ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

(1)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

IFANY DAMAYANTI

F1107013

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

There is no over night success ~Penulis~

Success is a journey, not a destination ~Penulis~

Kunci sukses itu ada 2, fokus dan positive feeling ~Penulis~

Tuhan itu tepat janji dan tepat waktu ~Penulis~

Kita tidak dapat mengubah masa lalu tapi kita bisa memperindah masa depan ~Penulis~


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Untuk Papa dan Mama tersayang yang dalam sujudnya selalu berdoa untuk kebahagiaan dan keberhasilanku. Ini sebagai tanda baktiku

untuk Papa & Mama.

Untuk kakak – kakakku tercinta Ferdian, Feriska dan Cici Kalianlah sumber kekuatanku.

Untuk sahabat karibku Caesa Septiani Putri dan Sinurmauli Fornia Gultom yang tiada henti-hentinya memberikan semangat, dukungan

serta doanya padaku

Untuk Teman-Teman Kosku Mbak Dhian, Mbak Widi, Mbak Ines & Mbak Della yang selalu menemani hari-hari dengan penuh suka.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikkum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, serta dengan usaha sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA”, ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui dalam penyusunan laporan magang ini. Namun dengan bantuan serta bimbingan berbagai pihak, maka laporan magang ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankan penulis sampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dari beberapa pihak yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penyusunan laporan magang ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar ,bijak serta yang telah meluangkan waktu dan fikiran dalam mengarahkan serta memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

commit to user

vii

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Dwi Prasetiayani, SE, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Para penguji skripsi yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran dalam memberikan masukan yang berarti pada saat ujian skripsi.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

7. Keluarga Besar Pasar Gede yang sangat kekeluargaan yang telah membantu penulis melakukan penelitian, ditambahi main gamelan sareng Keluarga Besar, gayeng ^_^. Matur Nuwun Bapak, Ibu sareng Mbak-Mbak.

8. Papa ku tercinta, terima kasih untuk semua nasehat, arahan serta kasih sayang yang selama ini telah diberikan. I will always love you, daddy.

9. Mama ku tersayang, terima kasih perhatian yang setiap hari diberikan serta dorongan untuk selalu sabar dan menjadi wanita yang kuat. Don’t stop loving me, mom. I never feel so lonely because you’re always here with me.

10.Kakak-kakakku tersayang ( Mas Ferdi, Mbak Mano, Che-Che ) terima kasih kasih sayang serta inspirasi yang selalu diberikan. I love you forever.

11.dr. Soffin Arfian dan keluarga selaku om, terima kasih banyak untuk sangkar emasnya ^_^. Selama ponakan di Solo selalu menjaga & menghibur. Karaoke & wisata kuliner bersama om dan keluarga sangat menyenangkan. Doakan ponakan mu yang centil ini om ^_^.


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

12.Sahabat-sahabatku tercinta di Bandung, Nchy, Vivi, Yanie, Noor, Fitrea, Nenden, Cha-cha, Ricka, Cinta, Gantria, Meida, Wulan, Jesi, Meilda, Icha, Lusie, Novi. Dimanapun kita berada, kalian sahabatku selamanya. Pepeundak diditunya sayang-sayangkuh...

13.Teman-teman EP angkatan 2007, kakak tingkat angkatan 2006 terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak langsung telah memberi bantuan hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 18 Mei 2011


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dan Ciri-Ciri Sektor Infomal ... 8

B. Definisi Bisnis Kecil ... 10

C. Definisi Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan Dan Kinerja Pedagang... 12

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang ... 15

1. Umur ... 15

2. Lama Usaha ... 15

3. Modal ... 16

4. Jam Kerja ... 17

5. Jenis Dagangan ... 18

F. Kerangka Pemikiran ... 18

G. Hipotesis ... 19


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

B. Jenis dan Sumber Data ... 23

C. Metode Pengumpulan Data ... 23

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 24

E. Definisi Operasional Variabel ... 25

F. Metode Analisis Data ... 26

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta ... 33

B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres ... 43

C. Pasar Tradisional (Pasar Gede) ... 48

1. Sejarah Berdirinya Pasar Gede ... 48

2. Jenis Dagangan di Pasar Gede ... 49

3. Jumlah Pedagang dan Pendapatan di Pasar Gede ... 51

E. Karakteristik Demografi dan Sosial Pedagang di Kawasan Pasar Gede ... 51

1. Umur ... 51

2. Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ... 53

3. Tingkat Pendidikan Formal ... 54

4. Jenis Barang Dagangan ... 55

5. Jam Kerja ... 56

6. Jumlah Tenaga Kerja Yang Dipekerjakan ... 57

7. Lamanya Berdagang ... 59

8. Modal Usaha ... 60

9. Tingkat Pendapatan ... 61

F. Analisis Data ... 62

1. Uji Asumsi Klasik ... 65

2. Uji Individual ... 68

3. Pengujian Hipotesis ... 71


(11)

commit to user

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Keterbatasan... 77 C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta

Tahun 2009 ... 4

2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal ... 10

4.1 Banyaknya Kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta ... 35

4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 2000-2009 ... 36

4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009 ... 37

4.4 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009 ... 37

4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta ... 39

4.6 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009.. 40

4.7 Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009 ... 41

4.8 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009 ... 42

4.9 Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008 ... 44

4.10 Pedagang Pasar Gede Menurut Umur ... 52

4.11 Pedagang Pasar Gede Menurut Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ... 53

4.12 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendidikan Formal ... 54

4.13 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jenis Dagangan ... 56

4.14 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jam Kerja (hari) ... 57

4.15 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jumlah Tenaga Kerja yang Membantu . 58 4.16 Pedagang di Pasar Gede Menurut Lamanya Berdagang ... 59


(13)

commit to user

xiii

4.17 Pedagang di Pasar Gede Menurut Asal Modal Usaha ... 60

4.18 Pedagang di Pasar Gede Menurut Besar Modal Usaha ... 60

4.19 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendapatan ... 62

4.20 Hasil Uji Regresi Linier berganda ... 63

4.21 Hasil Uji Regresi Linier berganda ... 65


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar/Diagram Halaman

3.1 Uji t ... 28

3.2 Uji Durbin Watson... 32

4.1 Scatterplot Umur Dengan Lama Usaha ... 64


(15)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

Ifany Damayanti NIM. F1107013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta baik secara individu maupun bersama-sama.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan motode survey dengan bantuan instrumen kuesioner dalam pengambilan data. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Ukuran sampel yang diambil sebanyak 150 pedagang di Pasar Gede dari populasi pedagang di Pasar Gede yaitu sebanyak 741 pedagang. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda.

Dari hasil analisis data ditemukan bahwa variabel independen yang mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede yaitu modal dan jam kerja dengan tingkat signifikansi α = 5%. Variabel independen jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede pada tingkat signifikansi α= 5% .

Penelitian ini mengajukan saran antara lain guna mengembangkan usaha pedagang sebaiknya menyisihkan sebagian hasil keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagangan sehingga pedagang mampu menambah variasi dagangan yang diperjual-belikan. Selain itu pedagang disarankan sebaiknya memliki tenaga kerja tambahan untuk membantu proses perdagangan terutama pedagang yang memiliki porsi jam kerja yang banyak. Hal ini sangat membantu pedagang dalam melayani pembeli dan proses perdagangan.

Kata Kunci : pedagang pasar tradisional, simple random sampling, regresi linear berganda, sektor informal.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME MARKET TRADERS IN THE CITY SURAKARTA GEDE

Ifany Damayanti NIM. F1107013

Purpose of this study was to determine and analyze the influence of the variables age, length of business, capital, working hours and types of merchandise to the merchant Gede market revenues Surakarta, both individually and together.

This study is a descriptive study using survey method with the help of instruments kuisoner in data retrieval. sampling technique in this study using a combination proportionated sampling with random sampling area. The sample size is taken as many as 150 traders in Gede market from the population of Gede market traders in the 741 merchants. Data analysis techniques used to test the hypothesis is multiple linear regression analysis.

From the results of data analysis found that independent variables that have a significant influence on earnings Gede market traders in the capital and hours worked by income level significance α= 5%. The independent variable type of merchandise do not have a significant influence on the income of traders in the Gede market at the level of significance α = 5%.

This research proposed suggestions, among others, to develop business traders should set aside a portion of profits to increase the capital of merchandise so that merchants can add variety merchandise trade. Also recommended traders should have additional manpower to help process trades, especially traders who have a portion of a lot of working hours. This is very helpful in serving buyers and traders trading process.

Key words: traditional market traders, simple random sampling, multiple linear regesi, the informal sector.


(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan sektor informal berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya,ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja menjadikan bertambahnya jumlah pengangguran sehingga sektor informal mampu meredam gelombang para pengangguran dan kemiskinan tidak meledak. Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sektor informal cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di perkotaan. Terbukti sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta ketrampilan yang sangat terbatas sektor informal mampu memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan sangat diperlukan, terutama sebagai sumber alternatif penciptaan kesempatan kerja. Sektor informal merupakan unit usaha kecil maka modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana. Meskipun dengan modal kecil tersebut


(18)

orang-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya. Data menunjukkan bahwa tahun 1995 tenaga kerja Indonesia yang ditampung sektor informal berturut-turut sebesar 62,7 persen serta pada tahun 1999 sebesar 62,0 persen (SAKERNAS 1999). Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal merupakan sektor penyangga (buffer sector) dari luapan tenaga kerja yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal.

Solo merupakan salah satu kota pertama di Indonesia yang dibangun dengan konsep tata kota modern dan Pasar Gede merupakan salah satu tujuan wisata, terutama wisatawan domestik. Selain bangunannya terkesan antik, di bagian dalam pasar tradisional ini tampak lega, tertib, dan bersih. Bangunan semacam ini memiliki nilai-nilai filosofi bangunan Jawa. Dalam filosofi kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan yang ada dikomplek keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu :

a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan b. Alun-alun, sebagai simbol suara rakyat c. Masjid Agung, sebagai tempat peribadatan d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat

Pasar Gede Hardjonagoro adalah pasar terbesar di Kota Surakarta. Pasar ini asalah salah satu ciri khas atau identitas Kota Surakarta, karena kekhasannya dan aktivitasnya. Kekhasan pasar ini adalah karena Pasar Gede menjual kebutuhan primer yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya. Pasar tradisional ini menggabungkan konsep arsitektur Jawa-Eropa buatan 1930. Tjan Sie Ing, seorang Lieutenant de Chinezen, yaitu pimpinan golongan etnis Cina yang diberi


(19)

commit to user

legitimasi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar 100 tahun silam. Selain mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda, pimpinan kelompok Cina ini juga mendapat konsensi dari pemerintah keraton Kasunanan Surakarta berupa hak pengelolaan pasar tradisional Hardjonegoro, yang kemudian menjadi Pasar Gede. Pada masa lalu pusat berkumpulnya masyarakat sebenarnya ada di pasar tradisional. Pasar tradisional berfungsi sebagai ruang ekonomi, ruang sosial dan ruang budaya. Sebagai ruang ekonomi karena jelas merupakan tempat jual beli. Sebagai ruang sosial karena merupakan tempat interaksi, dan sebagai ruang budaya terlihat dari fungsinya sebagai sarana pembelajaran. Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gede atau “pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Di pasar Gede terdapat berbagai jenis barang dagangan yang merupakan dagangan unggulan atau ciri khas pasar Gede, yaitu : ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng ditempat, dan buah-buahan. Namun pasar Gede lebih dikenal dengan pasar buahnya atau lebih lengkapnya dagangan yang ada dipasar Gede, yaitu : wade, grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi, ikan laut, ayam potong, ayam hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang sayur, grabatan, pedagang makanan, dan oleh-oleh khas Solo.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tabel 1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009

Kecamatan

petani

sendiri Buruh tani Pengusaha

Buruh Industri

Buruh Bangunan

(Farmers) (Farm workers) (Enterpreneur) (Industry Workers)

(Workers of constructor)

Laweyan 50 40 996 14.980 12.486

Serengan 0 0 1089 5.258 3.135

Pasar

Kliwon 0 0 2506 10.433 7.134

Jebres 84 0 1721 16.519 16.012

Banjarsari 344 412 3087 21.366 19.579

Jumlah 478 452 9399 68556 58346

Kecamatan Pedagang Angkutan PNS/TNI/POLRI Pensiunan Lain-Lain Retail (Transportation)

Laweyan 5.700 2.744 5.056 3.705 42.263

Serengan 4.259 1.928 1.614 907 32.150

Pasar

Kliwon 8.029 4.909 2.848 4.376 32.602

Jebres 5.047 2.748 8.025 3.680 49.061

Banjarsari 10.491 6.315 9.392 6.934 37.935

Jumlah 33526 18644 26935 19602 194011

Sumber : BPS Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat di lihat, bahwa mata pencaharian tertinggi yang berdiri sendiri di Kota Surakarta ialah pedagang (retail) yaitu sebanyak 33.526 orang. Mata pencaharian buruh menduduki peringkat pertama namun tidak menjadi patokan mata pencaharian yang dominan, hal ini di karenakan buruh menggantungkan hidupnya kepada pabrik sedangkan jumlah permintaan buruh jumlahnya tidak stabil tiap tahunnya. Mata pencaharian formal tercatat sebanyak 26.935 orang yang terserap dan sisanya masuk ke dalam sektor informal sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian di sektor informal mampu menjadi sektor penyangga (buffer sector) dari luapan tenaga kerja yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal.


(21)

commit to user

Keberadaan Pasar Gede sebagai pasar tradisional juga pasar wisata diharapkan mampu membuka peluang kerja di sektor informal khususnya terhadap pedagang. Pedagang adalah orang yang dengan modal yang relatif bervariasi yang berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang atau jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat. Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar sehingga berdagang merupakan salah satu alternatif lapangan kerja informal yang banyak menyerap tenaga kerja. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang mampu menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus menyerap tenaga kerja. Pasar Gede sebagai tradisional yang digunakan sebagian masyarakat untuk mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sebagai pasar wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Surakarta.

Potensi Pasar Gede bila dikembangkan dan dikelola lagi akan menguntungkan pemerintah daerah baik dari sisi financial maupun penyediakan peluang kerja dalam sektor informal. berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA”.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh umur pedagang terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang?

2. Bagaimanakah pengaruh lama usaha terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang?

3. Bagaimanakah pengaruh modal terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang?

4. Bagaimanakah pengaruh jam kerja terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang?

5. Bagaimanakah pengaruh jenis dagangan terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang?

6. Bagaimanakah pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel lama usaha terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.


(23)

commit to user

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel modal terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jam kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.

6. Untuk mengetahui pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan?

D. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Secara pribadi, penulis memperoleh banyak pengalaman dan merupakan penerapan dan evaluasi terhadap teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

2. Dapat dijadikan referensi berikutnya.

3. Sebagai motivasi bagi pedagang di Pasar Gede dalam mengembangkan usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh.

4. Sebagai bahan pertimbangan sektor informal yang berwenang untuk pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Ciri-Ciri Sektor Informal

Definisi sektor informal menurut Ebert dan Griffin (2000;150) dalam Alma Buchari (2006:95) ialah suatu usaha yang dimiliki dan dikelola secara bebas dan yang menjalankan bisnis adalah pemiliki sendiri, bekerja bebas sesuai kesanggupannya.

Definisi teoritis sektor informal adalah sebagai berikut sektor informal terdiri dari unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan bahwa usahanya itu sangat dihadapkan berbagai kendala seperti faktor modal, maupun manusia (pengetahuan) dan faktor-faktor ketrampilan (Hidayat, 1983:560).

Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh sebab itu, produktifitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu, mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitasfasilitas kesejahteraan seperti yang dinikmati rekan-rekan yang berada di sektor formal, misalnya tunjangan keselamatan kerja dan dana pensiun (Todaro, 2000:352).


(25)

commit to user

Adapun ciri-ciri sektor informal antara lain (Alma Buchari, 2006:96) : 1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik.

2. Belum mempunyai izin usaha yang resmi. 3. Teknologi yang digunakan sangat sederhana. 4. Modal dan perputaran usaha sangat kecil.

5. Pendidikan formal dari para pengelolamya tidak menjadi pertimbangan dalam membuka usaha.

6. Usahanya bersifar mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga sendiri.

Pengertian ciri-ciri sektor informal yang diberikan oleh Committe for Economic Development ialah (Alma Buchari, 2006:95) :

1. Manjemennya dilakukan secara bebas, biasanya pemilik langsung menjadi manajer.

2. Modal berasal dari pemilik atau kelompoknya.

3. Daerah operasionalnya bersifat lokal, dan si pemilik bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi bisnis.

4. Dalam hal usaha industri ukuran besar dan kecil itu sangat relatif. Suatu bisnis dikatakan kecil jika dibandingkan dengan bisnis yang sejenis.

Clifford M.Baumback Ph.D menyatakan ciri sektor informal ialah (Alma Buchari, 2006:98) :

1. Manjemen oleh pemilik.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Daerah operasional bersifat lokal.

4. Permodalan sangat bergantung pada sumber dari dalam bisnis.

Setelah diuraikan beberapa ciri sektor informal maka secara umum dapat diuraikan perbedaan karakteristik antara sektor formal dan sektor informal sebagai berikut, menurut Alan Gilbert dan Josef Gugler dalam Rasida Nur Hapsari (2004) :

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal

No. Sektor Informal Sektor Formal

1. Mudah untuk dimasuki. Sulit untuk dimasuki. 2. Bersandar pada sumber daya

lokal.

Sering bergantung pada sumber daya luar negeri.

3. Usaha milik sendiri. Pemiliknya patungan. 4. Operasinya dalam skala kecil. Operasinya berskala luas. 5. Padat karya dan teknologinya

bersifat adaptif.

Padat modal dan seringkali menggunakan teknologi impor.

6. Ketrampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal.

Membutuhkan ketrampilan yang berasal dari sekolah formal, bahkan seringkali berasal dari luar negeri.

7. Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.

Pasar diproteksi (melalui tarif, kuota dan tarif dagang).

Sumber : Laporan ILO 1976

B. Definisi Bisnis kecil

Di Indonesia bisnis kecil sering disebut sektor informal, yaitu suatu kegiatan bisnis yang dilakukan sambilan, oleh seseorang dibantu sanak famili. Kegiatan bisnis kecil yang bergerak dalam bidang perdagangan dapat diklasifikasikan secara garis besar yaitu (Alma Buchari, 2006:95) :

1. Skala besar, dengan modal lebih dari 100 juta.

2. Skala menengah dengan modal Rp.25 juta – Rp.100 juta. 3. Skala kecil di bawah Rp.25 juta.


(27)

commit to user

Kegiatan bisnis kecil memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya. Kelemahan usaha kecil yaitu (Alma Buchari, 2006:99) : 1. Pendapatan pengusaha bisnis kecil tidak mementu, tidak tetap

dibandingkan dengan menerima gaji tetap dari perusahaan.

2. Resiko pengusaha lebih besar, dibandingkan dengan sesorang yang bekerja di perusahaan.

3. Dalam keadaan sulit maka saat-saat membayar gaji pegawai dirasakan merupakan beban berat. Tetapi keadaan ini tidak akan terasa bila keadaan telah lancar kembali.

4. Pengusaha dibatasi geraknya oleh berbagai peraturan yanh dikeluarkan oleh pemerintah pusat, kotamadya, kecamatan, RT, RW dan sebagainya.

Peraturan – peraturan ini mungkin di anggap sebagai penghamabat oleh pengusaha yang belum berpengalaman, terutama pada saat permulaan bisnis beroperasi.

Kelebihan bisnis kecil antara lain :

1. Pengusaha memiliki kebebasan yang luas dalam menjalankan usahanya sendiri. Ini merupakan satu keuntungan bagi pengusaha karena hidup aman dan tidak ada tekanan.

2. Pengusaha mampu mengekspresikan ide-ide yang dimiliki dengan mudah. Tidak seperti bisnis besar yang banyak melalui birokrasi sehingga untuk mengekspresikan ide cenderung sulit.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

4. Pengusaha bisnis kecil lebih cenderung mudah mendapatkan penghargaan masyarakat, dibandingkan seseorang yang bekerja di perusahaan.

C. Pengertian Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan, dan Kinerja Pedagang

Ditinjau dari perspektif ekonomi, pasar adalah wahana pertemuan antara penjual dengan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar tradisional merupakan sarana tempat berlangsungnya transaksi jual beli, dimana pedagang secara langsung dan kontinyu memperdagangkan aneka barang dan jasa. Bentuk fisik pasar tradisional biasanaya terdiri dari los dan kios sederhana, relatif kurang terawat dan terkesan kumuh (Sinungan, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain

Pasar adalah tempat dimana para pembeli dan para penjual dari suatu barang atau jasa melakukan interaksi untuk menentukan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjualbelikan (Sukirno, 2002;42)

Salah satu karakterisktik yang menonjol dari pasar tradisonal adalah banyaknya pedagang yang menjual jenis barang dagangan yang sama. Selain itu penentuan harga barang dilakukan melalui proses tawar menawar. Walaupun harga barang relatif murah namun kualitas dan kebersihan barang kurang diperhatikan (Sinungan, 1987 dan Alexander, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008).


(29)

commit to user

Salah satu fungsi dari pasar adalah sebagai fasilitas umum untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat. Meskipun secara fisik suasana berbelanja di pasar tradisional kurang menyenangkan, namun pasar tradisional mempunyai jangkauan pelayanan yang luas kepada masyarakat. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Asosiasi Pengecer dan Pusat Pertokoan Indonesia (AP3I) di Jakarta setiap hari hampir sejuta orang yang berbelanja ke pasar tradisional. Bahkan pangsa pasarnya mencapai 50% dari seluruh konsumen (Sinungan, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008).

Sebagai pusat perdagangan kota, pasar merupakan unsur penggerak kegiatan perekonomian kota dan sebagia unsur utama pembentuk struktur tata ruang kota. Oleh karena itu. Kawasan perdagangan kota pada umumnya tumbuh dan berkembang dari adanya pasar (Ali, 1994 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Secara langsung pasar memberi kesempatan pekerjaan dan berusaha kepada mantri pasar, tukang parkir, pemasok barang, buruh angkut, penjaga malam, renternir dan pemulung

Pedagang pasar adalah spekulatif yang tidak berani mengambil resiko jangka panjang dan cenderung untuk memencarkan resiko dan laba (Geertz, 1992;44).

Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh pengusaha, setelah dikurangi oleh ongkos yang tersembunyi (Sadono Sukirno, 1982:38). Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atas kegiatan yang dilakukan. Pengusaha sebagai


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pemimpin usaha memproduksi barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari warga masyarakat dalam transaksi jual-beli. Pendapatan diperoleh apabila terjadi transaksi antar pedagang dan pembeli dalam satu kesepakatan bersama.

Kinerja dalam suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang diperlihatkan dalam rangka meningkatkan kuantitas maupun kualitas daripada output yang dihasilkan. Untuk mengetahui kinerja dari perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, yaitu neraca perhitungan rugi/laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan ( Wijayanti, 2003:14 ). Begitu pula dengan usaha pedagang pasar, kinerja pedagang adalah suatu proses inovatif dari pedagang untuk meningkatkan keuntungan usahanya. Berhasil tidaknya kinerja suatu perdagangan, dilihat dari besarnya laba yang diperoleh. .

Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari biaya produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi. Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan diantara hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar ( Sukirno,2002:189 ).


(31)

commit to user

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang 1) Umur

Umur merupakan sebagian dari pengalaman usaha selama melakukan kegiatan pemasaran produknya. Pengusaha yang lebih lama berjualan biasanya memiliki pengalaman yang cukup dalam untuk mempertahankan usahanya. Asumsinya semakin banyak pengalaman yang alami semakin matang umur pedagang.

2) Lama Usaha

Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya, dan sangat bervariasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang lainnya. Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola, memproduksi dan memasarkan produknya. Karena pengusaha yang memiliki jam terbang tinggi di dalam usahanya akan memiliki pengalaman, pengetahuan serta mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan. Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan produknya. Pengalaman usaha seseorang dapat diketahui dengan melihat jangka waktu atau masa kerja seseorang dalam menekuni suatu pekerjaan tertentu. Semakin lama seseorang melakukan usaha/kegiatan, maka pengalamannya akan semakin bertambah. Pengalaman usaha ini dapat


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dimasukkan ke dalam pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari yang dilakukan secara sadar atau tidak dalam lingkungan pekerjaan dan sosialnya (Wijayanti, 2005:18).

Lamanya seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan mepengaruhi kemampuan profesionalnya. Semakin lama menekuni bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku konsumen. Keterampilan berdagang makin bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil dijaring.

3) Modal

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan adalah modal. Didalam persepsi pasar yang dimaksud dengan modal atau biasanya disebut pawitan (bahasa jawa) adalah sejumlah barang dagangan dan bukannya dalam pengertian uang (Alexander, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Beberapa hasil penelitian terhadap pedagang sektor informal menunjukan terdapatnya kaitan langsung antara modal dengan tingkat pendapatan pedagang (Tjiptoroso, 1993; jafar,1994; Santayani, 1996 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Modal yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini berarti akan makin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar.

Modal adalah pada umumnya sumber permodalan bisnis kecil berasal dari (Alma Buchari, 2006;112 ) :


(33)

commit to user 1. Uang tabungan sendiri

2. Dari kawan atau relasi 3. Pinjaman barang dagangan 4. Kredit bank

5. Laba yang diperoleh.

4) Jam Kerja

Jam kerja lamanya waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha. Dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup. Adapun jam kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh para pedagang pasar tradisional dalam menjajakan barang dagangannya setiap hari. Hal ini banyak tergantung dari berbagai hal seperti jenis barang dagangannya, kecepatan laku terjual barang dagangan, cuaca dan sebagainya, yang dapat mempengaruhi jam kerja pedagang.

Jones G dan Bondan Supraptilah membagi lama jam kerja seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori yaitu ( Ananta dan Hatmaji,1985:75):

a. seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Jika seseorang bekerja dibawah 35 jam per minggu, maka ia dikategorikan bekerja dibawah jam normal.

b. seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam per minggu. Disini seseorang dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. seseorang yang bekerja diatas 45 jam per minggu. Bila seseorang dalam satu minggu bekerja diatas 45 jam, maka ia dikategorikan bekerja dengan jam kerja panjang.

5) Jenis Dagangan

Jenis dagangan adalah jenis barang yang dijual di pasar tradisional. Biasanya jenis barang yang diperdagangkan meliputi berupa ikan, buah, sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Kebutuhan masyarakat pada umumnya tersedia di pasar tradisional dan proses transaksi jual beli yang dilakukan yaitu dengan cara tawar menawar sehingga konsumen dapat memperoleh barang yang diperoleh dengan harga yang relatif murah di pasar tradisional.

E. Kerangka Pemikiran

P E N D A P A T A N

UMUR

LAMA USAHA

MODAL

JAM KERJA

JENIS DAGANGAN


(35)

commit to user

Dalam kerangka teoritis diatas terlihat bahwa pendapatan merupakan variabel dependen, sedangkan umur, lama usaha, kam kerja, modal dan jenis dagangan merupakan variabel independen. Skema tersebut mengatakan bahwa pendapatan pedagang Pasar Gede dipengaruhi oleh umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan.

F. Hipotesis

Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diujikan kebenarannya, dalam penelitian ini maka hipotesisnya sebagai berikut:

1. Variabel umur memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 2. Variabel lama usaha memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 3. Variabel modal pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

4. Variabel jam kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 5. Variabel jenis dagangan pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 6. Secara bersama-sama variabel umur, lama usaha, jam kerja, modal dan

jenis dagangan memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

G. Penelitian Sebelumnya

Asmie Poniwatie.2008.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingakt Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta.Jurnal NeO-Bis.vol.2.No.2. dalam penelitian ini diperoleh hasil faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tradisonal di kota Yogyakarta adalah jumlah modal usaha yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan lama


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

usaha yang dijalankan. Diantara ketiga faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar, maka modal usaha merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar. Tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta rata-rat sebesar Rp.479.000,00 per-minggu. Sedangkan jumlah modal usaha yang digunakan rata-rata sebesar Rp.479.000,00 per minggu. Sedangkan jumlah modal yang digunakan rata-rata sebesar Rp.3.583.000,00. Pedagang pasar tradisional di kota Yogyakarta beroperasi atau menjalankan usaha yang dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup rata-rata selama 46,02 jam perminggu atau rata-rata selama 6,57 jam perhari. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata waktu operasi pedagang pasar tradisional sudah cukup wajar bial dikaitkan dengan pendapatan yang diperoleh. sedangkan jumlah tenaga kerja yang digunakan pedagang pasar rata-rata berjumlah 2 orang. Hal ini menggambarkan bahwa usaha perdagangan di pasar tradisonal di kota Yogyakarta telah menekuni usahanya rata-rata selama 6 tahun. Hal ini menunjukan bahwa usaha perdagangan pasar cukup prospektif sebagai sumber penghidupan yang memungkinkan pelakunya memperoleh pendapatan yang layak.

Ahmad Iqbal Baq.2000.Strategi Usaha Rumah Tangga Pedagang Kaki Lima Minangkabau Di Kawasan Malioboro Kotamdya Yogyakarta.Jurnal TEKNOSAINS.vol.13.No.3. dalam penelitian ini diperoleh hasil tiap sepuluh rumah tangga terdapat lima anggota rumah tangga yang bekerja pada pekerjaan atau usaha lain diluar membantu menjajakan barang dagangandi


(37)

commit to user

Malioboro. Kecilnya proporsi itu dibandingkan dengan yang membantu usaha dagang karena jam kerja yang cukup panjang rata-rata hampir mencapai 11 jam setiap hari. Rata pendapatan satu rumahtangga adalah Rp.21.997,-/hari sedangkan rata-rata sumbangan pendapatan yang diperoleh dari trotoarmalioboro mencapai Rp. 16.608,-/hari (75,5 persen). Jadi sumbangan pendapatan diluar usaha dagang yang dijajakan di trotoar untuk rumahtangga cukup signifikan. Sumbangan pendapatan itu cukup besar untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga, artinya pendapatan yang diharapkan dari Malioboro diperkirakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo (studi kasus di pasar nguter kecamatan nguter) “ oleh Nur Rahmat Wahyudi pada tahun 2010. Ia menggunakan 169 responden yaitu pedagang di Pasar Nguter Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, pengalaman usaha, tenaga kerja, dan jam kerja terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang. Hasil yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya pendapatan pedagang di Pasar Nguter adalah modal dan jam kerja. Sedangkan faktor-faktor pengalaman usaha dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadapa pendapatan pedagang di Pasar Nguter Kota Sukoharjo. Penelitian ini menghasilkan bahwa variabel modal adalah variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang.

Penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Sukoharjo” oleh Retno Dewi


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Wijayanti pada tahun 2005. Ia menggunakan 75 responden yaitu pedagang kaki lima di kawasan alun-alun Setya Negara Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pedagang, pengalaman usaha, jam kerja, lokasi berdagang, cara berdagang, dan jenis barang dagangan terhadap keuntungan pedagang kaki lima. Hasilnya yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan adalah faktor jam kerja, lokasi usaha, dan cara berdagang. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap keuntungan pedagang kaki lima adalah umur pedagang, pengalaman usaha, dan jenis barang dagangan.


(39)

commit to user

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang menganalisis faktor-faktor yang berhubungan terhadap pendapatan para pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Lokasi penelitian di Pasar Gede , Jebres, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer : data tentang pedagang yang dikumpulkan melalui wawancara dari responden dengan menggunakan kuisioner.

b. Data Sekunder : data tentang pedagang yang diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Surakarta dan dari literatur-literarut atau sumber-sumber lain yang terkait dengan data yang digunakan.

C. Metode Pengumpulan Data

1) Observasi

Pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian penelitian ini.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2) Interview

Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

3) Kuisioner

Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu yang kemudian diberikan kepada pedagang yang bekerja di Pasar Gede.

4) Studi Pustaka

Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik di buku, jurnal, majalah, koran, internet atau data yang berasal dari dinas atau instansi yang berhubungan dengan masalah penelitian.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Ukuran Populasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik pengambilan data dari penelitian ini adalah seluruh pedagang yang membuka usaha dagang di Pasar Gede, yaitu sebanyak 741 pedagang yang meliputi pedagang wade, grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi, ikan laut, ayam potong, ayam hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang sayur, grabatan, pedagang makanan, dan oleh-oleh khas Solo.

2. Ukuran Sampel

Pengolahannya diambil secara proporsional. Adapun sampel penelitiannya sebesar 20% dari jumlah populasi (20% dikali 741 = 148).


(41)

commit to user

Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2002:112), bahwa apabila subyeknya kurang dari seratus sebaiknya diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun apabila subyek jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, atau lebih. 3. Teknik sampling yang digunakan adalah

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Jumlah sampel dalam setiap stratum ditentukan secara proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel Dependen/Tak bebas :

Pendapatan adalah adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari aktivitasnya, dengan satuan rupiah.

Variabel independen/Bebas meliputi :

a. Umur adalah usia dari pedagang, dengan satuan tahun.

b. Lama usaha adalah waktu yang dilalui oleh responden berdagang dari semenjak responden melakukan kegiatan usaha pertama kali sampai sekarang, dengan satuan tahun.

c. Modal adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk pertama kalinya dalam memulai usaha, dengan satuan rupiah.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

d. Jam kerja adalah waktu lama responden melakukan kegiatan perdagangan setiap harinya, dengan satuan jam.

e. Dummy Jenis Dagangan adalah macam-macam yang dijual oleh pedagang.

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode analisa kuantitatif. Analisa kuantitatif adalah analisa dengan menggunakan rumus-rumus dan teknik perhitungan yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah-masalah yang diteliti. Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesa, dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square yaitu analisis peramalan yang menggunakan lebih dari satu macam variabel bebas. Dengan cara ini maka kita dapat mengetahui sejauh mana hubungan umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan sebagai variabel independen (variabel yang menjelaskan) terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede sebagai variabel dependen (variabel yang dijelaskan). maka digunakan model regresi berganda dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut :

Y = f {X1, X2, X3, X4, X5} (3.1)

Dimana :

Y : Pendapatan Pedagang (satuan rupiah) X1 : Umur (satuan tahun)


(43)

commit to user X2 : Lama Usaha (satuan tahun)

X3 : Modal (satuan rupiah)

X4 : Jam Kerja (satuan jam)

X5 : Jenis Dagangan, dinyatakan dalam Dummy 0 = Bukan sembako

1 = Sembako

Dari fungsi tersebut kemudian diturunkan menjadi persamaan regresi sebagai berikut :

Y = α0+ β1X1+ β2X2 + β3X3+ β4X4+ β5X5 + ei (3.2)

1. Alat Uji yang digunakan

Pada hipotesis tersebut kemudian dilakukan pengujian yang meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik.

a. Uji Statistik 1) Uji t

Uji t adalah pengujian untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dengan analisis sebagai berikut:

Hipotesis : Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Nilai of test

daerah ditolak daerah diterima

→ t (α/2, N-k)

Gambar III.1 Uji t

Ho diterima jika : -t(α/2, N-k) ≤ t (2/2, N-k)

Ho ditolak jika : t > t (α/2, N-k) atau t < -t (α/2, N-k) Dimana: α : derajat signifikansi

N :jumlah sampel

K :banyaknya parameter

Jika H0 diterima, maka koefisien regresi tidak signifikan pada

tingkat α

Jika H0 ditolak, maka koefisien regresi signifikan pada tingkat α Perhitungan nilai t :

Se

bi t

(bi)

= ………...(3.3)

Dimana bi : Koefisien regresi

Se(bi) : Standar error koefisien regresi

Kesimpulan :

1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.


(45)

commit to user

2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

2) Analisis koefisiensi determinasi berganda (R2)

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel bebas atau independent variabel dapat menerangkan dengan baik variabel terkait atau dependen variabel. Hal ini dapat dilihat dan nilai R2nya. Analisis koefisien determinasi berganda mempunyai ketentuan sebagai berikut: Jika R2 mendekati 0, maka variabel yang dipilih tidak dapat menerangkan variabel terkaitnya dan jika R2 mendekati 1, maka variabel bebas yang dipilih dapat menerangkan dengan baik variabel terkaitnya:

Formula penguji adalah sebagai berikut;

yi ei -1 T R -1 T E 2 2 SS SS SS SS S S = = ………..…...(3.4)

ESS : Explain Sum Of Square RSS : Residual Sum Of Squre TSS : Total Sum Of Square

a. Pengujian secara serentak ( Uji F-test)

Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Tahap Pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Hipotesa : Ho: b1= b2= b3=b4=b5= b6 = 0

Ha: b1= b2= b3=b4=b5= b6≠ 0

F hitung rumusnya : F =

R2 : Koefisien determinasi berganda N : Jumlah sampel

k : Banyaknya parameter total yang diperkirakan

F-tabel ditentukan level of signifikan (α = 0,05) dengan (n-k, k-1) Dimana : F : F-hitung

Jika F-hitung <F-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya

koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan pada tingkat α. Jika F-hitung >F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima , artinya

koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secaea signifikan pada tingkat α. b. Uji asumsi klasik

1) Multikolinearitas

Untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model tersebut terdapat Multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara pengujiannya adalah dengan menggunakan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai r2 dengan nilai R2 yang didapat dan hasil matriks korelasi.


(47)

commit to user

Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah Multikolinearitas. Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah Multikolinearitas. 2) Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti telah terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji White bantuan program Eviews. Perintah yang dapat dilakukan adalah dengan meregresi variabel bebas dan variabel terikat, kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai Obs*R-squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu dibandingkan dengan nilai chi-squared tabel dengan df sesuai jumlah regresor dan level of significant yang dipakai.

Jika nilai chi-square lebih besar dari nilai Obs*R-squared (tidak signifikan), maka tidak terdapat heteroskedastik dalam model tersebut.

Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

3) Autokorelasi

Untuk mengetahui adanya autokorelasi antara variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien dalam sampel kecil


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

maupun sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan Durbin-Watson (d-test), dimana prosedur Durbin Watson test adalah sebagai berikut:

Menghitung nilai d dengan menggunakan rumus:

d =

1 2

1 -ci

ei ei -1 2

S S

……….(3.5)

Dengan R tertentu dan jumlah variabel tertentu mencari dl dan du dalam tabel Durbin-Watson

Hipotesis :

D<dl : H0 ditolak

d>4-dl : H0 ditolak

du<d<4-du : H0 diterima

dl ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dl : pengujian tidak meyakinkan

Tidak ada

Auto korelasi Ragu korelasi Ragu Auto korelasi positif ragu ragu negatif 0 df du 4-du 4-dl 4

Gambar III.2 Uji Durbin Watson

Sumber : Djarwanto dan Pangestu, 2005


(49)

commit to user

33

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta

Deskripsi Kota Surakarta ditinjau dari aspek geografis, sosial dan ekonomi berdasarkan dari BPS Kota Surakarta sebagai berikut :

1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis

Kota Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah, terletak antara 110015"-110035" Bujur Timur dan 7036"-7056" Lintang Selatan. Sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang. Kota ini berada di dataran rendah ( ± 92 m dari permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur. Surakarta memiliki iklim muson tropis dengan temperatur berkisar antara 24,9°C sampai dengan 28,6°C sedangkan kelembaban udara berkisar antara 66% - 86%.

Batasan wilayah Kota Surakarta secara administratif ialah : Sebelah utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

b. Luas Wilayah

Luas wilayah Kota Surakarta yaitu 44,04 km2, yang dibagi menjadi lima kecamatan, berikut kecamatan di Surakarta beserta kodeposnya, antara lain :

· Kecamatan Banjarsari (57130)

· Kecamatan Jebres (57120)

· Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140)

· Kecamatan Pasar Kliwon (57110)

· Kecamatan Serengan (57150)

Luas penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha, yang terdiri dari luas tanah perumahan/pemukiman (House Compound) 2.737,48 Ha, tanah perusahaan (Establishment) 287,48 Ha. Tanah Industri (Manufacture) 101,42 Ha. Tanah kosong (Fallow Land) 53,38 Ha. Tegalan (Dryland) 83,96 Ha. Tanah sawah (Wet land) 146,17. Tanah kuburan (Cemestry) 72,86 Ha. Tanah lapangan olah raga (Sportryard) 65.14 Ha. Tanah taman kota (City Park) 31,60 Ha. Tanah jasa (Services) 427,13 Ha dan luas tanah lain-lain (other) 397,44 Ha.

c. Pemerintahan

Pembagian Wilayah Administrasi

Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, 51 Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan RT sebanyak 2.669. Dengan jumlah KK setiap RT berkisar sebanyak 50 KK setiap RT.


(51)

commit to user

Tabel 4.1 Banyaknya Kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta

No Kecamatan Kelurahan RW RT

1 Banjarsari 13 169 851

2 Jebres 11 149 631

3 Laweyan 11 105 454

4 Pasar Kliwon 9 100 424

5 Serengan 7 72 309

Jumlah 51 595 2669

Sumber : Bagian Pemerintahan Umum Kota Surakarta

d. Penduduk dan Tenaga Kerja 1) Kependudukan

Berdasarkan hasil estimasi survei penduduk antar sensus bahwa tahun 2009 jumlah penduduk Kota Surakarta mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89.38; yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 89 penduduk laki-laki. Pada tahun 2009 jumlah penduduk di Kota Surakarta yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 249.287 orang sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 278.915 orang. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008. Berikut tabel jumlah penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin tahun 2000-2009.


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 2000-2009

Tahun Jenis Kelamin Total Ratio Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

2000 238.158 252.056 490.214 94,49

2003 242.591 254.643 497.234 95,27

2004 249.278 261.433 510.711 95,35

2005 250.868 283.672 534.540 88,44

2006 254.259 258.639 512.898 98,31

2007 246.132 269.240 515.372 91,42

2008 247.245 275.690 522.935 89,68

2009 249.287 278.915 528.202 89,38

Sumber : BPS Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kota Surakarta yaitu pada tahun 2005 sebanyak 534.540 orang. Tahun 2006 penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Namun hingga saat ini jumlah penduduk di Kota Surakarta tiap tahunnya mengalami kenaikan, terhitung dari 2006 sampai dengan tahun 2009.

Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 11.988 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kota Surakarta terdapat di Kecamatan Serengan. Berikut tabel luas wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin dan tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009.


(53)

commit to user

Tabel 4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009

Kecamatan

Luas Wilayah

(km2)

Jumlah Penduduk

Jumlah Rasio Jenis Kelamin

Tingkat Kepadatan

Laki-Laki Perempuan

Serengan 3,19 31.378 32.281 63.659 97,20 19.956

Pasar Kliwon 4,82 43.276 44.768 88.044 96,67 18.266

Laweyan 8,64 54.132 56.423 110.555 95,94 12.796

Banjarsari 14,81 86.894 88.378 175.272 98,32 11.835

Jebres 12,58 71.001 72.318 143.319 98,18 11.393

Jumlah 44,04 286.681 294.168 580.849 97,45 13.189

Sumber : Monografi Kelurahan

2) Tenaga Kerja

Tenaga kerja di Kota Surakarta sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh industri. Berikut tabel penduduk Kota Surakarta per kecematan menurut mata pencaharian tahun 2009.

Tabel 4.4 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di KotaSurakarta Tahun 2009

Kecamatan

petani sendiri

Buruh

tani Pengusaha

Buruh Industri

Buruh Bangunan

(Farmers) (Farm

workers) (Enterpreneur)

(Industry Workers)

(Workers of constructor)

Laweyan 50 40 996 14.980 12.486

Serengan 0 0 1089 5.258 3.135

Pasar Kliwon 0 0 2506 10.433 7.134

Jebres 84 0 1721 16.519 16.012

Banjarsari 344 412 3087 21.366 19.579

Jumlah 478 452 9399 68556 58346


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kecamatan Pedagang Angkutan PNS/TNI/

POLRI Pensiunan

Lain-Lain Retail (Transportation)

Laweyan 5.700 2.744 5.056 3.705 42.263

Serengan 4.259 1.928 1.614 907 32.150

Pasar Kliwon 8.029 4.909 2.848 4.376 32.602

Jebres 5.047 2.748 8.025 3.680 49.061

Banjarsari 10.491 6.315 9.392 6.934 37.935

Jumlah 33526 18644 26935 19602 194011

Sumber: BPS Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penduduk bermata pencaharian buruh indusri (Industry Workers) sebanyak 68.556 orang. Akumulasi tersebut menjadi mata pencaharian tertinggi di Kota Surakarta tahun 2009.

e. Sosial

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia. Ketersediaan fasillitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta tahun 2009 jumlah sekolah taman kanak-kanak terdapat 289 buah, jumlah sekolah dasar sebanyak 272 buah, jumlah sekolah lanjutan tingkat pertama sebanyak 79 buah, jumlah sekolah menengah atas sebanyak 42 buah, jumlah sekolah menengah kejuruan sebanyak 47 buah, jumlah perguruan tinggi negeri sebanyak 3 buah sedangkan


(55)

commit to user

perguruan tinggi swasta sebanyak 29 Buah. Berikut tabel jumlah sekolah menurut kecamatan di Kota Surakarta.

Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta

Kecamatan Sekolah TK

Sekolah

Dasar SLTP SMA SMK

Laweyan 59 54 20 13 14

Serengan 31 31 10 4 6

Pasar Kliwon 40 50 11 5 3

Jebres 77 56 18 6 6

Banjarsari 82 81 20 14 18

Jumlah 289 272 79 42 47

Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta Perguruan Tinggi

Negeri Swasta

3 29

Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta

2) Kesehatan

Sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2009 tidak mengalami perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap jumlah tenaga kesehatan seperti : dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pada tahun 2009 jumlah fasilitas kesehatan yang ada terdiri dari 12 Rumah Sakit, 17 Puskesmas, 25 Puskesmas Pembantu, 17 Puskesmas Roda 4, 1 Gudang Farmasi, 138 Apotek dan 26 Toko Obat. Sementara iitu tenaga kesehatan (tidak termasuk yang di rumah sakit) yang tersedia dari dokter spesialis 364 orang, dokter umum 274 orang, dokter gigi 68 orang, perawat


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2.027 orang, bidan 261 orang, tenaga farmasi 341 orang, tenaga gizi 62 orang dan tenaga keteknisan lainnya 284 orang.

3) Pemeluk Agama dan Tempat Peribadatan

Setiap penduduk berhak memilih agama sesuai kepercayaannya masing-masing. Agama memiliki arti penting dalam hidup seseorang, tidak hanya sebagai identitas namun juga sebagai pembentuk perilaku yang etis terhadap lingkungan sekitar dalam bergaul dan beradaptasi. Kota Surakarta merupakan daerah yang penduduknya memeluk agama islam (Moslem), tercatat bahwa di Kota Surakarta pemeluk agama islam 438.323 jiwa.

Tabel 4.6 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009

Kecamatan

Kristen katholik

Kristen Protestan

Budha Hindu

Islam presentase

(Catholic) (Protestan) (Moslem) moslem

(%)

Laweyan 10.980 9.313 399 210 89.652 20

Serengan 6.609 7.397 118 91 49.444 11

Pasar Kliwon 8.996 8.662 667 148 69.571 16

Jebres 20.984 21.282 1.420 869 98.764 23

Banjarsari 20.059 22.843 1.158 320 130.892 30

Jumlah 67.628 69.497 3.762 1.638 438.323 100

Sumber: Monografi Kelurahan

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pemeluk agama islam di Kota Surakarta terbanyak ada di Kecamatan Banjarsari yaitu sebanyak 130.892 jiwa atau 30% dari pemeluk agama islam di 4 kecamatan lainnya. Peringkat kedua pemeluk agama kristen protestan yaitu sebanyak 69.497 jiwa. Peringkat ketiga pemeluk agama kristen katholik yaitu sebanyak 67.628 jiwa.


(57)

commit to user

Peringkat ke 4 pemeluk agama budha yaitu sebanyak 3.762 dan 1.638 jiwa pemeluk agama hindu.

4) Perlindungan Sosial

Kota Surakarta juga memiliki sarana perlindungan sosial, tujuannya agar penduduk tidak terlantar dan aman. Panti asuhan di Kota Surakarta sebanyak 12 Buah, panti jompo sebanyak 2 buah, panti cacat sebanyak 4 buah dan fasilitas perlindungan sosial berupa panti rehabilitasi sebanyak 7 buah. Berikut fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009.

Tabel 4.7 Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009

Kecamatan Panti

Asuhan Panti Jompo Panti Cacat

Panti Rehabilitasi

Laweyan 2 1 2 3

Serengan 1 - 1 -

Pasar Kliwon - - - -

Jebres 4 - - 2

Banjarsari 5 1 1 2

Jumlah 12 2 4 7

Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

5) Industri dan Perdagangan

Berdasarkan data dari Dinas Perindustria dan Perdagangan Kota Surakarta bahwa pada tahun 2009 di Kota Surakarta jumlah industri besar sebanyak 53 unit dengan tenaga kerja 8.893 orang. Selain itu terdapat pula 100 unit dari kelompok industri sedang/menengah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7.957 orang. Sedangkan industri kecil di Kota Surakarta sebanyak 5.759 unit dengan tenaga kerja 39.688 orang.


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

f. PDRB dan Inflasi 1) PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 Kota Surakarta atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar 8,880,691.24 (Jutaan Rupiah) dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar 4,817,877.63 (Jutaan Rupiah). Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukan oleh perkembangan PDRB pada tahun 2009 yaitu, ADHB 12,39% dan ADHK sebesar 5,90%

Tabel 4.8 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

ADHB 5,15 5,43 5,82 5,69 5,9

ADHK 17,43 10,82 11,62 14,37 12,39

Sumber: Surakarta Dalam Angka 2009

Dilihat berdasarkan dari data ADHB, sektor yang menyumbang kontribusi paling besar ialah sektor industri, yaitu 21,98% sedangkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor terkecil yang memberikan kontribusi, tercatat bahwa sektor pertambangan dan penggalian hanya memberikan sumbangsih sebesar 0,03% pada tahun 2009.

2) Inflasi

Inflasi Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2009 inflasi Kota Surakarta tercatat sebesar 2,63%. Angka ini jauh lebih kecil dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,96%. Selama


(59)

commit to user

tahun 2009, inflasi di Kota Surakarta tertinggi jatuh pada bulan Oktober sebesar 2,64% dan terendah pada bulan Pebruari sebesar 0,50%. Tahun 2009 di Kota Surakarta penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan yang mencapai 6,25% kemudian kelompok makanan jadi,minuman,rokok& tembakau sebesar 5,65% dan peringkat tiga besar berikutnya ialah kelompok perumahan sebesar 2,28%. Sedangkan penyumbang terendah adalah kelompok sandang sebesar 0,72 dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,79%

B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres 1. Letak Geografis Administratif

Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan dari 5 Kecamatan yang ada di Kota Surakarta dengan letak 110°BT - 111°BT dan 7,6°LS - 8°LS dengan ketinggian 80 sampai dengan 130 m diatas permukaan laut.

Secara administratif batas-batas wilayah Kecamatan Jebres adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah selatan: Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari


(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Luas Wilayah

Luas wilayah administratif Kecamatan Jebres adalah 1.258,18 Ha yang terdiri dari kelurahan Kepatihan Kulon 17,50 Ha, Kepatihan Wetan 22,50 Ha, Sudiroprajan 23,00 Ha, Gandekan 35 Ha, Sewu Ha, Pucangsawit 127 Ha, Jagalan 65 Ha, Purwodiningratan 37,30 Ha, Tegalharjo 32,50 Ha, Jebres 317 Ha dan Mojosongo seluas 532,88 Ha.

3. Pembagian Wilayah Administratif

Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan, 149 RW dan 631 RT. Kelurahan yang paling banyak RT dan RW yaitu Kelurahan Mojosongo sejumlah 35 Rw dan 172 RT. Berikut keterangan banyaknya jumlah RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008.

Tabel 4.9 Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008

Kelurahan RW RT

Kepatihan Kulon 3 20

Kepatihan Wetan 2 18

Sudiroprajan 9 35

Gandekan 9 36

Sewu 9 25

Pucangsawit 15 56

Jagalan 15 63

Purwadiningratan 10 35

Tegalharjo 6 33

Jebres 36 128

Mojosongo 35 172

Jumlah 149 621

Sumber : Kecamatan Jebres

Berdasarkan dari data Kecamatan Jebres terdapat 149 RW dan 621 RT di Kecamatan ini, dapat terlihat bahwa Kelurahan Mojosongo


(61)

commit to user

terbanyak RT dan RW. Dan Kelurahan Kepatihan Wetan menjadi kelurahan yang sedikit RT dan RW.

4. Penduduk dan Tenaga Kerja

a. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan registrasi tahun 2008 sebanyak 142.292 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 70.466 jiwa dan perempuan 71.826 jiwa. Dibandingkan tahun 2007, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 997 jiwa.

Kelurahan Mojosongo menjadi kelurahan dengan penduduk terbanyak yaitu 43.694 jiwa, kemudian Kelurahan Jebres, yaitu 32.461 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Pucangsawit, yaitu 14.084 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Jagalan, yaitu 12.220. Jumlah penduduk Kelurahan Gandekan, yaitu 9.513 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Sewu, yaitu 7.828 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Purwodiningratan, yaitu 5.372 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Sudiroprajan, yaitu 5.014. Jumlah penduduk Kelurahan Kepatihan Wetan, yaitu 3.080. Sedangkan kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kelurahan Kepatihan Kulon, yaitu 2.930 jiwa.

Kelurahan dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kelurahan Gandekan, yaitu 27.180 jiwa, kepadatan Kelurahan Sudiroprajan, yaitu 21.800 jiwa, kepadatan kelurahan Jagalan, yaitu 18.880 jiwa, kepadatan Kelurahan Tegalharjo, yaitu 18.756 jiwa, kepadatan Kelurahan Kepatihan Kulon, yaitu 16.742 jiwa, kepadatan


(62)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Kelurahan Sewu, yaitu 16.140, kepadatan Kelurahan Purwodiningratan, yaitu 14.402 jiwa, kepadatan Kelurahan Kepatihan Wetan 13.688 jiwa, kepadatan Kelurahan Pucangsawit 11.089 jiwa sedangkan kepadatan yang paling rendah adalah Kelurahan Mojosongo, yaitu 8.199 jiwa b. Tenaga Kerja

Penduduk di Kecamatan Jebres yang bermata pencaharian sebagai pertani sendiri sebanyak 81 orang atau 0,08%, penduduk bermata pencaharian sebagai pemilik usaha sebanyak 1.119 orang atau 1,05%, bermata pencaharian sebagai buruh industri sebanyak 17.653 orang atau 17%, bermata pencaharian sebagai buruh bangunan sebanyak 16.534 orang atau 15,53%, bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 4.478 orang atau 4,21%, bermata pencaharian sebagai jasa angkutan sebanyak 1.627 orang atau 1,53%, bermata pencaharian sebagai PNS/TNI/POLISI sebanyak 7.167 atau 6,73%, bermata pencaharian sebagai pensiunan sebanyak 8.637 orang atau 8,11% dan sisanya sebanyak 49.155 orang atau 46,18% bermata pencaharian lain-lain.

5. Sosial

a. Pendidikan

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota Surakarta, pada tahun 2008 di Kecamatan Jebres terdapat jumlah SDN sebanyak 50 buah, SD Swasta 8 buah, SLTPN 7 buah, SLTP Swasta 9


(63)

commit to user

buah, SLTA Negeri 4 buah, SLTA Swasta 9 buah, Perguruan Tinggi Negeri 2 Buah dan Perguruan Tinggi Swasta 4 buah.

b. Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Jebres terdiri dari 3 unit Rumah Sakit, 5 unit Balai Pengobatan, 3 unit Puskesmas, 6 unit Posyandu, dan 15 Apotek. Sementara tenaga kesehatan yang tersedia di Kecamatan Jebres terdiri dari 74 orang Dokter Umum, 6 orang Dokter Gigi, 2 orang Dokter Kandungan, 2 orang Dokter Anak dan 1 orang Dokter Bedah.

c. Pemeluk Agama dan Tempat Peribadatan

Agama ialah hak azazi manusia dalam kehidupan. Setiap masyarakat berhak memilih agama sesuai kepercayaannya masing-masing. Kehidupan beragama sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas masyarakat dalam sosialisasi agar tercipta suasana yang rukun terhadap orang. Di Kecamatan Jebres pada tahun 2008 terdapat tempat ibadah, yaitu masjid sebanyak 124 buah, mushola sebanyak 48 buah, gereja 60 buah, vihara/kuil/klenteng sebanyak 5 buah dan pura sebanyak 1 buah.

6. Lain-Lain

Sarana Perekonomian

Kecamatan Jebres menyediakan berbagai sarana guna menunjang laju perekonomian di kecamatannya, tercatat pada tahun 2008 terdapat 8 buah Pasar Tradisional, 2 Supermarket, dan 3.062 Toko/Kios/Warung.


(1)

commit to user

2. Pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta.

Pengujian hipotesis membuktikan bahwa jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Semakin banyak jam kerja yang dilakukan oleh pedagang dalam melakukan aktivitas perdagangan, semakin besar peluang memperoleh pendapatan yang akan didapat oleh pedagang. Konsumen tidak dapat dipastikan kedatangannya, sehingga dengan jumlah jam kerja yang semakin banyak maka pedagang memiliki waktu yang banyak dalam menunggu kedatangan konsumen. Konsumen juga terbantu dengan adanya pedagang yang memiliki porsi jam kerja tinggi karena kebutuhan yang dicari mampu diperoleh tanpa kesulitan bahkan tidak perlu menunggu hingga keesokan hari. Namun demikian tidak berati penambahan jam kerja dapat melebih jam kerja pasar. Hasil regresi ini hanya mengungkapkan apabila pedagang dapat secara optimal berada di pasar selama pasar masih buka, maka makin besar pula kemungkinan mereka mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

3. Pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta.

Pengujian hipotesis membuktikan bahwa jenis dagangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan p>0,05. Meskipun jenis dagangan yang ditawarkan bervariasi, akan tetapi kenyataanya pengelola pasar telah mengelompokkan kios dan los sesuai


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

dengan jenis barang dagangan yang sama. Hal ini menyebabkan pedagang langsung bersaing dengan pedagang dengan barang dagangan yang relatif sama, sehingga kurang menguntungkan bagi pendapatan pedagnang. Kedua, sejauh yang diamati peneliti pedagang kurang memperhatikan kualitas barang dagangannya sehingga menjadikan konsumen lebih memilih pedagang yang memiliki kualitas dagangan yang lebih baik. Oleh karena itu variasi jenis dagangn harus diimbangi dengan kualitas barang dagangan agar dapat menarik konsumen lebih banyak, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan pedagang.


(3)

commit to user

76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis ketiga diterima. hal ini ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel modal sebesar 0,033325 dengan probabilitas sebesar 0,000 yang berarti

lebih kecil dari α = 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat

signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel modal memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. Modal adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan. Modal yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini berarti akan makin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar. 2. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis keempat diterima. hal ini ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel jam kerja sebesar 25529,77 dengan probabilitas sebesar 0,096 yang berarti

lebih kecil dari α= 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat

signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel jam kerja memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Semakin banyak jam kerja yang dilakukan oleh pedagang dalam melakukan aktivitas perdagangan, semakin besar peluang memperoleh pendapatan yang akan didapat oleh pedagang. Konsumen tidak dapat dipastikan kedatangannya, sehingga dengan jumlah jam kerja yang semakin banyak maka pedagang memiliki waktu yang banyak dalam menunggu kedatangan konsumen. Selain itu dengan porsi jam kerja yang banyak akan memudahkan konsumen datang kapan saja tanpa harus mengalami kesulitan bahkan menunggu keesokan hari.

3. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis kelima ditolak. hal ini ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel jenis dagangan sebesar 56077,54 dengan probabilitas sebesar 0,4278 yang berarti lebih besar dari α = 5% , jadi koefisien tersebut tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. Pedagang dalam berdagang jenis dagangan yang diperjual - belikan harus mengikuti selera konsumen dan memiliki variasi sehingga konsumen yang datang memiliki banyak pilihan.

B. Keterbatasan

Hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dikarenakan hambatan yang berasal dari dalam diri penulis maupun dari luar diri penulis. Adapun hal-hal yang penulis rasakan sebagai keterbatasan dalam penulis adalah sebagai berikut :


(5)

commit to user

1. Sejumlah sampel pedagang Pasar Gede yang penulis ambil dari populasi, ada sebagian yang malu bahkan tidak terbuka untuk menjawab pertanyaan mengenai pendapatan yang dipeoleh setiap hari.

2. Seluruh sampel pedagang Pasar Gede yang penulis ambil dari populasi, seluruhnya ketakutan identitas diketahui masyarakat dan di ekspos ke media sebagai berita.

3. Keterbatasan penulis untuk bisa lebih dekat dengan pedagang Pasar Gede yang rata-rata usianya tidak muda lagi dan tidak fasih berbahasa indonesia, para pedagang menggunakan bahasa tradisional. Penulis kesulitas dalam penyampaian pertanyaan-pertanyaan serta pemahanan pertanyaan bagi pedagang.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta disarankan pedagang menyisihkan sebagian hasil keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagangan sehingga pedagang mampu menambah variasi dagangan yang diperjual-belikan agar konsumen memiliki banyak pilihan saat berbelanja ke pasar tradisional.

2. Pedagang sebaiknya memliki tenaga kerja tambahan untuk membantu proses perdagangan terutama pedagang yang memiliki porsi jam kerja yang banyak. Hal ini sangat membantu pedagang dalam proses perdagangan.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3. Pedagang sebaiknya seiring dengan usia yang sudah matang dalam perdagangan lebih meningkatkan flexibility terhadap konsumen. Hal ini dikarenakan Kota Surakarta sudah dikenal sebagai kota yang berbudaya dan memiliki sikap yang halus terhadap orang lain. Diharapkan pedagang selalu menunjukan tata krama baik dalm bersikap atau bertutur kata serta halus ketika menyapa dan hangat ketika tersenyum.

4. Pedagang diharapkan menjaga kebersihan barang dagangan dan menata rapi barang dagangan sehingga konsumen yang datang merasa puas dan nyaman berada di pasar tradisional.

5. Model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan R2 sebesar (18%) hasil ini diharapkan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel baru yang lebih mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta.