Respons Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing Dan Urine Kambing

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum

L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING

DAN URINE KAMBING

SKRIPSI

Oleh:

DEDI MIKARDO GINTING 070301025 / BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum

L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING

DAN URINE KAMBING

SKRIPSI

Oleh:

DEDI MIKARDO GINTING 070301025 / BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan

Disetujui Oleh :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B. Msc) (Ir. Rosita Sipayung, MP)

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAK

Dedi Mikardo Ginting. Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing

dan Urine Kambing dibimbing oleh T Chairun Nisa dan Rosita Sipayung.

Kompos kascing merupakan pupuk organik yang berasal dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi. Urine kambing adalah salah satu jenis pupuk kandang berupa cairan yang bersifat pupuk panas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancangan acak faktorial 2 faktor yaitu kompos kascing (0, 20, 30, 40 g/tanaman) dan urine kambing (0, 100, 200 cc/l air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering dan jumlah siung. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara kompos kascing dan urine kambing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Perlakuan kompos kascing berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar dan bobot kering. Urine kambing tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Kata kunci: bawang merah, kompos kascing, urine kambing ABSTRACT

Dedi Mikardo Ginting. Respons of growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.)to application of kascing compost and goat urine,

supervised by T Chairun Nisa and Rosita Sipayung.

Kascing compost is an organic fertilizer derived from the digestive process in the worm's body and disposed as worms manure that have been fermented. Urine is one type of goat manure in the form of liquid fertilizer that is hot. A study has been conducted at the Faculty of

Agriculture USU’s field with a height of 25 m above sea level during March – May 2011, using a randomized block design with two factors, which are

kascing compost (0, 20, 30, 40 g/plant) and goat urine ( 0, 100,200 cc/l water). The parameters observed were plant height, leaf number, tillers number, fresh and dry weight of bulbs and bulb number. The results showed that interaction of kascing and urine treatment significantly increase plant height, leaf number, tiller number. Kascing compost treatment significantly influenced to plant height, leaf number, tiller number, fresh and dry weightof bulbs. Goat urine did not significantly influenced all parameters


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 21 mei 1990 dari ayahanda Musim ginting S P.d dan ibunda Suranta Br Tarigan S P.d. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Agronomi.

Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Laboratorium Nutrisi Tanaman, dan Laboratorium Tanaman Perkebunan. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN 3 Kebun Gunung Pamela Kabupaten serdang Bedagai pada bulan Juli sampai Agustus 2010.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Bawang merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing dan Urine Kambing” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Ir. T. Cairun Nissa B. M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan kepada ibu Ir. Rosita Sipayung, MP selaku angota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini, bapak Heron Tarigan, SP selaku kepala BMKG Wilayah I Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan dengan memberikan data curah hujan pada saat penelitian ini berlangsung.

Rasa hormat penulis ucapakan kepada ayahanda Musim Ginting, S.Pd dan ibunda Suranta Br Tarigan, S.Pd yang telah memberikan dorongan baik moriil dan materiil, serta kepada adik-adik tercinta Reavando Ginting, Albert D. Ginting dan Devi R. Br ginting yang telah memberikan motivasi, serta kepada Lenni Asnita Lingga S.Pi yang telah banyak memberi semangat dan teman-teman budidaya pertanian 2007, 2010, ALUSKA 2007, GMKI FP USU, dan IMKA FP USU terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dari segi isi dan penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.


(6)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Tanaman... 4

Syarat tumbuh... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 6

Kompos Kascing ... 6

Urine Kambing ... 8

BAHAN DAN METODA PENELITIAN ... 10

Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metoda Penelitian ... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 13

Pengolahan Tanah... 13

Pembuatan Plot dan Saluran Drainase ... 13

Persiapan Bibit ... 13

Penyiapan Urine Kambing ... 14

Penanaman ... 14

Aplikasi Kompos Kascing dan Urine Kambing ... 14

Pemeliharaan ... 14


(8)

Penyulaman ... 15

Penyiangan ... 15

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15

Panen ... 15

Pengeringan ... 16

Pengamatan Parameter ... 16

Tinggi tanaman (cm) ... 16

Jumlah daun per rumpun (helai) ... 16

Jumlah anakan per rumpun (anakan) ... 16

Bobot segar umbi per sampel (g)... 17

Bobot kering umbi per sampel (g) ... 17

Jumlah siung per sampel (siung) ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Hasil ... 18

Tinggi tanaman (cm) ... 18

Jumlah daun per rumpun (helai) ... 20

Jumlah anakan per rumpun (anakan)... 22

Bobot segar umbi per sampel (g) ... 23

Bobot kering umbi per sampel (g) ... 25

Jumlah siung per sampel (siung) ... 26

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

Kesimpulan ... 30

Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 2-7 MST pada

perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing ...18 2. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 7 MST pada perlakuan

pemberian kompos kascing dan urine kambing ...19 3. Rataan jumlah daun bawang merah (helai) pada umur 2-7 MST

pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing ...20 4. Rataan jumlah daun bawang merah pada umur MST dengan

pemberian kompos kascing dan urine kambing ...21 5. Rataan jumlah anakan bawang merah (anakan) 2-7 MST pada

perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing ...22 6. Rataan jumlah anakan (anakan) pada umur 7 MST pada pemberian

kompos kascing dan urine kambing ...22 7. Rataan bobot segar umbi per sampel (g) dengan pemberian kompos

kascing dan urine kambing ...24 8. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) dengan pemberian kompos

kascing dan urine kambing ...25 9. Rataan jumlah siung bawang merah (siung) dengan pemberian


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan antara tinggi tanaman umur 7 MST dengan perlakuan kompos kascing pada berbagai perlakuan urine kambing ...19 2. Hubungan antara jumlah daun pada 7 MST dengan dosis kompos kascing

pada berbagai perlakuan urine kambing ...21 3. Hubungan pemberian kompos kascing terhadap jumlah anakan bawang

merah pada 7 MST ...23 4. Hubungan antara bobot segar umbi bawang merah dengan pemberian

kompos kascing...24 5. Hubungan antara bobot kering umbi per sampel dengan perlakuan kompos ..26 6. Foto lahan penelitian ...65 7. Foto umbi bawang merah tiap perlakuan ...66


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan penelitian...34

2. Bagan penanaman dalam plot ...35

3. Kebutuhan kascing ...36

4. Deskripsi bawang merah varietas Bima ...37

5. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ...38

6. Data analisis tanah ...39

7. Data analisis kompos kascing ...40

8. Data analisis urine kambing ...41

9. Data curah hujan ...42

10.Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ...43

11.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ...43

12.Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ...44

13.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ...44

14.Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ...45

15.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ...45

16.Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ...46

17.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ...46

18.Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ...47

19.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ...47

20.Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) ...48

21.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 7 MST ...48


(12)

23.Analisis sidik ragam jumlah daun 2 MST ...49

24.Data pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) ...50

25.Analisis sidik ragam jumlah daun 3 MST ...50

26.Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ...51

27.Analisis sidik ragam jumlah daun 4 MST ...51

28.Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai) ...52

29.Analisis sidik ragam jumlah daun 5 MST ...52

30.Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ...53

31.Analisis sidik ragam jumlah daun 6 MST ...53

32.Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai) ...54

33.Analisis sidik ragam jumlah daun 7 MST ...54

34.Data pengamatan jumlah anakan 2 MST (anakan) ...55

35.Analisis sidik ragam jumlah anakan 2 MST ...55

36.Data pengamatan jumlah anakan 3 MST (anakan) ...56

37.Analisis sidik ragam jumlah anakan 3 MST ...56

38.Data pengamatan jumlah anakan 4 MST (anakan) ...57

39.Analisis sidik ragam jumlah anakan 4 MST ...57

40.Data pengamatan jumlah anakan 5 MST (anakan) ...58

41.Analisis sidik ragam jumlah anakan 5 MST ...58

42.Data pengamatan jumlah anakan 6 MST (anakan) ...59

43.Analisis sidik ragam jumlah anakan 6 MST ...59

44.Data pengamatan jumlah anakan 7 MST (anakan) ...60

45.Analisis sidik ragam jumlah anakan 7 MST ...60


(13)

47.Analisis sidik ragam bobot segar umbi per sampel ...61

48.Data pengamatan bobot kering umbi per sampel (g) ...62

49.Analisis sidik ragam bobot kering umbi per sampel ...62

50.Data pengamatan jumlah suing (suing) ...63

51.Analisis sidik ragam jumlah suing ...63

52.Rangkuman uji beda rataan parameter terhadap kompos kascing dan urine kambing ...64


(14)

ABSTRAK

Dedi Mikardo Ginting. Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing

dan Urine Kambing dibimbing oleh T Chairun Nisa dan Rosita Sipayung.

Kompos kascing merupakan pupuk organik yang berasal dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi. Urine kambing adalah salah satu jenis pupuk kandang berupa cairan yang bersifat pupuk panas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancangan acak faktorial 2 faktor yaitu kompos kascing (0, 20, 30, 40 g/tanaman) dan urine kambing (0, 100, 200 cc/l air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering dan jumlah siung. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara kompos kascing dan urine kambing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Perlakuan kompos kascing berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar dan bobot kering. Urine kambing tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Kata kunci: bawang merah, kompos kascing, urine kambing ABSTRACT

Dedi Mikardo Ginting. Respons of growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.)to application of kascing compost and goat urine,

supervised by T Chairun Nisa and Rosita Sipayung.

Kascing compost is an organic fertilizer derived from the digestive process in the worm's body and disposed as worms manure that have been fermented. Urine is one type of goat manure in the form of liquid fertilizer that is hot. A study has been conducted at the Faculty of

Agriculture USU’s field with a height of 25 m above sea level during March – May 2011, using a randomized block design with two factors, which are

kascing compost (0, 20, 30, 40 g/plant) and goat urine ( 0, 100,200 cc/l water). The parameters observed were plant height, leaf number, tillers number, fresh and dry weight of bulbs and bulb number. The results showed that interaction of kascing and urine treatment significantly increase plant height, leaf number, tiller number. Kascing compost treatment significantly influenced to plant height, leaf number, tiller number, fresh and dry weightof bulbs. Goat urine did not significantly influenced all parameters


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi, maupun dari kandungan gizinya. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan bawang merah untuk konsumsi dan untuk bibit dalam negeri mengalami peningkatan, sehingga Indonesia harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengurangi volume impor, peningkatan produksi dan mutu hasil bawang merah harus senantiasa ditingkatkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Bawang merah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, dan senyawa yang berfungsi sebagai anti-mutagen dan anti-karsinogen. Dari setiap 100 gram umbi bawang merah kandungan airnya mencapai 80-85 g, protein 1,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 9,3 g. Adapun komponen lain adalah beta karoten 50 IU, tiamin 30 mg, riboflavin 0,04 mg, niasin 20 mg, asam askorbat (vitamin C) 9 mg. Mineralnya antara lain kalium 334 mg, zat besi 0,8 mg, fosfor 40 mg, dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari BPS (2010) adalah 12.655 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton. Dari data tersebut terlihat bahwa produksi bawang merah Sumatera Utara masih jauh di bawah kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, maka dilakukanlah impor dari luar negeri. Rendahnya produksi tersebut salah satunya adalah karena belum optimalnya sistem kultur teknis dalam budidayanya


(16)

Menurut Sirwin dkk (2007) kascing merupakan pupuk organik yang

dihasilkan dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi (Mashur, 2001 dalam Sirwin, dkk, 2007). Kascing ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan

dengan pupuk organik lain, karena kascing kaya akan unsur hara makro dan mikro esensial serta mengandung hormon tumbuh tanaman seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang maksimal (Marsono dan Sigit, 2001 dalam Sirwin, dkk, 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kascing dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman hortikultura, seperti jagung manis, mentimun, melon, dan padi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kascing mempunyai sifat-sifat kimia yang lebih unggul jika dibandingkan dengan tanah. Hal ini dapat dilihat dari sifat-sifat kimia tanah dan kascing seperti kandungan unsur hara N dan P didalam kascing lebih tinggi, begitu pula dengan C-organik dan bahan organik tanah. Atas dasar sifat-sifat kascing tersebut dapat diharapkan pemberian kascing ini dapat meningkatkan status hara N, P dan K serta serapannya untuk tanaman bawang merah.

Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk kandang kuda, kambing dan ayam. Pupuk dingin lebih lama terurai, misalnya pada sapi dan kerbau (Novizan, 2002).

Dari hasil uji Laboratorium BPTP Sumatera Utara, diperoleh bahwa kandungan N,P dan K dari urine kambing berturu- turut adalah 0,63%, 0,04% dan 1,02%, sedangkan pH urine kambing adalah 9,96 (Lampiran 51).


(17)

Hingga kini, belum ada data tentang pengaruh pemberian kascing dan urine kambing terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap aplikasi kompos kascing dan pemberian urine kambing.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap aplikasi kompos kascing dan

pemberian urine kambing.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian kompos kascing nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah.

2. Pemberian urine kambing nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah.

3. Kompos kascing dan urine kambing berinteraksi nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:

Allium ascalonicum L. (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumpun yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 50 cm. Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan kering (Rahayu dan Berlian, 1999).

Batang bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2010).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek, antara 0,2 - 0,6 cm (Wibowo, 2007).

Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau


(19)

kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2010).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 1995).

Syarat Tumbuh

Iklim

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi hingga 1.100 meter diatas permukaan laut (dpl),

dengan ketinggian tempat yang paling ideal adalah 0 – 800 m dpl (Rukmana, 2004). Produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung

keadaan iklim agak kering, udara panas dengan sinar matahari 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi (Rukmana, 2004; Sunarjono, 2004 dalam Sumarni dan Hidayat, 2005).

Tanaman bawang merah tumbuh baik di daerah yang bersuhu 25-32°C

dengan iklim kering, dan yang paling baik jika suhu rata-ratanya 30°C (Wibowo, 2007). Pembungaan pada bawang bisa terjadi pada suhu yang lebih

rendah lagi, yaitu 10°C -15°C, meskipun demikian suhu ini belum memjamin tanaman bawang bisa membentuk bunga atau biji (AKK, 1998)


(20)

Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Tanah

Tanaman ini memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat, drainase/aerase

baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah

adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak

menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1989).

Bawang merah menghendaki struktur tanah remah. Tanah remah memiliki perbandingan bahan padat dan pori-pori yang seimbang. Bahan padat merupakan tempat berpegang akar. Tanah remah lebih baik daripada tanah bergumpal (AAK, 1998).

Kompos Kascing

Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat


(21)

aktivitasnya meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik dan mempercepat pelepasan hara (Susanto, 2002).

Kascing sebagai pupuk organik merupakan sumber unsur hara makro dan mikro, yang dalam proses penguraiannya terus melepaskan unsur hara ke dalam larutan tanah (Murbandono, 2001 dalam Sirwin, dkk, 2007). Selain itu keunggulan kascing dibandingkan dengan pupuk organik lain adalah kandungan hormon tumbuh seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Marsono dan Sigit, 2001 dalam Mulat, 2003). Hal ini didukung oleh pernyataan Lakitan (1995) yang menyatakan bahwa unsur hara yang diserap tanaman akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan berat berangkasan kering tanaman. Lebih lanjut Lambers dkk, (1998) dalam Sirwin dkk, (2007) mengungkapkan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologi seperti jumlah karbohidrat, protein, lemak, hormon tumbuh, vitamin dan mineral yang ada dalam tubuh tanaman yang dapat mendukung berlangsungnya proses-proses fisiologi untuk pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel (Sirwin, dkk, 2007).

Menurut Zahid (1994) dalam Khrisnawati (2001) kascing merupakan tanah bekas pemeliharaan cacing, merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik, sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberelin, sitokinin, dan auxin serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg,dan Ca) serta Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang membantu memperkaya unsur N yang diperlukan oleh tanaman.


(22)

Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik atau yang dikenal dengan istilah pertanian alami (back to nature farming) dan pupuk hayati banyak dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik sekaligus untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kascing (Sirwin, dkk, 2007).

Urine Kambing

Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia (sapi, kambing, babi, kuda) dan unggas. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur Fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar dari kotoran cair. Kandungan unsur kalium dalam kotoran cair lima kali lebih besar dari kotoran padat. Sementara kandungan Nitrogen dalam kotoran cair hanya 2-3 kali lebih besar dari kotoran padat (Musnamar, 2003).

Fermentasi urine sapi membuat sifat menolak hama dan penyakit pada tanaman. Hama atau penyakit bisa saja datang, tetapi langsung pergi, bukan musnah tapi hanya menyingkir dari tanaman. Pemupukan dengan menggunakan urine sapi yang telah difermentasikan selama 1 bulan dapat meningkatkan produksi tanaman. Urine sapi mengandung unsur N,P,K yang cukup tinggi yang mengandung Ca yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap serangan penyakit


(23)

Pupuk panas merupakan pupuk yang penguraiannya berjalan sangat cepat sehingga terbentuk panas. Kelemahan pupuk panas ini adalah mudah menguap karena bahan organiknya tidak terurai secara sempurna sehingga banyak yang berubah menjadi gas (Lingga dan Marsono, 2000)

Penggunaan pupuk kandang cair (urine) sehubungan dengan kerjanya yang cepat dan agar tidak terjadi kerugian, sebaiknya dilakukan pada saat menjelang tanam yaitu dengan pengenceran terlebih dahulu dengan air, tetapi harus disimpan terlebih dahulu, agar tidak panas. penyimpanan urine menimbulkan beberapa kerugian, salah satunya adalah kehilangan NH3 karena adanya penguapan (Sutejo, 2002).

Dari hasil penelitian didapat bahwa urine hewan yang telah difermentasi dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman sebagai alternatif pengganti pupuk buatan yang semakin hari harganya semakin tinggi sehingga petani tidak mampu untuk membelinya. Kendala yang ditemui dalam pembuatan nutrisi ini adalah proses pengambilan urinenya, karena tidak semua hewan jinak mau diperlakukan. Demikian juga dengan masalah bau yang ditimbulkan merupakan masalah dari segi estetika. Untuk itu perlu upaya lain untuk mengatasinya.


(24)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Maret 2011 sampai Mei 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah varietas Bima sebagai tanaman indikator, kompos kascing dan urine kambing sebagai objek pengamatan, air untuk menyiram tanaman dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membuka lahan dan membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang produksi tanaman, pacak sampel untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Kompos kascing (K) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu : K0 = 0 Gram/Tanaman

K1 = 20 Gram/Tanaman


(25)

K3 = 40 Gram/Tanaman

Faktor II : Pemberian Urine kambing yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : U0 = 0 cc/Liter air

U1 = 100 cc/Liter air

U2 = 200 cc/Liter air

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu : K0U0 K1U0 K2U0 K3U0

K0U1 K1U1 K2U1 K3U1

K0U3 K1U2 K2U2 K3U2

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Ukuran plot : 120 cm x 100 cm

Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm Jumlah tanaman/plot : 30 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1080 tanaman Jumlah sampel/plot : 10 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 360 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk


(26)

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan Kompos kascing (K)

taraf ke-j dan pengaruh Urine kambing (U) pada taraf ke-k µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan Kompos kascing pada taraf ke-j

βk : Efek pemberian Urine kambing pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara Kompos kascing taraf ke-j dan pemberian urine kambing

taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, Kompos kascing ke-j dan pemberian Urine kambing

ke-k

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Rata – Rata Duncant Berjarak Ganda dengan taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1993).


(27)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah pengolahan tanah, pembuatan bedengan dan saluran drainase, penanaman, aplikasi perlakuan, pemeliharaan, panen, penyimpanan dan pengamatan parameter.

Pengolahan Tanah

Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul.

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan membersihkan areal pertanaman dari rumput-rumputan kemudian diratakan, lalu dibuat plot sesuai dengan metode penelitian.

Pembuatan Plot dan Saluran Drainase

Bedengan dibuat membujur searah Utara – Selatan, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Plot berukuran 120x100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar plot 30 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada pinggir lahan dengan lebar 50 cm menuju paret pembuangan air.

Persiapan bibit

Untuk bibit yang akan dipakai, pilih bibit dengan beratnya relatif sama yaitu 6 gram/siung, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering dibersihkan. Demikian juga sisa – sisa akar yang masih ada.


(28)

Penyiapan Urine Kambing

Urine kambing yang digunakan berasal dari kambing yang berasal dari kandang yang sama, dengan asumsi bahwa makanan kambing tersebut berasal dari jenis rumput yang sama pula, sehingga kandungan unsur yang didalamnya juga relatif sama. Setelah itu, urine kambing diencerkan dengan air, dengan kepekatan sesuai dengan dosis yang diinginkan, yaitu, 0, 100, dan 200 cc/ l air, kemudian difermentasikan selama 1 bulan.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm. Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan cara memasukkan umbi bibit ke lubang tanam yang telah di tentukan. Sebelum ditanam, umbi atau bibit dipotong seperempat bagian. Umbi atau bibit ditanam dengan cara membenamkan setengah bagian umbi ke dalam tanah.

Aplikasi Pupuk Kompos dan Urine Kambing

Aplikasi kompos kascing dilakukan pada saat penanaman bibit, yaitu, kompos diaplikasikan sesuai dosis anjuran, yaitu, 0, 20, 30, dan 40 g pada lubang tanam yang telah dibuat. Aplikasi urine kambing dilakukan mulai 2 MST sampai pada akhir masa vegetatif yaitu 7 MST dengan interval 1 minggu sesuai dosis anjuran, disemprot merata diseluruh permukaan daun tanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.


(29)

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari serta tergantung keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah. Pada waktu pembentukan umbi, penyiraman ditingkatkan intensitas, diusahakan agar tanah tetap basah sepanjang hari, karena tanaman membutuhkan banyak air untuk membantu pembentukan umbi.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan mulai awal pertumbuhan sampai umur 7 hari setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi yang sehat.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

Panen

Panen dilakukan pada 60 HST, pada saat tanah kering agar terhindar dari penyakit. Beberapa tanda tanaman siap dipanen antara lain adalah 60 - 70% leher daun lemas, daun menguning, umbi padat tersembul sebagian di atas tanah, dan warna kulit mengkilap. Umbi dicabut beserta batangnya, lalu akar dan tanahnya dibersihkan.


(30)

Pengeringan

Cara mengeringkan adalah dengan menjemur dibawah panas matahari dengan suhu rata-rata 34-35 derajat celcius. Yaitu mengikat beberapa rumpun bawang merah menjadi satu. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan diatas tenda plastik dengan umbi berada dibawah dan daun diatas. Pengeringan dilakukan sampai penyusutan bobot umbi mencapai 20%, dilakukan penimbangan bobot kering secara berulang sampai didapat penyusutan bobot umbi sekitar 20%.

Pengamatan Parameter

a. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher umbi sampai ke ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman dihitung mulai 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.

b. Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)

Dihitung jumlah anakan yang terbentuk dalam satu rumpun, dilakukan pada umur 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.

c. Jumlah Daun per Rumpun (helai)

Jumlah daun per rumpun dihitung dengan cara menghitung jumlah seluruh daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya. Dimulai dari umur tanaman 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.


(31)

d. Bobot Segar Umbi per Sampel

Bobot basah umbi per sample ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran.

e. Bobot Kering Umbi per Sampel

Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah dikeringkan dengan cara dijemur di sinar matahari, sampai susut bobot mencapai 20%.

f. Jumlah Siung per Sampel

Jumlah siung dihitung setelah tanaman dipanen. Jumlah siung dihitung pada setiap tanaman sampel.


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman pada umur 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST dicantumkan pada Lampiran 10, 12, 14, 16, 18 dan 20, sedangkan sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran 11, 13, 15, 17, 19 dan 21. Berdasarkan sidik ragam tersebut terlihat bahwa pada umur 2,3,4,6 dan 7 MST terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi kompos kascing dan urine kambing. Pada pengamatan umur 5 MST dilihat bahwa pemberian kompos kascing memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Perkembangan tinggi tanaman secara ringkas disajikan pada Tabel 1. berikut ini.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 2-7 MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing.

Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

K0U0 19,25 cd 24,34 bcd 26,84 bc 30,75 cd 33,55 cd 34,53 efg K0U1 15,89 ab 20,61 a 20,37 a 21,41 a 23,33 a 25,57 ab K0U2 20,78 de 23,89 abc 26,17 bc 29,28 bcd 28,47 bc 29,51 bcd K1U0 16,18 abc 23,15 abc 27,10 bcd 26,34 abc 31,40 bc 33,13 def K1U1 20,20 de 26,23 cd 27,04 bcd 28,83 bcd 32,70 cd 33,74 defg K1U2 20,78 de 24,29 bcd 26,92 bcd 29,20 bcd 32,39 cd 35,92 fg K2U0 20,08 de 28,03 d 27,71 cd 31,65 d 32,78 cd 33,68 defg K2U1 23,44 e 27,89 d 32,00 d 34,74 d 37,43 d 39,40 g K2U2 19,67 d 25,08 bcd 27,56 cd 28,75 bcd 31,26 bc 32,31 cdef K3U0 18,37 abcd 21,67 ab 22,59 ab 23,22 ab 24,08 a 23,57 a K3U1 15,64 a 24,69 bcd 25,27 bc 24,75 abc 26,46 ab 28,37 abcd K3U2 18,85 bcd 26,22 cd 26,49 bc 23,09 ab 24,96 a 26,73 abc

Rataan 19,09 24,68 26,34 27,67 29,90 31,37

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.


(33)

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 7 MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing.

Kascing Urine Rataan

U0 U1 U2

K0 34,53 efg 25,57 ab 29,51 bcd 29,87 K1 33,13 def 33,74 defg 35,92 fg 34,26 K2 33,68 defg 39,40 g 32,31 cdef 35,13 K3 23,57 a 28,37 abcd 26,73 abc 26,22

Rataan 31,23 31,77 31,12

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Pada Tabel 2. terlihat bahwa perlakuan K2U1 dengan tinggi tanaman 39,40 cm merupakan tanaman tertinggi, dan ini berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya kecuali perlakuan K0U0, K1U1, K1U2, K2U0 yang berbeda tidak nyata. Nilai terendah terdapat pada perlakuan K3U0 dengan tinggi tanaman 23,57 cm, dan ini berbeda nyata dengan semua perlakuan lain kecuali K0U1.

Hubungan tinggi tanaman 7 MST dengan perlakuan kompos kascing dan urine kambing dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman umur 7 MST dengan perlakuan kompos kascing pada berbagai perlakuan urine kambing.

yu0= -0.014x2+ 0.322x + 34.21 R² = 0.863

ŷu1= -0,023x2+ 1,037x + 25,08 r = 0,770

yu2= -0.018x2+ 0.668x + 29.58 R² = 0.988

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

0 10 20 30 40

Ti n ggi Tan am an (c m )

Dosis Kascing (g)

U0

U1


(34)

Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan jumlah daun pada umur 2,3,4,5,6 dan 7 MST dicantumkan dalam Lampiran 22,24,26,28,30 dan 32 sedangkan sidik ragam masing-masing pengamatan ditampilkan pada Lampiran 23,25,27,29,31 dan 32. Berdasarkan sidik ragam tersebut, terlihat bahwa terdapat pengaruh nyata pada interaksi perlakuan pada pengamatan 2,3,4,5, dan 7 MST, sedangkan pada pengamatan 6 MST terlihat pengaruh nyata oleh perlakuan kompos kascing. Perkembangan jumlah daun secara ringkas disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Rataan jumlah daun bawang merah (helai) pada umur 2-7MST pada

perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing

Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

K0U0 13,40 bcde 17,07 bcd 17,80 bc 19,30 c 19,1 20,33 c K0U1 11,17 abc 12,63 a 12,90 a 13,13 ab 13,63 12,97 ab K0U2 15,03 de 18,23 cd 19,87 cd 20,13 c 15,23 19,97 c K1U0 11,10 abc 15,20 abc 16,17 abc 16,87 bc 18,27 17,70 bc K1U1 13,37 bcde 17,07 bcd 19,70 c 20,47 cd 21,87 22,20 cd K1U2 12,07 abcde 15,20 abc 16,77 abc 18,57 c 20,37 22,23 cd K2U0 14,53 de 18,20 cd 19,40 c 18,63 c 20,4 21,73 cd K2U1 15,70 e 21,10 d 25,27 d 25,50 d 27,03 25,87 d K2U2 10,77 ab 13,53 abc 14,90 abc 16,33 abc 18,10 20,60 cd K3U0 11,83 abcd 12,97 ab 12,20 a 13,10 ab 15,23 14,27 ab K3U1 11,10 abc 14,27 abc 15,00 abc 12,20 a 12,53 12,07 a K3U2 9,33 a 13,07 ab 13,50 ab 12,47 ab 12,6 11,90 a

Rataan 12,45 15,71 16,96 17,23 17,86 18,49

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.


(35)

Data rataan jumlah daun pada minggu ke 7 setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rataan jumlah daun bawang merah pada umur 7 MST dengan pemberian kompos kascing dan urine kambing.

Kascing Urine Rataan

U0 U1 U2

K0 20,33 c 12,97 ab 19,97 c 17,76

K1 17,70 bc 22,20 cd 22,23 cd 20,71

K2 21,73 cd 25,87 d 20,60 cd 22,73

K3 14,27 ab 12,07 a 11,90 a 12,74

Rataan 18,51 18,28 18,68

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Pada Tabel 4. terlihat bahwa jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan K2U1 yaitu 25,8 helai yang berbeda nyata terhadap semua kombinasi perlakuan lainnya kecuali perlakuan K1U1, K1U2, K2U0, K2U2 dan terendah pada perlakuan K3U2 yaitu 11,90 helai daun, yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lain kecuali K0U1, K3U0, dan K3U1.

Hubungan jumlah daun pada 7 MST dengan perlakuan kompos kascing dan urine kambing dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara jumlah daun pada 7 MST dengan dosis kompos kascing pada berbagai perlakuan urine kambing.

yu0= -0,006x2+ 0,134x + 19,92 R = 0,426

yu1= -0,029x2+ 1,221x + 12,50 R = 0,834

yu2= -0,017x2+ 0,513x + 19,82 R = 0,965

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

0 10 20 30 40 50

Ju m lah D au n (h e lai )

Dosis Kascing (g)

U0 U1 U2


(36)

Jumlah Anakan (anakan)

Data pengamatan jumlah anakan pada umur 2,3,4,5,6,dan 7 MST dilampirkan pada Lampiran 34,36,38,40,42 dan 44, sedangkan sidik ragamnya dilampirkan pada Lampiran 35,37,39,41,43 dan 45. Rataan jumlah anakan bawang merah pada umur 2 – 7 MST disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah anakan bawang merah (anakan) 2-7 MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing.

Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

K0U0 5,10 5,50 5,60 5,73 5,73 5,73

K0U1 4,27 4,87 5,07 5,33 5,63 5,67

K0U2 4,20 5,77 6,17 6,43 6,70 6,70

K1U0 4,33 5,53 5,67 5,77 6,17 6,33

K1U1 5,13 5,53 6,47 6,87 7,13 7,23

K1U2 5,30 5,57 5,60 5,73 6,23 6,47

K2U0 4,87 5,63 5,83 5,63 6,37 6,80

K2U1 5,47 6,03 6,50 6,57 7,03 7,07

K2U2 4,90 5,00 5,30 5,70 6,00 6,10

K3U0 5,67 6,43 6,67 6,43 6,67 6,67

K3U1 5,53 6,33 6,50 6,43 6,97 7,40

K3U2 5,30 5,73 6,10 6,33 6,97 7,10

Rataan 5,01 5,66 5,96 6,08 6,47 6,61 Pada 7 MST jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan K3U0 (5,67) dan terendah K0U2 (4,20). Perkembangan jumlah anakan pada 7MST dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan jumlah anakan (anakan) pada umur 7 MST pada pemberian kompos kascing dan urine kambing

Kascing Urine Rataan

U0 U1 U2

K0 5,73 5,67 6,7 6,03 a

K1 6,33 7,23 6,47 6,68 ab

K2 6,8 7,07 6,1 6,66 ab

K3 6,67 7,4 7,1 7,06 b


(37)

Tabel 6. menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada K3 (7,06) yang berbeda nyata dengan K0 (6,03) tetapi tidak berbeda nyata dengan K1 (6,68) dan K2 (6,66). Hubungan antara jumlah anakan dengan kompos kascing dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan pemberian kompos kascing terhadap jumlah anakan bawang merah pada 7 MST

Bobot Segar Umbi per Sampel (g)

Data bobot segar umbi per sampel bawang merah dilampirkan pada Lampiran 46, sedangkan sidik ragamnya pada Lampiran 47. Dari Lampiran 47 terlihat bahwa perlakuan kompos kascing berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan urine kambing dan interaksi tidak berpengaruh nyata. Rataan bobot segar umbi bawang merah disajikan pada Tabel 7 berikut.

y = 0,023x + 6,067 r = 0,932

5,80 6,00 6,20 6,40 6,60 6,80 7,00 7,20

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Ju m lah A n ak an (an ak an )


(38)

Tabel 7. Rataan bobot segar umbi per sampel (g) pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing

Kascing Urine Rataan

U0 U1 U2

K0 25,18 24,98 27,53 25,90 a

K1 28,96 29,38 28,41 28,92 b

K2 30,97 29,79 30,89 30,55 b

K3 29,51 31,05 31,71 30,76 c

Rataan 28,66 28,8 29,64

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot segar tertinggi didapat pada perlakuan K3 yaitu 30,76 g yang berbeda nyata dengan K0, K1, K2, dan terendah pada perlakuan K0 yaitu 25,90 g. Hubungan antara bobot segar umbi bawang merah dengan kompos kascing dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan antara bobot segar umbi bawang merah dengan pemberian kompos kascing

y = 0,128x + 26,14 r = 0,954

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00

0 5 10 15 20 25 30 35 40

B o b o t S e gar (g)


(39)

Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Data bobot kering umbi per sampel tanaman bawang merah secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 48, sedangkan sidik ragamnya pada Lampiran 49. Pemberian kompos kascing memberikan pengaruh berbeda nyata dan urine kambing serta interaksi kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering. Secara ringkas ditampilkan pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada pemberian kompos

kascing dan urine kambing

Kascing Urine Rataan

U0 U1 U2

K0 21,01 21,60 23,62 22,07 a

K1 24,42 24,69 23,89 24,33 b

K2 25,95 25,29 26,02 25,75 b

K3 25,99 26,78 26,52 26,43 b

Rataan 24,34 24,59 25,01

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Dari Tabel 8. dilihat bahwa bobot kering umbi per sampel tertinggi didapat pada perlakuan K3 yaitu 26,43 g yang berbeda nyata dengan K0, dan tidak berbeda nyata dengan K1 dan K2, dan terendah pada perlakuan K0 yaitu 22,07 g.

Hubungan kompos kascing dengan bobot kering umbi per sampel tanaman bawang merah dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.


(40)

Gambar 5. Hubungan antara bobot kering umbi per sampel dengan perlakuan kompos

Jumlah Siung (siung)

Data jumlah siung ditampilkan pada Lampiran 50, dan sidik ragamnya pada Lampiran 51. Tidak terdapat pengaruh yang nyata oleh perlakuan kompos kascing, urine kambing maupun interaksinya. Ringkasan data pengamatan jumlah siung dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan jumlah siung (siung) bawang merah terhadap pemberian kompos kascing dan urine kambing.

Kascing Urine Rataan

U0 U1 U2

K0 1,77 2,07 1,90 1,91

K1 2,03 2,13 1,93 2,03

K2 2,10 2,07 2,00 2,06

K3 2,30 2,03 1,93 2,09

Rataan 2,05 2,08 1,94

Jumlah siung tertinggi didapat pada kombinasi perlakuan K3U0 yaitu 2,30 dan terendah pada kombinasi perlakuan K0U0 yaitu 1,77.

y = 0,112x + 22,12 r = 0,990

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

0 10 20 30 40 50

b o b o t k e r in g (g)


(41)

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Kompos Kascing terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

Bahwa kompos kascing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman

pada 2 hingga 7 MST (Lampiran 11,13,15,17,19,21), jumlah daun pada 2 hingga 7 MST (Lampiran 23,25,27,29,31,33), jumlah anakan pada 2,3,4,5 dan 7 MST

(Lampiran 34,36,38,40,44),, bobot segar umbi per sampel (Lampiran 47), bobot kering umbi per sampel (Lampiran 49), menunjukkan bahwa kompos kascing memperbaikii pertumbuhan vegetatif tanaman. Ini disebabkan karena kompos kascing sebagai pupuk organik diketahui memiliki sifat fisik yang baik untuk mendorong pertumbuhan tanaman bawang merah. Dengan penambahan pupuk organik ke dalam tanah diharapkan dapat merubah sifat fisik tanah dan menyediakan bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih baik. Pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, menyuburkan tanah, dan menambah unsur hara, menambah humus, mempengaruhi kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah, di samping itu juga dapat meningkatkan kapasitas mengikat air tanah. Pada tanah dengan kandungan C-organik tinggi unsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman, sehingga pemupukan lebih efisien Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2002) bahwa bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah


(42)

mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi oleh mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat aktivitasnya meningkatkan kecepatan dekomposisi dahan organik dan mempercepat pelepasan hara. Irwan dkk (2005) juga yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kascing memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, dan bobot kering tanaman, dibandingkan tanpa pemberian pupuk kascing.

Pengaruh Pemberian Urine Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

Dalam penelitian ini pemberian urine kambing tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering dan jumlah siung. Hal ini

diduga karena rendahnya kandungan unsur hara pada urine kambing, yaitu N 0,63 %, P 0,04 %, dan K 1,02 % (Lampiran 8). Selain kandungan hara yang

sedikit, urine kambing juga termasuk pupuk panas, yang cepat terurai, sehingga ketersediaan unsur hara untuk bawang merah ini cepat habis dan tidak tersedia lagi. Wibowo (1987) menyatakan bahwa bawang merah membutuhkan pupuk N, P, dan K masing masing 100kg, 150kg dan 100 kg per hektar. Dengan demikian, kandungan unsur hara di dalam urine kambing tidak mencukupi kebutuhan tanaman bawang merah.

Selain itu, dari data curah hujan BMKG Sumatera Utara Wilayah I, terlihat bahwa curah hujan pada bulan Maret dan April (Lampiran 9) relatif tinggi,


(43)

hara yang disemprotkan melalui permukaan daun. Sesuai dengan ini, Lingga dan Marsono (2000) menyatakan bahwa penyemprotan pupuk pada daun

jangan dilakukan menjelang atau ketika musim hujan, karena pupuk akan habis tercuci oleh air hujan, lagi pula pada saat itu, stomata sedang tertutup sehingga pupuk tidak akan dapat masuk secara optimal.

Interaksi Pemberian Kompos Kascing dan Urine Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

Interaksi pemberian kompos kascing dan urine kambing berpengaruh nyata untuk parameter tinggi tanaman pada umur 2 hingga 7 MST, dan jumlah daun pada umur 2 hingga 7 MST. Hal ini karena kompos kascing dan urine kambing merupakan bahan oeganik yang baik untuk pertumbuhan bawang merah. Hal ini sesuai dengan literatur Sirwin, dkk (2007) yang menyatakan . Hal ini dapat dilihat dari sifat-sifat kimia tanah dan kascing seperti kandungan unsur hara N dan P didalam kascing lebih tinggi, begitu pula dengan C-organik dan bahan organik tanah. Atas dasar sifat-sifat kascing tersebut dapat diharapkan pemberian kascing ini dapat meningkatkan status hara N, P dan K serta serapannya untuk tanaman bawang merah. Kombinasi kompos kascing dan urine kambing adalah kombinasi pupuk organik, menurut Novizan (2002) beberapa keunggulan pupuk organik adalah mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro, memperbaiki granulasi tanah, mengandung asam humat yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, mampu meningkatkan pH tanah pada tanah masam dan tidak menyebabkan pulosi tanah dan polusi air.

Untuk parameter – parameter produksi, yaitu bobot segar, bobot kering dan jumlah siung, kombinasi kompos kascing dan urine kambing tidak


(44)

berpengaruh nyata. Diduga, untuk parameter jumlah siung, faktor yang mempengaruhi adalah faktor genetis dan tidak bisa dipengaruhi oleh faktor luar. Untuk parameter bobot segar dan bobot kering, diduga pengaruh pemberian kascing lebih berpengaruh daripada urine karena kascing diaplikasikan sebelum tanam, sedangkan urine diaplikasikan setelah tanam ke daun, dimana saat itu curah hujan tinggi, sehingga diduga urine kambing tercuci oleh air hujan, sebagaimana dinyatakan oleh Lingga dan Marsono (2000) yaitu bahwa penyemprotan pupuk pada daun jangan dilakukan memjelang atau ketika musim hujan, karena pupuk akan habis tercuci oleh air hujan, lagi pula pada saat itu, stomata sedang tertutup sehingga pupuk tidak akan dapat masuk secara optimal.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kompos kascing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman pada umur 2,3,4,5,6, dan 7 MST, jumlah daun pada umur 2,3,4,5,6 dan 7 MST, jumlah anakan pada 2,3,6 dan 7 MST dan bobot segar umbi tanaman.

2. Pemberian urine kambing tidak berpengfaruh nyata pada semua parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering dan jumlah siung.

3. Interaksi pemberian kompos kascing dan urine kambing berpengaruh signifikan pada parameter tinggi tanaman 2,3,4,6, dan 7 MST, jumlah daun 2,3,4,5, dan 7 mst. Sedangkan pada parameter produksi meliputi bobot segar, bobot kering dan jumlah siung tidak berpengaruh.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan dosis optimal kompos kascing dan urine kambing.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius, Yogyakarta.

Irwan, A.W., A. Wahyudin., dan Farida. 2005. Pengaruh Dosis Kascing dan

Bioaktivator terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) yang dibudidayakan secara organik. Jurnal

Kultivasi (2005) Vol 4 (2) : 136 – 140.

Krishnawati, Desiree. 2001 Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Kentang. Skripsi Jurusan F-MIPA, ITS, Surabaya.

Lakitan, B. 1995 Dasar Fisiologi Tumbuhan. Grafindo Persada, Jakarta.

Lingga, P dan Marsono, 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mulat, T., 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Rismunandar, 1989. Menbudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru, Bandung. Rukmana, E 2004 Teknik Pelaksanaan Kegiatan Efikasi Zat Perangsang Tumbuh

Pada Bawang Merah. Buletin Teknik Pertanian Vol. 9. No 2, 2004.

Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta.

Sirwin, R.M, Mulyati, dan E. S. Lolita. 2007. Peranan Kascing dan Inokulasi Jamur Mikoriza Terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Unram.

Steel, R. G. R dan Torrie, J. H., 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sudirja, 2010. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmrh/

Alternaria partrait.html [12 Juni 2010].


(47)

Susanto, R.2002. Penerapan Pertanian Organik, kanisius, Yogyakarta.

Sutarya, R. dan G. Grubben, 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sutejo, Mulyani, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. Tarmizi, 2010. Kandungan Bawang Merah dan Khasiatnya. UI, Jakarta.

Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Bawang merah. CV Yrama Widya. Bandung.

Wibowo, S., 2007. Budidaya Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay . Penebar Swadaya, Jakarta.

Provinsi Sumatera Utara, Medan.[17 September 2010].

[17 september 2010].


(48)

Lampiran 1. Bagan penelitian

50 cm 120 cm

100 cm

U

B T

S

Blok I Blok II Blok III

K0U0

K2U1

K1U0

K1U2

K2U2

K0U2

K2U1

K0U0

K1U1

K2U1

K0U2

K1U2

30 cm

K2U0

K0U2

K1U1

K2U2

K1U2

K2U0

K0U1

K1U0

K0U1

K2U2

K0U0

K2U0

K0U1

K1U1

K1U0

K3U0

K3U2

K3U1

K3U2

K3U0

K3U1

K3U0

K3U1

K3U2


(49)

20 cm

X X X X X X

20 cm

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

Lampiran 2. Bagan penanaman pada plot

120 cm

100 cm


(50)

Lampiran 3. Kebutuhan kascing

Jarak Tanam : 20 cm x 20 cm = 0,04 m2 Populasi : Luas Lahan / Jarak Tanam

: 10.000 m2 /0,04 m2 : 250.000 Populasi

Dosis Anjuran : 5 Ton / Ha (Mulat, 2003) : 5000 Kg / Ha

Dosis Anjuran / Tan : 5000/250.000 : 0,02 Kg / Tan : 20 g / Tan


(51)

Lampiran 4. Deskripsi bawang merah varietas Bima

Tinggi tanaman : 25-44 cm Jumlah anakan : 7-12 Bentuk daun : Silindris

Warna daun : Hijau

Jumlah daun : 14-50 helai

Umur panen : ±60 HST

Pembungaan : 50 hari, agak sukar

Jumlah biji : 120-16

Tangkai bunga/ rumpun : 2-4 Buah/tangkai : 60-100

Biji : Bulat, agak gepeng, berkeriput hitam Bentuk umbi : Lonjong

Potensi produksi : 9,9 ton/ha

Susut Bobot : 21,5 %

Tahan terhadap : Busuk umbi


(52)

Lampiran 5. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian

NO. JENIS KEGIATAN

MINGGU KE-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 Persiapan urine kambing X

2 Persiapan lahan X

3 Persiapan bibit X

4 Penanaman X

5 Aplikasi kascing X

6 Aplikasi urine X X X X X X

7 Pemeliharaan tanaman

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lahan

Penyulaman Disesuaikan dengan kondisi lahan

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lahan

8 Panen X

9 Pengeringan X X

10 Pengamatan parameter

Tinggi tanaman X X X X X X

Jumlah anakan per rumpun X X X X X X Jumlah daun per rumpun X X X X X X Bobot basah umbi per sampel X Bobot kering umbi per sampel X Jumlah siung per sampel X


(53)

(54)


(1)

20 cm

X X X X X X

20 cm

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

Lampiran 2. Bagan penanaman pada plot

120 cm

100 cm


(2)

Lampiran 3. Kebutuhan kascing

Jarak Tanam : 20 cm x 20 cm = 0,04 m2

Populasi : Luas Lahan / Jarak Tanam

: 10.000 m2 /0,04 m2 : 250.000 Populasi

Dosis Anjuran : 5 Ton / Ha (Mulat, 2003) : 5000 Kg / Ha

Dosis Anjuran / Tan : 5000/250.000 : 0,02 Kg / Tan : 20 g / Tan


(3)

Lampiran 4. Deskripsi bawang merah varietas Bima

Tinggi tanaman : 25-44 cm

Jumlah anakan : 7-12

Bentuk daun : Silindris

Warna daun : Hijau

Jumlah daun : 14-50 helai

Umur panen : ±60 HST

Pembungaan : 50 hari, agak sukar

Jumlah biji : 120-16

Tangkai bunga/ rumpun : 2-4

Buah/tangkai : 60-100

Biji : Bulat, agak gepeng, berkeriput hitam

Bentuk umbi : Lonjong

Potensi produksi : 9,9 ton/ha

Susut Bobot : 21,5 %

Tahan terhadap : Busuk umbi


(4)

Lampiran 5. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian

NO. JENIS KEGIATAN

MINGGU KE-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 Persiapan urine kambing X

2 Persiapan lahan X

3 Persiapan bibit X

4 Penanaman X

5 Aplikasi kascing X

6 Aplikasi urine X X X X X X

7 Pemeliharaan tanaman

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lahan

Penyulaman Disesuaikan dengan kondisi lahan

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lahan

8 Panen X

9 Pengeringan X X

10 Pengamatan parameter

Tinggi tanaman X X X X X X

Jumlah anakan per rumpun X X X X X X Jumlah daun per rumpun X X X X X X Bobot basah umbi per sampel X Bobot kering umbi per sampel X Jumlah siung per sampel X


(5)

(6)