TA : Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi pada PT. Hume Sakti Indonesia.
RANCANG BANGUN EVALUASI PENJADWALAN
PRODUKSI PADA PT. HUME SAKTI INDONESIA
TUGAS AKHIR
Program Studi S1 Sistem Informasi
Oleh:
Angga Wahyu Prima Yogi 10.41010.0015
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016
(2)
iv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan ... 5
1.5 Manfaat ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Sistem Informasi ... 8
2.2 Proses Manufaktur ... 10
2.3 Penjadwalan ... 11
2.4 Forward Scheduling ... 12
2.5 Backward Scheduling ... 12
2.6 Penjadwalan Produksi ... 12
2.7 Priority Rules ... 13
(3)
v
Halaman
2.9 Shortest Processing Time (SPT) ... 15
2.10 Earlies Due Dates (EDD) ... 16
2.11 Longest Processing Time (LPT) ... 17
2.12 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 17
2.13 Analisis Dan Perancangan Sistem ... 19
2.14 Document Flow ... 20
2.15 System Flow ... 20
2.16 Diagram Alir Data ... 21
2.17 Entity Relationship Diagram ... 21
2.18 Konsep Sistem Basis Data ... 23
2.18.1. Sistem Basis Data...23
2.18.2. Sistem Manajemen Basis Data ...24
2.19 Interaksi Manusia-Komputer ... 25
2.20 Testing Software ... 26
2.21 Black Box Testing ... 28
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 29
3.1 Analisis Sistem ... 29
3.1.1 Identifikasi Masalah... 29
3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem... 33
3.2 Perancangan Sistem………... 33
3.2.1 Data Flow Diagram (DFD)... 40
3.2.2 Entity Relationship Diagram (ERD)... 44
(4)
vi
Halaman
3.2.4 Perancangan Desain Input Output ... 50
3.3 Desain Uji Coba ... 63
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 68
4.1 Implementasi ... 68
4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 68
4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 68
4.1.3 Instalasi Program dan Pengaturan Sistem ... 69
4.1.4 Pembuatan dan Implementasi Sistem ... 69
4.1.5 Pengoprasian Sistem ... 70
4.1.6 Halaman Login ... 70
4.1.7 Halaman Utama ... 71
4.1.8 Uji Coba Sistem ... 100
4.2 Evaluasi ... 113
BAB V Penutup ... 116
5.1 Kesimpulan ... 116
5.2 Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 117
Biodata Penulis…... 118
(5)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan industri yang sangat ketat pada saat ini menyebabkan perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah satu keinginan customer mendapatkan barang dengan tepat waktu dan kualitas yang baik. Cara untuk mencapai keinginan tersebut melalui kegiatan penjadwalan. Penjadwalan produksi yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan kelancaran pada setiap stasiun kerja.
PT. Hume Sakti Indonesia adalah salah satu produsen tiang pancang dan tiang listrik tertua di Indonesia yang sudah berdiri lebih dari 30 tahun. PT. Hume Sakti Indonesia memiliki 3 pabrik yang terletak di Jakarta, Mojosari, Ujung Pandang, dan berpusat di Jakarta.
Sistem produksi yang digunakan oleh PT. Hume Sakti Indonesia adalah
pull system yang berarti PT. Hume Sakti Indonesia hanya melakukan produksi
apabila ada pesanan dari customer. Proses penerimaan order saat ini pada PT.
Hume Sakti Indonesia, meliputi penerimaan order produksi dari marketing, dilanjutkan dengan pengecekan stok dimana bagian produksi berkerjasama dengan bagian stockyard untuk melakukan cek fisik stok dilapangan, setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan instruksi produksi dan kalkulasi mix design. Instruksi produksi yang telah dibuat akan dijadwalkan, setelah itu dibuatlah
material requisition yang akan diberikan pada divisi gudang sebagai dasar
(6)
Gambar 1.1 Mix design
Instruksi produksi yang telah dibuat akan dijadwalkan, setelah itu dibuatlah material requisition yang akan diberikan pada Divisi Gudang sebagai dasar pengadaan barang. Dari proses bisnis diatas memakan waktu 3 jam, dan untuk setting mesin dan peralatan memakan waktu 1 hari. PT. Hume Sakti Indonesia mempunyai keterbatasan sumber daya manusia pada Bagian Produksi, Bagian Produksi yang memiliki 150 tenaga kerja produksi dan juga beroperasi selama 24 jam senin - sabtu hanya memiliki 2 orang admin dan 1 orang kepala produksi sehingga dalam melakukan penjadwalan akan banyak memakan waktu.
(7)
Pada PT Hume Sakti indonesia juga sering terjadi permasalahan apabila terdapat order produksi yang masuk mendadak dan lead time yang singkat, pada kondisi ini Divisi Produksi seringkali lebih memrioritaskan produksi terlebih dahulu dari pada membuat dokumentasi terkait produksi (penjadwalan, instruksi produksi, jadwal material) dan material yang digunakan untuk order lain, seperti semen, pasir, batu, agregat, dipakai untuk melayani order yang mendadak.
Gambar 1.2 Material Requisition
Sebagai contoh PT. Hume Sakti Indonesia telah melayani order PT. A dengan tipe tiang 15L-600-18 SPH jumlah 21, tipe 15U-600-18 CPH jumlah 12. Dan PT. B dengan tipe tiang 6L-400-18 SPH jumlah 84, tipe 6U-400-18 SPH jumlah 210. Kemudian PT. C melakukan order dengan type tiang 15U-500-14 CPH jumlah 300, 15L-500-14 SPH jumlah 300, 12L-600-18 SPH jumlah 1, 13U-600-18 CPH jumlah 4, 6U-13U-600-18 SPH jumlah 3 dengan lead time produksi yang
(8)
sangat singkat hanya 10 hari. Sehingga resource untuk PT. A dan PT. B dipakai untuk produksi PT. C
Ditinjau dari seluruh permasalahan diatas, muncul dampak dari tidak adanya suatu sistem yang dapat secara langsung membantu dalam proses
penjadwalan produksi. Maka dari itu dibuatlah Rancang Bangun Evaluasi
Penjadwalan Produksi Pada PT. Hume Sakti Indonesia yang dapat membantu penjadwalan produksi dalam mengendalikan urutan produksi, sehingga dapat memudahkan divisi produksi dan gudang dalam mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai order barang.
(9)
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimana membuat sebuah Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi pada PT. Hume Sakti Indonesia.
1.3 Pembatasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah:
1. Aplikasi yang dibangun berbasis desktop.
2. Periode penjadwalan adalah 10 hari
3. Sistem ini tidak membahas perencanaan kebutuhan material (material
requirement plan = MRP).
4. Sistem ini tidak membahas arus biaya yang diperlukan untuk melakukan
proses produksi barang.
5. Sistem hanya melakukan penjadwalan kerja sesuai dengan jam kerja
perusahaan.
6. Penjadwalan produksi pada PT. Hume Sakti Indonesia menggunakan hasil
evaluasi aturan Priority (FCFS, SPT, EDD, LPT).
1.4 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi pada PT. Hume Sakti Indonesia.
(10)
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam rancang bangun evaluasi penjadwaan produksi pada PT.Hume Sakti Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penjadwalan yang paling efekif.
2. Meminimalkan penundaan dan pembatalan pemesanan oleh customer.
3. Meminimalkan waktu produksi untuk keseluruhan order.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang masalah yang sedang dibahas, maka sistematika penulisan laporan tugas akhir Rancang Bangun Evaluasi Penjadwaan Produksi pada PT.Hume Sakti Indonesia adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, manfaat yang diberikan dan sistematika dalam penulisan laporan tugas akhir ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang definisi dan penjelasan yang lebih detil mengenai konsep yang digunakan untuk merancang dan membangun evaluasi penjadwalann produksi yaitu meliputi penjelasan mengenai sistem informasi, proses manufaktur, penjadwalan produksi, aturan prioritas yang terdiri dari First Come First Serve (FCFS), Earliest Due Date (EDD), Shortest Processing Time (SPT), Longest Processing Time (LPT) dan Critical Ratio (CR). Kemudian evaluasi terhadap hasil aturan prioritas tersebut serta testing software.
(11)
BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi penjelasan tentang metode penelitian dan langkah-langkah untuk pemecahan masalah dalam tugas akhir ini, termasuk: menganalisis permasalahan, identifikasi dari gambaran proses bisnis yang dijabarkan dalam UML, tujuan penelitian, penyelesaiannya, struktur tabel, desain
Input/Output, dll.
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi dan evaluasi sistem yang dibuat, apakah sistem yang dirancang dan dibangun telah sesuai yang diharapkan.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan uraian dari kesimpulan tentang analisis sistem yang dibuat dan saran bagi pengembangan sistem dari sistem informasi yang dibuat kedepannya.
(12)
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada landasan teori akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas pada tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran dalam tugas akhir ini, adapun teori-teori yang digunakan sebagai berikut:
2.1 Sistem Informasi
Menurut Fathansyah (2007) sistem informasi adalah suatu alat untuk menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi suatu perusahaan yang menyajikan sinergi organisasi pada proses. Dengan
demikian Sistem informasi berdasarkan konsep (input, processing, output – IPO).
Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005), sistem informasi adalah elemen dari sistem yang terdiri dari tujuan, masukan keluaran, proses, mekanisme pengendali dan umpan lingkungan dan sistem yang lain. Sistem sendiri menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005) dapat didefinisikan melalaui dua pendekatan, yaitu pendekatan prosedur yang mempunyai tujuan tertentu, sedangkan pendekatan komponen, sistem merupakan kumpulan dari
(13)
9
1. Tujuan
Tujuan merupakan pedoman sistem untuk melaksanakan tugas serta merupakan pemacu untuk mencapai hasil tertentu.
2. Masukan
Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dimasukkan kedalam karakter-karakter huruf maupun berupa numerik. Data ini akan diproses dengan metode-metode tertentu dan akan menghasilkan output yang berupa informasi yang dihasilkan dapat berupa laporan maupun solusi dari proses yang dijalankan.
3. Proses
Kegiatan yang ada dalam proses meliputi, mencatat, mengklasifikasi, menghitung, menganasilis, membuat hipotesa dan perkiraan-perkiraan, menarik kesimpulan, serta membuat keputusan. Hasil proses ini akan diberikan pada bagian berikutnya yaitu output.
4. Keluaran
Keluaran (output) diterima dari proses yang dihasilkan. Hasil dari proses bisa berupa informasi, laporan, gambar, dan grafik.
5. Batas
Batas merupakan pemisah antara sistem dengan daerah di luar sistem. Sistem yang berada di luar sistem disebut lingkungan. Ada delapan elemen lingkungan yang mempengaruhi sistem yaitu pemasok, pelanggan, serikat pekerja, masyarakat keuangan, pemegang saham atau pemilik, pesaing, pemerintah, dan masyarakat global.
(14)
10
2.2 Proses Manufaktur
Menurut Kusuma (2009: 5) proses manufaktur dapat digambarkan dalam kerangka masukan-keluaran seperti terlihat pada Gambar 1. Masukannya berupa bahan baku, selanjutnya bahan baku dikonversi (dengan bantuan peralatan, waktu, keahlian, uang, manajemen, dan lain sebagainya) menjadi keluaran yang kita sebut sebagai produk akhir. Pengendalian produksi berkepentingan dengan peramalan atau perkiraan keluaran, penentuan input yang dibutuhkan, serta perencanaan dan penjadwalan pengolahan bahan baku berdasarkan urutan produksi atau konversi yang dibutuhkan.
Proses konversi dapat amat sederhana namun dapat pula amat rumit. Aliran produk dapat berupa satuan yang kontinyu atau diskrit. Produk jadi dapat terdiri atas beberapa komponen yang didapatkan dari beberapa pemasok. Terdapat banyak hal yang mungkin terjadi selama material mengalir ke seluruh pabrik. Tetapi satu hal yang pasti: harus ada pengendalian terhadap segala proses konversi. Pada tempat inilah pengendalian produksi berperan.
MASUKAN
Bahan Baku
PROSES OPERASI
Manufakur
KELUARAN
Produk jadi PERENCANAAN DAN
PENGENDALIAN PRODUKSI
ALIRAN INFORMASI JALUR PENGARAHAN
(15)
11
Dalam suatu organisasi, pengendalian produksi berguna untuk meningkatkan produktifitas. Definisi produktifitas adalah rasio nilai barang dan jasa yang dihasilkan dibagi dengan nilai sumber daya yang digunakan dalam produksi. Jika mesin atau orang menganggur karena tidak ada pekerjaan, atau komponen menumpuk di gudang karena tidak tersedia mesin untuk mengolah komponen tersebut, maka hal ini berarti sumber daya yang dimiliki terbuang percuma. Peran pegendalian produksi adalah meminimasi pemborosan dengan mengkoordinasikan ketersediaan tenaga kerja, peralatan dan bahan. Tak terhitung banyaknya kasus yang membuktikan bahwa persediaan dan kapasitas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan organisasi kehilangan sejumlah besar uang. Perbaikan produktifitas dapat dilakukan dengan meningkatkan rancangan dan tatacara kerja produksi sehingga menjadi lebih efisien. Produktifitas juga dapat ditingkatkan dengan pengendalian produksi yang lebih baik.
2.3 Penjadwalan
Penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, secara umum penjadwalan bertujuan untuk meminimalkan watu proses, waktu tunggu langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan. Penjadwalan disusun dengan pertimbangan berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Adapun fungsi pokok dari penjadwalan produksi adalah untuk membuat proses produksi dapat berjalan lancer sesuai waktu yang telah direncanakan,
(16)
12
sehungga bekerja dengan kapasitas penuh dengan biaya seminimal mungkin serta kuantitas produk yang diinginkan dapat diproduksi tepat pada waktunya.
Menurut Heizer (2008:203) terdapat dua jenis penjadwalan yaitu penjadwalan forward scheduling dan penjadwalan backward scheduling.
2.4 Forward Scheduling
Penjadwalan forward scheduling dimulai ketika terdapat permintaan pengerjaan untuk suatu produk yang kemudian dibuat sebuah penjadwalan untuk waktu ke depan sampai produk selesai diproduksi. Contoh dari bidang usaha yang menggunakan forward scheduling adalah rumah sakit, klinik, restaurant, dan jasa antar makanan.
2.5 Backward Scheduling
Penjadwalan backward scheduling dimulai dari penjadwalan kegiatan produksi yang paling akhir berdasarkan waktu batas pengerjaan produk yang kemudian dikurangi dengan waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan produk tersebut sehingga ditemukan waktu untuk memulai pengerjaan produk tersebut.
2.6 Penjadwalan Produksi
Menurut Heizer (2008:546) Penjadwalan produksi merupakan salah satu fungsi dari pengawasan produksi yang mempunyai peranan yang cukup penting karena dapat mempengaruhi keberhasilan pengawasan produksi itu sendiri. Pada beberapa perusahaan, kegagalan atau kesalahan dalam penyusunan penjadwalan produksi tidak hanya dapat megacaukan usaha pengawasan produksinya, tetapi juga dapat mempengaruhi hal-hal lain dalam perusahaan seperti jumlah produk yang dihasilkan.
(17)
13
Unsur-unsur vital dalam penjadwalan adalah sumber-sumber (resources) yang dikenal dengan daya mesin, dan tugas-tugas (tasks) yang dikenal dengan pekerjaan-pekerjaan (jobs), untuk dapat melakukan penjadwalan dengan baik, maka waktu proses kerja setiap mesin serta jenis pekerjaan (job) yang akan dijadwalkan perlu diketahui.
Dengan penjadwalan produksi yang baik tentunya mesin-mesin yang digunakan dapat dioperasikan sesuai kapasitas yang dimiliki dan memperkecil kemungkinan timbulnya waktu yang tidak produktif dari mesin-mesin yang digunakan, meskipun belum tentu mesin tersebut dioperasikan sebatas kapasitas maksimum, namun demikian setidak-tidaknya dengan suatu penjadwalan produksi yang baik maka hasil produksi relatif akan lebih tinggi.
2.7 Priority Rules
Menurut Heizer (2008:612) priority rules menyediakan sebuah pedoman untuk membuat sebuah urutan pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
Priority rules berusaha untuk meminimalkan waktu penyelesaian proses, jumlah
pekerjaan didalam system, dan memaksimalkan utilisasi fasilitas. Berikut ini merupakan priority rules yang paling popular:
1. FCFS (first come first serve) : pekerjaan diproses berdasarkan peerjaan yang
dating lebih awal pada suatu pusat kerja
2. SPT (shortest processing time) : pekerjaan diproses berdasarkan waktu proses
yang paling singkat yang terlebih dahulu dikerjakan.
3. EDD (earliest due date) : perkerjaan berdasarkan due date setiap pekerjaan,
(18)
14
4. CR (critical ratio) : pekerjaan yang mempunyai rasio paling kecil dari due
date terhadap lama waktu proses dikerjakan terlebih dahulu.
5. STR (slack time to remaining) : pekerjaan yang memiliki slack time yang
terkecil dikerjakan terlebih dahulu.
6. LPT: longest processing time. Pekerjaan dengan waktu proses paling panjang
akan diproses terlebih dahulu
Fokus penelitian ini adalah pada Priority rules dengan menggunakan metode First Come First Serve (FCFS).
Tabel 2.1 Rules Priority
Pekerjaan Waktu Pekerjaan
(pemprosesan) (hari) Batas Waktu Pekerjaan (hari) A B C D E 6 2 8 3 9 6 8 16 19 28
2.8 First Come First Serve (FCFS)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode First
Come First Serve (FCFS) yang pertama datang, yang pertama dilayani. Pekerjaan
pertama yang datang di sebuah pusat kerja diproses terlebih dahulu. Tabel 2.2 Tabel Perhitungan FCFS
Urutan Pekerjaan Waktu Pekerjaan (pemprosesan) Aliran Waktu Batas Waktu Pekerjaan Keterlambatan A B C D E 6 2 8 3 9 6 8 16 19 28 8 6 18 15 23 0 2 0 4 5
(19)
15
Aturan FCFS menghasilkan ukuran efektivitas berikut.
a. Waktu penyelesaian rata-rata =
= = 15,4 hari
b. Utilisasi =
= = 36,4%
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
= = 2,75 pekerjaan
d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =
=
= 2,2 hari2.9 Shortest Processing Time (SPT)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode Shortest
Processing Time (SPT) waktu pemprosesan terpendek. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemprosesan terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih dahulu. Tabel 2.3 Tabel Perhitungan SPT
Urutan Pekerjaan Waktu Pekerjaan (pemprosesan) Aliran Waktu Batas Waktu Pekerjaan Keterlambatan B D A C E 2 3 6 8 9 2 5 11 19 28 6 15 8 18 23 0 0 3 1 5
Total 28 65 9
(20)
16
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 13 hari
b. Utilisasi = = 43,1%
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
2,32 pekerjaand. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =
2.10 Earlies Due Dates (EDD)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode Earliest
Due Date (EDD) batas waktu paling awal. Pekerjaan dengan batas waktu yang
paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
Tabel 2.4 Tabel Perhitungan EDD Urutan Pekerjaan Waktu Pekerjaan (pemprosesan) Aliran Waktu Batas Waktu Pekerjaan Keterlambatan B A D C E 2 6 3 8 9 2 8 11 19 28 6 8 15 18 23 0 0 0 1 5
Total 28 68 6
Aturan EDD menghasilkan ukuran efektivitas berikut.
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 13,6 hari
b. Utilisasi = = 41,2%
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
2,43 pekerjaan(21)
17
2.11 Longest Processing Time (LPT)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode Longest
Processing Time (LPT) waktu pemprosesan terpanjang. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemprosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan diutamakan terlebih dahulu.
Tabel 2.5 Tabel Perhitungan LPT Urutan Pekerjaan Waktu Pekerjaan (pemprosesan) Aliran Waktu Batas Waktu Pekerjaan Keterlambatan E C A D B 9 8 6 3 2 9 17 23 26 28 23 18 8 15 6 0 0 15 11 22
Total 28 103 48
Aturan LPT menghasilkan ukuran efektivitas berikut.
e. Waktu penyelesaian rata-rata = = 20,6
e. Utilisasi = = 27,2%
f. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
3,68 pekerjaang. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =
=
9,6 hari2.12 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Dalam merancang dan membangun sistem informasi, terdapat tahap-tahap terstruktur yang harus dijalai pengembang, yakni siklus hidup pengembangan sistem (SHPS) atau yang juga dikenal dengan system development life cycle (SDLC).Siklus hidup pengembangan sistem adalah pendekatan melalui beberapa
(22)
18
tahap untuk menganalisis dan merancang sistem yang dimana sistem tersebut telah dikembangkan dengan sangat baik melalui penggunaan sklus kegiatan penganalisis dan pengguna secara spesifik (Kendall, 2003:11).Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikas masalah, peluang, dan tujuan.
Pada tahap ini, masalah, peluang, dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dindetifikasi. Tahap pertama ini bertujuan untuk melihat apa yang terjadi dalam bisnis, menentukan dengan tepat masalah-masalah yang terjadi, dan peluang yang mungkin dapat tercapai melalui penggunaan sistem informasi.
2. Menentukan syarat-syarat informasi.
Informasi yang dibutuhkan mulai dikumpulkan dalam tahap ini. Data-data yang diperlukan untuk perancangan sistem digali dari berbagi sumber dengan metode pengumpulan data yang berbeda-beda: wawancara, observasi, kuisoner, dan dokumentasi. Untuk setiap metode pengumpulan data, diperlukan instrument yang sesuai.
3. Menganalisis kebutuhan sistem.
Pada tahapan ini sistem, baik yang sudah terkomputerisasi atau belum, dianalisis dan diidentifikasi kebutuhannya. Tujuan dari analisis kebutuhan ini adalah agar sistem yang akan dibuat mampu menjawab permasalahan yang ada.
4. Merancang sistem yang direkomendasikan.
Dalam tahap desain dari siklus hidup pengembangan sistem, informasi-informasi yang terkumpul sebelumnya digunakan untuk mencapai desain sistem informasi yang logis.Tahap ini dilakukan dengan perancangan sistem
(23)
19
mulai system flow, diagram aliran data, antarmuka pengguna, basis data, perancangan fungsi-fungsi program dan file-file yang digunakan.
5. Mengembangkan dan mendokumentasikan perangkat lunak.
Pada tahapan ini sistem yang telah dirancang akan dikembangkan. Pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman dan tool pendukungnya sesuai rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Dokumentasi yang baik juga perlu dilakukan dengan pembuatan
user manual atau panduan penggunaan perangkat lunak.
6. Menguji dan mempertahankan sistem.
Pengujian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum sistem informasi dapat digunakan. Rangkaian pengujian ini dijalankan bersama-sama dengan data contoh dan data akatual dari sistem yang telah ada.
7. Mengimplementasikan dan mengevaluasi sistem
Setelah sistem informasi yang telah dikembangkan diuji ketepatannya maka sistem informasi tersebut siap untuk diimplementasikan dalam organisasi. Sistem baru ini juga perlu dievaluasi, apakah sistem informasi yang telah dibuat dapat mengatasi permasalahan yang ada, digunakan dan membantu pengguna yang menggunakannya.
2.13 Analisis dan Perancangan Sistem
Menurut Kendall (2003:7), analisis dan perancangan sistem merupakan kegiatan menganalisis input data atau aliran data secara sistematis, memproses atau mentransformasikan data, menyimpan data, dan menghasilkan output informasi dalam konteks bisnis khusus. Analisis dan perancangan sistem
(24)
20
peningkatan-peningkatan fungsi bisnis yang bisa dicapai melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi.
Analisis dan desain sistem ditujukan untuk menyusus analisis dan perancangan sistem informasi, usaha yang banyak yang memungkinkan hal-hal yang tidak terpikirkan diatasi dengan berbagai cara. Hal ini bisa dianggap sebagai serangkaian proses yang secara sistematis dilakukan untuk meningkatkan bisnis melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi. Bagian terbesar dari analisis dan perancangan sistem melibatkan kerja sama dengan pengguna sistem informasi.
2.14 Document Flow
Menurut Kendall (2003:125) Document flow adalah diagram yang menggambarkan aliran dokumen pada sistem. Dokumen tersebut dihasilkan dari proses yang dilakukan oleh sistem. Document flow dapat digambarkan berdasarkan sistem yang telah dibuat sebelumnya ataupun sistem yang akan dibuat sehingga memudahkan pengembangan untuk membuat/mengembangkan sistem.
2.15 System Flow
Menurut Kendall (2003:127) System Flow adalah diagram yang menunjukan arus pekerjaan secara menyeluruh dari sebuah sistem dimana pada bagian ini setiap prosedur dari sistem dijelaskan. Pada system flow ini juga bagian dari sistem (subsistem) tergambarkan dengan jelas beserta fungsi-fungsi yang ada di dalamnya. Beberapa macam symbol yang digunakan dalam pembuatan system flow untuk merancang sebuah sistem diantaranya terminator, manual operation,
(25)
21
document, process, database, manual input, decision, off-line storage, on page reference, dan off-page reference.
2.16 Diagram Aliran Data
Menurut Kendall (2003:263), diagram aliran data (DAD) atau yang juga disebut data flow diagram (DFD) menggambarkan pandangan sejauh mungkin mengenai masukan, proses, dan keluaran sistem, yang berhubungan dengan masukan, proses, dan keluaran dari model sistem umum. Adapun beberapa kelebihan pendekatan aliran data menurut Kendall adalah sebagai berikut.
1. Kebebasan dari menjalankan implementasi teknis sistem yang terlalu dini.
2. Pemahaman lebih jauh mengenai keterkaitan satu sama lain dalam sistem dan
subsistem.
3. Mengkomunikasikan pengetahuan sistem yang ada dengan pengguna melalui
diagram aliran data.
4. Menganalisis sistem yang diajukan untuk menentukan apakah data-data dan
proses yang diperlukan sudah ditetapkan.
2.17 Entity Relationship Diagram
Entity Relationship Digram (ERD) adalah diagram dari sistem yang
menggambarkan hubungan antar entitas beserta relasinya yang saling terhubung. Menurut Marlinda (2004:28), relasi adalah hubungan antar entitas yang berfungsi sebagai hubungan yang mewujudkan pemetaan antar entitas. ERD terdiri atas 3 bagian, yaitu:
(26)
22
1. Entitas
Entitas adalah sesuatu yang ada dan didefinisikan dalam sebuah organisasi. Entitas dalam berbentuk abstrak dan nyata.
2. Relasi
Relasi merupakan hubungan antar entitas yang berfungsi untuk menunjukan hubungan antar entitas.
3. Atribut
Atribut adalah keterangan yang menempel pada entitas dan relasi. Atribut terdiri atas:
a) Simple attribute
Atribut tipe ini adalah atribut yang unik dan tidak dimiliki oleh atribut yang lain.
b) Composite attribute
Atribut ini adalah atribut yang memiliki dua nilai.
c) Single value attribute
Atribut ini adalah atribut yang hanya memiliki satu nilai
d) Multi value attribute
Atribut ini adalah atribut yang memiliki banyak nilai.
e) Null value attribute
Atribut ini adalah atribut yang tidak memiliki nilai
Entity Relationship Diagram (ERD) diperlukan untuk
(27)
23
1. Conceptual Data Model
Conceptual Data Model (CDM) adalah jenis model data yang
menggambarkan hubungan antar table secara konseptual.
2. Physical Data Model
Physical Data Model (PDM) adalah jenis model data yang
menggambarkan hubungan antara table secara fisikal.
2.18 Konsep Sistem Basis Data
2.18.1 Sistem Basis Data
Menurut Marlinda (2004:1), sistem basis data adalah suatu sistem menyusun dan mengola records menggunakan komputer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara dan operasional lengkap sebuah organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan. Pada sebuah sistem basis data terdapat komponen-komponen utama yaitu perangkat keras (hardware), sistem operasi (operating
system), basis data (database), sistem pengelola basis data (DBMS), pengguna
(user), dan aplikasi lain yang sifatnya opsional.
Kelebihan dari sistem basis data yang mendasari penggunaanya adalah sebagai berikut.
1. Mengurangi kerangkapan data (redundancy), yaitu data yang sama disimpan
dalam berkas data yang berbeda-beda sehingga update dilakukan berulang-ulang.
2. Mencegah ketidakkonsistenan.
3. Keamanan data dapat terjaga, yaitu data dapat dilindungi dari pemakai yang
(28)
24
4. Integritas dapat dipertahankan.
5. Data dapat dipergunakan bersama-sama.
6. Menyediakan recovery.
7. Memudahkan penerapan standarisasi.
8. Data bersifat mandiri (data independence).
9. Keterpaduan data terjaga, memelihara keterpaduan data berarti data harus
akurat. Hal ini sangat erat hubungannya dengan pengontrolan kerangkapan data dan pemeliharaan keselarasan data.
Adapun kekurangan-kekurangan yang patut dipertimbangkan dalam pengunaannya adalah sebagai berikut.
1. Diperlukan tempat penyimpanan yang besar.
2. Diperlukan tenaga yang terampil dalam mengolah data.
3. Kerusakan sistem basis data dapat mempengaruhi departemen yang
terkait.
2.18.2 Sistem Manajemen Basis Data
Menurut Marlinda (2004:6), Sistem Manajemen Basis Data atau Database
Management System (DBMS) merupakan kumpulan file yang saling berkaitan dan
program untuk pengelolanya. Basis Data adalah kumpulan datanya, sedang program pengelolanya berdiri sendiri dalam suatu paket program yang komersial untuk membaca data, menghapus data, dan melaporkan data dalam basis data.
Bahasa-bahasa yang terdapat dalam DBMS adalah sebagai berikut.
1. Data Definition Language (DDL)
Pola skema basis data dispesifikasikan dengan satu set definisi yang diekspresikan dengan satu bahasa khusus yang disebut DDL. Hasil kompilasi
(29)
25
perintah DDL adalah satu set table yang disimpan di dalam file khusus yang disebut data dictionary/directory.
2. Data Manipulation Langguage (DML)
Bahasa yang digunakan untuk mengakses dan memanipulasi data yang ada di dalam database.
Fungsi dasar dari sebuah DBMS adalahs sebagai berikut.
1. Data Definition
DBMS harus dapat melakukan pendefinisian data.
2. Data Manipulation
DBMS harus dapat melakukan perubahan/manipulasi data pada database.
3. Data Security and Integrity
DBMS dapat memeriksa keamanan dan integritas sesuai yang ditentukan oleh DBA.
4. Data Recovery and Concurrency
DBMS harus dapat melakukan penanganan terhadap data-data yang hilang akibat kesalahan sistem, kerusakan harddisk,dan lain sebagainya. DBMS juga harus menjaga concurrency, yakni dimana ketika database diakses lebih dari 1(satu)user.
5. Data Dictionary
DBMS harus mempunyai data dictionary.
2.19 Interaksi Manusia-Komputer
Rizky (2006:4) mendeskripsikan interaksi manusia-komputer sebagai sebuah disiplin ilmu yang mempelajari desain, evaluasi, implementasi dari sistem komputer interaktif untuk dipakai oleh manusia, beserta studi tentang
(30)
faktor-26
faktor utama dalam lingkungan interaksinya. Interaksi antara manusia dan komputer bertemu pada user interface (atau yang sering disebut dengan interface) yang meliputi software dan hardware. Input diterima melalui hardware seperti
keyboard dan mouse, kemudian diteruskan ke software untuk diolah dan
data/informasi hasil olahan tersebut dikeluarkan dalam bentuk tampilan layar ataupun pada hardware yang lain. Interaksi Manusia dan Komputer ini penting dalam pembuatan sistem dalam penelitian ini karena proses pembuatan website (yang merupakan basis aplikasi yang akan dibuat) memerlukan desain interaksi manusia dan komputer yang baik sehingga user yang menggunakannya dapat mengerti dan dapat dengan mudah mengoperasikannya.
2.20 Testing Software
Menurut Romeo (2003:3), testing adalah proses mengoperasikan software dalam suatu kondisi yang dikendalikan untuk melakukan verifikasi apakah telah berlaku sebagaimana yang telah ditetapkan (menurut spesifikasi), mendeteksi error, dan validasi apakah spesifikasi yang telah ditetapkan sudah memenuhi keinginan atau kebutuhan dari pengguna yang sebenarnya. Verifikasi merupakan pengecekan atau pengetesan entitas-entitas untuk pemenuhan dan konsistensi
dengan melakukan evaluasi hasil terhadap kebutuhan yang telah
ditetapkan.Validasi adalah proses melihat kebenaran sistem, apakah proses yang telah ditulis dalam spesifikasi apakah sesuai dengan yang sebenarnya diinginkan dan dibutuhkan oleh pengguna. Sedangkan dengan deteksi erro, testing berorientasi untuk membuat kesalahan secara intensif, untuk menentukan apakah suatu hal tersebut terjadi bilamana tidak seharusnya terjadi atau suatu hal tersebut tidak terjadi dimana seharusnya mereka ada.
(31)
27
Testing merupakan suatu aktivitas menyeluruh dan terus menerus
sepanjang proses pengembangan. Hal ini dilakukan agar informasi yang dibutuhkan dapat dikumpulkan untuk melakukan evaluasi efektivitas kerja. Tiap aktivitas yang digunakan dengan obyektif untuk membantu proses evaluasi suatu
software dapat disebut sebagai suatu aktivitas testing.
Test case merupakan suatu tes yang dilakukan berdasarkan pada suatu
inisialisasi, masukan, kondisi, maupun hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Ada dua jenis test case yang dapat digunakan, yakni black box testing untuk melakukan testing kesesuaian suatu komponen terhadap spesifikasi dan white box
testing yang digunakan untuk melakukan testing keseuaian komponen terhadap
desain.
White box testing adalah suatu metode desain test case yang menggunakan
struktur kendali dari desain procedural. Metode desain test case ini dapat menjamin semua jalur (path) yang independen dapat dites setidaknya sekali tes, semua logika keputusan dapat dites dengan jalur yang salah dan atau jalur yang benar, semua loop dapat dites terhadap batasannya dan ikatan operasionalnya, serta semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validitasnya. Sedangkan black box testing dilakukan tanpa pengetahuan detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan spesifikasi kebutuhan dari software. Kategori error yang akan diketahui melalui black box testing antara lain: fungsi yang hilang atau tidak benar, error dari antarmuka, error dari struktur data atau ekses eksternal database, error dari kinerja atau tingkah laku, error dari inisialisasi dan terminasi.
(32)
28
2.21 Black box Testing
Black box testing, dilakukan tanpa pengetahuan detil struktur internal
dari sistem atau komponen yang ditest, juga disebut sebagai behavioral testing,
specification-based testing, input / output testing atau functional testing. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada
spesifikasi kebutuhan dari software. Kategori error yang akan diketahui melalui
black box testing adalah sebagai berikut:
1. Fungsi yang hilang atau tidak benar.
2. Error dari antar muka.
3. Error dari struktur data atau akses eksternal database.
4. Error dari kinerja atau tingkah laku.
5. Error dari inisialisasi dan terminasi.
Test di desain untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana validasi fungsi yang akan ditest ?
2. Bagaimana tingkah laku kinerja dari sistem yang akan ditest ?
3. Kategori masukan apa saja yang bagus digunakan untuk test case ?
4. Apakah sebagian sistem sensitif terhadap suatu nilai masukan tertentu ?
5. Bagaimana batasan suatu kategori masukan ditetapkan ?
6. Sistem mempunyai toleransi jenjang dan volume data apa saja ?
7. Apa saja akibat dari kombinasi data tertentu yang akan terjadi pada operasi
(33)
29 BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Dalam merancang dan membangun evaluasi penjadwalan produksi dibutuhkan anasisis dan tahapan-tahapan dalam melakukan perancangan sistem. Berikut ini adalah analisis dan tahapan-tahapan dalam melakukan perancangan sistem.
3.1.1 Identifikasi Masalah
Sistem produksi yang digunakan oleh PT. Hume Sakti Indonesia adalah
pull system yang berarti PT. Hume Sakti Indonesia hanya melakukan produksi
apabila ada pesanan dari customer. Proses penerimaan order saat ini pada PT.
Hume Sakti Indonesia, meliputi penerimaan order produksi dari marketing, dilanjutkan dengan pengecekan stok dimana bagian produksi berkerjasama dengan bagian stockyard untuk melakukan cek fisik stok dilapangan, setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan instruksi produksi dan kalkulasi mix design. Instruksi produksi yang telah dibuat akan dijadwalkan, setelah itu dibuatlah
material requisition yang akan diberikan pada Divisi Gudang sebagai dasar
pengadaan barang.
Instruksi produksi yang telah dibuat akan dijadwalkan, setelah itu dibuatlah material requisition yang akan diberikan pada Divisi Gudang sebagai dasar pengadaan barang. Dari proses bisnis diatas memakan waktu 3 jam, dan untuk setting mesin dan peralatan memakan waktu 1 hari. PT. Hume Sakti Indonesia mempunyai keterbatasan sumber daya manusia pada Bagian Produksi,
(34)
Bagian Produksi yang memiliki 150 tenaga kerja produksi dan juga beroperasi selama 24 jam senin - sabtu hanya memiliki 2 orang admin dan 1 orang kepala produksi sehingga dalam melakukan penjadwalan akan banyak memakan waktu.
Pada PT Hume Sakti indonesia juga sering terjadi permasalahan apabila terdapat order produksi yang masuk mendadak dan lead time yang singkat, pada kondisi ini Divisi Produksi sering kali lebih memrioritaskan produksi terlebih dahulu dari pada membuat dokumentasi terkait produksi (penjadwalan, instruksi produksi, jadwal material) dan material yang digunakan untuk order lain, seperti semen, pasir, batu, agregat, dipakai untuk melayani order yang mendadak, muncul dampak dari tidak adanya suatu sistem yang dapat secara langsung membantu
dalam proses penjadwalan produksi. Document flow penjadwalan produksi dapat
(35)
Document Flow Penjadwalan Produksi
Customer Marketing Divisi Produksi
Purchase O (PO) 2 Mulai
Purchase Order (PO)
Purchase Order (PO)
Purchase Order (PO) Copy 1 Menggandaka
n PO
Purchase Order (PO) Copy 1
Me mbuat Instruksi Produksi
Instruksi Produksi
Penjadwalan Produksi
Selesai Dokumen Penjadwalan
Produksi
Gambar 3.1 Document Flow Penjadwalan Produksi
Proses penjadwalan produksi dimulai dari pesanan yang telah diterima akan diberikan kepada Divisi Produksi, setelah dokumen produksi diterima oleh Divisi Produksi, Kepala Pabrik mengeluarkan instruksi produksi, setelah instruksi produksi dikeluarkan kemudian dilakukan penjadwalan produksi.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah yang ada pada PT. Hume Sakti Indonesia dengan akibat yang ditimbulkan. Identifikasi masalah dapat dilihat pada Tabel 3.1
(36)
Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Masalah
No Analisa Sebab Akibat Optimasi Oleh Sistem
Masalah Akibat Target Sistem Batasan
Sistem 1. Terlalu banyak
revisi dan terkadang ada jadwal yang tidak sesuai dengan perkiraan. Terdapat pekerjaan yang masih dalam proses produksi harus dihentikan ditengah jalan karena harus menyesuaikan revisi jadwal yang ada.
1. Sistem dapat
memberikan penjadwalan yang paling efektif, sesuai dengan kriteria dari PT. Hume Sakti Indonesia. 2. Sistem nantinya akan ada empat metode yang digunakan yaitu FCFS, EDD, SPT, LPT. Dari keempat metode tersebut akan dianalisa dan dipilih satu jadwal produksi yang paling efektif sesaui prosentase yang dibobotkan oleh perusahaan pada masing-masing kriteria. Sehingga permasalahan ini dapat diatasi dengan sistem. Dalam melakukan proses penjadwalan dan penentuan penjadwalan paling efektif ini hanya bisa dilakukan oleh Kabag
(37)
No Analisa Sebab Akibat Optimasi Oleh Sistem
Masalah Akibat Target Sistem Batasan
Sistem 2. Pemanfaatan mesin
produksi yang kurang optimal. Divisi produksi sering menunda pesanan karena tidak bisa dijadwalkan produksinya (batas waktu atau due date yang diminta
customer sangat pendek, sedangkan proses produksi masih berlangsung, sehingga customer harus menunggu antrian produksi.
Sistem yang bisa memberikan penjadwalan yang efektif sesuai dengan kriteria perusahaan akan dapat mengoptimalkan pemanfaatan mesin produksi. Dalam melakukan proses penjadwalan dan penentuan penjadwalan paling efektif ini hanya bisa dilakukan oleh Kabag
Produksi.
3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem
Ditinjau dari seluruh permasalahan diatas, Maka dibuatlah Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi Pada PT. Hume Sakti Indonesia yang dapat membantu penjadwalan produksi dalam mengendalikan urutan produksi, sehingga dapat memudahkan divisi produksi dan gudang dalam mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai order barang.
Dari hasil proses terebut akan menghasilkan output yaitu hasil evaluasi (FCFS, SPT, EDD, LPT), laporan penjawalan, laporan pesanan pembeli, jadwal produksi per kontrak, jadwal produksi bulanan, jadwal material per kontrak, jadwal material bulanan, instruksi produksi.
3.2 Perancangan Sistem
Berdasarkan analisis kebutuhan sistem di atas, maka dapat dibuat sebuah model pengembangan yang berupa block diagram. Dengan adanya model pengembangan ini sistem yang akan dibuat diharapkan akan berjalan sesuai
(38)
dengan kebutuhan. Berikut ini adalah block diagram yang dapat dilihat pada Gambar 3.2 INPUT (Masukan) PROSES OUTPUT (Keluaran)
Tipe Produk
Jumlah Produk
Tgl Pemesanan
Pesanan Pembeli
Nama Pembeli
Nomor Kontak
Data Pembeli
Keterangan
Tambahan (Notes)
Data Produksi Laporan Pesanan
Pembeli
Schedule Produksi per kontrak
Schedule Produksi bulanan
Jadwal Material Bulanan
Jadwal Material Per Kontrak
Instruksi Produksi Hasil Evaluasi
FCFS
SPT
EDD
LPT
Waktu penyelesaian
rata-rata.
Utilisasi.
Jumlah pekerjaan
rata-rata dalam sistem.
Keterlambatan
pekerjaan rata-rata.
Tipe Produk
Jumlah Produk
Persiapan Mesin,
meliputi jumlah mesin, tenaga kerja.
Standart Time Processing Time
Waktu Pengiriman
Due Date
Standart Time Flow Time
Material
Breakdown
machine
Tenaga kerja,
meliputi waktu kontrak kerja, kecelakaan kerja
Waiting Time
Perhitungan empat metode dengan aturan priority
Evaluasi
Laporan Penjadwalan
Gambar 3.2 Block Diagram Evaluasi Penjadwalan Produksi
Gambar diatas merupakan Block Diagram dari Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi Pada PT. Hume Sakti Indonesia menggunakan aturan
(39)
Dan ada dua proses pada block diagram diatas, yaitu: Perhitungan empat metode menggunakan aturan priority, dalam proses perhitungan data yang diinputkan berupa :
1. Data pesanan pembeli, dalam pesanan pembeli terdapat inputan berupa
tipe produk (dari tipe produk nantinya akan diketahui jumlah material yang akan dibutuhkan, jumlah produk, dan tanggal pemesanan.
2. Data pembeli, dalam data pembeli terdapat inputan berupa nama pembeli
dan nomor kontak
3. Data produksi, dalam data produksi data yang diinputkan berupa
keterangan tambahan (keterangan tambahan berfungsi untuk
menambahkan kebutuhan pelanggan diluar kontrak).
4. Processing time, dalam processing time data yang diinputkan berupa
waktu pengiriman.
5. Waiting Time, dalam waiting time data yang diinputkan berupa material,
breakdown machine, tenaga kerja yang meliputi tenaga kerja dan
kecelakaan kerja. tipe produk, jumlah produk, persiapan mesin yang meliputi jumah mesin dan tenaga kerja.
6. Due Date, dalam due date data yang diinputkan berupa Pesanan pembeli,
dalam proses pesanan pembeli data yang diinputkan berupa tipe produk
7. Flow time, dalam proses flow time data yang diinputkan berupa standart
time (standart time adalah waktu yang telah di tetukan olah perusahaan
dalam produksi).
Kemudian terdapat proses perhitungan empat metode menggunakan aturan
(40)
Tabel 3.2 Perhitungan Priority Rules
Pekerjaan
Waktu Pekerjaan
(pemprosesan) (hari)
Batas Waktu
Pekerjaan (hari)
IP 1
IP 2
IP 3
IP 4
IP 5
6
2
8
3
9
6
8
16
19
28
A. First Come First Serve (FCFS)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode First
Come First Serve (FCFS) yang pertama datang, yang pertama dilayani. Pekerjaan
pertama yang datang di sebuah pusat kerja diproses terlebih dahulu. Tabel 3.3 Perhitungan First Come First Serve (FCFS)
Urutan
Pekerjaan
Waktu
Pekerjaan
(pemprosesan)
Aliran
Waktu
Batas
Waktu
Pekerjaan
Keterlambatan
IP 1
IP 2
IP 3
IP 4
IP 5
6
2
8
3
9
6
8
16
19
28
8
6
18
15
23
0
2
0
4
5
Total
28
77
11
Aturan FCFS menghasilkan ukuran efektivitas berikut.
a. Waktu penyelesaian rata-rata =
(41)
b. Utilisasi =
= = 36,4%
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
= = 2,75 pekerjaan
d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =
=
= 2,2 hariB. Shortest Processing Time (SPT)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode Shortest
Processing Time (SPT) waktu pemprosesan terpendek. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemprosesan terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih dahulu. Tabel 3.4 Perhitungan Shortest Processing Time (SPT)
Urutan
Pekerjaan
Waktu
Pekerjaan
(pemprosesan)
Aliran
Waktu
Batas
Waktu
Pekerjaan
Keterlambatan
IP 2
IP 4
IP 1
IP 3
IP 5
2
3
6
8
9
2
5
11
19
28
6
15
8
18
23
0
0
3
1
5
Total
28
65
9
Aturan SPT menghasilkan ukuran efektivitas berikut.
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 13 hari
(42)
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
2,32 pekerjaand. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =
C. Eearlies Due Dates (EDD)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode Earliest
Due Date (EDD) batas waktu paling awal. Pekerjaan dengan batas waktu yang
paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
Tabel 3.5 Perhitungan Eearlies Due Dates (EDD)
Urutan
Pekerjaan
Waktu
Pekerjaan
(pemprosesan)
Aliran
Waktu
Batas
Waktu
Pekerjaan
Keterlambatan
IP 2
IP 1
IP 4
IP 3
IP 5
2
6
3
8
9
2
8
11
19
28
6
8
15
18
23
0
0
0
1
5
Total
28
68
6
Aturan EDD menghasilkan ukuran efektivitas berikut.
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 13,6 hari
b. Utilisasi = = 41,2%
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
2,43 pekerjaan(43)
D. Longest Processing Time (LPT)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:271) pada metode Longest
Processing Time (LPT) waktu pemprosesan terpanjang. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemprosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan diutamakan terlebih dahulu.
Tabel 3.6 Perhitungan Longest Processing Time (LPT)
Urutan
Pekerjaan
Waktu
Pekerjaan
(pemprosesan)
Aliran
Waktu
Batas
Waktu
Pekerjaan
Keterlambatan
IP 5
IP 3
IP 1
IP 4
IP 2
9
8
6
3
2
9
17
23
26
28
23
18
8
15
6
0
0
15
11
22
Total
28
103
48
Aturan LPT menghasilkan ukuran efektivitas berikut.
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 20,6
b. Utilisasi = = 27,2%
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
3,68 pekerjaand. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =
=
9,6 hariHasil perhitungan empat metode menggunakan aturan priority di atas akan dilakukan evaluasi berupa waktu penyelesaian rata-rata, utilisasi, jumlah pekerjaan rata-rata dalam system, dan keterlambatan rata-rata. Dari hasil tersebut
(44)
nantinya akan membantu mengevaluasi proses penjadwalan produksi pada PT. Hume Sakti Indonesia.
Dari hasil proses terebut akan menghasilkan output yaitu hasil evaluasi (FCFS, SPT, EDD, LPT), laporan penjawalan, laporan pesanan pembeli, jadwal produksi per kontrak, jadwal produksi bulanan, jadwal material per kontrak, jadwal material bulanan, instruksi produksi.
3.2.1 Data Flow Diagram (DFD)
A. Context Diagram
Context digram ini merupakan hal yang pertama yang harus dibuat dalam
rangkaian suatu DFD yang menggambarkan entitas-entitas yang berhubungan dengan suatu sistem. Context diagram untuk sistem penjadwalan produksi menggunakan aturan prioritas ini dapat dilihat pada Gambar 3.3
Instruks i Produksi Jadwal M aterial
Schedule Produksi Laporan Pesanan Pembeli
Laporan Penjadwalan Has il Evaluasi
Data Waiting Time Data Flow Time Data Due Date Data Processing Time Data Pesanan Pembeli
Data Pembeli Data Produksi
0
Evaluas i Penjadwalan Produksi pada PT Hume
Sakti Indones ia
+
Admin Produks i
Kabag Produksi
(45)
41
B. Diagram Berjenjang
Langkah selanjutnya dalam rangkaian suatu DFD setelah membuat Context Diagram, adalah membuat diagram berjenjang. Diagram berjenjang ini digunakan untuk menampilkan semua proses yang terdapat pada suatu aplikasi tertentu dengan jelas dan terstruktur. Diagram berjenjang untuk sistem informasi penjadwalan produksi menggunakan aturan prioritas bisa dilihat pada Gambar 3.4
0
Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi pada
PT.Hume Sakti Indonesia
1 Perhitungan empat
metode dengan aturan priority
2 Evaluasi 1.1 Pesanan Pembeli 1.2 Data Pembeli 1.3 Data Produksi 1.4 Processing Time 1.5 Due Date 1.6 Flow Time 1.7 Waiting Time 2.1 Hasil Evaluasi 2.2 Cetak Laporan Penjadwalan 2.3 Cetak Laporan Pesanan Pembeli 2.4 Cetak Schedule Produksi Per Kontrak 2.5 Cetak Schedule Produksi Bulanan 2.6 Cetak Jadwal Material Per kontrak 2.7 Cetak Jadwal Material Bulanan 2.8 Cetak Instruksi Produksi
(46)
C. DFD Level 0 Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi
Langkah selanjutnya setelah membuat diagram berjenjang, yaitu mengambarkan diagram yang lebih rinci lagi dari context diagram dan sesuai dengan diagram berjenjang yang disebut dengan DFD Level 0 yang bisa dilihat pada Gambar 3.5
Read Data Waiting Time
Read Due Date Read Data Processing Time
Read Data Pembeli Read Data Processing Time
Read Data Due Date Read Data Flow Time Read Data Waiting Time
Penyimpanan Data Waiting Time Data Due Date
Instruksi Produksi Jadwal Material Schedule Produksi Laporan Pesanan Pembeli
Laporan Penjadwalan Hasil Evaluasi P erhitungan Priority Read Data Hasil Evaluasi
Perhitungan Aturan Priority
Read Data Produksi Read Data Pembeli Penyimpanan Data Flow Time
Penyimpanan Data Due Date Penyimpanan Data Processing Time
Penyimpanan Data Produksi Penyimpanan Data Pembeli Penyimpaan Data Pesanan Pembeli
Data Waiting Time Data Flow Time Data Processing Time
Data Produksi Data Pembeli Data Pesanan Pembeli Admin Produksi
1 Pesanan Pembeli
Kabag Produksi 2 Data Pembeli 3 Data Produksi 4 Processing Time 5 Due Date 6 Flow Time 1 Master Data + 2 Perhitungan Empat Metode Dengan Aturan Priority +
8 Hasil Evaluasi
3 Evaluasi
7 Waiting Time
(47)
D. DFD Level 1 Perhitungan Empat Metode Dengan Aturan Priority
Pada Gambar 3.6 adalah rincian proses / decompose dari sub proses perhitungan empat metode dengan aturan priority yang ada pada DFD Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi Pada PT. Hume Sakti Indonesia. Di dalam sub proses perhitungan empat metode dengan aturan priority dibagi menjadi tiga sub proses lagi yaitu approve pesanan, perhitungan aturan priority, hasil perhitungan dengan aturan priority.
Gambar 3.6 DFD Level 1 Perhitungan Empat Metode Dengan Aturan Priority
E. DFD Level 2 Perhitungan Aturan Priority
Pada Gambar 3.7 adalah rincian proses / decompose dari sub proses perhitungan aturan priority yang ada pada DFD Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi Pada PT. Hume Sakti Indonesia. Di dalam sub proses
(48)
perhitungan aturan priority dibagi menjadi empat sub proses lagi yaitu metode FCFS, SPT, EDD, dan LPT.
Gambar 3.7 DFD Level 2 Perhitungan Aturan Priority
3.2.2 Entity Relationship Diagram (ERD)
ERD adalah suatu desain sistem untuk merepresentasikan model data yang ada pada sistem dan didalamnya terdapat entity dan relationship. ERD ini menggambarkan tabel-tabel dan relasinya yang ada pada rancang bangun evaluasi penjadwalan produksi. ERD dibagi menjadi dua, yaitu Conceptual Data Model (CDM) dan Physical Data Model (PDM).
(49)
A. Conceptual Data Model (CDM)
CDM menggambarkan secara keseluruhan konsep terstruktur basis data yang dirancang untuk suatu program atau aplikasi. CDM dapat dilihat pada Gambar 3.8 Pelanggan Satuan_Produk Tipe_Produk Kontrak Penjadwalan_Produksi Mesin Kontrak_Produk Tenaga Kerja Produk Id_Produk Nama_Produk
<pi> Variable characters (50) Variable characters (50)
<M> Identifier_1 <pi> Tipe_Produk Id_Tipe Nama_Tipe <pi> Integer
Variable characters (50) <M> Identifier_1 <pi> Komposisi Id_Komposisi Nama_Komposisi Jumlah_Komposisi <pi> Integer Variable characters (50) Integer <M> Identifier_1 <pi> Pelanggan Id_Pelanggan Bulan Tahun Tanggal EMAIL
<pi> Variable characters (10) Integer Integer Integer Variable characters (30)
<M> Identifier_1 <pi> Kontrak Id_Kontrak Tgl_Awal_Kontrak Tgl_Akhir_Kontrak Nama_Kontrak Catatan
<pi> Variable characters (20) Date
Date
Variable characters (50) Variable characters (1024)
<M> Identifier_1 <pi> Mesin Id_Mesin Kapasitas_Mesin Waktu_Operasional_Mesin Status_Mesin <pi> Integer Integer Integer Integer <M> Identifier_1 <pi> Satuan Id_Satuan Nama_Satuan
<pi> Variable characters (5) Variable characters (20)
<M>
Identifier_1 <pi>
Tenaga_Kerja JENIS_TENAGA_KERJA JUMLAH_KESELURUHAN
<pi> Variable characters (50) Integer <M> Identifier_1 <pi> Kontrak_Produk Nama_Tipe_Produk Bulan Tahun
Variable characters (20) Integer Integer Identifier_1 <pi> Penjadwalan_Produksi Keterangan Bulan Tahun Tanggal
Variable characters (10) Integer Integer Integer <M> Identifier_1 <pi> Komposisi_Produk
Gambar 3.8 CDM Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi
B. Physical Data Model (PDM)
PDM menggambarkan secara detail konsep rancangan basis data yang dirancang untuk suatu program aplikasi. PDM merupakan hasil generate dari CDM. PDM dapat dilihat pada Gambar 3.9
(50)
Produk Id_Produk Id_Satuan Nama_Produk varchar(50) varchar(5) varchar(50) <pk,fk2> <fk1> Tipe_Produk Id_Tipe Id_Produk Nama_Tipe int varchar(50) varchar(50) <pk> <pk,fk> Komposisi Id_Komposisi Id_Tipe Jumlah_Komposisi Nama_Komposisi int int integer varchar(50) <pk> <fk> Pelanggan Id_Pelanggan Nama_Pelanggan Alamat_Pelanggan NO_TELEPON EMAIL varchar(10) varchar(100) varchar(100) varchar(20) varchar(30) <pk> Kontrak Id_Kontrak Id_Pelanggan Tgl_Awal_Kontrak Tgl_Akhir_Kontrak Nama_Kontrak Catatan varchar(20) varchar(10) datetime datetime varchar(50) varchar(1024) <pk> <fk> Mesin Id_Mesin Kapasitas_Mesin Waktu_Operasional_Mesin Status_Mesin int int int integer <pk> Satuan Id_Satuan Nama_Satuan varchar(5) varchar(20) <pk> Tenaga_Kerja JENIS_TENAGA_KERJA JUMLAH_KESELURUHAN JUMLAH_TENAGA_KERJA varchar(50) int integer <pk> Kontrak_Produk Id_Kontrak Id_Tipe Id_Produk Id_Mesin Jumlah_Produk JENIS_TENAGA_KERJA BATAS_WAKTU_PENGERJAAN varchar(20) int varchar(50) int integer varchar(20) integer <pk,fk1> <pk,fk2> <pk,fk2> <fk3> <fk4> Penjadwalan_Produksi ID_KONTRAK KETERANGAN BULAN TAHUN Tanggal integer varchar(15) integer integer integer <pk,fk>
Gambar 3.9 PDM Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi
3.2.3 Struktur Tabel
Daftar struktur tabel dalam rancang bangun evaluasi penjadwalan produksi adalah sebagai berikut:
A. Tabel Master Kontrak
Nama Tabel : Kontrak
(51)
Tabel 3.8 Tabel Master Kontrak
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_KONTRAK VARCHAR(20) Primary Key
ID_PELANGGAN VARCHAR(1O) Foreign key
TGL_AWAL_KONTRAK DATETIME
TGL_AKHIR_KKONTRAK DATETIME
NAMA_KONTRAK
VARCHAR (50)
CATATAN
VARCHAR (1024)
B. Tabel Master Mesin
Nama Tabel : Mesin
Fungsi : Menyimpan data master mesin
Tabel 3.9 Tabel Master Mesin
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_MESIN INT Primary Key
KAPASITAS_MESIN INT
WKT_OPERASIONAL_MESIN INT
(52)
C. Tabel Master Tenaga Kerja Nama Tabel : tenaga_kerja
Fungsi : Menyimpan data master tenaga kerja
Tabel 3.11 Tabel Master Tenaga Kerja
Nama Field Tipe Data Constraint
JENIS_TENAGA_KERJA VARCHAR(50) Primary Key
JUMLAH_KESELURUHAN INT
JUMLAH_TENAGA_KERJA INTEGER
D. Tabel Master Kontrak Produk
Nama Tabel : Kontrak_Produk
Fungsi : Menyimpan data master kontrak_produk
Tabel 3.12 Tabel Master kontrak produk
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_KONTRAK VARCHAR (20)
Primary Key, Foreign Key
ID_TIPE INT
Primary Key, Foreign Key
ID_PRODUK VARCHAR (50)
Primary Key, Foreign Key
ID_MESIN INT Foreign Key
JUMLAH_PRODUK INT
JENIS_TENAGA_KERJA VARCHAR (20) Foreign Key
BATAS_WAKTU_PENGERJAAN INT
E. Tabel Master Penjadwalan Produksi
Nama Tabel : Penjadwalan_Produksi
(53)
Tabel 3.13 Tabel Master Penjadwalan Produksi
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_KONTRAK INTEGER
Primary Key, Foreign Key
TANGGAL INTEGER
KETERANGAN VARCHAR(15)
BULAN INTEGER
TAHUN INTEGER
F. Tabel Master Komposisi
Nama Tabel : komposisi
Fungsi : Menyimpan data master komposisi
Tabel 3.14 Tabel Master komposisi
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_KOMPOSISI INT Primary Key
ID_TIPE INT Foreign Key
JUMLAH_KOMPOSISI INT
NAMA_KOMPOSISI VARCHAR(50)
G. Tabel Master Tipe Produk
Nama Tabel : tipe_produk
Fungsi : Menyimpan data master tipe produk
Tabel 3.15 Tabel Master Tipe Produk
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_TIPE INT Primary Key
KODE_PRODUK VARCHAR(50)
Primary Key, Foreign Key
(54)
H. Tabel Master Produk Nama Tabel : produk
Fungsi : Menyimpan data master produk
Tabel 3.16 Tabel Master Produk
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_PRODUK VARCHAR(50)
Primary Key, Foreign Key
ID_SATUAN VARCHAR(5) Foreign Key
NAMA_PRODUK VARCHAR(50)
I. Tabel Master Satuan
Nama Tabel : satuan
Fungsi : Menyimpan data master satuan
Tabel 3.17 Tabel Master Satuan
Nama Field Tipe Data Constraint
ID_SATUAN VARCHAR(5) Primary Key
NAMA_SATUAN VARCHAR(20)
3.2.4 Perancangan Desain Input dan Output
Desain input dan output merupakan acuan dalam menentukan desain komponen sistem informasi. Desain input dan output ini berupa rancangan
form-form yang digunakan untuk membantu dalam rancang bangun evaluasi
(55)
3.2.5 Desain Output Data Perhitungan Empat Metoode Menggunakan Aturan Priority
Gambar 3.10 Desain Output Data Perhitungan Empat Metode Menggunakan Aturan Priority.
Gambar 3.10 diatas adalah desain output data perhitungan empat metode menggunakan aturan priority yang berfungsi untuk menampilkan hasil perhitungan menggunakan aturan priority sesuai dengan periode yang dibutuhkan.
3.2.6 Desain Output Hasil Evaluasi Perhitungan Empat Metoode
Menggunakan Aturan Priority
Gambar 3.11 Desain Output Hasil Evaluasi Perhitungan Empat Metode Menggunakan Aturan Priority.
(56)
Gambar 3.11 diatas adalah desain output hasil evaluasi perhitungan empat metode menggunakan aturan priority berfungsi untuk menampilkan hasil evaluasi produksi berupa kesimpulan metode yang akan digunakan.
3.2.7 Desain Output Update Penjadwalan
Gambar 3.12 Desain Output Update Penjadwalan
Gambar 3.12 diatas adalah desain output update penjadwalan yang berfungsi untuk menampilkan hasil evaluasi dari perhitungan empat metode menggunakan aturan prority, pada desain update penjadwalan terdapat hasil evaluasi metode yang akan digunakan, admin juga dapat memilih metode sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
(57)
3.2.8 Desain Output Status Mesin
Gambar 3.13 Desain Output Status Mesin
Gambar 3.13 diatas adalah desain output status mesin berfungsi untuk menampilkan hasil kapasitas dan jumlah mesin yang telah digunakan sesuai dengan periode yang dipilih.
3.2.9 Desain Output Pesanan Pembeli Per Periode
(58)
Gambar 3.14 diatas adalah desain output pesanan pembeli per periode berfungsi untuk menampilkan hasil laporan pesanan pembeli per periode. Pada desain output ini terdapat menu tanggal awal dan tanggal akhir yang digunakan untuk mencari hasil kontrak sesuai periode yang diinginkan, serta button preview untuk menampilkannya.
3.2.10 Desain Output Schedule Produksi Per Kontrak
Gambar 3.15 Desain Output Schedule Produksi Per Kontrak.
Gambar 3.15 diatas adalah desain output schedule produksi per kontrak yang berfungsi untuk menampilkan hasil produksi per kontrak. Pada desain output ini terdapat menu tanggal awal dan tanggal akhir yang digunakan untuk mencari hasil kontrak sesuai periode yang diinginkan, serta button preview untuk menampilkannya.
(59)
3.2.11 Desain Output Schedule Produksi Per Periode
Gambar 3.16 Desain Output Schedule Produksi Per Periode.
Gambar 3.16 diatas adalah desain output schedule produksi per periode yang berfungsi untuk menampilkan hasil produksi per periode. Pada desain output ini terdapat menu tanggal awal dan tanggal akhir yang digunakan untuk mencari hasil kontrak sesuai periode yang diinginkan, serta button preview untuk menampilkannya.
3.2.12 Desain Output Jadwal Material Per Kontrak
(60)
Gambar 3.17 diatas adalah desain output jadwal material per kontrak yang berfungsi untuk menampilkan hasil jadwal material per kontrak. Pada desain
output ini terdapat menu tanggal awal dan tanggal akhir yang digunakan untuk
mencari hasil kontrak yang diinginkan, serta button preview untuk menampilkannya.
3.2.13 Desain Output Jadwal Material Per Periode
Gambar 3.18 Desain Output Jadwal Material Per Periode
Gambar 3.18 diatas adalah desain output material requisition yang berfungsi untuk menampilkan hasil material requisition. Pada desain output ini terdapat menu tanggal awal dan tanggal akhir yang digunakan untuk mencari hasil kontrak sesuai periode yang diinginkan, serta button preview untuk menampilkannya.
(61)
3.2.14 Desain Input Login
Gambar 3.19 Desain Input Login
Gambar 3.19 diatas adalah desain input login yang berfungsi sebagai
authentification pengguna sistem penjadwalan produksi ini. Setiap pengguna yang
sudah terdaftar atau telah ada dalam sistem, dapat masuk ke sistem dengan memasukkan username dan password.
3.2.15 Desain Input Pengguna
(62)
Gambar 3.20 diatas adalah desain input tambah pengguna yang berfungsi untuk menyimpan data pengguna sistem yang terdiri dari priveledge, username,
password, confirm password, dan status. Textbox password dengan texbox confirm password harus sama isinya, jik berbeda dalam pengisiannya, maka data
pengguna tidak akan bisa disimpan.
3.2.16 Desain Input Pilih atau Tambah Pelanggan
Gambar 3.21 Desain Input Pilih atau Tambah Pelanggan
Gambar 3.21 diatas adalah desain input pilih atau tambah pelanggan yang berfungsi untuk menampilkan data pelanggan yang aktif. Pada desain input ini terdapat textbox cari yang digunakan untuk mencari data pelanggan sesuai dengan nama pelanggan yang diinputkan, kemudian juga terdapat button tambah pelanggan dan button hapus pelanggan.
(63)
3.2.17 Desain Input Komposisi Produk
Gambar 3.22 Desain Input Komposisi Produk
Gambar 3.22 diatas adalah desain input komposisi produk yang berfungsi untuk menampilkan data material produk. Pada desain input ini terdapat textbox tambah yang digunakan untuk menambah komposisi produk sesuai dengan material produk yang di inputkan., kemudian juga terdapat button ubah komposisi produk dan button hapus komposisi produk.
3.2.18 Desain Input Satuan
(64)
Gambar 3.23 diatas adalah desain input satuan yang berfungsi untuk menampilkan data satuan produk. Pada desain input ini terdapat textbox tambah yang digunakan untuk menambah satuan produk sesuai kebutuhan., kemudian juga terdapat button ubah satuan dan button hapus satuan.
3.2.19 Desain Input Produk
Gambar 3.24 Desain Input Produk
Gambar 3.24 diatas adalah desain input produk yang berfungsi untuk menampilkan data produk. Pada desain input ini terdapat textbox tambah yang digunakan untuk menambah produk sesuai kebutuhan pesanan, kemudian juga
(65)
terdapat button ubah satuan dan button hapus satuan. Pada desain input produk juga menampilkan tipe produk dan koposisi produk yang di ambil dari Desain
Input Komposisi Produk.
3.2.20 Desain Input Tenaga Kerja
Gambar 3.25 Desain Input Tenaga Kerja
Gambar 3.25 diatas adalah desain input tenaga kerja yang berfungsi untuk menampilkan data tenaga kerja. Pada desain input ini terdapat textbox tambah yang digunakan untuk menambah tenaga kerja sesuai dengan bidang pekerjaan dan jumlah tenaga kerja dalam bidang tersebut. Kemudian juga terdapat
(66)
3.2.21 Desain Input Mesin
Gambar 3.26 Desain Input Mesin
Gambar 3.26 diatas adalah desain input mesin yang berfungsi untuk menampilkan data mesin. Pada desain input ini terdapat textbox tambah yang digunakan untuk menambah jenis mesin, kapasitas mesin, waktu operasional mesin bekerja, jumlah mesin yang tersedia, dan jumlah mesin yang rusak. Kemudian juga terdapat button ubah mesin dan button hapus mesin.
(67)
3.3 Desain Uji Coba
Setelah melakukan desain user interface, tahap selanjutnya adalah melakukan desain uji coba. Desain uji coba ini dilakukan dengan menggunakan metode black box testing, dimana aplikasi ini akan diuji dengan melakukan berbagai uji coba untuk membuktikan bahwa aplikasi yang telah dibuat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun desain uji coba yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.18 Desain Uji Coba Form Transaksi
Objek Pengujian Form kontrak
Keterangan Mengetahui tampilan dan fungsi form kontrak dapat
berjalan dan menghasilkan output yang diharapkan. Test
Case ID
Tujuan Input Output yang
Diharapkan Status
1. Menguji fungsi
tombol pada menu kontrak
Tombol Kontrak Menampilkan form data kontrak
Tombol Tambah Menampilkan form
tambah kontrak Tombol Data
Tambah
Menampilkan pesan
“Semua kolom dengan
tanda * harus diisi”
Tombol Tambah Tipe Produk
Menampilkan form tambah tipe produk Tombol Sorting
Nama Tipe Produk
Menampilkan hasil
sorting nama tipe
(68)
Objek Pengujian Form kontrak
Keterangan Mengetahui tampilan dan fungsi form kontrak dapat
berjalan dan menghasilkan output yang diharapkan. Test
Case ID
Tujuan Input Output yang
Diharapkan Status
Tombol Sorting Nama Mesin
Menampilkan hasil
sorting nama mesin
Tombol Tenaga Kerja
Menambah jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan Tombol Rencana
Produksi
Menampilkan Form input rencana produksi
sesuai dengan kontrak masuk
Tombol Realisasi Produksi
Menampilkan Form input realisasi produksi
Tabel 3.19 Desain Uji Coba Form Perhitungan Empat Metode Menggunakan Aturan Priority
Objek Pengujian Form Menu Perhitungan Empat Metode Menggunakan
Aturan Priority
Keterangan Mengetahui tampilan dapat berjalan dan
menghasilkan output yang diharapkan Test
Case ID
Tujuan Input Output yang
Diharapkan Status
1. Menampilkan Hasil
Perhitungan Empat Metode Menggunakan
Tombol Data Menampilkan form data
perhitungan menggunakan aturan
(69)
Objek Pengujian Form Menu Perhitungan Empat Metode Menggunakan
Aturan Priority
Keterangan Mengetahui tampilan dapat berjalan dan
menghasilkan output yang diharapkan Test
Case ID
Tujuan Input Output yang
Diharapkan Status
Aturan Priority Tombol Preview Menampilkan hasil
perhitungan per periode
Tabel 3.20 Desain Uji Coba Form Evaluasi Empat Metode Menggunakan Aturan
Priority
Objek Pengujian Form Menu Evaluasi Empat Metode Menggunakan
Aturan Priority
Keterangan Mengetahui tampilan dapat berjalan dan
menghasilkan output yang diharapkan Test
Case ID
Tujuan Input Output yang
Diharapkan Status
1. Menampilkan Hasil
Evaluasi Perhitugan Empat Metode Menggunakan Aturan Priority Tombol Perhitungan Menampilkan form Perhitungan menggunakan aturan priority beserta kesimpulan dari perhitungan yang terbaik
Tombol Preview Menampilkan hasil
perhitungan per periode
Tabel 3.21 Desain Uji Coba Pesanan Pembeli Per Periode
Objek Pengujian Form Menu Pesanan Pembeli Per Periode
Keterangan Mengetahui tampilan dapat berjalan dan
menghasilkan output yang diharapkan Test
Case ID
Tujuan Input Output yang
Diharapkan Status
1. Menampilkan Hasil
Laporan Pesanan Pembeli Per Periode Tombol Pesanan Pembeli Per Menampilkan form Pesanan Pembeli Per
(1)
Tabel 4.8 Hasil Uji Coba jadwal Material Per Periode
8) Uji Coba Update Penjadwalan
Update penjadwalan berfungsi untuk mengetahui rekomendasi metode yang akan digunakan, dan memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Gambar 4.65 Uji Update Penjadwalan
Test Case Id
Tujuan Input
Output Diharapkan
Status
1. Menampilkan Hasil Laporan Jadwal Material
Per Periode
Tombol Jadwal Material Per
Periode
Menampilkan form Laporan jadwal material
per Periode
Uji berhasil (gambar
(2)
113
Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Update Penjadwalan
4.2 Evaluasi
Rancang bangun evaluasi penjadwalan produksi yang sudah dibuat telah dilakukan pengujian menggunakan metode black box dengan menggunakan beberapa test case.
PT. Hume Sakti Indonesia telah melayani order PT.Matahari Sakti dengan tipe tiang 15L-600-18 SPH jumlah 3, tipe 15U-600-18 CPH jumlah 5. Dan PT. Pembangunan Perumahan dengan tipe tiang 6L-400-18 SPH jumlah 4, tipe 6U-400-18 SPH jumlah 10. Kemudian PT. Bangun Abadi melakukan order dengan type tiang 15U-500-14 CPH jumlah 300, 15L-500-14 SPH jumlah 300, 12L-600-18 SPH jumlah 1, 13U-600-12L-600-18 CPH jumlah 2, 6U-600-12L-600-18 SPH jumlah 3 dengan lead time produksi yang sangat singkat hanya 10 hari. Sehingga resource untuk PT. Matahari Sakti dan PT. Pembangunan Perumahan dipakai untuk produksi PT. Bangun Abadi.
Test Case Id
Tujuan Input
Output Diharapkan
Status
1. Menampilkan Hasil Evaluasi Perhitungan Menggunakan Aturan Priority Tombol Update Jadwal Menampilkan form Laporan penjadwalan yang akan digunakan Uji berhasil (gambar 4.65)
(3)
Dari hasil permasalahan yang terjadi dilakukan perhitungan manual menggunakan empat metode, hasilnya sebagai berikut :
1. Eearlies Due Dates (EDD)
Aturan EDD menghasilkan ukuran efektivitas berikut. a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 17,67 hari b. Utilisasi =
x 100%
= 71,70%c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
1,39 pekerjaan d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata ==
0,00 hari2. First Come First Serve (FCFS)
Aturan FCFS menghasilkan ukuran efektivitas berikut. a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 29,33 hari b. Utilisasi =
x 100% = 43,18%
c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
= 2,32 Pekerjaan
d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata == 9,33 Hari
3. Longest Processing Time (LPT)
Aturan LPT menghasilkan ukuran efektivitas berikut. a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 33 Hari
a. Utilisasi =
x 100%
= 38,38%(4)
115
c. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =
=
12 hari 5. Shortest Processing Time (SPT)Aturan SPT menghasilkan ukuran efektivitas berikut. a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 17,67 hari b. Utilisasi =
x 100%
= 71,70%c. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem =
=
1,39pekerjaan d. Keterlambatan pekerjaan rata-rata =Dari hasil perhitungan manual yang dilakukan, telah disesuaikan dengan perhitungan menggunakan sistem, untuk kesimpulan yang dihasilkan dari keempat metode yang digunakan, metode yang terbaik adalah SPT dan FCFS, dikarenakan diambil dari hasil keterlambatan minimal
Dari hasil uji coba rancang bangun evaluasi penjadwalan produksi menghasilkan output berupa hasil evaluasi penjadwalan produksi menggunakan empat metode priority, pesanan pembeli per periode, schedule produksi per kontrak, schedule produksi per periode, jadwal material per kontrak, jadwal material per periode, dan instruksi produksi. Hasil dari uji coba black box testing aplikasi berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sehingga aplikasi ini diharapkan dapat membantu proses penjadwalan produksi pada PT. Hume Sakti Indonesia.
(5)
116
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi ini menghasilkan output berupa hasil evaluasi perhitungan empat metode menggunakan aturan priority (FCFS, SPT, EDD, LPT), laporan penjadwalan produksi, laporan pesanan pembeli, penjadwalan produksi per kontrak, penjadwalan produksi per periode, jadwal material per kontrak, jadwal material per periode, instruksi produksi, serta memberikan hasil evaluasi metode terbaik dari perhitungan yang telah dilakukan. Sebagai contoh dari hasil order barang masuk periode Juli 2016 sampai dengan periode September 2016, diambil kesimpulan bahwa dari hasil perhitungan menggunakan aturan priority metode yang terbaik adalah SPT, dikarenakan SPT mendapat total poin tertinggi (98,53) berdasarkan parameter waktu penyelesaian rata-rata, utilisasi, jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem, dan keterlambatan rata-rata dalam sistem.
5.2Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam pembuatan aplikasi Rancang Bangun Evaluasi Penjadwalan Produksi pada PT. Hume Sakti Indonesia, aplikasi ini dapat dikembangkan berbasis web, sehingga dapat mempermudah diakses oleh Divisi Produksi PT. Hume Sakti Indonesia di seluruh Indonesia.
(6)
117
DAFTAR PUSTAKA
Fathansyah. 2007. Buku Teks Komputer Basis Data. Bandung: Informatika.
Heizer, J., & Render, B. 2008. Principles of Operations Management. Singapore: Pearson Prentice Hall.
Herlambang, S., & Tanuwijaya, H. 2005. Sistem Informasi : Konsep, Teknologi & Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kendall, dan Kendall. 2003. Analisis dan Perancangan Sistem Jilid 1. Jakarta : Prenhallindo.
Kusuma, H. 2009. Manajemen Produksi Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: ANDI.
Marlinda, Linda. 2004. Sistem Basis Data. Yogyakarta : Andi Ofset.
Rizky, S. 2006. Interaksi Manusia Komputer. Surabaya: STIKOM Surabaya. Romeo. 2003. Testing dan Implementasi Sistem. Surabaya: STIKOM Surabaya.