Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Jenis Mulsa dan Pupuk Kandang Ayam.

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP JENIS MULSA DAN PUPUK KANDANG AYAM SKRIPSI OLEH : DILA NOVAYANA 100301040
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP JENIS MULSA DAN PUPUK KANDANG AYAM SKRIPSI OLEH : DILA NOVAYANA 100301040 / AGROEKOTEKNOLOGI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama NIM Minat Program Studi

: Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Jenis Mulsa dan Pupuk Kandang Ayam.
: Dila Novayana : 100301040 : Budidaya Pertanian dan Perkebunan : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Rosita Sipayung, MP. Ketua

Ir. Asil Barus, MS. Anggota


Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc. Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK DILA NOVAYANA : Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Jenis Mulsa dan Pupuk Kandang Ayam, dibimbing oleh ROSITA SIPAYUNG dan ASIL BARUS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis mulsa dan dosis pupuk kandang ayam tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, pada bulan April hingga Juli 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu jenis mulsa (tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak, mulsa jerami) dan pupuk kandang ayam (tanpa pupuk, 1, 2, 3 kg/m2). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot basah umbi per sampel, bobot kering jual per sampel, bobot basah umbi per plot, dan bobot kering jual per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per plot dan bobot kering jual per plot dimana mulsa jerami padi menunjukkan hasil tertinggi. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 2 MST. Interaksi antara jenis mulsa dan pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Kata kunci : bawang merah, jenis mulsa, pupuk kandang ayam
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT DILA NOVAYANA : Response in growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) to types of mulch and application of chicken manure, supervised by ROSITA SIPAYUNG and ASIL BARUS.
This research has been conducted to obtain a certain types of mulch and dose of chicken manure which can improve the growth and yield of the sallot. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in April-July 2014 using factorial randomized block design with two factor, i.e. types of mulch (no mulch, plastic mulch, straw mulch) and dose of chicken manure (no fertilizer, 1, 2 and 3 kg/m2). Parameter observed were plant height, number of leaves per stool, number of tillers per stool, diameter of the bulbs per sample, wet bulb weight per sample, dry bulb weight per sample, wet bulb weight per plot, and dry bulb weight per plot.
The result showed that types of mulch significantly affect the parameters of wet bulb weight per plot and dry bulb weight per plot in which types of straw mulch showed the highest yields. Dose of chicken manure significantly affect the parameters plant height at 2 weeks after planting. The interaction of two factor not significantly affect on all parameters observed. Keywords : shallot, types of mulch, chicken manure
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Aek Kanopan pada tanggal 21 November 1991 dari ayah Ali Usman Sipahutar dan ibu Yusniwati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kualuh Hulu di Aek Kanopan dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai asisten praktikum di Laboratorium Agroklimatologi, Ekologi Tanaman, Laboratorium Dasar Agronomi dan Laboratorium Budidaya Tanaman Sayuran. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV Aek Nauli dari tanggal 17 Juli sampai 24 Agustus 2013.
Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Jenis Mulsa dan Pupuk Kandang Ayam”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Ali Usman Sipahutar dan Ibunda Yusniwati yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Rosita Sipayung, MP., selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Asil Barus, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta sahabat dan teman di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi budidaya bawang merah serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 4 Kegunaan Penelitian ................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ............................................................................................. 4 Syarat Tumbuh............................................................................................... 5 Iklim....................................................................................................... 5 Tanah...................................................................................................... 6 Jenis Mulsa..................................................................................................... 7 Pupuk Kandang Ayam ................................................................................... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................ 11 Bahan dan Alat............................................................................................... 11 Metode Penelitian .......................................................................................... 11 Pelaksanaan Penelitian................................................................................... 14 Persiapan lahan.................................................................................. 14 Persiapan bibit ................................................................................... 14 Pemupukan ........................................................................................ 14 Pemberian mulsa .............................................................................. 14 Penanaman ........................................................................................ 15 Pemeliharaan ..................................................................................... 15
Universitas Sumatera Utara


Penyiraman .............................................................................. 15 Penyulaman.............................................................................. 15 Penyiangan dan pembumbunan ............................................... 15 Pengendalian hama dan penyakit............................................. 15 Panen ................................................................................................. 16 Pengeringan ....................................................................................... 16 Peubah Amatan .............................................................................................. 16 Tinggi tanaman (cm) ......................................................................... 16 Jumlah daun per rumpun (helai)........................................................ 16 Jumlah anakan per rumpun (anakan)................................................. 17 Diameter umbi per sampel (mm)....................................................... 17 Bobot basah umbi per sampel (g)...................................................... 17 Bobot kering jual umbi per sampel (g).............................................. 17 Bobot basah umbi per plot (g) ........................................................... 17 Bobot kering jual umbi per plot (g)................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...................................................................................................... 18 Pembahasan ........................................................................................... 28 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 34 Saran ..................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Rataan tinggi tanaman bawang merah umur 2-6 MST (cm) pada
perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam.................... 19 2. Rataan jumlah daun tanaman bawang merah umur 2-6 MST (cm) pada
perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam.................... 21 3. Rataan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 2-6
MST (cm) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam .......................................................................................................... 22 4. Rataan diameter umbi per sampel tanaman bawang merah (mm) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam.................... 23 5. Rataan bobot basah umbi per sampel tanaman bawang merah (g) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam.................... 24 6. Rataan bobot kering jual umbi per tanaman tanaman bawang merah (g) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam...... 25 7. Rataan bobot basah umbi per plot tanaman bawang merah (g) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam.................... 26 8. Bobot kering jual umbi per plot tanaman bawang merah (g) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam.................... 27
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR No. Hal. 1. Hubungan tinggi tanaman pada umur 2 MST dengan pemberian
pupuk kandang ayam ................................................................................ 20 2. Hubungan bobot basah umbi per plot tanaman bawang merah dengan
berbagai jenis mulsa.................................................................................. 26 3. Hubungan bobot kering jual umbi per plot tanaman bawang merah
dengan berbagai jenis mulsa ..................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan Plot Penelitian................................................................................ 37 2. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian .................................................. 38 3. Deskripsi Varietas Bawang Merah ........................................................... 39 4. Kebutuhan Pupuk Tanaman Bawang Merah dan Mulsa Jerami ............... 40 5. Hasil Analisis Tanah ................................................................................. 41 6. Hasil Analisis Pupuk Kandang Ayam....................................................... 41 7. Data Curah hujan ...................................................................................... 42 8. Data Kelembaban Udara ........................................................................... 43 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ...................................... 44 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ...................................................... 44 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) ...................................... 45 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ...................................................... 45 13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ...................................... 46 14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ...................................................... 46 15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm) ...................................... 47 16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ...................................................... 47 17. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) ...................................... 48 18. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ...................................................... 48 19. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai)......................................... 49 20. Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ........................................................... 49 21. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai)......................................... 50 22. Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST ........................................................... 50 23. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai)......................................... 51 24. Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST .......................................................... 51 25. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai)......................................... 52 26. Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST ......................................................... 52 27. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai)......................................... 53 28. Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST ........................................................... 53 29. Data Pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun 2 MST (anakan) ........... 54 30. Sidik Ragam Jumlah Anakan per Tanaman 2 MST.................................. 54 31. Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun 3 MST (anakan)............. 55 32. Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun 3 MST .................................... 55 33. Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun 4 MST (anakan)............. 56 34. Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun 4 MST .................................... 56 35. Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun 5 MST (anakan)............. 57 36. Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun 5 MST .................................... 57 37. Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun 6 MST (anakan)............. 58 38. Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun 6 MST .................................... 58
Universitas Sumatera Utara


39. Data Pengamatan Diameter Umbi per Sampel (mm)................................ 59 40. Sidik Ragam Diameter Umbi per Sampel (mm)....................................... 59 41. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Tanaman (g) ........................... 60 42. Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Tanaman (g) .................................. 60 43. Data Pengamatan Bobot Kering Jual Umbi per Tanaman (g) .................. 61 44. Sidik Ragam Bobot Kering Jual Umbi per Tanaman (g).......................... 61 45. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Plot (g).................................... 62 46. Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Plot (g) ........................................... 62 47. Data Pengamatan Bobot Kering Jual Umbi per Plot (g)........................... 63 48. Sidik Ragam Bobot Kering Jual Umbi per Plot (g) .................................. 63 49. Foto Umbi Per Perlakuan.......................................................................... 64
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK DILA NOVAYANA : Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Jenis Mulsa dan Pupuk Kandang Ayam, dibimbing oleh ROSITA SIPAYUNG dan ASIL BARUS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis mulsa dan dosis pupuk kandang ayam tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, pada bulan April hingga Juli 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu jenis mulsa (tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak, mulsa jerami) dan pupuk kandang ayam (tanpa pupuk, 1, 2, 3 kg/m2). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot basah umbi per sampel, bobot kering jual per sampel, bobot basah umbi per plot, dan bobot kering jual per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per plot dan bobot kering jual per plot dimana mulsa jerami padi menunjukkan hasil tertinggi. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 2 MST. Interaksi antara jenis mulsa dan pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Kata kunci : bawang merah, jenis mulsa, pupuk kandang ayam
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT DILA NOVAYANA : Response in growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) to types of mulch and application of chicken manure, supervised by ROSITA SIPAYUNG and ASIL BARUS.
This research has been conducted to obtain a certain types of mulch and dose of chicken manure which can improve the growth and yield of the sallot. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in April-July 2014 using factorial randomized block design with two factor, i.e. types of mulch (no mulch, plastic mulch, straw mulch) and dose of chicken manure (no fertilizer, 1, 2 and 3 kg/m2). Parameter observed were plant height, number of leaves per stool, number of tillers per stool, diameter of the bulbs per sample, wet bulb weight per sample, dry bulb weight per sample, wet bulb weight per plot, and dry bulb weight per plot.
The result showed that types of mulch significantly affect the parameters of wet bulb weight per plot and dry bulb weight per plot in which types of straw mulch showed the highest yields. Dose of chicken manure significantly affect the parameters plant height at 2 weeks after planting. The interaction of two factor not significantly affect on all parameters observed. Keywords : shallot, types of mulch, chicken manure
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah adalah salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, khasiatnya sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotik, menurunkan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah (Irawan, 2010).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi bawang merah pada tahun 2012 sebanyak 964,22 ribu ton mengalami peningkatan sebanyak 71,10 ribu ton (7,96 persen) dibandingkan pada tahun 2011. Produksi bawang merah dalam negeri cukup memadai secara kuantitas dalam mensuplai kebutuhan konsumsi, namun karena tingkat ketersediaan yang fluktuatif khususnya pada bulan Desember – April, maka terjadi gejolak harga di pasaran. Solusi penyediaan antara lain dari impor bawang merah (Kementrian Pertanian, 2011). Berdasarkan data 2012, produksi bawang merah di Sumut hanya 14.156 ton, sementara kebutuhannya telah mencapai 41.863 ton atau defisit 27.707 ton. Selama ini bawang masih didatangkan dari daerah lain seperti Brebes atau bahkan diimpor untuk memenuhi kebutuhan domestik Sumut.
Untuk mengatasi masalah tersebut ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian agar produksi yang diharapkan dapat tercapai. Selain dari sistem budidayanya, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Bawang merah tidak tahan kekeringan karena akarnya yang pendek. Selama pertumbuhan dan perkembangan umbi, dibutuhkan air yang cukup banyak. Namun, tanaman bawang merah tidak tahan terhadap tempat yang
Universitas Sumatera Utara


tergenang air. Banyaknya air di musim hujan dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Rahayu dan Berlian, 1999).
Salah satu upaya manipulasi lingkungan tanaman yaitu dengan pemberian mulsa. Melalui teknologi pemulsaan dapat menurunkan suhu tanah, mencegah evaporasi dan akibatnya lahan tidak kekurangan air , mampu menahan hantaman butiran air hujan, serta mencegah persaingan dengan tanaman pengganggu sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman (Umboh, 2000).
Hasil penelitian Tabrani dkk. (2005) menunjukkan penggunaan mulsa alang – alang, plastik transparan dan mulsa plastik hitam perak berpengaruh terhadap semua parameter bawang merah yang diamati. Hasil penelitian Ansar (2012) pada tanaman bawang merah menunjukkan bahwa pemberian mulsa jerami padi dan mulsa plastik hitam dapat meningkatkan bobot segar umbi per hektar masing-masing 29,3 % dan 24,7 % dibanding tanpa mulsa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah lokal melalui teknik budidaya adalah dengan pemberian pupuk kandang (Latarang dan Syukur, 2006). Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2010).
Hasil penelitian Rahmah (2013) dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per plot, dan jumlah siung per sampel. Secara umum pemberian pupuk kandang ayam 120 g/tanaman meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah.
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara/bahan organik tanah dengan pemberian pupuk kandang ayam pada jenis mulsa tertentu sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap jenis mulsa dan dosis pupuk kandang ayam. Hipotesa Penelitian
Penggunaan jenis mulsa tertentu dan dosis pupuk kandang ayam tertentu serta interaksi keduanya nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.). Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae,
Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili: Liliaceae, Genus: Allium, Species: Allium ascalonicum L. (Steenis dkk., 2005).
Bawang merah merupakan terna rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 2008).
Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas. Dibagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepahpelepah daun. Batang semu berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (Rukmana, 1995).
Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak. Daun berwarna hijau (Rahayu dan Berlian, 1999).
Bawang merah memiliki umbi lapis yang bervariasi. Ada yang berbentuk bulat, bundar seperti gasing terbalik sampai pipih. Ukuran umbi ada yang besar, sedang dan kecil. Warna kulit umbi ada yang kuning, merah muda, hingga merah tua ataupun merah keunguan. Baik biji maupun umbi lapis dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Jaelani, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Bunga bawang merah berbentuk tandan yang mengandung 50 – 200 kuntum bunga. Setelah tepung sari matang, tangkai bunga berhenti memanjang. Bunga bawang merah adalah bunga sempurna yang terdiri dari 5 – 6 helai benang sari dan sebuah putik. Bunga berwarna putih dan bakal buah duduk di atas membentuk bangun segitiga sehingga kelihatan seperti kubah (Samadi dan Cahyono, 2005).
Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium) terbalik atau dikenal dengan istilah anatropus. Oleh karenanya, bakal biji bawang merah dekat dengan plasentanya. Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua, biji akan berwarna hitam (Rahayu dan Berlian, 1999). Syarat Tumbuh Iklim
Budidaya bawang merah pada daerah-daerah yang beriklim kering, dengan suhu udara yang cukup tinggi dan penyinaran matahari yang penuh akan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Secara umum tanaman bawang merah lebih cocok diusahakan secara agribisnis/komersial di daerah dataran rendah pada akhir musim penghujan, atau pada saat musim kemarau, dengan penyediaan air irigasi yang cukup untuk keperluan tanaman (Deptan, 2003).
Pertumbuhan tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, iklim, CO2 yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Gardner, dkk., 1991).
Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70 % penyinaran), suhu udara 250 – 320 C, dan kelembaban nisbi 50 –
Universitas Sumatera Utara

70 %. Tanaman bawang merah masih dapat membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya rata – rata 220 C tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu udara lebih panas (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (0-900 m dpl) dengan curah hujan 300-2500 mm/th. Namun, pertumbuhan tanaman maupun umbi yang terbaik di ketinggian sampai 250 m dpl. Bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di ketinggian 800-900 m dpl, tetapi umbinya lebih kecil dan warnanya juga kurang mengilap. Selain itu, umurnya lebih panjang dibanding umur tanaman di dataran rendah karena suhu di dataran tinggi lebih rendah (Rahayu dan Berlian, 1999). Tanah
Berbagai tipe tanah dapat ditanami bawang merah, tetapi harus memenuhi syarat antara lain gembur, kandungan humus tinggi, serta drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) baik (Umboh, 2000). Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu (Wibowo, 2008).
Kemasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah agak masam sampai normal (6,0-6,8). Tanah ber-pH 5,5-7,0 masih dapat digunakan untuk penanaman bawang merah. Tanah yang terlalu asam dengan pH di bawah 5,5 banyak mengandung garam aluminium (Al). Garam ini bersifat racun sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Di tanah yang terlalu basa dengan pH lebih dari 7, garam mangan (Mn) tidak dapat diserap oleh tanaman. Akibatnya umbi yang dihasilkan kecil dan produksi tanaman rendah (Rahayu dan Berlian, 1999).
Universitas Sumatera Utara

Jenis Mulsa Mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di
permukaan tanah atau lahan pertanian. Metode pemulsaan dapat dikatakan sebagai metode hasil penemuan petani (Umboh, 2000). Pemulsaaan merupakan suatu cara memperbaiki tata udara tanah dan juga tersedianya air bagi tanaman (dapat diperbaiki). Selain itu pemberian mulsa dapat mempercepat pertumbuhan tanaman yang baru ditanam (Barus, 2006).
Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, bahan mulsa pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu mulsa organik, mulsa anorganik, dan mulsa kimia-sintesis (Umboh, 2000). Hasil penelitian Mayun (2007), terjadi perbedaan yang nyata antara pemberian mulsa jerami padi (M1) dengan tanpa pemberian mulsa (M0) terhadap jumlah daun per rumpun pada hasil umbi. Pemberian mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil umbi kering sebesar 4,49 Ku Ha-1 atau terjadi peningkatan sebesar 35,13%.
Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas et al., 1993).
Permukaan perak dari MPHP dimaksudkan agar pemantulan (refleksi) radiasi matahari dipertinggi. Tingginya pemantulan radiasi matahari ini memiliki efek ganda. Efek pertama ialah memperkecil panas yang mengalir ke tanah sehingga kemungkinan suhu tanah dapat diturunkan, sementara efek kedua ialah

Universitas Sumatera Utara

memperbesar radiasi matahari yang dapat diterima oleh daun – daun tanaman sehingga kemungkinan proses fotosintesis dapat ditingkatkan. Permukaan hitam dimaksudkan untuk lebih membatasi radiasi matahari yang menembus sampai ke permukaan tanah sehingga keadaan permukaaan tanah menjadi gelap total. Keadaan ini akan menekan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) (Umboh, 2000).
Hasil penelitian Tabrani dkk (2005) perlakuan mulsa plastik hitam perak meningkatkan tinggi tanaman, bobot basah, bobot basah dan bobot produksi bawang merah bila dibandingkan dengan tanpa mulsa berbeda dengan perlakuan yang lainnya.
Sungkup plastik bening setebal 0,13 mm meningkatkan suhu tanah ratarata 0,30 C dibanding tanpa sungkup pada semua ketinggian tempat. Mulsa jerami padi menurunkan suhu tanah rata-rata 2,5 %, sedangkan mulsa plastik hitam meningkatkan suhu tanah rata-rata 1,3 % dibanding tanpa mulsa. Mulsa jerami padi dan plastik hitam meningkatkan kadar lengas tanah masing-masing 9,9 % dan 9,2 % dibanding tanpa mulsa (Ansar, 2012).
Pemberian mulsa memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah umbi yang dipanen. Dengan pemberian mulsa jerami padi sebanyak 10 ton/ha, umbi bawang merah yang tumbuh dangkal di permukaan tanah menjadi terlindungi dari pengaruh cuaca dan jasad pengganggu karena kondisi kelembaban tanah dapat dipertahankan menjadi konstan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian mulsa 10 ton/ha dapat memberikan konstribusi peningkatan hasil nyata dengan rata – rata 700 kg/ha atau kenaikan hasil 20 % (Gurning dan Arifin, 1994).
Universitas Sumatera Utara

Pupuk Kandang Ayam Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.
Hewan ternak yang banyak dimanfaatkan kotorannya antara lain ayam, kambing, sapi, kuda, dan babi. Kotoran yang dimanfaatkan biasanya berupa kotoran padat atau cair yang digunakan secara terpisah maupun bersamaan (Musnamar, 2003). Kandungan hara dalam pukan sangat menentukan kualitas pukan. Pupuk kandang ayam mengandung hara 57% H2O, 29% bahan organik, 1,5% N, 1,3% P2O5, 0,8% K2O, 4% CaO dengan rasio C/N 9-11 (Hartatik dan Widowati, 2010).
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah dengan mengintensifkan penggunaan lahan dan pemberian pupuk yang optimal. Pemberian pupuk organik sangat baik digunakan untuk memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan lebih ramah terhadap lingkungan (Yetti dan Elita, 2008). Dosis pupuk kandang ayam yang terbaik untuk tanaman bawang merah adalah 20 ton/ha (Samadi dan Cahyono, 2005).
Pupuk kandang ayam meningkatkan bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan volume umbi. Produksi umbi yang lebih tinggi ini disebabkan kandungan unsur hara N, P, K pada pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pada pupuk kandang sapi (Jazilah, dkk., 2007).
Kandungan unsur hara pupuk kandang dapat hilang karena beberapa faktor, antara lain penguapan, penyerapan, dekomposisi dan penyimpanan. Proses penguapan dan penyerapan dapat menyebabkan hilangnya kandungan hara N dan K rata – rata setengah dari semula, sedangkan P sekitar sepertiganya. Penyimpanan di tempat terbuka dalam waktu lama akan menambah besarnya
Universitas Sumatera Utara

kehilangan unsur N. Selain kehilangan dalam bentuk ammonia (menguap), juga terjadi pencucian senyawa nitrat oleh air hujan. Pencucian ini berlaku juga untuk unsur K dan P (Musnamar, 2003).
Jumlah unsur hara yang dikandung dimana semakin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan semakin banyak jumlah unsur hara yang terkandung dan tersedia bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Latarang dan Syukur, 2006).
Pupuk kandang segar mempunyai C/N = 25. Bila langsung dipupuk ke dalam tanah, jasad renik akan menarik N dari dalam tanah. Kenyataannya dalam penarikan N ini akan berlangsung persaingan diantara jasad renik, peristiwa persaingan antara jasad renik di dalam tanah disebut immobilisasi N. Pupuk kandang mempunyai cara kerja yang lambat karena harus mengalami proses – proses perubahan terlebih dahulu sebelum dapat diserap tanaman (Sutejo, 2002).
Umbi bawang merah termasuk umbi lapis yang sekaligus merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan calon tanaman baru sebelum dapat memanfaatkan unsur hara yang ada dalam tanah. Pertumbuhan awal tanaman sangat ditentukan oleh berat benih dan juga calon mata tunas yang terdapat pada pangkal umbi lapis. Bibit bawang merah yang berukuran kecil kemungkinan dapat menghasilkan umbi yang besar jika diberikan dosis pupuk kandang sapi yang tinggi dan sebaliknya bibit yang besar cukup diberikan pupuk kandang dengan dosis sedang atau rendah. Penggunaan bibit yang lebih berat diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kandang karena pada bibit yang berat memiliki cadangan makanan yang lebih banyak untuk pertumbuhannya (Lana, 2010).
Universitas Sumatera Utara


BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai pada bulan April 2014 sampai dengan Juli 2014. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu bibit bawang merah varietas Bima, mulsa plastik hitam perak, mulsa jerami padi, pupuk kandang ayam, urea, TSP, dan KCl, dan fungisida berbahan aktif propineb.
Alat yang digunakan yaitu cangkul, pisau/cutter, handsprayer, pacak
sampel, meteran, timbangan digital, gembor, jangka sorong digital, dan alat tulis. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor : Faktor I : Penggunaan mulsa (M) dengan 3 jenis, yaitu :
M0 : Tanpa mulsa M1 : Mulsa plastik hitam perak M2 : Mulsa jerami padi Faktor II : Pupuk kandang ayam (P) dengan 4 taraf, yaitu : P0 : tanpa pupuk P1 : 1 kg/plot P2 : 2 kg/plot P3 : 3 kg/plot
Universitas Sumatera Utara

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :

M0P0

M1P0

M2P0

M0P1


M1P1

M2P1

M0P2

M1P2

M2P2

M0P3

M1P3

M2P3

Jumlah ulangan

: 3 ulangan


Jumlah plot

: 36 plot

Ukuran plot

: 100 cm x 100 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Jumlah tanaman/plot

: 25 tanaman


Jumlah sampel per plot

: 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 900 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

dimana :

Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan

jenis mulsa cara ke-j dan pukan ayam taraf ke-k

μ : Nilai tengah

ρi : Efek blok ke-i αj : Efek jenis mulsa pada cara ke-j βk : Efek perlakuan pukan ayam pada taraf ke-k

Universitas Sumatera Utara

(αβ)jk : Efek interaksi dari jenis mulsa pada cara ke-j dan perlakuan pukan pada taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, jenis mulsa pada cara ke-j dan perlakuan pukan ayam pada taraf ke-k Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,
maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan Areal pertanaman diukur sesuai kebutuhan, dibersihkan dari rerumputan,
sisa – sisa tanaman, dan batu – batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, lalu tanah dicangkul dengan kedalaman sekitar 25 cm. Dibuat plot – plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Selanjutnya lahan dibiarkan selama seminggu. Persiapan Bahan Tanam
Untuk bahan tanam yang akan dipakai, dipilih bibit dengan berat yang relatif sama yaitu 5 gram/siung, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering dibersihkan dari sisa – sisa akar yang masih ada. Pemupukan
Pemberian pupuk kandang ayam dilakukan satu minggu sebelum tanam sesuai dengan perlakuan yaitu 0, 1, 2, dan 3 kg/plot. Pupuk dicampurkan secara merata di permukaan tanah kemudian disiram hingga lembab. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk urea, TSP dan KCl sesuai dengan dosis anjuran seperti tertera pada Lampiran 4. Aplikasi pupuk dilakukan secara tugal di sekitar lubang tanam. Pemupukan urea dilakukan 2 kali yaitu pada saat penanaman dan pada saat tanaman berumur 30 HST. Pemupukan TSP dan KCl dilakukan pada saat penanaman. Pemberian Mulsa
Mulsa plastik hitam perak dipasang sebelum tanam pada siang hari saat matahari bersinar cerah agar bahan mulsa memuai maksimal. Kemudian bagian pinggiran bedengan diberi paku bilahan bambu. Pemasangan mulsa jerami padi
Universitas Sumatera Utara

dilakukan setelah penanaman dengan cara meratakannya di atas permukaan petakan. Penanaman
Sebelum penanaman, MPHP dilubangi dengan alat pelubang dari kaleng susu bekas berukuran diameter 10 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Kemudian umbi dimasukkan ke lubang tanam. Sebelumnya, umbi dipotong seperempat bagian lalu dikeringanginkan selama satu malam. Bagian ujung umbi yang terpotong ditutup tanah dengan tipis. Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi lapangan. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi bibit cadangan yang sama pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma di sekitar lubang tanam agar perakaran tanaman tidak terganggu, yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pembumbunan dilakukan pada umur 4 MST hingga 6 MST dengan interval satu minggu. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mengambil ulat bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman yang terserang dan untuk
Universitas Sumatera Utara

penyakit dilakukan dengan fungisida berbahan aktif propineb dengan konsentrasi 2 g/l air. Penyemprotan fungisida dilakukan 3 kali selama penanaman. Panen
Panen dilakukan pada saat bawang merah berumur 65 hari dengan kriteria panen antara lain: daun menguning sekitar 70 – 80% dari jumlah tanaman dan sudah mulai layu, pangkal batang mengeras, umbi padat tersembul sebagian di atas tanah, dan warna kulit mengkilap. Panen dilakukan dengan cara membongkar umbi beserta batangnya dengan menggunakan tangan lalu akar dan tanahnya dibersihkan. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan menebar/membentang umbi diatas plastik pada ruangan dengan suhu 27 – 28°C. Pengeringan dilakukan hingga penyusutan bobot umbi mencapai 20%. Pengeringan dilakukan selama satu minggu setelah dilakukan penimbangan bobot basah. Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal umbi sampai ke ujung daun terpanjang. Dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST hingga 6 MST dengan interval satu minggu sekali. Jumlah Daun per Rumpun (helai)
Dihitung jumlah seluruh daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya, dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST sampai 6 MST dengan interval satu minggu sekali.
Universitas Sumatera Utara

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) Dihitung jumlah anakan yang terbentuk dalam satu rumpun, dilakukan
setelah tanaman berumur 2 MST sampai 6 MST dengan interval satu minggu sekali. Diameter Umbi per Sampel (mm)
Diamater umbi per sampel diukur setelah tanaman selesai dipanen, dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun dipotong sekitar 1 cm dari umbi. Diameter umbi dihitung dengan menggunakan alat jangka sorong. Bobot Basah Umbi per Sampel (g)
Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen, dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun dipotong sekitar 1 cm dari umbi. Bobot Kering Jual Umbi per Sampel (g)
Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah dibersihkan dan dikeringanginkan selama sekitar 10 hari dan penyusutan bobot umbi mencapai 20%. Bobot Basah Umbi per Plot (g)
Bobot basah umbi per plot ditimbang setelah dilakukan panen, dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran. Bobot Kering Jual Umbi per Plot (g)
Bobot kering umbi per plot ditimbang setelah dibersihkan dan dikeringanginkan pada suhu ruangan selama sekitar 10 hari dan penyusutan bobot umbi mencapai 20%.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9 – 48) diketahui bahwa jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per plot dan bobot kering jual umbi per plot. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 2 MST. Interaksi antara jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9 – 18), diketahui bahwa jenis mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman sedangkan pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST dan berpengaruh tidak nyata pada umur 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Interaksi antara jenis mulsa dan pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman umur 2 – 6 MST pada perlakuan jenis mulsa dan pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman bawang merah umur 2 – 6 MST (cm) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam

Pupuk Kandang Ayam

Umur

Jenis Mulsa

P0 (tanpa pupuk)

P1 P2 P3 Rataan (1 kg/plot) (2 kg/plot) (3 kg/plot)

M0 (tanpa mulsa )

26,18 29,06 30,83 28,28 28,59

2 MST M1 (mulsa plastik hitam perak) 25,60 26,61

27,59

27,69

26,87

M2 (mulsa jerami padi)

25,83 29,28 27,89 28,03 27,76

Rataan

25,87 b 28,32 a 28,77 a 28,00 a 27,74

3 MST

M0 (tanpa mulsa ) M1 (mulsa plastik hitam perak) M2 (mulsa jerami padi)

31,39 31,03 31,21

35,72 32,93 35,87

34,44 33,94 31,13

33,47 34,18 34,01

33,75 33,02 33,06

Rataan

31,21 34,84 33,17 33,88 33,28

M0 (tanpa mulsa )

36,82 37,93 38,43 37,35 37,63

4 MST M1 (mulsa plastik hitam perak) 33,81 33,78

36,34

35,57

34,88

M2 (mulsa jerami padi)

34,59 39,06 34,82 37,18 36,41

Rataan

35,07 36,92 36,53 36,70 36,31

5 MST

M0 (tanpa mulsa ) M1 (mulsa plastik hitam perak) M2 (mulsa jerami padi)

32,61 35,10 36,41

38,03 36,31 38,83

38,17 36,15 34,74

38,13 36,20 37,76

36,74 35,94 36,94

Rataan

34,71 37,72 36,36 37,36 36,54

M0 (tanpa mulsa )

31,81

6 MST M1 (mulsa plastik hitam perak) 34,49

36,43 35,43

36,43 35,53

37,46 35,33

35,53 35,20

M2 (mulsa jerami padi)

35,79 38,46 34,30 36,35 36,23

Rataan

34,03 36,77 35,42 36,38 35,65

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan pada pengamatan tinggi tanaman bawang merah

pada umur 2-4 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa mulsa (M0).

Sedangkan pada umur 5-6 MST tanaman tertinggi diperoleh pada mulsa jerami

padi (M2) dimana pada umur 6 MST tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada

mulsa jerami (M2) yaitu 36,23 cm dan terendah pada M1 (mulsa plastik hitam

perak) yaitu 35,20 cm.

Tinggi tanaman pada umur 2 MST pada pemberian pupuk kandang ayam

tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (28,77 cm) yang berbeda nyata dengan

Universitas Sumatera Utara

perlakuan P0 namun tidak berbeda nyata dengan P1 dan P3. Sedangkan tinggi tanaman terendah pada P0 (tanpa pupuk) yang berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3. Pada umur 3-6 MST tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (1 kg/plot) dan terendah pada P0 (tanpa pupuk).
Hubungan tinggi tanaman bawang merah umur 2 MST dengan pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Gambar 1.
29

Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

28 ŷ = -0,803x2 + 3,096x + 25,90 r = 0,9969
27

26

25 0

12 Pupuk Kandang Ayam (Kg/plot)

3

Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman pada umur 2 MST dengan pemberian pupuk kandang ayam

Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin banyak pupuk kandang ayam

yang diberikan (1 kg/plot dan 2 kg/plot) maka tinggi tanaman pada umur 2 MST

semakin meningkat namun mengalami penurunan pada pemberian pupuk kandang

ayam 3 kg/plot .

Jumlah Daun per Rumpun (helai)

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 19 – 28), diketahui bahwa jenis

mulsa dan pupuk kandang ayam serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak

nyata terhadap jumlah daun per rumpun.

Universitas Sumatera Utara

Rataan jumlah daun per rumpun bawang merah umur 2 – 6 MST pada

perlakuan jenis mulsa dan pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun per rumpun bawang merah umur 2 – 6 MST (helai) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam

Pupuk Kandang Ayam

Umur

Jenis Mulsa

P0 (tanpa pupuk)

P1 P2 P3 Rataan (1 kg/plot) (2 kg/plot) (3 kg/plot)

2 MST

M0 (tanpa mulsa ) M1 (mulsa plastik hitam perak) M2 (mulsa jerami padi)

15,07 14,87 13,73

19,67 14,40 17,27

15,40 17,13 18,07

15,00 16,13 19,60

16,28 15,63 17,17

Rataan

14,56 17,11 16,87 16,91 16,36

M0 (tanpa mulsa )

17,00

3 MST M1 (mulsa plastik hitam perak) 15,47

19,40 15,33

16,20 17,00

16,20 19,93

17,20 16,93

M2 (mulsa jerami padi)

16,13 20,27 19,20 17,73 18,33

Rataan

16,20 18,33 17,47 17,96 17,49

4 MST

M0 (tanpa mulsa ) M1 (mulsa plastik hitam perak) M2 (mulsa jerami padi)

18,00 21,87 21,00

22,20 21,80 24,53

21,67 21,00 20,87

20,40 24,67 25,07

20,57 22,33 22,87

Rataan

20,29 22,84 21,18 23,38 21,92

5 MST

M0 (tanpa mulsa ) M1 (mulsa plastik hitam perak) M2 (mulsa jerami padi)

17,00 26,67 23,13

23,53 23,60 24,27

22,47 21,73 21,07

18,53 26,33 26,27

20,38 24,58 23,68

Rataan

22,27 23,80 21,76 23,71 22,88

M0 (tanpa mulsa )

14,73 21,20 19,53 18,00 18,37

6 MST M1 (mulsa plastik hitam perak) 23,87 20,73

18,27

23,60

21,62

M2 (mulsa jerami padi)

22,33 21,13 18,80 24,93 21,80

Rataan

20,31 21,02 18,87 22,18 20,59

Tabel 2 menunjukkan jumlah daun bawang merah umur 2-4 MST

terbanyak diperoleh pada perlakuan M2 (mulsa jerami padi). Sedangkan pada umur 5 MST jumlah daun terbanyak diperoleh pada mulsa plastik hitam perak

(M1). Pada umur 6 MST jumlah daun terbanyak diperoleh pada mulsa jerami

(M2) yaitu 21,80 helai dan terendah pada M0 (tanpa mulsa) yaitu 18,37 helai.

Jumlah daun bawang merah pada umur 2-5 MST pada pemberian pupuk

kandang ayam terbanyak diperoleh pada perlakuan P1 (1 kg/plot). Sedangkan pada

Universitas Sumatera Utara

umur 6 MST jumlah daun terbanyak diperoleh pada P3 (3 kg/plot) yaitu 22,18

helai dan terendah pada P2 (2 kg/plot) yaitu 18,87 helai.

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 29 – 38), diketahui bahwa jenis

mulsa dan pupuk kandang ayam serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak

nyata terhadap jumlah anakan per rumpun.

Rataan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 2 – 6

MST pada perlakuan jenis mulsa dan pupuk kandang ayam dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah anakan per rumpun bawang merah 2 – 6 MST (anakan) pada perlakuan jenis mulsa dan pemberian pupuk kandang ayam Pupuk Kandang Ayam

Umur

Jenis Mul