STRATEGI KAMPANYE DINAS KEBUDAYAAN DIY MELALUI DUTA MUSEUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT MASYARAKAT UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM DIY TAHUN 2015-2016

(1)

Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY Melalui Duta Museum Dalam Upaya Meningkatkan Minat Masyarakat Untuk Berkunjung Ke Museum

DIY Tahun 2015-2016 SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH SYARIFAH KHAMSIAWI

20120530183

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Syarifah Khamsiawi Nomor Mahasiswa : 20120530183 Konsentrasi : Broadcasting Progam Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan Judul : ”STRATEGI KAMPANYE DINAS KEBUDAYAAN DIY MELALUI DUTA MUSEUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT MASYARAKAT UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM DIY TAHUN 2015-2016” adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi saya ini terbukti merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaanya.

Yogyakarta, Agustus 2016


(4)

MOTTO

َدَج َو َدَج ْنَم

Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil

َرِفَظ َرَبَص ْنَم

Siapa yang bersabar pasti beruntung

”A pessimist sees the difficulty in every opportunity. An optimist sees the opportunity in every difficulty”

(Sir Winston Churchill)

”You should not assume that education will get you to where you want to go, what will get you there is you”


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bangga skripsi ini saya persembahkan untuk :

Kedua Orang tua saya. Nyanyak Aja Rakibah.

Abu, H. Said Junaidi


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH Tidak lupa ucapan terimakasih saya kepada :

 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada saya, sehingga dalam proses pembuatan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan Muhammad SAW yang senangtiasa telah memberikan wahyunya kepada saya.  Keluarga besar saya di Aceh

 Keluarga besar Fatih in Jogja, Meutia, Pipi, Aini, dan Tura yang selalu menyemangati

 Teman seperjuangan saya Opi, Lubis, Tika, Almaz, Adam, Abu, Aul, Tyo, Ainun yang sudah bersedia mendengarkan setiap keluhan saya, dan telah menemani saya dalam proses penulisan skripsi ini.

 Keluarga besar Peuhaba UMY, Sarah, Fadil, Indah, Farid, Haikal, Abrar dan Sari yang selalu menemani saya

 Laura, Ulfa dan Isra, terimakasih telah menjadi sahabat yang selalu memberikan nasihat, support dan arahan yang baik kepada saya.

 Ryan, dan Arista yang telah bersedia membatu saya

 Teman-Teman Broadcasting dan teman-teman Ilmu Komunikasi 2012 yang telah membantu, mensupport sehingga skripsi ini selesai sayan kerjakan.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dengan judul “Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke museum di DIY tahun 2015-2016” ini guna melengkapi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Strata- 1 ( S-1) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2016.

Penulis sadar bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyelesaian skripi ini tidak dapat terwujud, pencapaian terbesar ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada beberapa pihak, antara lain:

1. Allah SWT beserta Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW.

2. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid, SIP., M.Sc Selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak DR. Taufiqurrahman, S.IP, MA. Selaku Dosen Pembimbing. Terimakasih atas nasehat, arahan, saran serta perbaikan yang berguna bagi


(8)

penulis dan kesabaran Bapak dalam membimbing saya selama proses penulisan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Mba Frizki Yulianti Nurnisya, S.IP, M.Si dan Pak Aly Aulia, Lc., M.Hum. Terimkasih telah memberikan masukan dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi dan staf Ilmu Komunikasi, Pak Jono, Pak Mur, Mbak Siti. Terimakasih telah menjadi pusat informasi dan semua doa juga dukungannya selama proses penulisan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat penulis harapkan. Semoga persembahan ini dapat selalu memberikan manfaat.

Yogyakarta, Agustus 2016 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 8

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

E. Kajian Teori ... 9

1. Strategi Kampanye ... 9

2. Tahapan-Tahapan Perencanaan Kampanye ... 10

3. Elemen-Elemen Kampanye ... 19

F. Metodologi Penelitian ... 23

1. Jenis dan Metode Penelitian ... 23

2. Jenis dan Sumber Data ... 24

3. Obyek Penenlitian ... 25


(10)

5. Teknik Pengumpulan Data ... 26

a. Wawancara ... 26

b. Dokumentasi ... 27

c. Observasi ... 27

6. Teknik Analisis Data ... 27

7. Uji Validitas Data ... 29

8. Riset Terdahulu ... 31

9. Sistematika Terdahulu ... 33

BAB II GAMBARAN UMUM ... 35

A. Sejarah Dinas Kebudayaan DIY ... 35

B. Fisi-Misi Dinas Kebudayaan DIY ... 36

C. Unsur Organisasi dan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY ... 37

D. Bidang Permuseuman ... 40

E. Program-Program Bidang Permuseuman ... 45

F. Maksud dan Tujuan Kegiatan Duta Museum... 51

G. Visi-Misi Duta Museum ... 51

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Penyajian Data ... 54

1. Tahapan Perencanaan Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum ... 54

a. Analisis Situasi ... 54

b. Tujuan Kampanye ... 56

c. Identifikasi dan Segmentasi Sasaran Kampanye ... 58

d. Pesan Kampanye ... 59

e. Strategi ... 60

f. Taktik ... 68


(11)

2. Elemen-Elemen Kampanye Dinas Kebudayaan DIY

melalui Duta Museum ... 83

a. Komunikator ... 83

b. Peran Media Dalam Kampanye ... 84

3. Evaluasi ... 92

B. Analisis Data ... 95

BAB V PENUTUP………..117

A. Kesimpulan……….117

B. Saran ………..118 Daftar Pustaka


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Pengunjung Di 21 Museum DIY tahun 2015 ... 4 Tabel 3.2 Nama Pemenang Duta Museum 2015 ... 67 Tabel 2.2 Data Pengunjung Museum di DIY tahun 2015 ... 94


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Teknik Analisis Data ... 28

Gambar 1.2 Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data ... 31

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY ... 39

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Bidang Permuseuman ... 42

Gambar 2.3 Logo Duta Museum 2015 ... 50

Gambar 3.1 Slide Power Point Safari Duta Museum ... 60

Gambar 3.2 Alur Pendaftaran Pemilihan Duta Museum ... 64

Gambar 3.3 Acara Museum Exhibition ... 70

Gambar 3.4 Museum Exhibition 2016 ... 72

Gambar 3.5 Pembagian Hadiah ... 73

Gambar 3.6 Event Pecha Kucha Night ... 75

Gambar 3.7 Slide Power Point Pecha Kucha Night ... 76

Gambar 3.8 Ngabuburid Bareng Duta Museum ... 79

Gambar 3.9 Carnaval Museum Bersama Duta Museum ... 81

Gambar 1.10 Talkshow di Radio RRI Pro 2 ... 85

Gambar 3.11 Talkshow di Jogja Tv ... 86

Gambar 3.12 X Banner Pemilihan Duta Museum ... 87

Gambar 3.13 Website Duta Museum ... 88

Gambar 3.14 Facebook Duta Museum ... 89

Gambar 3.15 Twitter Duta Museum ... 90

Gambar 3.16 Instagram Duta Museum ... 91


(14)

^.r$rl'{$nt sY{A

"$"4r.ffi

&--{tsr:I1s^$

*'rrr-."iS

(1-g) e*eftes :e1*E

q*1*.r*dmoffi {iuun ue}eru{s-iad $xts qslus re,Suqos Bi$IJagp qels} }u} rsdi"rrlg

ffi UII'pg 6'11 6e11ny .,t1y

-t"*\\

g

gfn8uag

lS.;.11'*I'S'u.dr1u;ng !!uBlIB& I{utr.{

lrr

,k-__----/

I

g rlnEuag

'nBI'H{I

8l}l*:r

If

ilflht${ itIS

itiYffi}Si}S

,

Islip ue,3u*q;

rs6{iiJn*r*1{ rirff [i eip{}Kr}}{ntrq 8ua:lg ledrueg

g1g; snlsnfiV Zf,

:

lu8$urg rft$.}s . $rlii

. tped' e3:e:p.{'?*n qs{ rpe arl.rreq&}q se} i$J*.riu {}

.I1'1q*d nujr! LrEp terfleg ttur{I sr?iln}tuj }suIrunluo}

nurll

lpll}S we:8cr6

rsdu-15 tfnfr**u3

r*rg

xuel*p

ip

**Xi;eqepadlp ilup ifi'llp

q#[*]

i*t

lsdq-]S

ylr'dI'S

'un*qSrn

,/


(15)

ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Broadcasting

Syarifah Khamsiawi / 20120530183

Judul : Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam Upaya Meningkatkan Minat Masyarakat Mengunjungi Museum Tahun 2015-2016.

Tahun Skripsi : 2016, 119 Hal Skripsi + 3 Table + 22 Gambar + 18 Lampiran Daftar Kepustakaan : 14 Buku + 12 Sumber Online + 4 Skripsi

Latar belakang Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan masyarakat untuk mengunjungi museum tahun 2015-2016 bermula dari kurangnya minat masyarakat dalam mengunjungi museum yang terdapat di DIY, maka Dinas Kebudayaan DIY membuat pemilihan duta museum agar duta museum dapat mengakampanyekan museum di DIY yang bertujuan untuk memperkenalkan, mendekatkan, serta membuat masyarakat lebih mencintai museum.

Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara pihak Dinas Kebudayaan DIY, Duta Museum DIY, dan masyarakat. observasi yaitu pengamatan langsung pada saat kampanye sedang berlangsung, dan dokumentasi diperoleh dari Dinas Kebudayaan serta Duta Museum dan lainnya yang berhubungan dengan kampanye dilaksanakan.

Hasil dari penelitian ini adalah peneliti menunjukan bahwa langkah kampanye yang dilaksankan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam menggunakan strategi kampanye sudah tepat, dengan adanya kegiatan kampanye ini masyarakat dapat lebih mengetahui informasi tentang duta museum melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh duta museum.


(16)

ABSTRACT University of Muhammadiyah Yogyakarta

Faculty of Social and Politic Science Department of Communication Science Concentration of Broadcasting

Syarifah Khamsiawi / (20120530183)

Campaign Strategy By Department Culture Of DIY Through Museums Ambassador In An Attempt To Increase The Society Interest To Visit The DIY Museum Year 2015-2016.

Year: 2016, 119 Page + 3 Tables + 22 Image + 18 Appendices References: 12 Books + 14 Online Sources (Internet) + 4 Thesis

Reason for this campaign strategy from department of culture of diy through the museum ambassador in an effort to improve public interest to visit the museum for 2015-2016 begins from lack of public interest in visiting the museum in diy. So, the department of culture of diy make a contest to choose museum ambassadors so they could do campaigns about museums in diy, which aims to introduce, juxtapose, and make people love museums.

Type of research conducted are descriptive, qualitative, data collection techniques done by interview directly the department of culture of DIY, DIY museum ambassadors, and public. Observation done by direct observation while the campaign is ongoing, and documentation obtained from the department of culture and also the museum ambassadors and other things that associated with the campaign conducted.

The results of this study are researchers showed that the campaign implemented by the department of culture of DIY through the museum ambassadors in use of campaign strategies are already correct, with these campaign activities public can find out more information about museum ambassadors through the activities carried out by them.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. DIY dibentuk dengan Undang-Undang (UU) No.3 Tahun 1945, DIY meliputi bekas Daerah atau kesultanan DIY dan Pakualaman. Sebagai Ibu kota Provinsi DIY, kota Yogyakarta kaya akan predikat. Baik itu berasal dari sejarah maupun potensi yang ada seperti, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar serta dengan kota pariwisata. Selain itu sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran DIY dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. DIY pernah menjadi pusat kerajaan baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan DIY maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya yang bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut

sampai hingga kini masih tetap dilestarikan.

(Sumber:http://www.pendidikandiy.go.id/dinas_v4/?view=baca_isi_lengkap&id_ p=1 diakses pada tanggal 22 April 2016).


(18)

Museum merupakan tempat untuk menyimpan barang-barang masa lalu atau peninggalan masa lalu yang harus dijaga, dilindungi dan dilestarikan guna mengembangkan asset budaya DIY sebagai upaya untuk memwujudkan jati diri masyarakat. Museum-museum yang terdapat di Jogjakarta juga sudah bermacam ragam dan sangat menarik untuk dikunjungin. Di museum kita juga dapat melihat-lihat koleksi peninggalan masa lalu serta dapat mempelajari sejarah-sejarah koleksian yang ada di museum tersebut. Sebagai warga Indonesia kita seharusnya bangga karena di Negara kita terdapat banyak sekali museum. Namun hal ini sangat disayangkan ternyata masyarakat Indonesia masih kurang antusias untuk mengunjungi museum. Karena bagi masyarakat museum merupakan tempat yang ngeri untuk dapat dikunjungin karena didalam museum terkesan gelap, terdapat barang-barang kuno dan sejarah masa lalu yang membuat masyarakat enggan mengunjungi museum, selain itu juga masyarakat bosan mengunjungi museum karena terkesan didalam museum hanya barang-barang itu saja. (http://travel.kompas.com//read/2014/11/23/102002/artikel-detail-komentar-mobile.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).

Sebagai bagian dari obyek wisata yang sarat akan sejarah dan edukasi, museum ternyata belum dapat menjadi pilihan tempat wisata yang membuat rindu pengunjungnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies baswedan. “ini menjadi tantangan untuk keberadaan museum di Indonesia, yaitu menjadikannya sebagai tempat yang menyenangkan” ujar


(19)

anies baswedan saat pembukaan pameran gelar museum nusantara 2014. Sabtu (22/11/2014), hal tersebut terbukti dari kurangnya antusiasme masyarakat untuk

mengunjungi museum

(http://travel.kompas.com//read/2014/11/23/102002/artikel-detail-komentar-mobile.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).

Selain itu juga tingkat kunjungan museum di DIY dinilai masih rendah, padahal jumlah musem di DIY sebanyak 48 museum, namun tingkat kunjungannya masih signifikan. Berdasarkan data Dinas KebudayaanDIY, jumlah kunjungan ke museum di DIY hingga September 2015 sebanyak 496.186 kunjungan. Total kunjungan ini tercatat di 21 dari 48 museum yang ada. Dari data tersebut kunjungan museum di DIY belum merata. Terdapat beberapa museum yang dikunjungi banyak wisatawan namun ada yang jarang juga untuk dikunjungi, rata-rata kunjungan bulanan ke museum di DIY juga fluktuatif. Menurut Kepala Dinas KebudayaanDIY, Umar Priyono, kunjungan ke 21 museum di DIY tersebut tidak stabil.


(20)

Tabel 1.1 Data Pengunjung pada 21 Museum Di DIY Tahun 2015

No Bulan Jumlah Pengunjung Museum

2015

1. Januari 63.885 pegunjung

2. Februari 45.257 pengunjung

3. Maret 56.198 pengunjung

4. April 65.592 pengunjung

5. Mei 90.715 pengunjung

6. Juni 78.975 pengunjung

7. Juli 46.565 pengunjung

8. Agustus 32.169 pengunjung

9. September 16.820 pengunjung

(sumber:http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/10/07/nvuq8i284-tingkat-kunjungan-museum-di-diy-masih-rendah, (22 April 2016).

Pada pemberitaan diatas dapat dilihat bahwa pengunjung museum mengalami kenaikan dan penurunan pengujung pada museum-museum, maka dari itu, ini merupakan tugas untuk duta museum bagaimana cara untuk membuat pengunjung museum lebih tertarik terhadap permuseuman di DIY dan membuat masyarakat mencintai museum dengan begitu akan meningkatkan pengunjung pada suatu museum tersebut atau setidaknya pengunjung museum stabil mengunjungi museum di DIY.

Duta museum bertugas untuk mengkampanyekan museum-museum di DIY, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan museum kepada masyarakat luas agar masyarakat dapat tertarik untuk berkunjung ke museum, duta museum tidak hanya ditugaskan untuk berkampanye tentang permuseuman saja, namum mereka


(21)

juga ditugaskan oleh Dinas Kebudayaan DIY untuk mempromosikan program-program yang dilaksanakan oleh dinas kebudayaan DIY bahkan, duta museum juga ikut serta dalam program yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, hal ini merupakan bahwa duta museum merupakan program unggulan dari Dinas Kebudayaan DIY.

Dengan begitu Dinas KebudayaanDIY menyelenggarakan Pemilihan Duta Museum, upaya untuk Pemilihan Duta Museum tersebut bertujuan memperkenalkan potensi museum-museum yang ada di DIY, baik dari sisi koleksi, pelayanan, maupun fasilitas museum yang ada. Dengan adanya pemilihan Duta Museum 2015 Dinas Kebudayaan DIY ingin menbangun kembali citra positif terhadap museum dan ingin mengubah paradigma masyarakat terhadap museum serta ingin mendekatkan museum kepada masyarakat. Koordinator Teknis Pemilihan Duta Museum Hairullah Gozali mengatakan, museum bagi suatu bangsa merupakan bagian dari peradaban, semakin banyak jumlah museum yang ada semakin tinggi peradaban sebuah bangsa. Di DIY sendiri berbagai sisi dari peradaban tergambar dengan jelas dari museum-museum yang di milikinya, perjalanan bangsa Indonesia pun terwakili di DIY melalui zaman Prasejarah, Mataram Hindu, Mataram Islam dan zaman perjuangan,” tegas Hairullah di Sekretariat pendaftaran dan rekruitmen Duta Museum. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang public relations atau duta museum yang dapat menjelaskan dan merepresentasikan kekayaan museum di DIY. Sosok ini harus mampu


(22)

berkomunikasi dan membangun jaringan yang luas serta memiliki wawasan, pengetahuan tentang Museum di DIY dan cinta kepada museum. Anggota Duta Museum tidak semata-mata harus cantik atau tampan saja, namun seorang Duta Museum butuh figur yang cocok untuk dapat menjadi duta bagi semua museum di DIY,” jelas Hairullah. Ketua Harian Keluarga Public Relations Jogja (Sumber:http://jogja.solopos.com/baca/2015/06/27/duta-museum-diy-dinas kebudayaan-diy-gelar-pemilihan-duta-museum-diy-2015-618645,diakses pada tanggal 28 Oktober 2015). Selain itu juga, berdasarkan hasil dari wawancara melalui salah satu anggota Duta Museum yaitu Nusieta Ayu D.P pada tanggal 16 November 2015 mengatakan bahwa.

Sebagian besar anggota Duta Museum ditugaskan untuk menjadi seorang public relation, yang bertujuan agar dapat mempromosikan Museum-museum yang ada di DIY. Lebih spesifik anggota Duta Museum ditugaskan untuk merencanakan projek, membuat konten berita, membantu pelaksanaan event-event di museum, pameran, sampai nge MC juga menjadi tugas bagi anggota Duta Museum.(wawancara tanggal 16 November 2015).

Seorang Duta Museum tidak hanya dapat mengkampanyekan museum-museum saja namum mereka juga harus dapat menguasai beberapa hal seperti memandukan sebuah acara atau membawakan sebuah acara, selama satu tahun juga para anggota Duta Museum saling berbagi tugas-tugas untuk membuat event-event untuk museum yang terdapat di DIY, karena banyak dari anggota Duta Museum tidak bisa membuat event dengan bersamaan dikarenakan anggota Duta Museum memiliki tugas lain selain menjadi Duta Museum serta rentan umur yang


(23)

bervariasi mulai dari 19 tahun hingga 50 tahun, maka dari itu mereka saling membagi tugasnya untuk memperkenalkan museum pada masyarakat. selain itu Duta Museum ini merupakan event / kegiatan baru yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, Duta Museum sendiri baru berdiri sejak tahun 2014 untuk wilayah DIY yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DIY.

Dari hasil wawancara bersama dengan Nuesita Ayu salah satu anggota Duta Museum 2015 menyebutkan bahwa terdapat beberapa program yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan DIY kepada para Duta Museum, antara lain yaitu safari Duta Museum dan wajib kunjung museum.

Safari Duta Museum yaitu dilaksanakan setiap sebulan sekali yang mana para anggota Duta Museum datang untuk mengkampanyekan museum ke sekolah-sekolah yang ada di DIY, sedangkan wajib kunjung museum dilakukan setiap hari dengan target umur umum. Selain itu terdapat juga beberapa program-program yang dilaksanakan oleh Duta Museum sendiri yang berdasarkan segmentasi umur, seperti halnya program kids in museum, jelajah museum di malam hari dan class haristage yang ditunjukan pada anak-anak (wawancara tanggal 22 Maret 2016).

Dengan adanya Duta Museum diharapkan agar para anggota Duta Museum dapat mengkampanyekan museum-museum yang terdapat di DIY. Tidak hanya untuk memasarkan museum saja namun dengan adanya Duta Museum juga diharapakan masyarakat lebih mencintai museum serta dapat mempelajari lebih banyak hal tentang museum, sejarah, pendidikan, teknologi dan koleksi peninggalan-peninggalan di masa lalu yang terdapat didalam museum. Para


(24)

anggota Duta Museum tidak dituntut untuk cantik saja tetapi mereka harus memiliki wawasan yang luas tentang museum.

B. Rumusan Masalah

Dari serangkaian latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan minat Masyarakat untuk Berkunjung ke Museum DIY Tahun 2015-2016?”

C. Tujuan Penelitian

Dari serangkaian permasalahan yang ada pada penelitian ini, yaitu bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan strategi kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan minat Masyarakat untuk Berkunjung ke Museum di DIY 2015-2016.

2. Mendeskripsikan program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :


(25)

1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi kajian-kajian ilmiah untuk dapat menjadikan sebuah teori yang bisa dipakai oleh penelitian selanjutnya

2. Praktis

a. Sebagai bahan evalusi bagi Dinas Kebudayaan DIY dalam upaya mempertahankan minat masyarakat untuk mengunjungi museum.

b. Dapat menambah wawasan tentang strategi kampanye yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke Museum di DIY tahun 2015-2016. E. Kajian Teori

1. Pengertian Strategi Kampanye

Strategi kampanye adalah sebuah penyusunan suatu rencana jangka panjang yang dilakukan oleh sekelompok organisasi swasta maupun pemerintah agar pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai dan diterima dengan baik oleh masyarakat (Septiawan, 2015:8).

Rogers dan Strorey dalam Qadaruddin mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. (Menurut Michael dan Roxanne Parrot dalam Qadaruddin 2016) kampanye didefinisikan sebagai proses yang dirancang


(26)

secara sadar, bertahap dan berkelanjutan, serta dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak yang telah ditetapkan (Qadaruddin, 2016 : 6).

Dibawah ini juga dapat dijelaskan pokok-pokok untuk melengkapi dasar-dasar teknik untuk berkomunikasi, untuk diketahui bila perlu dipergunakan dan dikembangkan. Rice dan Paisley menyebutkan bahwa kampanye adalah keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Adapun tujuan dari kampanye adalah menciptakan perubahan atau perbaikan di dalam masyarakat, maka Rice dan Paisley menyebutkan bila dalam suatu lingkungan sosial terjadi perubahan atau perbaikan maupun perkembangan, kemungkinan besar kampanye telah berlangsung dilingkungan tersebut.

2. Tahapan Perencanaan Kampanye

Dalam melakukan kampanye dibutuhkan perencanaan yang matang agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi utama sebuah perencanaan dalam kampanye adalah menciptakan keteraturan dan kejelasan arah tindakan (Venus dalam Maulida, 2013:12). Menurut (Gregory dalam Ruslan, 2013:99), terdapat beberapa perencanaan dalam kampanye yaitu meliputi:


(27)

a. Analisis (Analysis)

Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses pemasaran sosial adalah melakukan riset terhadap lingkungan. Untuk menentukan langkah dalam pemasaran sosial juga perlu melakukan riset terhadap lingkungan seperti pada pemasaran komersil. analisis lingkungan dilakukan guna menganalisis lingkungan sosial untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat. Analisis lingkungan akan berguna dalam membantu proses pentransferan isu atau gagasan kegiatan kampanye.

Dalam menganalisis lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan metode analisis mendasar yang berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Elemen analisis SWOT terdiri dari empat elemen yaitu Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats (tantangan). (Greogory, 2003:63).

b. Tujuan (Objectives)

Menurut (Gregory dalam Ruslan, 2013:99) terdapat tujuh tujuan utama kampanye PR (Public Relations) yaitu dimulai dengan tujuan public relations, tujuan perusahaan, tujuan khusus, apa yang ingin dicapai, kuantitas (banyaknya), alokasi budget (anggaran yang digunakan), dan yang terakhir membuat daftar


(28)

perioritas kampanye. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang tujuan dalam pemasaran sosial yaitu

1) Susun tujuan untuk kampanye sosial yang akan dilakukan bukan tujuan organisasi secara keseluruhan, atau dampak lanjutan dari kampanye tersebut.

2) Susun tujuan secara seksama dan spesifik. Tujuan jangan dibuat menggantung dan sangat terbuka, tetapi didalamnya harus menjawab secara jelas dan spesifik tentang apa yang dikehendaki, kepada siapa, kapan dan bagaimana.

3) Susun tujuan yang memungkinkan untuk di capai. Jangan menyusun tujuan terlalu muluk, hanya mengawang-awang dan akhirnya tidak bisa tercapai.

4) Kualifikasi semaksimal mungkin, semakin dapat dikualifikasikan sebuah tujuan maka semakin mudah evaluasi tingkat pencapaiannya.

5) Pertimbangkan anggaran yang tersedia untuk program kampanye yang dilakukan.

6) Susun tujuan berdasarkan skala prioritas, maksudnya agar tim kampanye dapat memfokuskan pekerjaan kepada satu tujuan terarah.

c. Publik atau Khalayak sasaran (Public or Audience)

Dalam melakukan identifikasi dan segmentasi sasaran, maka perencanaan dapat dilakukan lebih mudah dan pada akhirnya akan


(29)

melancarkan kampanye. Dalam menentukan publik sasaran pada perencanaan kampanye menurut (James Gruning dalam Septiawan 2015:25) terdapat tiga bentuk: laten public (publik yang tersembunyi sulit untuk dikenal keberadaannya oleh pihak organisasi), Aware Publik (publik yang peduli, dan bentuk publik ini yang mudah untuk dikenali kegiatan dan keberadaannya), dan Active Publics (merupakan publik yang aktif dan selalu berkaitan dengan suatu permasalahan yang dihadapi dengan pihak perusahaan atau organisasi).

d. Pesan-Pesan (Message)

Pesan kampanye merupakan sarana untuk penyampaian isi apa yang ingin disampaikan pada suatu program kampanye. Terdapat empat langkah pesan-pesan yang disampaikan melalui kampanye yaitu:

1) Menetapkan keberadaan persepsi publik berdasarkan hasil penelitian, untuk menentukan apakah diterima atau ditolak

2) Menetapkan upaya perubahan dari persepsi publik, untuk melihat keinginan publik yang sebenarnya agar tema atau isi pesan-pesan kampanye diklarifikasi.

3) Melakukan tahapan identifikasi dari unsur-unsur persuasif dan edukatif.

4) Meyakinkan dalam penyampaian pesan-pesan yang lebih kredibel (Ruslan,2013:101).


(30)

e. Strategi (Strategy)

Pengertian strategi menurut (Gregory dalam Ruslan 2013:102) adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan program kampanye dalam kurun waktu tertentu, terkoordinasi dengan melibatkan suatu tim kerja, memiliki prinsip-prinsip, dan termasuk gagasan, kegiatan, alokasi dan besar, serta dengan taktik pelaksanaan pencapaian tujuan program (tactical programme) yang terukur secara rasional atau spesifik.

f. Taktik Pelaksanaan (Tactics)

Taktik pelaksanaan sangat perlu dalam proses kampanye, ketika akan mengembangkan taktik pelaksanaan program kampanye, maka tidak terepas dari faktor-faktor kekuatan, kreativitas atau kemampuan tim pelaksana, pengembangan program hingga pencapaian tujuan terukur sebagai berikut (Ruslan, 2013:102-103). seperti yang diungkapkan Ruslan (2007) sebagai berikut: 1) Appropriateness, adanya kecocokan secara aktual dengan teknik-teknik taktik pelaksanaan, pencapaian target khalayak publik, hasil-hasil yang dicapai dalam melaksanakan pesan-pesan kampanye dan termasuk kecocokan dengan teknik-teknik Public Relations serta media komunikasi yang dipergunakan. 2) Deliverability, apakah anda mampu melaksanakan teknik-teknik berkampanye

secara sukses sesuai dengan target? berapa besar alokasi dana yang diperlukan? Bagaimana dengan jadwal waktu pelaksanaan kampanye tersebut


(31)

apakah sudah tepat? Termasuk memiliki tim ahli dan pendukungnya dalam taktik pelaksanaan secara tepat?

g. Skala Waktu (Timescales) dan Sumber Daya (Resoucres)

Kampanye dilaksanakan dalam kurung waktu tertentu. Pada saat kampanye dilaksanakan terdapat beberapa proses kampanye yang miliki waktu kurang cukup, karena saat proses kampanye dilakukan memerlukan waktu yang cukup pajang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Terdapat tiga bentu sumber daya utama yang berkaitan dengan pelaksanaan program kampanye, yaitu pertama adalah sumber daya manusia (SDM), kedua, sumber biaya operasional untuk menunjang kegiatan kampanye yang dikelola secara efisien dalam pembiayaan pelaksanaan operasional. Ketiga, yaitu sumber perlengkapan transforasi, dukungan peralatan teknis, pemanfaatan media komunikasi dan kerja lainnya (Ruslan 2013:104).

h. Penilaian (Evaluations)

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam serangkaian proses kampanye. Evaluasi kampanye yaitu dilaksanakan untuk mencapai sesuatu hingga menjadi lebih baik lagi daripada sebelumnya. Menurut Gregory dalam Venus (2012:211) terdapat lima alasan penting perlunya evaluasi untuk dilaksanakan. Pertaman, evaluasi dapat memfokuskan usaha yang dilakukan. Kedua, evaluasi menunjukan keefektifan pelaksana kampanye dalam merancang dan meimplementasikan yang cukup besar dan penyelenggara


(32)

kampanye tidak ingin dan dan berbagai sumber daya lain terbuang sia-sia. Keempat, evaluasi membatu pelaksana untuk menetapkan tujuan secara realistis, jelas dan terarah sehingga terakhir, evaluasi membantu akuntabilitas (pertanggung jawaban) pelaksana kampanye.

Dalam evaluasi kampanye tidak terlepas dari faktor penghambat dan pendukung kampanye, Hyman dan Sheatsley adalah ilmuwan sosial generasi awal yang tertarik menganalisis keefektifan kampanye, adapun analisis yang dilakukan hyman dan Sheatsley. (Kotler dalam Venus 2004) terdapat beberapa kegagalan kampanye, adapun kegagalan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1) Selalu ada sekelompok khalayak yang „tidak akan tahu‟ tentang pesan -pesan yang ditunujukan pada mereka.

2) Jika sedikit yang tertarik maka akan sedikit pula yang memberikan respon

3) Orang akan memberikan respon berbeda terhadap pesan-pesan yang sama

4) Orang cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai dengan apa yang telah diyakini.

Selain dua tokoh diatas, (Kotler dan Roberto dalam Venus 2004) juga memberikan pendapat mereka tentang faktor-faktor yang menyebabkan


(33)

sebuah program kampanye mengalami kegagalan. Menurut mereka, ketidakberhasilan pada sebagian besar kampanye umumnya karena:

1) Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya secara tepat.

2) Pesan-pesan kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu memotivasi khalayak untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima.

3) Pesan-pesan tidak memberi „petunjuk‟ bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan.

4) Terlalu mengandalkan media massa tanpa menindaklanjutinya dengan komunikasi antarpribadi. Padahal justru melalui komunikasi antar pribadilah efek perubahan sikap dan prilaku lebih dapat diharapkan muncul.

5) Anggaran untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku kampanye tidak bisa berbuat secara total.

Adapun peneliti yang lain tertarik untuk mencaritahu penyebab-penyebab kegagalan kampanye yaitu (Michael L. Rothschild dalam Venus, 2004). Rothschild umumnya tidak secara khusus berbicara tentang faktor penyebab kegagalan kampanye. Ia hanya menyarankan hal yang perlu diperhatikan agar program kampanye tidak sia-sia antara lain yaitu, Arti


(34)

penting objek, kadar keterlibatan dan tentutan aktual dari lingkungan (Venus, 2004:130-132).

Adapun beberapa faktor yang dikemukakan oleh para ahli tentang faktor-faktor penunjang keberhasilan kampanye yang pada prinsipnya berkaitan erat dengan faktor-faktor kegagalan kampanye, adapun salah satu faktor penunjang keberhasilan yang ditemukan oleh Lazarsfeld, Merton dan Wallack. (Lazarsfeld dan Marton dalam Venus 2004) menyebutkan bahwa Lazarsfeld dan Marton kelompok pertama yang tertarik menganalisis berbagai faktor yang menunjang keberhasilan kampanye. Sementara Wallack adalah peneliti yang datang kemudian, yang berupaya menyempurnakan temuan kedua tokoh ilmu komunikasi tersebut. Temuan ketiga tokoh tersebut meliputi lima hal berikut yaitu, Monopolization, Canalization, Supplementation, Creation Of New Opinios dan Making Personal Connection

1) Monopolization atau monopolisasi yang diartikan sebagai penguasaan penuh sebuah program kampanye terhadap media komunikasi yang ada. 2) Canalization diartikan sebagai penyaluran lebih lanjut dari perilaku atau

sikap yang telah ada kepada sasaran baru yang masih searah.

3) Supplementation, Lazaferld dan Merton menyakini bahwa kampanye perubahan sosial akan sukses apabila pesan-pesan media massa ditindaklanjuti dengan komunikasi antar pribadi.


(35)

4) Making personal connection diartikan sebagai upaya pelaku kampanye untuk mengaitkan pesan-pesan yang dibuat dengan karakteristik dan dunia pengalaman keseharian khalayak.

5) Creation of new opinion atau penciptaan pendapat-pendapat baru merupakan unsur pendorong kesuksesan kampanye lainnya (Venus, 2004:133-135).

i. Peninjauan (Review)

Adapun tahapan terakhir dalam perencanaan pelaksanaan kampanye yaitu peninjauan kembali terhadap penilaian perencanaan, pelaksanaan selama program dan pencapaian tujuan kampanye yang berlangsung secara periodic setiap tahunnya.

3. Elemen-Elemen Kampanye

Untuk membuat sebuah kegiatan kampanye jadi berhasil dipengaruhi oleh perencanaan dan pelaksanaan kampanye tersebut, agar kampanye tersebut berjalan dengan baik maka, dapat diperhatikan elemen-elemen kampanye sosial dalam pelaksanaan kampanye. Adapun elemen-elemen kampanye model Nowak dan Warneyd (dalam Maulida, 2013:20).

a. Komunikator/ Pengirim Pesan

Komunikator merupakan individu atau sekelompok orang/ organisasi kelembagaan sebagai pelaku pemasaran sosial yang mempunyai ide gagasan berinisiatif atau berkebutuhan untuk berkomunikasi. (Mulyana,


(36)

2000:63). Dalam kampanye ini terjadi pentransferan pesan dari pengirim pesan yaitu pihak Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yang berupa informasi tentang museum serta mengajak masyarakat untuk dapat mengenal museum dan dapat mencintai museum yang ada di DIY.

Sebagai komunikator, public relations officer harus mampu menjelaskan atau menyampaikan sesuatu kegiatan atau aktivitas dan program kerja kepada publiknya, ia juga sekaligus bertindak sebagai mediator untuk mewakili lembaga atau organisasi terhadap publik dan sebaliknya (Ruslan, 2013:28). Untuk mencapai komunikasi yang mengena, maka seorang komunikator selain mengenal dirnya, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). (Maulida, 2013:21-22) yaitu:

1) Kepercayaan (credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber, sehingga diterima dan diikuti khalayak sasaran.

2) Daya Tarik (attractive)

Daya tarik merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Pendengar atau khalayak sasaran bisa mengikuti seorang komunikator menurut dengan


(37)

pandangannya karena komunikator tersebut memiliki daya tarik dalam hal kesamaan, hal yang disuka serta fisik.

3) Kekuatan (Power)

Kekuatan adalah kepercayaan diri yang dimiliki seseorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain.

b. Saluran

Saluran atau wahana dapat merujuk kepada cara penyampaian pesan, hal ini dapat dilihat penting karena berkaitan dengan pemilihan media. Beberapa ahli menerangkan istilah channel untuk menyebutkan media, banyak ragam media penggunaannya menggantungkan pada kebutuhan, situasi, dan kondisinya. (Efendy dalam Budi, 2015:27) menjelaskan Pemilihan media dipengaruhi oleh:

1) sasaran yang dituju 2) efek yang diharapkan 3) isi yang dikomunikasikan.

Peran media massa sangat penting dalam sebuah kampanye karena melalui media massa pesan kampanye itu akan ditujukan langsung kepada masyarakat atau publik guna tercapainya penerimaan pesan tersebut. Media atau alat kampanye dapat dikelompokan sebagai berikut:


(38)

1) Media Umum

Media umum seperti surat-menyurat, telepon, facsimile, dan telegraf.

2) Media Massa

Media massa seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, bulletin dan media elektronik yaitu televise, radio dan film. Sifat media massa ini mempunyai efek serempak dan cepat (simultaneity effect) dan mampu mencapai pembaca dalam jumlah besar dan tersebar luas diberbagai tempat secara bersamaan.

3) Media Khusus

Media khusus seperti iklan (advertising), logo dan nama perusahaan, atau produk yang merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersial yang efektif.

4) Media internal

Media internal yaitu media yang dipergunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan nonkomersial serta lazim digunakan dalam aktivitas public relations. Ada beberapa jenis media internal yaitu, House Journal, printed materials, spoken and visual, dan media pertemuan (Ruslan, 2013:29-31).


(39)

c. Efek yang Dicapai

Efek merupakan unsur penting dalam keseluruhan proses kampanye sosial. Bentuk konkrit efek dalam kampanye sosial adalah terjadinya perubahan perilaku kepada khalayak sasaran. Terdapat tiga efek kampanye pemasaran sosial yaitu efek kognitif, afektif dan Konatif.

1) Efek Kognitif

Efek Kognitif lebih kepada pengetahuan sasaran mengenai suatu objek, pengalam tentang objek, bagaimana pendapat dan melihat atau pandangan tentang objek tersebut.

2) Afektif

Suatu pesaraan yang kita rasakan terhadap objek, respek atau perhatian kita terhadap objek terntentu, seperti ketakutan, kesukaan, atau kesamaan.

3) Konatif

Berisi kecendrungan untuk bertindak (memutuskan) atau bertindak terhadap objek atau mengimplementasikan prilaku sebagai tujuan terhadap objek. (Maulida, 2013:24).

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Metode penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif, Menurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami


(40)

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan sifat penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research) (Moleong, 2014: 26).

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Lexy J, Moleong mengatakan bahwa penelitian deskriptif dilakukan jika data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka ada penerapan metode kualitatif. Deskriptif adalah bagian terpanjang yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta dicatat selengkapnya dan seobjektif mungkin. Dengan sendirinya uraian dalam bagian ini harus sangat rinci (Moleong, 2014:211). Pembahasan terkait dengan metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pemilihan informan, dan prosedur kerja penelitian. Penelitian deskriptif yaitu mengukur secara cermat terhadap fenomena sosial tertentu.

2. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Jenis data primer yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dengan teknik wawancara dan dokumentasi-dokumentasi yang didapatkan dari pihak Dinas Kebudayaan DIY dan anggota Duta Museum.


(41)

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengutip dari sumber lain seperti buku-buku perpustakaan, internet, dan sebagainya, sebagai referensi yang digunakan untuk mendukung penelitian ini.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dari penelitian ini yaitu Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum tahun 2015-2016.

4. Teknik Pengambilan Informan

Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yaitu dimana pengambilan sampel sesuai dengan pertimbangan penelitian berdasar maksud dan tujuan penelitian. Purposive yaitu sampel ditunjukan langsung kepada objek penelitian dan tidak diambil secara acak, tetapi sampel bertujuan untuk memperoleh nara-sumber yang dapat memberikan data secara lengkap dan baik (Moleong, 2008:164). Adapun informan yang diambil dalam penelitian ini yaitu:

a. Nusieta Ayu D.P dan Seruni Bodjawati

Peneliti melakukan wawancara dengan Nusieta Ayu D.P karena Nusieta sebagai runner up II Duta Museum yang memiliki peran penting dalam melaksanakan strategi kampanye menarik minat masyarakan untuk berkunjung ke museum. dan Seruni Bodjawati merupakan juara umum pada duta museum tahun 2015.


(42)

b. Sebagai informan kedua yaitu pengunjung museum Exhibition 2016 Tika. c. Infoman ketiga yaitu Dinas Kebudayaan, peneliti melakukan wawancara

dengan salah satu pengelolah Duta Museum yang berperan penting dalam melaksanakan Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum di DIY 2015-2016 yaitu kepala bidang permuseuman yaitu Theresia Yohana.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Interview atau Wawancara

Wawancara adalah proses Tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatapan muka mendengarkan secara lansung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko, dalam Mulyana 2008). Adapun tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan informasi dan bukan untuk merubah ataupun mempengaruhi responden. Selain itu definisi lain wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tidak struktur sering juga disebut dengan wawamcara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif dan wawancara terbuka (open interview), wawancara etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur sering disebut


(43)

dengan wawancara baku (standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan yang sudah disediakan. (Mulyana, 2008:180).

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian yang bersumber pada tulisan (paper). Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2013: 201).

c. Observasi atau pengamatan

Observasi adalah suatu penelitian secara sistematis menggunakan kemampuan indera manusia. Pengamatan merupakan a powerful tool indeed. Pengamatan dilakukan pada saat terjadinya aktivitas budaya dan wawancara secara mendalam (Indept Interview). Observasi juga dilakukan dengan foto dan tape recorder (Endraswara, 2006:133).

6. Teknik analisis data

Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verification. Sedangkan menurut Spradley dilakukan secara berurutan, melalui proses analisi domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya (Sugiyono, 2008:490). Miles dan Huberman menawarkan teknik analisis yang lazim yang disebut dengan interactive model. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen


(44)

yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and veriflying conclusions) ( Pawito, 2007:104). Reduksi data (data reduction) yaitu bukan asal membuang data yang tidak diperlukan melainkan upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah yang tak terpisahkan dari analisis data. Reduksi data melibatkan beberapa tahap. tahap pertama yaitu melibatkan proses editing, pengelompokan, dan meringkas data. Sedangkan tahap keduan yaitu peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai berbagai hal termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan pola-pola data. Sehingga tahap akhir yaitu peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola atau komponen-komponen data yang bersangkutan.

Gambar 1.1 Teknik Pengumpulan Data

(Sumber: Pawinto, 2007:105) Pengumpulan data

Display data

Kesimpulan/verifikasi Reduksi data


(45)

Penyajian data (data display) yaitu melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif terasa bertumpuk maka penyajian data (data display) yang pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis data yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.

Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang telah dibuat. Adakalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada. Peneliti ini berkaitan dan harus mengkonfirmasi, mempertajam atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gelaja atau realitas yang ditelitinya terhadap penilaian-penilaian terhadap pemberitaan (Pawito, 2007:106).

7. Uji Validitas Data

Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang


(46)

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin dalam Moleong 2014 membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2014:330).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Patton dalam Moleong 2002 menyebutkan Triangulasi dengan Sumber bearti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dengan menggunakan teknik ini peneliti dapat membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawanara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan pandangan seseorang seperti rakyat biasa yang tidak terlibat dalam proses, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

Menurut Sugiyono (2010:330) triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(47)

Gambar 1.2

Triangulasi “sumber” Pengumpulan Data

Wawancara

Sumber: Sugiyono (2010:330)

Mathinson dalam Sugiyono (2010:332) mengatakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence. Whether convergent in consistent, or contradictory” yang berarti nilai dari teknik pengumpulan data untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh meluas dan tidak konsisten. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi sumber, maka dapat diperoleh data yang lebih konsisten, tuntas dan pasti. Selain itu, dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data.

G. Riset Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang Strategi Kampanye antara lain yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hanifah Dharmastuti (2015) yang membahas tentang kampanye badan perpustakaan dan arsip daerah

B A


(48)

meningkatkan minat baca masyarakat Yogyakarta tahun 2014. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilaksanakan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yang berada di Jalan Tentara Rakyat Mataram No. 4 Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut membahas bahwa kampanye yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yakni bertujuan untuk meningkatkan minat baca, budaya membaca dan memperkenalkan perpustakaan kepada masyarakat. Sebelum melakukan kampanye hal yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yaitu dengan menentukan audiens, pesan yang disampaikan, menyusun tujuan dan menentukan komunikator. Kampanye yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yaitu dengan mengadakan event-event kerja sama, pameran. Berkampanye melalui kegiatan-kegiatan dan berkampanye melalui media. Dengan adanya kegiatan tersebut di rasa efektif.

2. Penelitian kedua yaitu teliti oleh Andhika Pratama (2013) yang membahas tentang Strategi Kampanye Pencegahan dan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba terhadapRremaja di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2012. Penelitian tersebut menggunakan deskriptif kualitatif, penelitian ini dilaksanakan di Badan Narkotika Provinsi Daerah Istimewa


(49)

Yogyakarta, selain itu penelitian tersebut juga dilakukan di tempat tinggal informan. Hasil dari penelitian tersebut membahas tentang pelaksanaan strategi kampanye pencegahan dan penyalahgunaan bahaya narkoba terhadap remaja oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi tiga proses diantaranya perencanaan (Planning), pelaksanaan (communication action), dan Evalusi (Evaluation).

H. Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah dalam melakukan penelitian, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan hal-hal yang dibahas pada setiap bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

Bab II ini merupakan tentang profil Duta Museum, Dinas Kebudayaan DIY, Museum. Gambaran umum Dinas Kebudayaan DIY serta Duta Museum mulai dari sejarah, profil, tujuan, manfaat, struktur organisasi pengelolanya.


(50)

BAB III PEMBAHASAN

Bab III ini berisikan tentang penyajian data dan analisis data yang berisikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB IV PENUTUP

Bab IV membahas tentang penutup yang berisi tentang kesimpulan serta saran-saran penelitian.


(51)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Dinas Kebudayaan DIY

Asal mula terbentukannya Dinas Kebudayaan DIY yaitu, pada awalnya menjadi wewenang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY. Melalui Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: 353/KPTS/1994 tanggal 26 Oktober 1994 tentang Pembentukan Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, maka urusan Kebudayaan menjadi dinas tersendiri . Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY menjadi Dinas Kebudayaan DIY dan Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Pada mulanya kepala Dinas dilaksanakan oleh Plt oleh Drs. Wahyuntana yang sekaligus masih merangkap di Dinas Pendidikan dan Pengajaran, dan pada tahun ini belum ada pejabat eselon III dan IV serta belum ada kantor resmi. Baru pada 26 November 1997 di lakukan peresmian Dinas Kebudayaan DIY, peresmian Kantor Dinas di sisi timur lapangan kepatihan, dan pada 27 November 1997 di lakukan pelantikan pejabat eselon II, III, dan IV. Pada saat itu Drs. Wahyuntana resmi menjadi pelaksana harian.

Pada tahun 1998 Kepala Dinas dijabat oleh KMT Putronagoro sampai pensiun pada tahun 2000, yang selanjutnya ketugasan kepala dinas dilaksanakan oleh Ir. Kismo Sukirdo. Sesuai kebijakan Pemerintah mengenai otonomi daerah, penyerahan kewenangan, dan urusan, pada tahun 2001 Dinas Kebudayaan DIY


(52)

bergabung dengan Dinas Pariwisata DIY, Kanwil Pariwisata DIY, Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan DIY (Bidang Sejarah dan Nilai tradisi dan Bidang Museum dan Purbakala) menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY dengan Kepala Dinas Ir. Djoko Budhi Sulistyo (Oktober 2001- 30 September 2006).

Dengan terbitnya SK pensiun Ir. Djok Budhi Sulistyo kemudian di lantik Ir. Condroyono sebagai Kepala Dinas sejak 30 September 2006 sampai 23 juli 2008. Untuk mengisi kekosongan setelah Ir. Condroyono menginjak masa pensiun kemudian di lantik Plt. Dra. Dyan Anggraini (23 Juli 2008 – 22 Desember 2008) dan pada tanggal 22 Desember 2008 – 2010 Drs. Djoko Dwiyanto, Mhum. 2010 – sekarang Drs. GBPH Yudaningrat, MM. (Sumber: http://tasteofjogja.org/page.php?kat=prof&id=Mg==&fle=&lback= diakses tanggal 2 Mei 2015).

B. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan

Adapun visi dan misi dari Dinas Kebudayaan DIY yaitu:

1. Visi

Visi dari Dinas Kebudayaan DIY yaitu untuk mewujudkan tata nilai budaya masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai luhur budaya lokal didukung oleh pemerintah daerah yang katalistik.


(53)

2. Misi

Terdapat beberapa misi dari Dinas Kebudayaan DIY antara lain yaitu:

Misi I : Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen yang akuntabel professional dan beretika sesuai dengan tata nilai budaya masyarakat.

Misi II : Melestarikan, melindungi dan mengembangkan asset budaya DIY sebagai upaya mewujudkan jati diri masyarakat

Misi III : Menjadikan ketahanan budaya sebagai jiwa dan semangat pemerintahan yang katalistik

Misi IV : Menjadikan DIY sebagai pusat budaya dengan berbagai event budaya nasional dan internasional

C. Unsur Organisasi dan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY

Adapun unsur organisasi Dinas Kebudayaan DIY terdiri dari :

1. Pimpinan : Kepala Dinas.

2. Pembantu Pimpinan : Sekretariat yang terdiri dari Subbagian-subbagian.


(54)

3. Pelaksana : Bidang-bidang yang terdiri dari Seksi-seksi, UPTD dan Kelompok Jabatan Fungsional

4. Organisasi Dinas Kebudayaan DIY a. Sekretariat terdiri dari:

1) Subbagian umum 2) Subbagian keuangan

3) Subbagian program dan informasi b. Bidang nilai dan budaya, terdiri dari:

1) Seksi rekayasa budaya 2) Seksi bahasa dan karya

c. Bidang tradisi, seni, dan film, terdiri dari: 1) Seksi adat dan tradisi

2) Seksi kesenian 3) Seksi perfilman

d. Bidang sejarah, purbakala dan museum, terdiri dari: 1) Seksi Sejarah

2) Seksi Purbakala 3) Seksi Museum e. UPTD


(55)

(Sumber:http://tasteofjogja.org/page.php?kat=prof&id=Mg==&fle=&lba ck= diakses 2 Mai 2016).

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY


(56)

D. BIDANG PERMUSEUMAN

Seperti yang terdapat pada laporan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 nomor 54 tentang fungsi dan tugas Dinas Kebudayaan DIY pada pasal 33 bidang permuseuman mempunyau tugas sendiri yaitu untuk

melestarikan, membina, mengembangkan, serta memfasilitaskan pengelolaan museum. adapun penanggung jawab atas kegiatan Duta Museum DIY 2015-2016 Bidang Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY, untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka bidang permuseuman DIY mempunyai beberapa fungsi antara lain

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis permuseuman

3. fasilitasi pelestarian dan pemeliharaan benda koleksi museum

4. pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi pengelolaan dan pengembangan museum

5. pembinaan dan publikasi museum

6. pengembangan dan pemanfaatan museum

7. registrasi museum dan koleksi

8. penyelenggaraan akreditasi museum


(57)

10.pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Bidang Permuseuman

11.pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY, terdiri atas 3 seksi: 1. Seksi Pembinaan dan Edukasi

2. Seksi Fasilitasi dan Pengembangan 3. Seksi Promosi dan Inovasi.


(58)

Gambar 2.2

Struktur Organiasasi Bidang Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY

Sumber: Dinas Kebudayaan DIY( 2016)

Seksi pertama Pembinaan dan Edukasi yang mempunyai tugas membina dan membimbing edukatif penyelenggaraan permuseuman. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka Seksi Pembinaan dan Edukasi mempunyai fungsi:

Kepala Bidang Permuseuman Dra. Theresia Yohana

Kepala Seksi Pembinaan dan Edukasi Drs. Sutopo Hernanto

Kepala Seksi Fasilitasi dan Pengembangan

Marsudi, S.IP Kepala Seksi Promosi

dan Inovasi Drs. Budi Husada

Pelaksana Seksi Pembinaan dan Edukasi

Wismarini, S.E, M hum dan Riantin Purwaningsih


(59)

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan kebijakan teknis pembinaan dan edukasi permuseuman

3. penyelenggaraan pembinaan museum

4. penyelenggaraan bimbingan dan pendidikan permuseuman

5. penyelenggaraan penyebarluasan informasi dan publikasi permuseuman

6. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Pembinaan dan Edukas

7. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kedua yaitu Seksi Fasilitasi dan Pengembangan mempunyai tugas memfasilitasi pengembangan dan pengelolaan museum. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka Seksi Fasilitasi dan Pengembangan mempunyai fungsi :

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan kebijakan teknis fasilitasi dan pengembangan museum

3. penyelenggaraan fasilitasi pengembangan sarana dan prasarana permuseuman

4. fasilitasi pengelolaan museum


(60)

6. penyelenggaraan bantuan teknis pengelolaan museum

7. penyusunan bahan petunjuk teknis permuseuman

8. penyelenggaraan akreditasi museum

9. pemberian rekomendasi teknis perijinan pendirian museum

10.elaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Fasilitasi dan Pengembangan

11.pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Serta yang terakhir yaitu Seksi Promosi dan Inovasi mempunyai tugas melaksanakan promosi dan inovasi permuseuman. Untuk melaksanakan tugasnya Seksi Promosi dan Inovasi mempunyai fungsi :

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan kebijakan teknis promosi dan inovasi permuseuman

3. penyelenggaraan pameran dan promosi museum

4. penyelenggaraan jejaring dan kerjasama museum

5. pengembangan standar pelayanan museum


(61)

7. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Promosi dan Inovasi

8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas (Sumber:https://www.google.com/search?q=kerja+seksi+inovasi+dan+penge mbangan+dinas+kebudayaan+diy&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b diakses pada tanggal 1 Juni 2016).

E. Program-Program Dinas Kebudayaan DIY

Dinas Kebudayaan DIY khususnya bidang permuseuman mempunyai beberapa program yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk mengunjungin museum, adapun program tersebut yaitu:

1. Gerakan Wajib Kunjung Museum,

Gerakan Wajib Kunjung museum ini sudah berdiri tahun 2012 dan sudah berjalan selama 4 tahun, kegiatan ini yaitu kegiatan kunjung museum yang ditunjukan kepada sekolah-sekolah atau komunitas yang ada di DIY yang akan berkunjung ke museum, kegiatan ini dibiayai oleh Dinas Kebudayaan DIY serta Dinas Kebudayaan DIY juga memberikan fasilitas seperti, transportasi, makanan, dan tiket masuk ke museum sehingga sekolah-sekolah tersebut tidak perlu mengeluarkan anggaran lagi untuk mengunjungin museum. harapan dari program ini agar masyarakat mengenal terlebih dahulu museum dimulai dari anak-anak/ pelajar agar siswa dapat mengajak orang tua dan saudara-saudaranya untuk berkunjung


(62)

ke museum dilain kesempatan secara mandiri. Program gerakan wajib kunjung museum awalnya dari gerakan cinta museum yang diselenggarakan dari pusat, yaitu kementrian dan dari rektorat gerakan wajib kunjung museum untuk di daerah khususnya DIY.

2. Pelatihan Kepada Guru-guru Sejarah

Dinas Kebudayaan DIY juga melakukan pelatihan terhadap guru-guru sejarah yang berada di DIY, program ini sudah memasuki angkatan ke-2. Dinas Kebudayaan DIY melakukan Internalisasi terhadap guru-guru. Harapannya agar guru-guru sejarah tahu terlebih dahulu tentang museum, manfaat mengunjungi museum, serta anak didik yang diajak untuk mengunjungi museum tidak hanya untuk berkreasi saja. Setelah itu Dinas Kebudayaan DIY mengajak guru-guru sejarah untuk menyusun modul lalu, Dinas Kebudayaan DIY menyuruh guru-guru sejarah untuk memberikan LKS terhadap siswa yang mengunjungi museum agar siswa tidak hanya mendapat souvenir saja, namu siswa juga bisa mendapatkan edukasi tentang museum. Museum juga diharapkan dapat menjadi tempat pembelajaran yang berada diluar sekolah.

3. Pemilihan Duta Museum

Pada awalnya Duta Museum terbentuk sejak tahun 2013, namun dari pihak Dinas Kebudayaan DIY belum siap untuk mengadakan event tersebut sehingga pada tahun 2014 barulah Dinas Kebudayaan DIY


(63)

mengadakan pemilihan Duta Museum DIY pada tahun 2014 upaya untuk menyukseskan Gerakan Nasional Cinta Museum.

Pemilihan Duta Meseum DIY tersebut bertujuan untuk memperkenalkan potensi museum yang ada di DIY, baik dari sisi koleksi, pelayanan dan fasilitas lainnya yang ada. Saat ini museum-museum yang ada di DIY sudah bermacam ragam dan sangat menarik untuk dikunjungin, adapun keberagaman tema dalam museum terbagi tiga yaitu museum benda budaya dan kesenian, museum pendidikan dan ilmu pengetahuan serta museum sejarah dan perjuangan. Tentunya potensi museum tersebut akan sia-sia jika tidak didukung oleh semua pihak, baik dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintahan. Oleh karena itu, dengan adanya Duta Museum DIY 2015 diharapkan anggota Duta Museum DIY dapat meningkatkan citra positif museum yang ada di DIY bagi masyarakat. Kegiatan Duta Museum DIY sendiri memperebutkan total puluhan juta rupiah. Terdapat beberapa tahapan saat pemilihan Duta Museum DIY yaitu tahapan pertama Audisi dan penjurian awal, Seleksi, dan diakhiri dengan penobatan sebagai Duta Museum DIY 2015.

Adapun beberapa syarat yang ingin mendaftar sebagai Duta Museum DIY pada tahun 2015, yaitu pria dan wanita yang berusia 21-53 tahun, memiliki tinggi dan berat badan professional, pendidikan minimal SMA atau Sederajat, jika masih kuliah minimal semester akhir. Peserta


(64)

merupakan warga Negara Indonesia yang berdomisilir di DIY, mengerti dan memahami tentang permuseuman. Dan memiliki masa bakti selama satu tahun di DIY.

(Sumber: http://asosiasimuseumindonesia.org/artikel/12-kabar-museum/569-dinas-kebudayaan-diy-adakan-pemilihan-duta-museum.html Diakses pada tanggal 24 Mei 2016).

Duta museum mempunyai event tersediri yaitu safari Duta Museum DIY, yang bertugas untuk mekampanyekan museum-museum yang ada di DIY pada sekolah-sekolah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Safari Duta Museum yaitu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY namun anggarannya diberikan oleh dinas kebudayaan DIY. Para Duta Museum DIY melakukan safari duta museum ke sekolah-sekolah yang mudah untuk mereka interaksi, sekolah-sekolah-sekolah-sekolah tersebut berupa SMA-SMA dan Sederajat.

Duta Museum DIY berkunjung ke sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi pada siswa-siswa dan Dinas Kebudyaan DIY memberikan beberapa pendamping yang menceritakan tentang keberadaan museum yang ada di DIY, biasanya dalam kunjungan Safari Duta Museum, para Anggota Duta Museum DIY mengadakan games, permaianan dan juga memberikan hadiah kepada siswa-siswa SMA. Hadiah tersebut berupa buku profil, video profil tentang museum dan sebagainya. Dan dari situlah


(65)

siswa-siswa mulai mengenal apa itu museum, dan setelah Safari Duta Museum selesai dilakukan, pihak Dinas Kebudayaan DIY memberika fasilitas berkunjung ke museum bagi sekolah tersebut tanpa harus mengantri. Mulai dari bus, sewa tempat, makanan, tiket masuk museum semuanya ditanggung oleh dinas kebudayaan diy. Namun sekolah tersebut membuat janji terlebih dahulu dengan pihak Dinas Kebudayaan DIY agar dinas dapat mempersiapkan semua fasilitas yang dibutuhkan.

Harapan dari dinas kebudayaan DIY agar siswa tersebut punya kesan terhadap museum. sehingga siswa dapat mengajak keluarganya, teman-temannya, atau saudaranya untuk bekunjung ke museum. berkunjung ke museum tidak hanya program yang dilakukan oleh dinas secara langsung namun juga berdampak terhadap orang-orang yang ada disekitar. Selain itu juga, Duta Museum DIY dituntun untuk menjadi publik relations yang baik serta mempersentasikan museum semenarik mungkin kepada siswa-siswa serta masyarakat, Duta Museum juga mempunya beberapa program mengkolaborasikan. Seperti Night at Museum. Night at Museum awalnya program yang dibentuk oleh mahasiswa yang mengikuti acara dari Dikti yaitu pekan kreativitas mahasiswa, pengabdian masyarakat (PKM-M), lalu atas kerjasama dengan pihak ikatan duta museum DIY maka, pihak dari duta museum DIY melakukan kerjasama dengan pihak Night at Museum. Night at Museum yaitu kegiatan menjelajah museum pada malam hari,


(66)

kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah serta penambahan wawasan museum pada masyarakat. selain itu Duta Museum DIY juga dapat membantu event-event lain yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY serta Event-event yang diadakan oleh museum sesuai dengan porsi yang telah ditentukan.

Logo merupakan sebuah symbol atau identitas duta museum untuk menggambarkan ciri khas dari duta museum agar duta museum dapat dikenal oleh masyarakat. adapun logo duta museum tersebut digunakan untuk mengenali identitas duta museum pada saat kampanye. Adapun logo duta museum dapat dilihat pada gambar 2.1 serta pada gambar 2.2 logo museum yang selalu digunakan duta museum pada saat kampanye museum berlangsung.

Gambar 2.1

Logo Duta Museum DIY 2015


(67)

F. Maksud dan Tujuan Kegiatan Duta Museum DIY 1. Maksud dari kegiatan Duta Museum DIY

Maksud dari kegiatan ini agar para Duta Museum DIY dapat menjalankan tugas-tugas yang diemban yaitu sebagai agen yang menyokong program permuseuman Dinas Kebudayaan DIY dalam upaya mensukseskan Gerakan Nasional Cinta Museum. sekaligus juga menjadi ajang promosi keberaaan dan potensi museum yang ada di DIY.

2. Tujuan dari kegiatan Duta Museum DIY

Tujuan dari kegiatan Duta Museum DIY adalah sebagai bentuk sosialisasi dan kampanye publik tentang potensi-potensi museum yang ada di DIY. Hasilnya yaitu agar masyarakat semakin mencintai museum sebagai media pembelajaran, sumber ilmu pengetahuan, daya tarik wisata dan budaya yang tidaj akan pernah habis untuk digali. Kegiatan duta museum juga bertujuan untuk menetapkan jalinan kerjasama antara museum dan komunitas pendukung museum sehingga menghasilkan generasi yang mencintai dan melestarikan warisan budaya (Sumber: Pemilihan Duta Museum DIY, 2015:4).

G. Visi dan Misi Duta Museum DIY

Selain Dinas Kebuadayaan DIY, Duta Museum DIY juga memiliki Visi dan beberpa Misi tersendiri, adapun Visi dan Misi Duta Museum DIY sebagai berikut:


(68)

1. Visi

Menjadikan museum sebagai objek yang layak kunjung dan mendukung pendidikan karakter bangsa

2. Misi

a. Memfasilitaskan peningkatan kapasitas pengelola museum dalam rangka memajukan museum yang dikelolanya

b. Memperkenalkan museum secara lebih luas kepada masyarakat dengan memasarkan pemasaran yang kreatif dan inovatif

c. Menciptkan jejaring antara berbagai pihak yang peduli terhadap pengembangan museum secara berkesinambungan

d. Menjembatani komunikasi dua arah antara masyarakat, pemerintahan, dan pengelola museum. Sehingga berdampak pada peningkatan kuantitas dan kualitas pengujung ke museum. (Sumber: http://duta.museumjogja.org/id/page/3-Visi-Misi diakses pada tanggal 6 Mei 2016).


(69)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Duta Museum merupakan salah satu program dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, kegiatan bertugas untuk mengkampanyekan serta mempromosikan Museum-Museum yang ada di DIY. Adapun beberapa program Dinas Kebudayaan DIY yang berkesinambungan seperti program Gerakan Wajib Kunjung Museum (WKM) serta pelatihan terhadap guru-guru sejarah yang ada di DIY. Dengan adanya Duta Museum diharapkan agar Duta Museum dapat mengkampanyekan museum yang ada DIY maupun yang diluar DIY kepada masyarakat luas.

Kegiatan Duta Museum ini bertujuan untuk memperkenalkan serta mendekatkan museum kepada masyarakat, dan memperkenalkan apa saja potensi museum yang ada di DIY. Museum merupakan salah satu media untuk mengenalkan dan mempelajari sejarah suatu negara yang merupakan cerminan sejarah, alam, dan kebudayaan manusia. Keberadaan museum di Indonesia sangat berpengaruh pada kebudayaan dan nilai-nilai sejarah nenek monyang yang akan dialih wariskan kepada generasi penerus. Sebagai salah satu aset budaya yang harus diberdaya se-optimal mungkin, manfaat dan fungsi museum harus direalisasikan pada masyarakat seperti penunjang pendidikan serta mengajak masyarakat agar bisa mengenal lebih jauh benda-benda budaya yang merupakan warisan luhur bangsa yang pada akhirnya


(70)

dengan adanya museum diharapkan akan timbul rasa peduli, memiliki, mencintai, dan melindungi benda-benda bersejarah yang ada di Indonesia.

Dalam Bab III ini peneliti akan memaparkan hasil data yang sudah peneliti dapatkan selama melakukan penelitiannya di Dinas Kebudayaan DIY dan di lapangan ketika Duta Museum sedang melakukan kegiatan kampanye tentang museum yang ada di DIY. Pada bab III ini juga peneliti akan melakukan analisis data temuan dengan teori yang di gunakan pada kerangka teori pada bab I.

a. Penyajian Data

1. Tahapan Perencanaan Kampanye Dinas Kebudayaan DIY Melalui Duta Museum

Dalam proses kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum tentunya memiliki beberapa tahapan-tahapan perencanaan yang harus dicapai yaitu:

a. Analisis Situasi

Dalam analisis situasi lingkungan yang dimaksud yaitu riset terhadap target sasaran kampanye. Target sasaran kampanye yang dimaksud yaitu seluruh masyarakat yang ada di DIY maupun luar DIY terutama kepada anak-anak muda khususnya pelajar yang berada di DIY. Selain itu riset yang dilakukan yaitu mengetahui isu apa yang sedang hangat diperbincangkan atau perayaan apa yang dapat dilakukan setiap bulannya guna untuk membuat kegiatan-kegiatan kampanye museum oleh duta museum. Selain itu juga


(71)

terdapat beberapa aspek-aspek yang mendukung kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Duta Museum dari kekuatan yang dimiliki oleh Duta Museum, menjalin koordinasi dengan instansi-instansi yang terkait, bekerja sama dengan media serta dukungan dari pihak-pihak yang terlibat dalam mengkampanyekan museum agar mencapai tujuannya.

1) Kekuatan (Strengths)

Adapun kekuatan yang dimiliki Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yaitu

a) Banyaknya potensi museum yang ada di DIY

b) Mendukungnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam mengkampanyekan museum

2) Kelemahan (Weaknesses)

a) Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang museum

b) Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui apa itu museum

c) Kurangnya pengorganisasian, dikarenakan baru terbentuk selama 2 periode


(72)

a) Adanya kebijakan dari pemerintah daerah untuk mengkampanyekan museum

b) Adanya anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah 4) Tantangan (Threats)

a) Memperkenalkan museum pada masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui apa kegunaan museum

b) Mengubah pandangan masyarakat tentang museum dan membuat masyarakat lebih mencintai museum.

b. Tujuan Kampanye

Langkah selanjutnya yang dilakukan Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yaitu menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam berkampanye, adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yaitu agar Duta Museum dapat memperkenalkan, mendekatkan, serta mengakrabkan museum kepada masyarakat. Dalam wawancara yang dilakukan bersama ketua Bidang Permuseuman DIY Theresia Yohana pada tanggal 24 Mei 2016 Menyebutkan tujuan kampanye yang dilakukan oleh Dinas DIY yaitu untuk mendekatkan, mengenalkan, serta mengakrabkan museum kepada masyarakat. Selain itu juga masyarakat diharapkan dapat mencintai museum dengan masyarakat mencintai Museum, maka masyarakat akan dapat melestarikan dan mengembangkan Museum dengan cara mereka masing-masing sesuai dengan kapasistasnya.


(73)

Selain itu terdapat juga tujuan yang ingin dicapai oleh Duta Museum yaitu Sebagai generasi muda kita harus lebih mencintai museum, bukan hanya untuk menyia-yiakan keberadaan museum, banyak masyarakat yang jalan-jalan ke museum namun mereka tidak mengetahui fungsi museum itu untuk apa dan kegunaannya apa. Diharapakan orang-orang lebih sadar tentang keberadaan museum dan bagaimana cara untuk mengapresiasikan museum yang ada di DIY.

Di dalam museum kita bisa mendapatkan ilmu serta moment yang lebih bagus, apabila masyarakat tidak hanya jalan-jalan saja namun, masyarakat juga harus mencaritahu isi museum tersebut, kalau bertemu dengan satu hal yang dapat dipelajari itu akan lebih berarti. Sebagai generasi muda diharapkan lebih mengapresiasikan museum-museum, karena cerita-cerita yang berada didalam museum itu harus dipelajari dan diketahui oleh masyarakat, masyarakat dapat mengapresiasikan museum tersebut kalau masyarakat mengetahui apa cerita sebenarnya tentang permuseuman tersebut bukan dilihat dari bagunannya saja. Duta museum tidak memaksa masyarakat untuk mencintai museum, setidaknya masyarakat bisa mengapresiasikan museum dan bener bener mencaritahu tentang keberadaan museum tersebut untuk apa (Nusieta Ayu P. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Mei 2015).


(74)

c. Identifikasi dan Segmentasi Sasaran Kampanye

Langkah selanjutnya yang dilakukan Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum setelah menentukan tujuan yang ingin dicapai yaitu, menentukan Segmentasi sasaran kampanye, adapun target khalayak sasaran kampanye yang ditargetkan Duta Museum yaitu seluruh masyarakat baik masyarakat DIY dan luar DIY serta wisatawan lokal maupun wisatawan asing namun yang di utamakan yang adalah anak-anak muda khususnya pelajar SMA.

Seperti halnya program Arts For Museum khalayak sasarannya tidak hanya masyarakat lokal saja, namun sudah menjangkau public internasional, namun untuk safari duta museum khalayak sasaran yang dituju yaitu pelajar yang berada di DIY khususnya bagi sekolah yang mendaftarkan diri untuk dikunjungi oleh duta museum dalam kegiatan safari duta museum. Alasan Dinas Kebudayaan melalui Duta Museum memilih siswa-siswi sekolah yang ada di DIY yaitu Dinas Kebudayaan DIY berharap dengan siswa-siswi tersebut diberi bimbingan dan kunjungan ke museum maka siswa-siswi tersebut dapat mengajak keluarga, sahabat, teman, serta orang terdekat lainnya untuk berkunjung ke museum yang ada di DIY dilain kesempatan secara mandiri, selain itu juga guru-guru sejarah yang diberi pembelajaran mengenai sejarah yang terdapat di museum harapanya agar guru-guru dapat memberikan pelajaran diluar sekolah terutama di dalam museum.


(75)

d. Pesan Kampanye

Isi pesan yang disampaikan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yaitu masyarakat diharapkan untuk lebih mencintai museum-museum yang ada di DIY, bagaimana cara masyarakat mengapresiasikan museum di DIY, memperkenalkan museum-museum yang ada di DIY, potensi apa saja yang ada di museum DIY, mempelajari sejarah tentang museum, mempelajari kegunaan museum yaitu sebagai tempat rekreasi dan tempat pembelajaran, serta mengajak masyarakat untuk menempatkan museum dihatinya.

Selain itu, terdapat beberapa pesan yang terdapat pada slide power point yang ditampilkan oleh duta museum, pada saat presentasi safari duta museum slide tersebut digunakan untuk memberikan informasi mengenai museum, duta museum selalu menyelipkan kata yang kata-kata “museum dihatiku” sebagai pesan yang duta museum sampaikan, maksud dari museum dihatiku yaitu Dinas Kebudayaan DIY melalui duta museum menginginkan masyarakat untuk menepatkan museum selalu dihati masyarakat, dengan begitu masyarakat dapat lebih mencintai museum. Adapun tampilan informasi museum dihatiku pada salah satu slide power point presentasi yang dilaksanakan oleh duta museum dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah.


(76)

Gambar 3.1

Slide Power Point Safari Duta Museum

Sumber: Duta Museum DIY (2016) e. Strategi

Adapun strategi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY dalam mengkampanyekan museum di DIY yaitu, dengan membuat kegiatan pemilihan duta museum tahun 2015, kegiatan duta museum dilakukan agar para duta museum dapat mengkampanyekan museum-museum yang terdapat di DIY.

Dalam melaksanakan pemilihan duta museum terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui oleh peserta duta museum tersebut agar dapat menjadi ikatan duta museum DIY 2015 antara lain yaitu, persiapan, audisi, penjuarian awal, seleksi, dan malam penobatan.

1) Persiapan

Adapun persiapan yang harus disiapkan oleh peserta duta museum yaitu mengurus perijinan ke berbagai instansi terkait penyenggaraan pemilihan duta museum setelah itu, peserta membuat koordinasi minimum


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)