Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Dengan Pemberian Kompos Limbah Kakao Pada Tanah Inseptisol

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH KAKAO PADA TANAH INSEPTISOL SKRIPSI Oleh : DYANNE GISELLA P. TAMBAK/080307003 PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH KAKAO PADA TANAH INSEPTISOL
SKRIPSI
Oleh : DYANNE GISELLA P. TAMBAK/080307003
PEMULIAAN TANAMAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi Minat

: Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kompos Limbah Kakao Pada Tanah Inseptisol : Dyanne Gisella P. Tambak : 080307003 : Agroekoteknologi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui oleh, Ketua Komisi Pembimbing


Anggota Komisi Pembimbing

(Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc. Ph.D) NIP. 1973 0712 2005 02.1.002

(Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS) NIP. 1958 1017 1984 03.1.003

Mengetahui, Ketua Program StudiAgroekoteknologi

(Ir.T.Sabrina, M.Agr. Sc. PhD)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
DYANNE GISELLA P TAMBAK : Respons Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kompos Limbah Kakao Pada Tanah Inseptisol dibimbing oleh Luthfi Aziz Mahmud Siregar dan Rosmayati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap empat varietas bawang merah terhadap pemberian kompos limbah kakao pada tanah inseptisol, yang telah dilaksanakan di Lahan Kampus Universitas Tengku Amir Hamzah, Jalan Pancing, Medan Estate, Deli Serdang dari bulan April hingga July 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor ganda, Faktor pertama adalah varietas yanaman antara lain Varietas Medan, Maja, Kuning dan Bali Karet. Faktor kedua dosis kompos limbah kakao dengan 4 taraf, yaitu 0 g, 236 g, 472 g, dan 708 g.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun pada 2 minggu setelah tanam, diameter umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel, bobot kering per sampel, berat segar per plot, berat kering per plot dan umur panen.Dosis kompos limbah kakao tidak berbeda nyata seluruh parameter pengamatan. Interaksi antara varietas dan dosis kompos limbah kakaobelum berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kata kunci : Bawang Merah, dosis kompos limbah kakao, varietas, tanah
inseptisol
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACK DYANNE GISELLA P. TAMBAK: Response Varieties of Onion (Allium ascalonicum L.) Against Giving Cocoa Waste Compost on The Ground Inceptisol supervised by Luthfi Aziz Mahmud Siregar and Rosmayati.

The study aimed to know respons of four onion extent on the provision of cocoa waste compost on soil inseptisol. Research was conducted at campus area Tengku Amir Hamzah University,Pancing, Medan Estate, Deli Serdang (± 15 m above sea level) from April -Juli 2012. This study used a randomized block design the frist factorsis the variety, Medan Variety, Maja variety, Kuning variety and Bali Karet variety. The second factor is with 4 levels of cocoa waste compost, namely 0 g, 236 g, 472 g, and708 g.. The data obtained were analyzed using analysis of variance, followed by Honestly Significant Difference test.
The results showed that the varieties significantly of plant height, number of leaves at 2 week after plant, bulbs per sample,fresh weight per sample, dry weight per sample, fresh weight per plot, dry weight per plot and harves time. Response of giving cocoa waste compost not significantly to all observation parameters. Interaction between varieties and cocoa waste compost doses not significantlyto all observation parameters. Keywords: Onion, cocoa waste compost, varieties, inceptisol soil
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Dyanne Gisella P. Tambak, lahir di Bangun Purba pada tanggal 18 Juni 1990. Anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Erius Simson P. Tambak dan Ibunda Anna br. Girsang. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri SD Negeri 101990, tahun 2005 lulus dari SMP Negeri 1 Bangun Purba dan tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 1 Bangun Purba. Tahun 2008 penulis lulus melalui jalur PMDK di Universitas Sumatera Utara (USU), Fakultas Pertanian pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman. Pada Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para Kab. Simalungun, Sumatera Utara. Dan tahun 2012 melaksanakan penelitian di Lahan Kampus Universitas Tengku Amir Hamzah, Jln. Pancing, Medan Estate, Deli Serdang. Selama perkuliahan penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Departemen Budidaya Pertanian (HIMADITA), mengikuti Traning Organisasi dan Profesi Mahasiswa (TOPMA).
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang Maha Kuasa, atas segala berkat Rahmat dan Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respons Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kompos Limbah Kakao Pada Tanah Inseptisol”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayahanda Drs. Erius Simson P. Tambak dan Ibunda Anna br. Girsang yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam mendidik, menyayangi dan mendukung penulis. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing, Bapak Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc. Ph.D selaku Ketua dan Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS selaku Anggota yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai. Penulis juga berterimakasih kepada adik saya Ryando Quares P. Tambak atas dukungan dan doanya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Keluarga Bapak Hakim Purba, SP. atas bantuannya dan temanteman MILITAN’08, atas bantuan, hiburan serta dukungannya kepada penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi bidang ilmu pengetahuan.
Medan,April 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii
DAFTARLAMPIRAN ........................................................................................vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................1 Tujuan Penelitian ....................................................................................4 Hipotesis Penelitian.................................................................................4 Kegunaan Penelitian ...............................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman .............................................................................................5 Syarat Tumbuh...............................................................................................6 Iklim ........................................................................................................ 6 Tanah....................................................................................................... 7
Kompos Limbah Kakao ........................................................................................8 Varietas ..........................................................................................................10 Tanah Inseptisol .............................................................................................11
Universitas Sumatera Utara

Heritabilitas .................................................................................................... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian .........................................................................15 Bahan dan Alat...............................................................................................15 Metode Penelitian ..........................................................................................15
PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Kompos Limbah Kakao ..............................................................19 Persiapan Lahan .............................................................................................19 Aplikasi Kompos Limbah Kakao...................................................................19 Persiapan Bibit ...............................................................................................19 Penanaman Bibit ............................................................................................20 Penanaman .....................................................................................................20 Pemeliharaan Tanaman ..................................................................................20 Penyiraman ................................................................................................ 20 Penyulaman ...............................................................................................20 Pemupukan ................................................................................................20 Pembumbunan ........................................................................................... 21 Penyiangan ................................................................................................21 Pengendalian Hama dan Penyakit .............................................................21 Panen .............................................................................................................. 21 Pengeringan.................................................................................................... 21 Pengamatan Parameter...................................................................................22 Tinggi Tanaman (cm)................................................................................22 Jumlah Daun (helai) ..................................................................................22 Jumlah anakan per Sampel (siung) ...........................................................22 Diameter Umbi (cm) ................................................................................22 Bobot segar per sampel (g)........................................................................22 Bobotkeringper sampel (g)........................................................................22 Bobot segar per plot ..................................................................................23 Bobot kering per plot ...............................................................................23
Universitas Sumatera Utara

Umur panen ...............................................................................................23 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ...............................................................................................................24 Tinggi Tanaman (cm)................................................................................24 Jumlah Daun (helai) ..................................................................................25 Jumlah Anakan per Sampel (siung) .........................................................26 Diameter Umbi (cm) ................................................................................26 Bobot Segar Umbi per Sampel(g) .............................................................27 Bobot Kering Umbiper Sampel(g) ............................................................28 Bobot Segar Umbi per Plot .......................................................................29 Bobot Kering per Plot ..............................................................................30 Umur Panen...............................................................................................31 Heritabilitas ...............................................................................................32
Pembahasan.................................................................................................... 33 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................................37 Saran............................................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal


1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada 2 – 7 MST dengan perlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao ....................................................24
2. Rataan jumlah daun (helai) dengan perlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao ..........................................................................................25
3. Rataan jumlah anakan (siung) dengan perlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao.........................................................................26
4. Rataan diameter umbi (cm) dengan perlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao ..........................................................................................27
5. Rataan bobot segar umbi per sampel (g) denganperlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao.........................................................................28
6. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) dengan perlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao..................................................................29
7. Rataan bobot segar umbi per plot (g) dengan perlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao.........................................................................30
8. Rataan bobot kering umbi per plot (g) dengan perlakuan varietas dan pemberian kompos limbah kakao.........................................................................31
9. Rataan umur panen (HST) dengan perlakuan vrietas dan pemberian kompos limbah kakao ..........................................................................................32
10. Nilai duga geritabilitas (h2) masing-masing parameter........................................32

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Bagan Penelitian .................................................................................................40 2. Bagan Plot Penelitian ..........................................................................................41 3. Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................................................42 4. Deskripsi Bawang Merah Varietas Medan ..........................................................43 5. Deskripsi Bawang Merah Varietas Maja .............................................................44 6. Deskripsi Bawang Merah Varietas Kuning .........................................................45 7. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bali Karet .....................................................46 8. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST................................................47 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST.........................................................47 10. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST................................................48 11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST.........................................................48 12. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST................................................49 13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 4 MST.........................................................49 14. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST................................................50 15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 5MST..........................................................50 16. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST................................................51 17. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 6 MST.........................................................51 18. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 7 MST................................................52 19. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 7 MST.........................................................52 20. Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 2 MST ..................................................53 21. Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 2 MST ...........................................................53 22. Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 3 MST ..................................................54

Universitas Sumatera Utara


23. Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 3 MST ...........................................................54 24. Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 4 MST ..................................................55 25. Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 4 MST ...........................................................55 26. Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 5 MST ..................................................56 27. Sidik RagamJumlah Daun (helai) 5 MST ............................................................56 28. Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 6 MST ..................................................57 29. Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 6 MST ...........................................................57 30. Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 7 MST ..................................................58 31. Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 7 MST ...........................................................58 32. Tabel DataJumlah Anakan per Sampel (siung)....................................................59 33. Sidik Ragam Jumlah Siung per Sampel (siung)...................................................59 34. Tabel Diameter Umbi (cm) ..................................................................................60 35. Sidik Ragam Diameter Umbi (cm) ......................................................................60 36. Tabel Bobot Segar per Sampel (g) .......................................................................61 37. Sidik Ragam Bobot Segar Umbi per Sampel (g) ................................................61 38. Tabel Bobot Kering Umbiper Sampel (g)............................................................62 39. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi per Sampel (g) ...............................................62 40. Tabel Bobot Segar Umbi per Plot (g) ..................................................................63 41. Sidik Ragam Bobot SegarUmbi per Plot (g)........................................................63 42. Tabel Bobot Kering Umbi per Plot (g) ................................................................64 43. Sidik Ragam Bobot Kering Umbiper Plot (g)......................................................64 44. Tabel Umur Panen (HST) ....................................................................................65 45. Sidik Ragam Umur Panen (HST).........................................................................65 46. Foto Lahan Percobaan..........................................................................................66
Universitas Sumatera Utara

47. Foto Umbi Bawang Merah Setiap Perlakuan.......................................................67 48. Foto Bibit Bawang Merah....................................................................................68 49. Data BMKG .........................................................................................................69 50. Data Analisis Tanah .............................................................................................70 51. Data Analisis Kompos .........................................................................................71
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
DYANNE GISELLA P TAMBAK : Respons Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kompos Limbah Kakao Pada Tanah Inseptisol dibimbing oleh Luthfi Aziz Mahmud Siregar dan Rosmayati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap empat varietas bawang merah terhadap pemberian kompos limbah kakao pada tanah inseptisol, yang telah dilaksanakan di Lahan Kampus Universitas Tengku Amir Hamzah, Jalan Pancing, Medan Estate, Deli Serdang dari bulan April hingga July 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor ganda, Faktor pertama adalah varietas yanaman antara lain Varietas Medan, Maja, Kuning dan Bali Karet. Faktor kedua dosis kompos limbah kakao dengan 4 taraf, yaitu 0 g, 236 g, 472 g, dan 708 g.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun pada 2 minggu setelah tanam, diameter umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel, bobot kering per sampel, berat segar per plot, berat kering per plot dan umur panen.Dosis kompos limbah kakao tidak berbeda nyata seluruh parameter pengamatan. Interaksi antara varietas dan dosis kompos limbah kakaobelum berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kata kunci : Bawang Merah, dosis kompos limbah kakao, varietas, tanah
inseptisol
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACK DYANNE GISELLA P. TAMBAK: Response Varieties of Onion (Allium ascalonicum L.) Against Giving Cocoa Waste Compost on The Ground Inceptisol supervised by Luthfi Aziz Mahmud Siregar and Rosmayati.
The study aimed to know respons of four onion extent on the provision of cocoa waste compost on soil inseptisol. Research was conducted at campus area Tengku Amir Hamzah University,Pancing, Medan Estate, Deli Serdang (± 15 m above sea level) from April -Juli 2012. This study used a randomized block design the frist factorsis the variety, Medan Variety, Maja variety, Kuning variety and Bali Karet variety. The second factor is with 4 levels of cocoa waste compost, namely 0 g, 236 g, 472 g, and708 g.. The data obtained were analyzed using analysis of variance, followed by Honestly Significant Difference test.
The results showed that the varieties significantly of plant height, number of leaves at 2 week after plant, bulbs per sample,fresh weight per sample, dry weight per sample, fresh weight per plot, dry weight per plot and harves time. Response of giving cocoa waste compost not significantly to all observation parameters. Interaction between varieties and cocoa waste compost doses not significantlyto all observation parameters. Keywords: Onion, cocoa waste compost, varieties, inceptisol soil
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN


Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang

sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga

merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan

kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Karena

memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka pengusahaan bawang merah telah

menyebar hampir semua propinsi di Indonesia. Meskipun minat petani cukup

kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik

kendala

yang

bersifat


teknis

maupun

ekonomis

(Sumarni dan Hidayat, 2005).

Bawang merah mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Tiap 100

gram bawang merah mengandung kalori 39 kal, 150 protein, 0,30 gram lemak,

9,20 gram karbohidrat, 50 vitamin A, 0,30 mg vitamin B, 200 mg vitamin C, 36

mg kalsium, 40 mg fosfor dan 20 gram air. Di Indonesia tanaman bawang merah

telah lama diusahakan oleh petani sebagai usaha tani yang bersifat komersial

untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup besar. Hal ini merupakan suatu


indikasi bawang merah posisi yang strategis dalam beberapa aspek

(Nur dan Thohari, 2005).

Produksi bawang merah propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010

menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (2012) adalah

9.413 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah untuk daerah Sumatera Utara

masih jauh dibawah kebutuhan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan

bawang merah, maka dilakukan impor dari luar negeri. Rendahnya produksi

Universitas Sumatera Utara

tersebut salah satunya dikarenakan belum optimalnya sistem kultur teknis dalam budidaya (Badan Pusat Statistik, 2012).
Saat ini petani cendrung memilih menggunakan pupuk kimia dari pada menggunakan kompos. Hal ini karena kandungan hara didalam pupuk kimia lebih tinggi sehingga pengaruhnya cepat terlihat, sedangkan kompos pengaruhnya tidak terlihat cepat. Akibatnya kandungan bahan organik tanah berkurang, kesuburan tanah menurun, hasil panen terus menurun. Kondisi ini mendorong petani menggunakan pupuk kimia dengan dosis yang semakin meningkat. Salah satu cara untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah seperti semula adalah dengan menambahkan kompos ke tanah pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk kimia (Isroi, 2007).
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan (Isroi, 2007).

Kekhawatiran adanya pengaruh buruk terhadap kesehatan akibat pencemaran pupuk imia, kini disadari peran yang dimainkan oleh bahan organik, dan berusaha kembali meningkatkan penggunaan bahan organik, serta mengurangi penggunaan
Universitas Sumatera Utara

pupuk 3 buatan (anorganik). Kecenderungan semacam tersebut di atas memunculkan sistem pertanian yang dikenal dengan sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan eksternal rendah. Di samping berfungsi utama untuk memperbaiki sifat fisika tanah (sebagai soil conditioner), bahan organik juga membantu mengubah unsur hara tanah yang semula tidak tersedia menjadi tersedia, serta mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Sifat fisik tanah yang baik akan menyebabkan penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman menjadi lebih lancar. Oleh karena itu, penambahan bahan organik akan mengurangi jumlah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam bentuk pemberian pupuk anorganik (Abdoellah, 2000).
Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya Kalium dan Nitrogen. Dilaporkan bahwa 61% dari total nitrogen buah kakao disimpan dalam kulit buah. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81% N, 26,62% C-organik, 0,31% P2O5, 6,08%K2O, 1,22% CaO, 1,37% MgO, dan 44,85 cmol/kg KTK. Aplikasi kompos kulit kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19,48% pada tanaman (Isroi, 2007).
Jenis tanah ternyata memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil dan kualitas umbi bawang merah. Tanah inseptisol tidak memberikan hasil umbi yang lebih baik dan tinggi, tetapi memberikan kualitas umbi yang lebih baik dari pada tanah – tanah jenis latosol dan jenis andosol. Pada tanah jenis inseptisol dihasilkan umbi yang berbentuk bulat, keras dan warna kulitnya merah violet yang mengkilap. Kualitas umbi bawang merah seperti itudisukai oleh konsumen. Pada tanah jenis-jenis latosol dan jenis andosol dihasilkan umbi yang bentuknya lonjong, kurang keras dan warnanya pucat (Suwandi, dkk, 1995).
Universitas Sumatera Utara

Hingga kini, belum ada data tentang pengaruh pemberian kompos limbah kakao pada tanah inseptisol terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang merah. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang merah (Alium ascalonicum L.) terhadap aplikasi kompos limbah kakao pada tanah inseptisol. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tanggap empat varietas bawang merah terhadap aplikasi kompos limbah kakao pada tanah inseptisol. Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang merah, pemberian beberapa taraf kompos limbah kakao dan interaksi keduanya pada tanah inseptisol terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Rukmana (2005) klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, sub-divisio Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Lilialaes, famili Liliales, genus Allium, spesis Allium ascalonicum L.
Bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabangterpencar, pada kedalaman antara 15-30 cm di dalam tanah. Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan kering (Azmi, dkk, 2011).
Batang bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan bagian tanaman, berbentuk seperti cakram disebut diskus, beruas – ruas dan diantara ruas – ruas terdapat kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tangkai daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan (Rukmana, 2005).
Daun pada bawang merah hanya merupakan satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Rukmana, 2005).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang

Universitas Sumatera Utara

berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2 – 0,6 cm (Ambarwati dan Yudono, 2003).
Tangkai tandan bunga keluar dari tunas apikal yang merupakan tunas utama (tunas inti). Tunas ini paling pertama muncul dari dasar umbi melalui ujung-ujung umbi, seperti halnya daun biasa. Tangkai tandan bunga pada bagian bawah berbentuk kecil, bagian tengah membesar dan semakin keatas bentuknya semakin mengecil. Selanjutnya pada bagian yang membentuk kepala yang meruncing seperti mata tombak (Sudirja, 2010).
Bawang merah memiliki buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumbuh membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 2005).
Kualitas umbi bawang merah ditentukan oleh faktor, seperti warna, kepadatan, rasa, aroma dan bentuk. Bawang merah yang warnanya merah, umbinya padat, rasanya pedas, aromanya wangi jika digorengdan bentuk yang lonjong serta umbi yang lebih besar lebih menarik dan disukai oleh konsumen (Sumarni dan Hidayat, 2005). Syarat Tumbuh Iklim
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Daerah yang sering berkabut kurang baik untuk bawang merah dan sering menimbulkan bencana penyakit. Angin yang kencang
Universitas Sumatera Utara

juga kurang baik. Demikian juga tempat yang terlindung dan teduh (Azmi, dkk, 2011).
Bawang merah biasa dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 meter diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan didataran rendah yang memiliki suhu udara 25-32 dan iklim kering. Sebaiknya ditempat yang terbuka dan mendapat sinar matahari ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang. Ketinggian tempat paling ideal antara 0-800 meter diatas permukaan laut (Rukmana, 2005).
Bawang merah lebih senang pada iklim kering, tanah aluvial, dan udara panas sehingga sangat baik bila ditanam didataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada musim kemarau. Tanaman bawang merah masih tumbuh dan dapat berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamannya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah (Sumarni dan Hidayat, 2005). Tanah
Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai kemasaman yang agak sedikit asam samapai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8. Kemasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran kemasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Ambarwati dan Yudono, 2003).
Tanaman bawang merah memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat drainase/aerase naik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah: 5,6-6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus. Tanah yang cukup
Universitas Sumatera Utara

lembab dan air tidak mengenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1989).
Pada prinsipnya, seperti pada bawang putih, tanaman bawang merah memerlukan tiga unsur pokok dalam pupuk yaitu N, P, dan K dalam bentuk N, P2O5 dan K2O. Dosis yang diberikan adalalah 100 -120 kg N, 150 kg P2O5 dan 100 kg K2O. Akan tetapi pupuk tunggal sejenis ini sulit dijumpai dipasaran adalah Urea/ZA untuk sumber N, TS/DS untuk sumber P2O5 dan KCl/ZK untuk sumber K2O (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Pada tanaman bawang merah biasanya dibutuhkan unsur kalium yang sangat penting untuk pembentukan umbi. Kalium dalam tanaman sangat penting yaitu berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses metabolisme tanaman, regulasi stomata, dan asimilasi CO. Kekurangan kalium menyebabkan umbi kecil sehingga produksi menurun (Tjionger, 2010). Kompos Limbah Kakao
Kulit buah kakao merupakan salah satu limbah dari perkebunan kakao. Apabila tidak dimanfaatkan dapat merupakan masalah lingkungan disekitar perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.

Budidaya atau pengolahan tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kakao, dihasilkan limbah padat organik dalam jumlah melimpah. Berdasarkan data statistik perkebunan 2006, luas areal kakao di Indonesia tercatat 992,448ha, produksi 560,880 ton dan tingkat produktivitas 657 kg/ha/tahun. Bobot buah kakao yang dipanen per-ha akan diperoleh 6200 kg kulit buah 2178 kg biji basah.
Universitas Sumatera Utara

Limbah kulit kakao dapat diolah menjadi kompos untuk menambah bahan organik (Isroi, 2007).
Dari hasil penelitian diperoleh kompos kulit buah kakao memiliki C/N sebesar 12. Kompos limbah kakao mempunyai CaO dan MgO yang tinggi dan S yang rendah. CaO terlibat dalam pembelahan sel dan sebagian besar kegiatan pada membran sel. MgO merupakan komponen klorofil dan beberapa macam enzim. Sedangkan unsur S terlibat dalam penyediaan energi untuk tanaman (Rosniawaty, 2004).
Food and Fertiizir Technology Center (1997) secara umum telah mengusulkan persyaratan minimal untuk pupuk organik, yaitu:
1. Mencantumkan kadar kandungan hara, pH. 2. C/N rasio maksimal 20 3. Kandungan bahan organic maksimal 60%.
Pada dasarnya, kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai bahan organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang sangat potensial sebagai medium tumbuh tanaman (Rosniawaty, 2004).
Menurut KEPMEN Pertanian pada SNI nomor 19-7030-2004 kematangan kompos ditentukan oleh hal-hal berikut:
1. C/N – rasio mempunyai nilai 10-20, 2. Suhu sesuai dengan suhu air tanah, 3. Berwarna kehitaman dan tekstur seperti tanah, 4. Berbau tanah.
Universitas Sumatera Utara

Proses pengomposan dilakukan pada standar lokasi pengomposan yang baik. Limbah kakao yang berupa kulit buah kakao di giling kompos limbah kakao dicampur dengan penambahan dedak padi dan kotoran kambing sebagai bahan tambah sebanyak 30% dari jumlah limbah kakao. Setelah bahan tercampur, kompos dipermentasikan dengan diberi dekomposer. Tujuan diberikan dekomposer yakni sebagai pengurai kompos dan dapat mempercepat kematangan kompos. Selama masa fermentasi kompos harus dicek suhu nya dan kompos dibolak-balik agar suhu tetap normal dan kematangan kompos merata. Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi,sitologi,kimia, dan lain-lain) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksikan kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya (Poehlman and Sleper, 1995).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995)
Lingkungan yang sering mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang terdapat dekat disekitar tanaman dan disebut lingkungan mikro. Faktor ini tergantung dari gen tanaman menerima respon dari lingkungan tersebut. Gen dari tanaman menerima respon dari lingkungan tersebut. Gen dari tanaman dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila berda dalam kondisi
Universitas Sumatera Utara

yang sesuai. Jika berada dalam kondisi tidak sesuai maka tidak ada pengaruh gen terhadap berkembangnya karekteristik dengan mengubah tingkat keadaaan lingkungan (Allard, 2005).
Bawang merah merupakan tanaman berhari panjang, proses pembentukan umbi membutuhkan jumlah siang yang lebih panjang dibandingkan tanaman berhari pendek. Umbi bawang merah dapat terus membesar. Besar umbi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Ukuran diameter umbi lebih besar dari 2 cm, merupakan karakteristik utama umbi bawang merah yang disukai oleh petani, yaitu umbi berbentuk bulat, berwarna merah tua, berdiameter 2cm, dan beraroma menyengat (Putrasamedja dan Soedomo, 2007).
Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang diperoleh bila persyaratan lain terpenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman. Suatu varietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama akan meurun tergantung pada komposisi genetiknya (Poehlman and Sleper, 1995).
Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama, namun perlu diingat bahwa susunan genetik yang berbeda dapat juga diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang akan menghasilkan keragaman pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995). Tanah Inseptisol
Penyebaran tanah inseptisol sangat luas di Indonesia berkisar 1.349.152 ha. Tanah inseptisol di Indonesia umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang
Universitas Sumatera Utara

bervariasi mulai dari rendah sampai tinggi. Sifat tanahnya beraksi masam hingga agak netral. Kadar bahan organik tanah berkisar dari rendah hingga sedang. Sedangkan kandungan N dan P berpotensial rendah sampai tinggi. Kalium potensial digolongkan sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa dari tinggi sampai sangat tinggi (Subagyo, 2000).
Pembentukan solum tanah inseptisol yang terdapat didataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inseptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi (Resman, dkk, 2006).
Inseptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih dibandingkan dengan tanah yang matang dan masih banyak mempunyai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993).
Sifat fisik dan kimia Inseptisol antara lain: bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40%, pH mendekati netral atau lebih (pH 0,5

: tinggi

h2< 0,2

: rendah.

h2 0,2- 0,5 : sedang

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Kompos Limbah Kakao
Proses pengomposan dilakukan pada standar lokasi pengomposan yang baik. Limbah kakao yang berupa kulit buah kakao digiling terlebih dahulu dengan menggunakan mesin penggiling kompos, setelah digiling limbah kakao dicampur dengan menambahkan dedak padi dan kotoran ternak sebagai bahan tambah sebanyak 30% dari jumlah limbah kakao. Setelah bahan tercampur, kompos difermentasikan dengan diberi dekomposer MOD 71 dengan tujuan sebagai pengurai kompos dan dapat mempercepat kematangan kompos. Selama masa fermentasi harus dicek suhunya dan kompos dibolak-balik agar suhu normal yaitu sekitar 40-55 °C , pengomposan didiamkan selama 3 minggu. Persiapan Lahan
Lahan penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur dan dilakukan pembuatan plot dengan luas 1,2 x 1,2 m dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm, tinggi bedengan 20 cm. Aplikasi Kompos Limbah Kakao
Aplikasi kompos limbah kako pada saat penanaman bibit dengan dosis, yaitu: 0 gram/plot, 236 gram/plot (164,47 kg/ha), 472 gram/plot (328,94 kg/ha), 708 gram/plot (493,41 kg/ha). Kompos limbah kakao diaplikasikan dengan cara menebarkan secara merata. Persiapan Bibit
Untuk bibit yang dipakai, dipilih bibit dengan berat relatif sama 5 gram/siung, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering dibersihkan,
Universitas Sumatera Utara

ujung umbi dipotong kecuali varietas Medan, kemudian bibit direndam dengan Mancozeb 80 % selama 3 menit. Penanaman Bibit
Penanaman bib