banyak. Nitrogen yang terserap berdampak
pada pembentukan klorofil menjadi lebih banyak karena klorofil terbentuk sebagian
besar oleh unsur nitrogen, magnesium dan besi. Pembentukan klorofil berhubungan
dengan jumlah daun dan luas daun karena klorofil sebagian besar terdapat pada
daun sehingga semakin banyak klorofil terbentuk maka luas daun dan jumlah daun
akan bertambah banyak pula.
Penggunaan kombinasi night soil 20 ton/hektar + zeolit 8 ton/hektar juga
mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun meski berbeda tidak nyata dengan
penambahan kombinasi night soil 20 ton/hektar + zeolit 4 ton/hektar, namun dua
kombinasi tersebut memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan pemberian
night soil 20 ton/hektar tanpa pemberian zeolit. Zeolit merupakan aluminosilikat
terhidrasi logam alkali dan logam bumi yang bergabung dalam kerangka 3 dimensi.
Zeolit memiliki kelebihan yaitu dapat mengikat air yang terjerap di dalam pori-pori
zeolit. Menurut Mumpton (1981) menyatakan bahwa pencucian unsur hara ke luar

27

zona akar menimbulkan kerugian yang cukup besar dalam penggunaan pupuk di
tanah berpasir.
Zeolit dicirikan dengan kemampuan untuk menyerap dan mendapatkan air
reversibel (water reversibly) dan bertukar beberapa elemen pokok tanpa adanya
perubahan besar struktur (Polat et al., 2004). Kemampuan menyerap dalam struktur
zeolit disebabkan adanya rongga-rongga pada zeolit sebesar 2-8 Å. Air yang masuk
ke dalam tanah pasir pantai sebagian akan masuk ke dalam rongga pada zeolit
bersama dengan kation-kation yang diberikan baik yang berasal dari