Tingkat Kesesuaian Suaka Margasatwa Cikepuh Sebagai Habitat Kedua Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus Desmarest, 1822)

TINGKAT KESESUAIAN SUAKA MARGASATWA CIKEPUH
SEBAGAI HABITAT KEDUA BADAK JAWA
(Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)

RIBAI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Tingkat Kesesuaian
Suaka Margasatwa Cikepuh sebagai Habitat Kedua Badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus Desmarest, 1822) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Ribai
NRP E351120121

RINGKASAN
RIBAI. Tingkat Kesesuaian Suaka Margasatwa Cikepuh sebagai Habitat Kedua
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822). Dibimbing oleh HADI S.
ALIKODRA, BURHANUDDIN MASY’UD dan U. MAMAT RAHMAT.
Badak jawa merupakan salah satu spesies terlangka di dunia sehingga
dikategorikan critically endangered oleh IUCN dan terdaftar Apendiks I dalam
CITES. Kelangsungan hidup badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon
(TNUK) terancam oleh berbagai faktor yang dapat menyebabkan satwa ini punah,
seperti: invasi langkap, persaingan dengan banteng, dan penyakit. Strategi yang
harus segera diupayakan dalam mempertahankan dan mengembangkan
populasinya yaitu membuat habitat kedua. Strategi ini dimaksudkan untuk
memperbanyak kantong-kantong habitat di luar TNUK. Kawasan Suaka
Margasatwa (SM) Cikepuh sebagai salah satu kawasan yang menjadi sejarah
sebaran badak jawa dipandang memiliki potensi untuk dijadikan prioritas habitat
kedua. Tujuan penelitian ini antara lain: mengidentifikasi komponen habitat

potensial di SM Cikepuh, mengetahui kesesuaian habitat potensial sebagai habitat
kedua, dan merumuskan strategi peningkatan kesesuaian SM Cikepuh sebagai
habitat kedua. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi literatur dan
observasi lapangan. Data yang dikumpulkan yaitu komponen fisik, biotik, dan
tekanan manusia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen habitat di SM Cikepuh
yang memiliki potensi tinggi sebagai habitat kedua terdapat pada aspek
ketinggian, suhu udara, kelembaban udara, ketersediaan air, dan pH tanah.
Sedangkan komponen habitat yang memiliki potensi rendah terdapat pada aspek
kelerengan, kubangan, kandungan garam mineral, ketersediaan tumbuhan pakan,
dan tekanan manusia. Berdasarkan observasi lapangan dan skoring menunjukkan
SM Cikepuh memiliki rata-rata skor kesesuaian 21,31 sehingga sesuai sebagai
habitat kedua. Luas daerah yang sesuai sebagai habitat kedua yaitu 6.886,4 ha atau
84,72% dari luas kawasan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam peningkatan kesesuaian kawasan SM
Cikepuh sebagai habitat kedua dengan mempertimbangkan aspek status kawasan,
bentang alam, dan teknik yang digunakan antara lain: 1) peningkatan ketersediaan
kubangan dapat dilakukan dengan cara membuat kubangan pada sumber air bebas
dengan bentuk dan ukuran menyerupai kubangan badak jawa di habitat aktualnya,
2) peningkatan ketersediaan tumbuhan pakan dengan cara penanaman tumbuhan

pakan badak jawa yang memiliki palatabilitas tinggi, dan 3) mengurangi tekanan
manusia dilakukan melalui penegakan hukum secara tegas, penyuluhan dan
pendidikan masyarakat, mengeluarkan hewan ternak dari kawasan, dan mengkaji
ulang MoU mengenai penggunaan kawasan SM Cikepuh sebagai tempat latihan
militer.
Kata kunci: kesesuaian habitat, Suaka Margasatwa Cikepuh, habitat kedua, badak
jawa

SUMMARY
RIBAI. Suitability Level Cikepuh Wildlife Reserves as Rhinoceros sondaicus’s
Second Habitat. Supervised by ELLY HADI S. ALIKODRA, BURHANUDDIN
MASY’UD and U. MAMAT RAHMAT.
Rhinoceros sondaicus is one of the rarest species in the world it is
categorized critically endangered by IUCN and listed in Appendix I of CITES.
The survival of the Rhinoceros sondaicus in Ujung Kulon National Park (UKNP)
are threatened by a variety of factors that could cause extinct these animals, such
as: Arenga obtusifolia invasion, competition with the bull, and disease. Strategies
that should be promoted in maintaining and developing the rhino population is
making a second habitat. This strategy is intended to reproduce habitats outside
UKNP. Cikepuh Wildlife Reserves (WR) as one of the regions into the history of

the spread of the Rhinoceros sondaicus is seen to have the potential to be used
priority as a second habitats. The purpose of this study include: identifying
potential habitat components in Cikepuh WR, knowing the potential habitat
suitability as second habitat, and formulate a strategy for improving the suitability
Cikepuh WR as second habitat. The method used is the study of literature and
field observations. The data collected are physical components, biotic, and human
pressure.
The results showed that the habitat in Cikepuh WR components that have
high potential as habitat for both are on aspects altitude, air temperature, humidity,
water, and soil pH. While the habitat components that have a low potential
contained in slope aspect, wallows, mineral salt content, the availability of food
plants, and human pressure. Based on field observations and scoring shows
Cikepuh WR had an average score of conformity amounts to 21.31 so that suitable
as the second habitat. The area of the suitable as the second habitat is 6886.4 ha or
84.72% of the total area.
Strategies that can be done in improving the suitability of the habitat area of
Cikepuh WR as second by considering the status of the area, the landscape, and
the techniques used include: 1) an increase in the availability of puddles can be
done by making a puddle on the free water source with the shape and size
resembles a puddle Rhinoceros sondaicus in their actual habitat, 2) an increase in

the availability of food plants by planting plants Rhinoceros sondaicus that has a
high palatability and 3) efforts to reduce human pressure is done through strict
enforcement, counseling and community education, rehabilitation and enrichment
of degraded area, issuing farm animals from the region, and reviewing the MoU
regarding the use of the area as a military Cikepuh WR.
Keywords: habitat suitability, Cikepuh Wildlife Reserve, second habitat,
Rhinoceros sondaicus

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

TINGKAT KESESUAIAN SUAKA MARGASATWA CIKEPUH
SEBAGAI HABITAT KEDUA BADAK JAWA

(Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)

RIBAI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tertutup: Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Judul Tesis
Nama
NIM


: Tingkat Kesesuaian Suaka MargasatwaCikepuh sebagai Habitat
Kedua Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)
: Ribai
: E351120121

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS
Ketua

Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS
Anggota

Dr. U. Mamat Rahmat, S.Hut, MP
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Konservasi Biodiversitas Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian:
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis
oleh Dekan Sekolah
Pascasarjana)

2

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian ini yaitu Tingkat Kesesuaian Suaka Margasatwa Cikepuh sebagai
Habitat Kedua Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822). Penelitian
dilaksanakan di kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra,
MS, Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS, dan Dr. U. Mamat Rahmat, S.Hut, MP
yang senantiasa memberikan ide, saran, dan masukan yang berharga dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015
Ribai

3


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1

1
2
2
2

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat Penelitian
Jenis Data yang Dikumpulkan
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data

3
3
4
4
5
7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Komponen Habitat Potensial Badak Jawa di Suaka Margasatwa Cikepuh 9
Analisis Tingkat Kesesuaian Habitat Potensial di Suaka Margasatwa
Cikepuh sebagai Habitat Kedua
28
Peningkatan Kesesuaian Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh
29
sebagai Habitat Kedua
29
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

32
32
32

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

41

4

DAFTAR TABEL
1 Blok penelitian di kawasan SM Cikepuh
2 Kriteria kesesuaian habitat kedua badak jawa dan skor parameter
(Ammann 1980, Hommel 1987, Muntasib 2002, Rahmat 2007, Rahmat
2012)

3 Ketinggian tempat, kelerengan lahan, suhu udara, dan kelembaban
udara di blok penelitian dan skor kesesuaian sebagai habitat kedua
4 Ketersediaan air, kubangan, pH tanah, dan kandungan garam mineral
di blok penelitian dan skor kesesuaian sebagai habitat kedua
5 Ketersediaan pakan di blok penelitian dan skor kesesuaian sebagai
habitat kedua
6 Tekanan manusia dan skor kesesuaian sebagai habitat kedua
7 Hasil perbandingan dan skoring SM Cikepuh sebagai habitat kedua

4

8
14
20
22
26
28

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian di kawasan SM Cikepuh
2 Blok penelitian di kawasan SM Cikepuh
3 Bentuk dan ukuran petak pengamatan inventarisasi vegetasi
(Soerianegara & Indrawan 1988)

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Peta tingkat aksesibilitas SM Cikepuh sebagai habitat kedua
Ketinggian tempat kawasan SM Cikepuh
Peta tingkat aksesibilitas SM Cikepuh sebagai habitat kedua
Kelerengan lahan 15-25% di kawasan SM Cikepuh
Peta tingkat kesesuaian suhu udara SM Cikepuh sebagai habitat
kedua
Peta tingkat kesesuaian kelembaban udara SM Cikepuh sebagai
habitat kedua
Pengukuran suhu udara dan kelembaban udara kawasan SM Cikepuh
Peta tingkat ketersediaan air SM Cikepuh sebagai habitat kedua
Ketersediaan air di kawasan SM Cikepuh
Peta tingkat ketersediaan kubangan SM Cikepuh sebagai habitat
kedua
Potensi kubangan di kawasan SM Cikepuh
Peta tingkat kesesuaian pH tanah SM Cikepuh sebagai habitat kedua
Pengukuran pH tanah di kawasan SM Cikepuh
Peta tingkat ketersediaan garam mineral di kawasan SM Cikepuh
Pengukuran kandungan garam mineral di kawasan SM Cikepuh
Peta tingkat ketersediaan pakan SM Cikepuh sebagai habitat kedua
Ardisia humilis
Amomum coccineum
vi

3
3
6
10
10
11
12
13
14
14
16
16
17
17
18
19
20
21
23
23
23

5
22
23
24
25
26
27
28
29

Anthocephalus cadamba
Ficus septica
Pemukiman
Penggembalaan
Pembalakan
Rawan kebakaran
Peta tingkat tekanan manusia di kawasan SM Cikepuh
Peta Kesesuaian SM Cikepuh sebagai habitat kedua badak jawa

23
23
27
27
27
27
27
29

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Ketersediaan air di SM Cikepuh
Ketersediaan potensi kubangan di SM Cikepuh
Keanekaragaman pakan badak jawa yang ditemukan di SM Cikepuh
Tekanan manusia di kawasan SM Cikepuh

vii

36
37
38
40

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) merupakan salah satu
kekayaan hayati yang menjadi bagian dari perlindungan dan kekayaan alam dunia
(the world heritage). Satwa ini merupakan salah satu spesies terlangka di dunia
(WWF 2012) sehingga dikategorikan sebagai critically endangered atau terancam
punah dalam Red List yang dikeluarkan oleh IUCN (International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources) (IUCN 2012). Selain itu, badak
jawa juga terdaftar dalam Apendiks I CITES (Convention on International Trade
in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) yaitu jenis yang jumlahnya
sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah sehingga tidak dibenarkan
untuk perdagangkan (CITES 2013).
Badak jawa sebelumnya menempati daerah penyebaran yang cukup luas,
meliputi Sumatera dan hampir seluruh wilayah gunung di Jawa Barat, seperti
Gunung Gede Pangrango, Gunung Salak, Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung
Ciremai (Alikodra et al. 2013). Penyebaran badak jawa di Indonesia pada masa
lampau menyebar sampai Sumatera dan Jawa Tengah. Penyebaran badak jawa di
kawasan Jawa Barat antara lain: Tasik Malaya (Klapa Nunggal), Garut (Cagar
Alam Leuweung Sancang, Gunung Papandayan), Cianjur (Gunung Gede
Pangrango), dan Sukabumi (Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh, Taman Nasional
Gunung Halimun Salak). Sedangkan di wilayah Banten, penyebaran badak jawa
dahulunya ditemukan di Kabupaten Lebak (hutan tutupan Baduy, Gunung
Kencana, Malingping), dan Kabupaten Pandeglang (Cikeusik dan Cibaliung,
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Saat ini populasi badak jawa di dunia hanya terdapat di Indonesia (WWF
2011). Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menjadi satu-satunya habitat yang
tersisa bagi badak jawa di Indonesia (Alikodra et al. 2013) dengan populasi relatif
kecil yaitu lebih kurang 58 ekor (BTNUK 2014), sedangkan populasi badak jawa
yang ada di Taman Nasional Cat Tien Vietnam sudah dinyatakan punah akibat
perburuan (WWF 2011).
Kelangsungan hidup badak jawa di TNUK terancam oleh berbagai faktor
yang dapat menyebabkan satwa ini mengalami kepunahan, faktor-faktor ini antara
lain: invasi langkap (Arenga obtusifolia) (Muntasib et al. 1997), persaingan
dengan banteng (Muntasib 2000), inbreeding, dan penyakit (Tiura et al. 2006).
Strategi penyelamatan dan pelestarian badak jawa sangat diperlukan dalam upaya
mempertahankan dan mengembangkan populasi satwa tersebut dari ancaman
kepunahan. Strategi yang harus segera diupayakan yaitu membuat habitat kedua
(second habitat). Pembuatan habitat kedua dimaksudkan untuk memperbanyak
kantong-kantong habitat badak jawa di luar TNUK, sehingga diharapkan satwa ini
dapat berkembang dengan baik dan terhindar dari kepunahan.
Pembuatan habitat kedua harus didasarkan kepada preferensi habitat badak
jawa di TNUK baik dari aspek fisik, biotik, dan sosial, sehingga badak akan
merasa aman dan nyaman (Rahmat et al. 2012). Habitat aktual badak jawa di
TNUK memiliki karakteristik komponen fisik, biotik, dan sosial sangat
mendukung bagi keberlangsungan hidup badak jawa sehingga dapat menjadi

2
pembanding untuk calon habitat kedua. Menurut Rahmat (2013) secara umum
kawasan hutan Semenanjung Ujung Kulon TNUK masih memiliki tingkat
kesesuaian yang tinggi bagi kehidupan badak jawa yaitu sebesar 89%.
Kawasan SM Cikepuh sebagai salah satu kawasan yang menjadi sejarah
sebaran badak jawa dipandang memiliki potensi untuk dijadikan prioritas habitat
kedua. Selain itu hasil rapid assessment tahun 2013 menyimpulkan bahwa
kawasan SM Cikepuh memiliki kesesuaian tertinggi sebagai habitat kedua badak
jawa. Dalam upaya mendukung pembuatan habitat kedua tersebut, diperlukan
penelitian potensi secara lebih detil di kawasan SM Cikepuh untuk mengetahui
komponen habitat potensial dan tingkat kesesuaiannya sebagai habitat kedua bagi
badak jawa.
Perumusan Masalah
Kawasan hutan Cikepuh ditetapkan sebagai SM berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 523/Kpts/Um/10/1973 tanggal 20 Oktober
1973 dengan luas 8.127,50 ha. Kawasan hutan di SM Cikepuh merupakan
ekosistem hutan hujan dataran rendah. Dengan tipe ekositem yang mendukung,
kawasan SM Cikepuh memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi
dan dilindung oleh pemerintah.
Sejarah penyebaran badak jawa di kawasan Jawa Barat menunjukkan bahwa
satwa ini menyebar sampai di SM Cikepuh. Penyebaran badak jawa di SM
Cikepuh mengindikasikan bahwa kawasan tersebut memiliki kesesuaian sebagai
habitat badak jawa. Selain itu, SM Cikepuh memiliki karakteristik untuk
meminimalisasi dan mengantisipasi ancaman terhadap kelangsungan hidup badak
jawa. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang perlu mendapatkan
perhatian dalam upaya pengelolaan populasi dan habitat badak jawa antara lain:
1. Bagaimana komponen habitat potensial badak jawa di SM Cikepuh?
2. Bagaimana tingkat kesesuaian habitat potensial di SM Cikepuh sebagai
habitat kedua badak jawa?
3. Bagaimana peningkatan kesesuaian SM Cikepuh sebagai habitat kedua?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Tujuan penelitian ini antara lain:
Mengidentifikasi komponen habitat potensial badak jawa di SM Cikepuh.
Mengetahui tingkat kesesuaian habitat potensial di SM Cikepuh sebagai
habitat kedua badak jawa.
Merumuskan strategi peningkatan kesesuaian kawasan SM Cikepuh sebagai
habitat kedua.
Manfaat Penelitian

1.

2.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola untuk menyiapkan calon lokasi
habitat kedua badak jawa di SM Cikepuh dalam rangka mendukung upaya
pelestarian badak jawa.
Sebagai gambaran yang obyektif berdasarkan hasil observasi lapangan secara
langsung terhadap habitat potensial badak jawa di SM Cikepuh.

3

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tingkat kesesuaian SM Cikepuh sebagai habitat kedua badak jawa
telah dilaksanakan pada Januari sampai Maret 2014 di kawasan SM Cikepuh,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Peta lokasi penelitian disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di kawasan SM Cikepuh
Penelitian dilakukan pada setiap unit contoh berdasarkan blok penelitian
untuk mempermudah dan memperjelas dalam melakukan pengamatan dan
pengukuran. Kawasan SM Cikepuh dibagi menjadi 16 blok penelitian berdasarkan
keseragaman kondisi topografi dengan batas-batas alami sungai dan bukit. Blok
penelitian di kawasan SM Cikepuh disajikan pada Gambar 2 dan Tabel 1.

Gambar 2. Blok penelitian di kawasan SM Cikepuh

4
Tabel 1. Blok penelitian di kawasan SM Cikepuh
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Blok Penelitian
Hujungan – Cipanarikan
Talun – Batu Masigit
Citireum – Leuwi Urug
Cibabi – Nyalindung
Ciakar – Citapen
Cibuaya – Langkap Lancar
Pasir Perahu – Gunung Putri
Ciawet – Rimpak Harikukun
Cibulakan
Pesawahan
Cikepuh
Tegal Pamakanan
Cigadung
Tegal Pamindangan
Pasir parol – Batu Nunggul
Legon Pandan

Luas (ha)
520,1
349,5
585,1
674,5
487,6
500
625,8
382
593,3
325,1
568,9
433
483
398,6
644
557

Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: peta kawasan SM
Cikepuh, global positioning system (GPS), klinometer, termometer, hygrometer,
pH indicator strips, refraktometer, meteran, pH meter tanah, tambang plastik, pita
meter, diameter tape, kamera digital, perlengkapan analisis vegetasi, buku
pengenal flora, tally sheet, dan alat tulis.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian analisis kesesuaian SM
Cikepuh sebagai habitat kedua badak jawa meliputi data primer dan data
sekunder.
Data Primer
Data primer merupakan data yang digunakan langsung untuk mengetahui
kesesuaian habitat potensial SM Cikepuh sebagai habitat kedua badak jawa. Data
primer yang dikumpulkan antara lain: komponen fisik habitat potensial di SM
Cikepuh (ketinggian tempat, kelerengan, iklim mikro (suhu udara dan kelembaban
udara), ketersediaan dan pH air, potensi kubangan badak, pH tanah dan garam
mineral), dan komponen biotik habitat potensial di SM Cikepuh (tingkat
ketersediaan tumbuhan pakan) serta tekanan manusia di kawasan SM Cikepuh.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan sebagai penunjang untuk
mengetahui kesesuaian habitat potensial di SM Cikepuh sebagai habitat kedua
badak jawa. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: bioekologi badak jawa,
habitat aktual badak jawa, dan kondisi umum lokasi penelitian.

5
Metode Pengumpulan Data
Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
penyebaran badak jawa, populasi, habitat aktual (ketinggian, kelerengan, iklim
mikro, ketersediaan air dan pH air, kubangan, pH tanah, garam mineral, dan
pakan) dan kondisi umum lokasi penelitian. Pengumpulan data melalui studi
literatur dilakukan dari berbagai sumber, antara lain: jurnal ilmiah tentang habitat
badak jawa, jurnal ilmiah tentang genetika populasi dan strategi konservasi badak
jawa, jurnal ilmiah tentang pemodelan kesesuaian habitat badak jawa, jurnal
ilmiah tentang analisis preferensi habitat badak jawa, tesis tentang analisis tipologi
habitat preferensial badak jawa, disertasi tentang penggunaan ruang habitat oleh
badak jawa, dan internet.
Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan cara mengukur dan mengamati semua
parameter yang telah ditentukan di kawasan SM Cikepuh. Komponen yang diukur
dan diamati yaitu komponen fisik dan komponen biotik habitat potensial di
kawasan SM Cikepuh. Pengumpulan data melalui pengamatan lapang secara
langsung dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang komponen fisik
dan biotik habitat potensial badak jawa.
Komponen Fisik Habitat
Komponen fisik habitat potensial badak jawa yang diukur dan diamati
adalah ketinggian tempat, kelerengan, iklim mikro (suhu udara dan kelembaban
udara), ketersediaan dan pH air, salinitas air, debit sungai, potensi kubangan
badak, pH tanah, dan garam mineral. Pengukuran dan pengamatan dilakukan
sebanyak tiga kali pengulangan di setiap blok pengamatan. Metode pengumpulan
data yang dilakukan sebagai berikut:
1) Ketinggian tempat
Pengukuran ketinggian tempat kawasan SM Cikepuh dilakukan dengan
menggunakan global positioning system (GPS).
2) Kelerengan
Pengukuran kelerengan lahan SM Cikepuh dilakukan dengan menggunakan
klinometer.
3) Iklim mikro
Suhu udara diukur dengan menggunakan termometer, sedangkan kelembaban
udara diukur dengan menggunakan hygrometer.
4) Ketersediaan air dan pH air
Ketersediaan air di kawasan SM Cikepuh diketahui melalui survey lapang
sumber-sumber air disetiap unit contoh, data yang dikumpulkan berupa nama
sungai, posisi sungai, dan tingkat ketersediaan air sungai. Sedangkan pH air
diukur dengan menggunakan pH indicator strips.
5) Potensi kubangan
Pengamatan potensi kubangan di kawasan SM Cikepuh dilakukan dengan
eksplorasi sumber air atau genangan air yang memiliki potensi sebagai
kubangan badak jawa. Penentuan letak posisi potensi kubangan dilakukan

6
dengan menggunakan GPS selanjutnya diukur dan dicatat karakteristik potensi
kubangan tersebut. Karakteristik potensi kubangan yang diukur dan dicatat
meliputi: panjang, lebar, kedalaman, dan pH air.
6) pH tanah
Pengukuran kemasaman (pH) tanah di kawasan SM Cikepuh dilakukan dengan
menggunakan pH meter tanah.
7) Garam mineral
Pengukuran garam mineral menggunakan alat refraktometer. Kandungan yang
diamati yaitu sumber-sumber air.
Komponen Biotik Habitat
Komponen biotik habitat potensial badak jawa yang diukur dan diamati
meliputi vegetasi pohon, tiang, pancang, dan tumbuhan bawah. Data-data tersebut
dikumpulkan melalui analisis vegetasi. Inventarisasi bertujuan untuk mengetahui
tingkat ketersediaan tumbuhan pakan badak jawa.
Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi antara
metode jalur dan persegi panjang dengan intensitas sampling 0,1%. Panjang jalur
yaitu 500 m dan lebar 20 m. Unit contoh berbentuk persegi dengan ukuran 20 m x
20 m diletakkan di dalam jalur secara sistematis (systematic line sampling) dengan
jarak antar unit contoh 1.000 m. Bentuk jalur analisis vegetasi disajikan pada
Gambar 3. Ukuran petak contoh dibedakan berdasarkan tingkat fase pertumbuhan
antara lain (Soerianegara & Indrawan 1988):
a) Petak A berukuran 2 x 2 m2, digunakan untuk merisalah tumbuhan tingkat
semai, yaitu tumbuhan mulai berkecambah sampai dengan ketinggian 1,5 m.
b) Petak Bberukuran 5 x 5 m2, digunakan untuk merisalah tumbuhan tingkat
pancang, yaitu tumbuhan dengan tinggi 1,5-10 m
c) Petak C berukuran 10 x 10 m2, digunakan untuk merisalah tumbuhan tingkat
tiang, yaitu tumbuhan dengan diameter batang 10-20 cm.
d) Petak D berukuran 20 x 20 m2, digunakan untuk merisalah tumbuhan tingkat
pohon, yaitu tumbuhan dengan diameter batang lebih besar dari 20 cm.
D
C
B
A
A

Arah rintis
B
C
D

500 m
Gambar 3. Bentuk dan ukuran petak pengamatan inventarisasi vegetasi
(Soerianegara & Indrawan 1988)

7
Tekanan manusia di kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh
Tekanan manusia merupakan faktor lingkungan habitat yang memiliki
potensi menjadi pembatas terhadap kondisi habitat kedua badak jawa di SM
Cikepuh. Identifikasi tekanan manusia dilakukan dengan eksplorasi aktifitas
manusia di kawasan SM Cikepuh. Identifikasi tekanan manusia dilakukan pada
aktifitas manusia yang dinilai kurang memberi dampak terhadap kondisi habitat
maupun yang dapat mengancam kehidupan satwa liar dan habitatnya, seperti
pengambilan kayu bakar, pemancingan, perburuan, perambahan, penggembalaan,
kebakaran hutan, pergeseran tata batas, dan izin penggunaan kawasan. Penentuan
letak posisi potensi tekanan manusia dilakukan dengan menggunakan GPS.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Komponen Fisik Habitat
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan disajikan dalam
bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Komponen fisik habitat
potensial badak jawa yang akan dianalisis terdiri dari ketinggian tempat,
kelerengan, iklim mikro (suhu udara dan kelembaban udara), ketersediaan dan pH
air, salinitas air, potensi kubangan badak, pH tanah, dan garam mineral.
Analisis Komponen Biotik Habitat
Data tumbuhan yang dikumpulkan dari lapangan, digunakan untuk
mengetahui tingkat ketersediaan tumbuhan pakan badak jawa. Tingkat
ketersediaan tumbuhan pakan ini dihitung berdasarkan indeks nilai penting (INP)
dari jenis tumbuhan pakan yang ditemukan. Perhitungan indeks nilai penting
dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Soerianegara & Indrawan 1988).
Untuk vegetasi fase pancang, tiang, dan pohon:
Untuk fase tumbuhan bawah:
Keterangan:

x 100%

x 100%

x 100%

8
Analisis tekanan manusia di kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh
Data mengenai tekanan manusia (pengambilan kayu bakar, pemancingan,
perburuan, perambahan, penggembalaan liar, kebakaran hutan, pergeseran tata
batas, dan izin penggunaan kawasan) yang diperoleh dari hasil eksplorasi
disajikan dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif kualitatif,
sehingga dapat diketahui potensi tekanan terhadap kawasan SM Cikepuh.
Analisis Tingkat Kesesuaian Habitat Potensial di Suaka Margasatwa
Cikepuh sebagai Habitat Kedua
Tingkat kesesuaian habitat potensial di SM Cikepuh sebagai habitat kedua
badak jawa dianalisis dengan cara melakukan perbandingan antara habitat aktual
badak jawa di TNUK terhadap habitat potensial SM Cikepuh. Aspek yang
dibandingkan merupakan persyaratan hidup badak jawa pada habitat aktualnya,
sehingga badak akan merasa aman dan nyaman di habitat kedua.
Aspek-aspek yang dibandingkan dalam analisis habitat potensial di SM
Cikepuh sebagai habitat kedua antara lain: ketinggian, kemiringan, suhu udara
kelembaban udara, ketersediaan air, potensi kubangan, pH tanah, garam mineral,
ketersediaan pakan, dan tekanan manusia. Aspek-aspek habitat badak jawa yang
dibandingkan selanjutnya diskoring, sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaian
kawasan SM Cikepuh sebagai habitat kedua badak jawa. Skor kesesuaian habitat
kedua didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:

Kategori kesesuaian habitat kedua yaitu:
Skor 30
: sangat sesuai
Skor 20-29
: sesuai atau tinggi
Skor 10-19
: tidak sesuai atau rendah
Kriteria kesesuaian habitat badak jawa dan skor dari masing-masing
parameter disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria kesesuaian habitat kedua dan skor parameter (Ammann 1980,
Hommel 1987, Muntasib 2002, Rahmat 2007, Rahmat 2012)
Parameter
Ketinggian
tempat
Kelerengan
tempat

Suhu udara
Kelembaban
udara

Kriteria
0-100 mdpl
100-500 mdpl
>500 mdpl
0-15%
15-25%
>25%
26-290 C
29-320 C
>320 C
75-91%
60-75%
1 potensi kubangan
Dalam 10 km2 ditemukan satu potensi kubangan
Dalam 10 km2 tidak ditemukan potensi kubangan
4-5
6-7
>7
>0,50/00
0,3-0,50/00
80%
Rata-rata INP tumbuhan pakan badak jawa 40-80%
Rata-rata INP tumbuhan pakan badak jawa