TA : Perancangan Komunikasi Visual Makam Bung Karno Berbasis Sejarah Untuk Menjadi Tempat Tujuan Wisata Kota Blitar.

(1)

xi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan ... 7

1.5 Manfaat Penulisan ... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Terdahulu ... 8

2.2 Makam Bung Karno ... 8

2.2.1 Kota Blitar ... 8

2.2.2 Peta Kota Blitar ... 8

2.2.3 Legenda ... 9

2.2.4 Potensi Wisata ... 10

2.3 Definisi Komunikasi Visual ... 12

2.4 Definisi Sejarah ... 13

2.4.1 Sejarah Sebagai Peristiwa ... 15

2.4.2 Sejarah Sebagai Ilmu ... 17

2.5 Sejarah Sebagai Ilmu ... 18

2.6 Brand ... 18

2.7 Destination Branding ... 19


(2)

xii

2.13 Media Promosi ... 24

2.14 Strategi Desain ... 27

2.14.1 Logo ... 27

2.14.2 Tagline ... 28

2.14.3 Warna ... 29

2.14.4 Tipografi ... 33

2.15 STP ... 35

2.16 SWOT ... 38

2.17 USP ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi ... 41

3.2 Jenis Penelitian ... 41

3.3 Perancangan Penelitian ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Analisis Data ... 46

4.1.1 Obyek Penelitian ... 46

4.1.2 Data Produk ... 47

4.1.3 Potensi Pasar ... 47

4.2 Hasil Observasi ... 47

4.3 Hasil Wawancara ... 48

4.4 Hasil Dokumentasi ... 50

4.5 STP ... 51

4.6 Tabel SWOT ... 53

4.7 Keyword ... 54


(3)

xiii

4.11.2 Strategi Kreatif ... 57

4.12 Perencanaan Media ... 67

4.12.1 Tujuan Media ... 67

4.12.2 Strategi Media ... 68

4.13 Estimasi Biaya Media ... 74

4.14 Implementasi Desain ... 74

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

BIODATA PENULIS ... 96


(4)

1 1.1Latar Belakang

Blitar adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi wisata sejarah. Salah satunya adalah Makam Bung Karno. Makam Bung Karno merupakan makam Proklamator Indonesia yang bertemakan pendidikan, karena disana terdapat perpustakaan cukup besar. Di dalam kompleks Makam Bung Karno terdiri dari tiga tempat, pertama Perpustakaan Bung Karno, kedua Makam Bung Karno dan yang ketiga adalah Musium Bung Karno. Permasalahannya Makam Bung Karno ini belum memiliki sebuah logo dan media promosi padahal sebuah logo adalah elemen gambar atau simbol identitas yang penting. Tujuan penelitian ini adalah merancang logo dan media pendukung promosi Makam Bung Karno berbasis Sejarah.

Makam Bung Karno yang terletak di sebelah utara Kota Blitar, Jawa Timur. Tepatnya berada di Jalan Ir. Soekarno yang berada di Bendogerit Kecamatan Sananwetan. Perpustakaan Bung Karno yang letaknya bersebelahan dengan Makam Bung Karno menyediakan arsip-arsip dan buku-buku yang menggambarkan sejarah perjuangan Bung Karno dalam upaya meraih kemerdekaan bangsa Indonesia. Pembangunan Perpusatakaan tersebut bertujuan untuk menambah daya tarik wisata Makam Bung Karno yang berperan sebagai salah satu obyek wisata sejarah dan religi andalan di Kota Blitar.


(5)

Menurut Buchari Alma (2006:179), promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan dan meyakinkan calon konsumen mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen. Sedangkan arti promosi wisata adalah usaha untuk memperbesar daya tarik objek wisata terhadap calon wisatawan. Wisatawan dan kebutuhannya tidak digarap akan tetapi produk wisatanya yang lebih disesuaikan dengan permintaan wisatawan (Soekadijo, 2000:4). Dapat dikatakan bahwa promosi sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan objek wisata yang sesuai dengan minat pengunjung, sehingga promosi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kunjungan wisatawan.

Branding tempat harus menyediakan diferensiasi produk yang jelas karena meningkatkan persaingan, globalisasi tempat sebagai pasar-pasar yang meninggalkan kenangan dan hubungan emosional dengan konsumen. Destinasi branding merupakan salah satu cara agar masyarakat lebih mengetahui atau memperkuat identitas kota agar mampu bersaing dengan kota lainnya demi menarik turis, penanam modal, industri serta dapat meningkatkan hubungan antara warga dengan kota.

Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor pariwisata mampu memberikan sumbangan kepada PDB dunia sebesar 10 persen pada tahun 2007 (Winantyo, 2008:2). Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dunia, peningkatan pendapatan penduduk dunia, dan kemajuan teknologi komunikasi pada dasawarsa terakhir mendorong industri


(6)

pariwisata berkembang semakin pesat. Industri pariwisata memang terus berkembang karena memiliki prospek yang sangat menjanjikan.Hal ini didukung oleh data wisatawan internasional dari WTO yang jumlahnya menunjukkan tren selalu meningkat. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan internasional mencapai 940 juta wisatawan, sedangkan pada tahun 2011 jumlahnya meningkat menjadi 983 juta wisatawan atau bertambah 4,6%. Jumlah wisatawan internasional pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 1,4 miliar dan meningkat menjadi 1,8 miliar pada tahun 2030 (WTO, 2012).

Jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara ke kawasan wisata Makam dan Perpustakaan Bung Karno dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2006 mencapai 672.669 wisatawan, dan meningkat 12,67 % menjadi 1.029.511 wisatawan pada tahun 2011. Persentase pertambahan jumlah wisatawan paling besar adalah pada tahun 2008, yakni mencapai 22,97 % bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Besaran perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2006 hingga 2011 mencapai wisatawan atau meningkat sejumlah 356.842 wisatawan apabila dibandingkan dengan tahun 2006. Peningkatan jumlah wisatawan cenderung fluktuatif atau tidak sama dari tahun ke tahun, namun rata-rata peningkatan jumlah kunjungan wisata tiap tahunnya mencapai 89.210 wisatawan. Jumlah ini menunjukkan daya tarik wisata kawasan Makam dan Perpustakaan Bung Karno cukup positif. Jumlah kunjungan wisatawan apabila dilihat dari jenis wisatawan juga menunjukkan pola peningkatan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan


(7)

mancanegara. Dari jumlah kunjungan wisatawan tahun 2010 sebesar 1.029.522, diketahui rata-rata per minggu jumlah wisatawan yang berkunjung ke Makam Bung Karno adalah 19.798 wisatawan per minggu. Jumlah tersebut jika dirinci lagi maka diketahui bahwa kunjungan wisatawan paling tinggi terdapat pada akhir pekan, yaitu hari sabtu dan minggu. Sedangkan dalam satu tahun, kunjungan per bulan paling tinggi terjadi pada bulan Juni, dimana pada bulan ini bertepatan dengan HAUL Bung Karno sehingga terdapat banyak acara untuk mengenang jasa-jasa beliau (Dinas Kominparda Kota Blitar, 2011).

Branding menurut American Marketing Association, brand adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau sebuah kombinasi diantaranya, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan sebuah barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen dan berfungsi sebagai pembeda dari kompetitornya (Kotler dan Keller 2006). Brand atau merek merepresentasikan persepsi dan perasaan konsumen terhadap sebuah produk dan kinerja dari produk serta apa saja yang berarti bagi konsumen. Merek ada di dalam pikiran konsumen dan nilai sebenarnya dari merek yang kuat adalah kemampuannya untuk menangkap keinginan dan kesetiaan dari konsumen. (Kotler dan Amstrong 2006:140).

Menurut Blain dkk (Dewi, 2011:39) definisi tentang destination branding yang juga berarti garis besar dalam mengembangkan strategi sekaligus kerangka evaluasi untuk menilai efektivitas branding suatu destinasi wisata. Elemen-elemen ini adalah citra (image), mengenalkan (recognition), membedakan (differention), menyampaikan pesan (brand messages), konsisten (consistenscy),


(8)

membangkitkan respon emosional (emotional response), membangkitkan hrapan (creating expectation).

Permasalahannya Makam Bung Karno ini belum memiliki logo dan media promosi pendukung lainnya. Logo yang efektif sebagai suatu identitas perusahaan atau tempat bukanlah perkara yang mudah dan dapat diselesaikan secara singkat. Tentu saja diperlukan sejumlah tahapan pekerjaan dan pengetahuan antara lain, riset dan analisa brand , Menentukan strategi komunikasi dan visual sesuai dengan karakter brand, pengetahuan yang mendalam tentang proses pembuatan symbol yaitu karakteristik bentuk, tipografi, pengetahuan tentang gestalt, dan kecenderungan optis mata manusia, karakteristik warna, paham akan penerapan di media , pengetahuan bidang percetakan. Bagi orang yang sudah bekerja di bidang ini tentu saja paham dengan pengetahuan dan diperlukan tahap akan kemampuan memahami dan mengidentifikasi problem klien, menawarkan solusi yang tepat, keterampilan komunikasi analisa situasi, presentasi dan pengembangan kepribadian. Logo diperlukan oleh setiap perusahaan, organisasi atau tempat guna memperkenalkan identitas dan menyebarkan citra. Di lain pihak dengan adanya logo maka konsumen akan dipermudah mencari produk yang diinginkan. Logo juga merupakan bagian dari marketing tools yang sangat menentukan karena logo lah yang pertama kali dilihat oleh konsumen (Rustan, 2009 : 2).

Tujuan dalam tugas akhir ini adalah untuk merancang komunikasi visual Kota Blitar melalui makam Bung Karno sebagai upaya peningkatan destinasi branding kota bersejarah dengan cara membuat logo dan media pendukung lainnya beserta citra positif yang dimilikinya. Berdasarkan latar belakang di atas,


(9)

maka peneliti melakukan perancangan komunikasi visual melalui logo dan media pendukung lainnya. Perancangan destinasi branding ini diharapkan mampu menambah pengunjung memberikan kesadaran, nilai sejarah, Membantu proses peningkatan dan wawasan untuk mengenalkan Makam Bung Karno, sebagai upaya destinasi branding bersejarah Kota Blitar edukatif serta meningkatkan jumlah wisatawan. Cara yang dilakukan untuk mempromosikan Makam Bung karno adalah membuat logo untuk kemudian diaplikasikan pada media pendukung promosi periklanan. Karena periklanan dapat memberikan informasi yang jelas dan memiliki daya bujuk kuat terhadap konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah yang terdapat sebagai berikut :

“Bagaimana merancang komunikasi visual Makam Bung Karno berbasis sejarah untuk menjadi tempat tujuan wisata Kota Blitar?

1.3 Batasan Masalah

Dari permasalahan yang di rumuskan di atas, batasan masalah yang di gunkan adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan logo untuk diterapkan pada media promosi pendukung yang digunakan.

b. Mendesain sesuai konsep berfokus pada Makam Bung Karno dengan media pendukung Above The Line (billboard, poster) dan Below The Line (X banner) dan Merchandise.


(10)

1.4 Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari branding ini adalah :

a. Untuk merancang logo kemudian diterapkan pada media promosi pendukung yang digunakan.

b. Untuk merancang media promosi pendukung dengan menggunakan media Above The Line (billboard, poster) dan Below The Line (X banner,) dan Merchandise.

1.5 Manfaat Perancangan 1. 5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan baru bagi masyarakat dan mahasiswa yang ingin mengetahui tentang bagaimana mendesain branding tempat yang sesuai dengan citra dan esensi dari kota mengandalkan yang dimilikinya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang komplek Makam Bung Karno dan segala potensinya dalam pembuatan logo dan pendukung media promosi dan mengoptimalkan potensi wisata dapat diterapkan guna meningkatkan kunjungan wisatawan terhadap Makam Bung Karno Kota Blitar.


(11)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Studi Terdahulu

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh mahasiswa universitas Telkom, Satria Purnama dkk, dengan judul penelitiannya yaitu Perancangan Sign System Komplek Wisata Perpustakaan Proklamator Bung Karno Dan Makam Bung Karno. Tujuan dari penelitian ini adalah memudahkan pengunjung dalam menjangkau informasi ketika berada di Komplek Makam Bung Karno dan Wisata Perpustakaan Bung Karno. Dari beberapa permasalahan di atas menunjukkan bahwa masih kurangnya peran sign sytem dalam memandu para pengunjung ketika berada di Komplek Wisata Perpustakaan Proklamator Bung Karno dan Makam Bung Karno. Kurang tersedianya informasi-informasi terutama mengenai lokasi objek dan fasilitas umum yang berada di dalam lokasi ini

Penelitian tersebut pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi pustaka dan kuisioner. Dari beberapa permasalahan di atas menunjukkan bahwa masih kurangnya peran sign sytem dalam memandu para pengunjung ketika berada di Komplek Wisata Perpustakaan Proklamator Bung Karno dan Makam Bung Karno dan kurang tersedianya informasi-informasi terutama mengenai lokasi objek dan fasilitas umum yang berada di dalam lokasi ini. Sign atau yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti tanda adalah salah satu bentuk komunikasi yang dapat berupa verbal dan visual. Adapun beberapa sign system yang sudah ada disini namun penempatannya tidak tepat dan jumlahnya kurang


(12)

memadai. Selain itu sign yang ditampilkan tidak memiliki desain yang sesuai dan menyatu antara satu sign dan sign lainnya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari media perancangannya yang diambil, yaitu pada penelitian awal mengambil sign system Perpustakaan Proklamator Bung Karno dan Makam Bung Karno dan penelitian ini mengambil obyek utama Makam Bung Karno.

2.2Makam Bung Karno

Gambar 1.1 Makam Bung Karno di Kota Blitar Sumber : Hasil Olahan Peneliti


(13)

2.3 Kota Blitar

Gambar 2.2 Lambang Kota Blitar Sumber : www.blitarkota.go.id, 2016

Kota Blitar merupakan salah satu daerah di wilayah Propinsi Jawa Timur. Kota Blitar juga dikenal dengan sebutan Kota Patria , Kota Lahar dan Kota Proklamator, secara legal-formal didirikan pada tanggal 1 April 1906. Dalam perkembangannya momentum tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Kota Blitar.

Secara geografis, Kota Blitar terletak diujung selatan Jawa Timur dengan ketinggian 156 m dari permukaan air laut, pada koordinat 112° 14 - 112° 28 Bujur Timur dan 8° 2 - 8° 10 Lintang Selatan, memiliki suhu udara cukup sejuk rata-rata 24°C-34°C karena Kota Blitar berada di kaki Gunung Kelud dengan jarak 160 Km arah tenggara dari Ibu Kota Propinsi Surabaya. Kota Blitar merupakan wilayah terkecil kedua di Propinsi Jawa Timur setelah Kota Mojokerto (www.blitarkota.go.id).


(14)

2.4 Peta Kota Blitar

Gambar 2.3 Peta Kota Blitar Sumber : infonusa.wordpress.com, 2016

Ukuran Kota Blitar tidak mencerminkan sebuah kota yang cukup luas. Level yang dicapai kota Blitar adalah sebuah kota yang masih tergolong antara klasifikasi kota kecil. Kota Blitar dengan luas wilayah kurang lebih 32,58 km2 terbagi habis menjadi tiga Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Sukorejo dengan luas 9,93 km2, b. Kecamatan Kepanjenkidul 10,50 km2, c. Kecamatan Sananwetan 12,15 km2.


(15)

Dari tiga Kecamatan tersebut, habis terbagi menjadi 21 Kelurahan Wilayah Kota Blitar dikelilingi oleh Kabupaten Blitar dengan batas:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Garum dan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar b. Sebelah Timur : Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Garum Kabupaten Blitar c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Kanigoro Kabupaten

Blitar

d. Sebelah Barat : Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.

Dilihat dari kedudukan dan letak geografisnya, Kota Blitar tidak memiliki sumber daya alam yang berarti, karena seluruh wilayahnya adalah wilayah perkotaan, yang berupa pemukiman, perdagangan, layanan publik, sawah pertanian, kebun campuran dan pekarangan. Oleh karena itu, sebagai penggerak ekonomi Kota Blitar mengandalkan Potensi diluar sumber daya alam, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya buatan (www.blitarkota.go.id).

2.3 Definisi Komunikasi Visual

Ditinjau dari etimologi, komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti “membuat sama”. Definisi kontemporer menyatakan bahwa komunikasi berarti “mengirim pesan”.

Menurut Effendy (2003: 9) istilah komunikasi communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Berbicara mengenai definisi komunikasi tidak ada definisi yang salah dan benar secara absolute. Namun


(16)

definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada kalimat “Mendiskusikan makna”, ”Mengirim pesan” dan ”Menyampaiankan pesan lewat media”. Apapun istilah yang dipakai, secara umum komunikasi mengandung pengertian “memberikan informasi, pesan, atau gagasan pada orang lain dengan maksud agar orang lain tersebut memiliki kesamaan informasi, pesan atau gagasan dengan pengirim pesan. Komunikasi dapat dilakukan baik secara lisan dan tulisan (visual). Contoh paling konkrit dari komunikasi lisan antara lain adalah berbicara, berdiskusi, melalui radio dan lain-lain; sedangkan komunikasi tulisan (visual) adalah surat, majalah, brosur, surat kabar, dan lain-lain. Bahkan dewasa ini, seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, kita dapat juga berkomunikasi dengan cara yang menggabungkan kedua bentuk tersebut di atas, contohnya televisi dan multi media. Elemen-elemen yang sering digunakan dalam komunikasi visual antara lain adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa digunakan sendiri-sendiri, bisa juga digabungkan.

2.4 Definisi Sejarah

Pengertian sejarah yang setelah dilihat secara umum dari para ahli ialah memiliki makna sebagai cerita, atau kejadian yang benar-benar telah terjadi pada masa lalu. Kemudian, disusul oleh Depdiknas yang memberikan pengertian sejarah sebagai mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masayarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini (Depdinkas, 2003:1). Pada umumnya, para ahli sepakat untuk membagi peranan dan kedudukaan sejarah yang terbagi atas tiga


(17)

hal, yakni sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cerita (Ismaun, 1993:277).

Sejarah adalah cerita tentang kejadian, merupakan suatu cerita dan berurutan. Arti kata sejarah masih terlalu umum dan belum menunjukkan ciri khas sejarah yaitu peranan manusia dan kejadian alam tidak semuanya dapat dikatakan kejadian historis. Peristiwa atau kejadian yang penting yang terjadi pada manusia yang membawa perubahan dan perkembangan bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sejarah diartikan sebagai suatu tentang apa yang telah dikerjakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa yang lampau.

Arti kata sejarah juga masih terlalu luas, dalam hal ini pekerjaan manusia yang mana masuk sejarah. Juga yang dipikirkan dan dikatakan yang mana. Tidak semua apa yang dikerjakan dan dikatakan serta dipikirkan manusia itu termasuk peristiwa historis. Sejarah, bukan hanya hal-hal yang telah terjadi pada masa lampau itu saja yang dibutuhkan dalam pelajaran, melainkan kegunaannya sebagai bahan pembanding kejadian-kejadian masa kini untuk menentukan atau meramalkan peristiwa-peristiwa pada masa yang akan datang.

Sejarah mempunyai tiga dimensi waktu yaitu masa lampau sebagai objek studinya dan sebagai pembanding peristiwa masa kini dan masa mendatang sebagai akibatnya. Tiga dimensi waktu itu tidak dapat terputus, karena ketiganya merupakan kejadian yang beruntun sebab akibat serta merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Sejarah diartikan sebagai catatan kejadian-kjadian yang menurut kurun waktu dari kehidupan manusia, perkembangan manusia, Negara atau suatu lembaga atau badan tertentu.


(18)

Pada hakikatnya peristiwa sejarah itu tidak dapat terlepas dari ruang dan waktu sebagai media geraknya, sehingga dapat dipastikan bahwa peristiwa sejarah itu unik karena terjadi hanya sekali dan kejadian itu merupakan sebab dari kejadian berikutnya dan tidak akan terulang kembali. Selain itu dapat berarti serentetan peristiwa-peristiwa penting dari kehidupan manusia yang membawa perubahan dan perkembangan dalam suatu proses yang berkesinambungan. Sehingga ada tiga macam pengertian sejarah yaitu

a. Seluruh atau kejadian yang berhubungan dengan negara, manusia, dan benda atau seluruh perubahan yang nyata dalam diri manusia disekitar kita.

b. Cerita yang terususun secara sistematis dan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa.

c. Ilmu yang mempelajari perkembangan negara, peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian dimasa lampau.

2.4.1 Sejarah sebagai Peristiwa

Sejarah adalah sesuatu yang terjadi pada masyarakat manusia di masa lampau. Para ahli pun mengelompokkan sejarah agar dapat memudahkan kita untuk memahaminya yaitu :

a. Pembagian sejarah secara sistematis, yaitu pembagian sejarah atas beberapa tema. Contoh : sejarah social, politik, sejarah kebudayaan, sejarah perekonomian, sejarah agama, sejarah pendidikan, sejarah kesehatan, sejarah intelektual, dan sebagainya.


(19)

b. Pembagian sejarah berdasarkan periode waktu. Contoh: sejarah Indonesia, dimulai dari zama prasejarah, zaman pengaruh Hindu-Buddha, zaman pengaruh Islam, zaman kekuasaan Belanda, zaman pergerakan nasional, zaman pendudukan Jepang, zaman kemerdekaan, zaman Revolusi Fisik, Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.

c. Pembagian sejarah berdasarkan unsur ruang. Dalam sejarah regional dapat menyangkut sejarah dunia, tetapi ruang lingkupnya lebih terbatas oleh persamaan karakteristik, baik fisik maupun social budayanya. Contoh: sejarah Eropa, sejarah Asia, Tenggara, sejarah Afrika Utara, dan sebagainya.

Sejarah sebagai peristiwa sering pula disebut sejarah sebagai kenyataan dan serba objektif, artinya peristiwa-peristiwa tersebut benar-benar terjadi dan didukung oleh evidensi-evidensi yang menguatkan, seperti berupa saksi mata(witness) yang dijadikan sumber-sumber sejarah (historical sources), peninggalan-peninggalan (relics atau remains), dan catatan-catatan (records) (Ismaun, 1993:279)

Selain itu, dapat pula peristiwa itu diketahui dari sumber-sumber yang bersifat lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut. Menurut Sjamsudin (1996:78), ada dua macam sumber lisan. Pertama, sejarah lisan (oral history), contohnya ingatan lisan (oral reminiscene), yaitu ingatan tangan pertama yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancarai oleh sejarawan. Kedua, tradisi lisan (oral tradition), yaitu narasi dan deskripsi dari orang-orang dan peristiwa-peristiwa pada masa lalu yang disampaikan dari mulut ke mulut selama beberapa generasi.


(20)

2.4.2 Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah pun memiliki “batang tubuh keilmuan” (the body of knowledge), metedologi yang spesifik. Sejarah pun memiliki struktur keilmuan tersendiri, baik dalam fakta, konsep, maupun generalissasinya (Banks, 1977:211-219;Sjamsuddin, 1996:7-19). Kedudukan sejarah di dalam ilmu pengetahuan digolongkan ke dalam beberapa kelompok.

a. Ilmu Sosial, karena menjelaskan perilaku social. Fokus kajiannya menyangkut proses-proses social (pengaruh timbal balik antara kehidupan aspek social yang berkaitan satu sama lainnya) beserta perubahan-perubahan social.

b. Seni atau art. Sejarah digolongkan dalam sastra. Herodotus (282-425SM) yang digelari sebagai :”Bapak Sejarah” beliaulah yang telah memulai sejarah itu sebagai cerita (story telling), dan sejak saat itu sejarah telah dimasukkan ke dalam ilmu-ilmu kemanusiaan atau humaniora (Sjamsuddin, 1996:186-190) Sejarah dikategorikan sebagai ilmu humaniora, terutama karena dalam sejarah memelihara dan merekam warisan budaya serta menafsirkan makna perkembangan umat manusia. Itulah sebabnya dalam tahap historigrafi dan eksplanasinya, sejarah memerlukan sentuhan-sentuhan estetika atau keindahan (Ismaun, 1993:282-283).


(21)

2.5 Sejarah sebagai Ilmu

Dalam sejarah sebagai cerita merupakan sesuatu karya yang dipengaruhi oleh subjektivitas sejarawan. Artinya, memuat unsur-unsur dari subjek, si penulis atau sejarawan sebagai subjek turut serta mempengaruhi atau memberi “warna, atau “rasa” sesuai dengan “kacamata” atau selera subjek (Kartodirdjo, 1992:62). Dilihat dari ruang lingkupnya, terutama pembagian sejarah secara tematik, Sjamsuddin (1996: 03-221) dan Burke (2000:444) mengelompokkanya dalam belasan jenis sejarah politik; sejarah ekonomi; sejarah kebudayaan; sejarah keluarha; sejarah etnis, sejarah psikologi dan psikologi histori; sejarah pendidikan; sejarah medis.

2.6 Brand

Menurut American Marketing Association, brand adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau sebuah kombinasi diantaranya, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan sebuah barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen dan berfungsi sebagai pembeda dari kompetitornya. (Kotler dan Keller 2006). Brand atau merek merepresentasikan persepsi dan perasaan konsumen terhadap sebuah produk dan kinerja dari produk serta apa saja yang berarti bagi konsumen. Merek ada di dalam pikiran konsumen dan nilai sebenarnya dari merek yang kuat adalah kemampuannya untuk menangkap keinginan dan kesetiaan dari konsumen (Kotler dan Amstrong, 2006). Brand adalah aset yang berharga, mengkomunikasikan secara jelas nilai-nilai kepada stakeholdernya (Daly dan Moloney, 2004-140).


(22)

2.7 Destinantion Branding

Destination Branding merupakan bagian dari merek yang digunakan untuk memasarkan potensi suatu daerah yang ditampilkan dalam symbol, logo, kata-kata, nama, tanda atau penjelasan lain dari sebuah pengalaman perjalanan yang saling berhubungan dengan berbagai hal yang akan memudahkan orang memiliki asosiasi dengan tempat tersebut.

Menurut Blain dkk (Dewi, 2011:39) definisi tentang destination branding yang juga berarti garis besar dalam mengembangkan strategi sekaligus kerangka evaluasi untuk menilai efektivitas branding suatu destinasi wisata. Elemen-elemen ini adalah : Citra (image), mengenalkan (recognition), membedakan (differention), menyampaikan pesan (brand messages), konsisten (consistenscy), membangkitkan respon emosional (emotional response), membangiktkan harapan (creating expectation)

2.8Wisata Edukasi

Menurut undang – undang pemerintah nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan. Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan berkunjung ke tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya. Sedangkan dalam (KBBI, 2015) wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan serta bersenang-senang).


(23)

Sesuai yang dikemukakan oleh Rodger dalam bukunya, Pariwisata Pendidikan dimaksudkan sebagai suatu program dimana peserta kegiatan melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Rodger, 1998 : 28).

Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata edukasi adalah kegiatan berlibur sambil belajar, dengan konsep pembelajaran pendidikan nonformal yang tidak dipelajari dibangku sekolah formal ataupun kursus. Di dalam wisata edukasi tidak hanya sekedar menikmati pemandangan yang di suguhkan namun juga mempelajari berbagai hal yang dapat dilakukan pada lokasi wisata tersebut. Misalnya mempelajari tentang budaya dan sejarah dari daerah yang dikunjungi, yang tidak ada pada daerah lain. Sehingga wisatawan mampu menambah wawasan dan pengalaman dengan metode pembelajaran yang menyenangkan.

2.9 Jenis-jenis Wisata Edukasi

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia dan berkembangnya sektor pariwisata pendidikan yang dinilai mampu untuk memenuhi kebutuhan berwisata sekaligus edukasi, maka wisata edukasi memiliki penjabaran sesuai dengan bidang edukasi yang diinginkan wisatawan. Terdapat 4 jenis wisata edukasi di Indonesia, yaitu :

a. Wisata Edukasi Science / Ilmu pengetahuan Berbasis kepada pendidikan ilmu pengetahuan.


(24)

b. Wisata Edukasi Sport / Olahraga

Berbasis kepada pendidikan secara fisik/ olahraga. c. Wisata Edukasi Culture / Kebudayaan

Diantaranya pendidikan kebudayaan dalam bidang seni, adat istiadat dan lain yang berhubungan dengan kebudayaan.

d. Wisata Edukasi Agrobisnis

Berbasis kepada pendidikan agro atau pertanian dan peternakan yang juga merupakan bisnis dari suatu perusahaan maupun perseorangan (www.repository.widyatama.ac.id).

2.10 Wisata Sejarah

Wisata sejarah atau biasanya disebut wisata Heritage adalah tempat berwisata yang memiliki keunggulan dalam bidang sejarah, dimana banyak tempat peninggalan jaman sejarah yang masih dapat disaksisan sampai sekarang.

Menurut UNESCO memberikan definisi “heritage’’sebagai warisan (budaya) masa lalu, yang seharusnya dilestarikan dari generasi ke generasi karena memiliki nilai-nilai luhur. Warisan itu dapat berupa kebendaan (tangible)seperti monumen, arsitektur bangunan, tempat peribadatan, peralatan, kerajinan tangan, dan warisan budaya yang tidak berwujud kebendaan (intangible)berupa berbagi atribut kelompok atau masyarakat, seperti cara hidup, folklore, norma dan tata nilai (Hall & McArther, 1996:5).


(25)

2.11 Pengertian Pariwisata

Banyak para pakar dan ahli pariwisata serta organisasi pariwisata yang memberikan batasan atau pengertian dari pariwisata tetapi untuk menyatukan pengertian, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengertian pariwisata menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 butir 3 dimana yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Sementara itu pengertian kepariwisatan menurut Undang – Undang No. 10 tahun 2009 pasal 1 angka 4 adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara, serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Menurut Oka Yoeti (1996) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselengarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang di kunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan/keinginan yang bermacam-macam.

Salah satu yang sangat berhubungan dengan pariwisata yaitu obyek wisata yang mempunyai pengertian yaitu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang di kunjungi wisatawan. Obyek wisata


(26)

dapat berupa obyek wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut atau berupa obyek wisata bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah dan lain-lain.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan wisata, termasuk obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Inti atau komponen pariwisata yaitu:

a. Atraksi/ attraction seperti atraksi alam, budaya dan buatan.

b. Amenitas/ amenities berhubungan dengan fasilitas atau akomodasi

c. Aksesibilitas/ accebilities berhubungan dengan segala jenis transportasi, jarak atau kemudahan pencapaian. Serta unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industry pariwisata, dan institusi pengembangan)

Berdasarkan definisi diatas maka pariwisata merupakan aktifitas manusia untuk sementara waktu yang dilakukan secara sadar dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk bersenang-senang bukan mencari nafkah.

2.12 Peninggalan Sejarah

Situs memiliki berbagai pengertian yang berbeda karena selain dalam dunia computer dan internet, didalam dunia sejarah juga terdapat istilah situs. Bila dalam dunia computer dan internet situs merupakan website, sebuah alamat yang bisa kita kunjungi dan berisi informasi tertentu tentang pemilik website, maka kata situs dalam dunia sejarah berhubungan dengan tempat atau area atau wilayah. Menurut William Haviland (Warsito 2012 : 25) mengatakan bahwa “tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi di


(27)

kediaman makhluk manusia pada zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu daerah”.

Lebih lanjut William Haviland (Warsito 2012 : 25) juga mengatakan bahwa “ artefak/artefac adalah sisa-sisa alat bekas suatu kebudayaan zaman prehistori yang digali dari dalam lapisan bumi. Artefak ialah objek yang dibentuk atau diubah oleh manusia”.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Situs diketahui karena adanya artefak. Ahli arkeologi mempelajari peninggalan-peninggalan yang berupa benda untuk menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia. Jadi situs sejarah adalah tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan-peninggalan bersejarah. Salah satu contoh situs sejarah adalah rumah adat.

Berbagai peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di wilayah tertentu, tentunya menjadi kebanggaan bagi masyarakat daerah tersebut sekaligus menjadi langkah nyata dalam melestarikan Situs Budaya daerah sehingga masyarakat pada akhirnya akan mengetahui sejarah daerahnya sekaligus menumbuhkan rasa memiliki dan menjaga peninggalan sejarah tersebut , dan pada akhirnya akan merasakan imbas dari kekayaan dan keragaman daerahnya dengan berkembangnya kemajuan sector pariwisata sehingga akan menggerakkan sector ekonomi kreatif masyarakat.

2.13 Media Promosi

Media promosi adalah media yang digunakan untuk promosi produk atau perusahaan. media yang baik harus memenuhi kriteria berikut :


(28)

a. Tepat sasaran / target audience

b. Manfaat promosi tercapai (baik itu untuk branding, selling atau keduanya) c. Memberikan image yang positif

d. Unik dan memiliki daya tarik

e. Mempunyai life time sepanjang mungkin

Menurut Jefkins (1995:84), media promosi meliputi seperangkat yang dapat memuat atau membawa pesan-pesan penjualan kepada calon pembeli. Mengaplikasikan media dalam promosi tergantung pada konsep, strategi dan tujuan yang inggin dicapai.

Menurut Supriyanto (2008:19), pada dasarnya, promosi dikategorikan menjadi dua, yaitu:

Media promosi pada umumnya dapat dibagi menjadi Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL).

a) Above the line (ATL).

Adalah aktifitas promosi dengan menggunakan media TV, koran, billboard, majalah, radio. Above the Line memiliki target yang lebih luas daripada media Below the Line. Biaya produksi pembuatan dan penerbitan juga lebih mahal.

b) Below the line (BTL)

Beberapa jenis media promosi yang termasuk dalam BTL adalah brosur, flyer, pamflet, sample produk, event, dan lain sebagainya. Kegiatan BTL sendiri biasanya dilakukan untuk menunjang kegiatan ATL yang telah dilakukan sebelumnya. BTL memiliki jumlah audiensi yang terbatas, tetapi media atau


(29)

kegiatannya dapat memberikan audiens kesempatan untuk merasakan, menyentuh atau berinteraksi bahkan langsung action membeli misalnya melalui event, sponsorship, sampling, point-of-sale (POS) materials, consumer promotion, trade promotion, dan lain-lain.

Kegiatan ATL menjangkau kelompok sasaran yang luas dan sebaliknya, kegiatan BTL mempunyai ruang lingkup audience yang lebih terbatas. Pemilihan media yang akan digunakan sebagai sarana promosi tentunya harus disesuaikan dengan budjet dan sasaran target pemasaran. Sebab, tiap-tiap media memiliki karakteristik berbeda baik dalam hal kekuatan “menjual” maupun harga sebuah pemasaran.

Menurut Kotler dan Keller (2007:234), sebuah promosi akan lebih efektif jika dilakukan dengan beriklan. Masing-masing jenis iklan memiliki beberapa tujuan, antara lain :

1. Iklan Informatif

Iklan informative ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau produk yang sudah ada.

2. Iklan Persuasif

Iklan persuasive ini bertujuan untuk menciptakan kesukaan, perferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa.

3. Iklan Pengingat

Iklan pengingat ini dimaksudkan untuk merangsang pembelian kembali produk atau jasa.


(30)

4. Iklan Penguat

Iklan penguat ini dimaksudkan untuk menyakinkan pembeli konsumen yang sudah ada bahwa produk yang mereka beli atau yang mereka gunakan tepat.

2.14 Strategi Desain 2.14.1 Logo

Dalam merancang media promosi dibutuhkan kehadiran Logo berdasarkan potensi pariwisata Makam Bung Karno. Logo inilah yang nantinya akan menginspirasi perancangan promosi yang akan digunakan, baik bentuk, warna dan sebagainya, sehingga tercipta media promosi yang efektif. Logo sebagai elemen utama dalam sebuah identitas yang dinilai mampu mengkomunikasikan potensi Makam Bung Karno dan mampu memposisikan dalam dunia pariwisata sejarah. Ciri-ciri logo yang efektif adalah :

a. Memiliki sifat unik.

b. Memiliki sifat yang fungsional dan dapat diaplikasikan ke dalam berbagai media.

c. Bentuk logo mengikuti kaidah-kaidah dasar desain. d. Mampu mempresentasikan suatu perusahaan/produk.

Sebelum logo ada, didahului dengan kehadiran logotype yang muncul tahun 1810 – 1840. Logotype atau tandakata (word mark) identitas perusahaan atau identitas suatu produk, baik berupa simbol, gambar atau huruf yang tampil dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan ciri khas secara komersial dan yang membedakannya dengan yang lain.


(31)

Sedangkan logo berasal dari bahasa Yunani yaitu Logos, yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi. Secara umum arti logo digambarkan sebagai tanda gambar (picture mark) yang merupakan identitas untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Menurut Susanto (2002:70), Logo terbentuk karena latar belakang kultur, produk yang dihasilkan, citra atau image (modern atau canggih, klasik, futuris), dan lain-lain.

Menurut Murry dan Rowe (www.logosource.com) logo memiliki fungsi antara lain:

a) Identitas produk atau jasa atau organisasi. b) Pembeda dengan yang lain.

c) Penyampai informasi berupa keaslian, harga, kualitas. d) Nilai tambah, dapat ditemukan dalam banyak kasus. e) Mewakili aset yang berharga.

f) Kelengkapan hukum (Sutrisno, 2012:29).

2.14.2 Tagline

Menurut Eric Swartz (Rustan, 2009:70), tagline merupakan susunan kata yang ringkas (biasanya tidak lebih dari tujuh kata), diletakkan mendampingi logo dan mengandung pesan brand yang kuat ditujukan kepada audience. Penggunan tagline bersifat sementara, artinya selama masa promosi wisata tidak selamanya akan menggunakan tagline yang dibuat, sewaktu-waktu dapat diganti dengan menyesuaikan mode dan gaya sekarang.


(32)

a. Deskriptif

Menerangkan produk dengan janji/service. Contohnya DJARUM SUPER Topnya kretek filter.

b. Spesifik

Memposisikan bahwa produk ini adalah produk yang paling tinggi di bidangnya. Contohnya SOSRO ahlinya teh.

c. Superlatif

Memposisikan bahwa produk ini adalah produk pilihan utama konsumen. Contohnya SMARTFREN anti lelet!

d. Imperatif

Menggambarkan suatu aksi yang diawali dengan penggunaan kata kerja. Contohnya, ada SANKEN.

e. Profokatif

Menggunakan bahasa kalimat ajakan untuk memancing emosi. Seringkali menggunakan bahasa tanya. Contohnya TING TING Garuda satu mana cukup?

2.14.3 Warna

Warna menurut ilmu fisika adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan oleh suatu benda. Warna menurut ilmu bahan adalah sembarang zat/pigmen tertentu yang memberikan warna pada benda-benda di sekitar kita. Pigmen warna dapat dihasilkan secara alami dari alam dan dibuat dari bahan kimia yang disebut dengan warna sintetis. Sedangkan menurut


(33)

Asep Herman Suyanto (2007:19) Warna dalah bagaimana kita merasakan cahaya yang mungkin memantulkan, mengirimkan, diffracted, atau memancarkan

Penggunaan warna mampu mewakili komunikasi pada arti desain yang disampaikan, ketika warna tersebut pas dan menyatu dalam desain akan mampu mempengaruhi minat baca, bahkan mampu meningkatkan mood dalam diri seseorang. Sebagai contoh pengunaan warna soft mendominasi pada karakter lembut dan tenang. Sedangkan warna kontras dapat memberikan kesan ceria dan dinamis (Supriyono, 2010 : 70).

Menurut Rustan (2009:72) dalam bukunya mengatakan, warna memainkan peran sangat besar dalam pengambilan keputusan saat membeli barang. Warna juga meningkatnkan brand recognition sebanyak 80% menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Loyola, Chicago, Amerika. Karena itu pemilihan warna yang tepat merupakan proses sangat penting dalam mendesain. Untuk itu pemilihan warna membutuhkan riset dalam bidang psikologi budaya, dan komunikasi.

2.14.4 Sifat Warna

Menurut Dharmaprawira (2002:33), memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaan saja, tetapi telah memilihnya dengan penuh kesadaran akan kegunaannya. Sifat warna digolongkan menjadi dua golongan ekstream yaitu sebagai berikut :


(34)

1. Warna Panas

Warna panas adalah keluarga merah atau jingga yang memiliki sifat dan pengaruh hangat segar atau menyenangkan, merangsang dan bergairah. Warna hangat terutama merah akan terasa seolah-olah maju dekat ke mata. Memberikan kesan jarak yang lebih pendek.

Gambar 2.4 Contoh Warna Panas Sumber : Junaedi (2003)

2. Warna Dingin

Warna dingin adalah kelompok biru atau hijau yang memiliki sifat dan pengaruh sunyi, tenang, makin tua makin gelap arahnya makin tenggelam dari depresi. Warna dingin bila digunakan untuk mewarnai ruangan akan memberikan ilusi jarak, akan terasa tenggelam atau mundur.


(35)

Gambar 2.5 Contoh Warna Dingin Sumber : Junaedi (2003)

Warna-warna yang identik dengan Makam Bung Karno adalah warna hijau, biru, coklat, dan putih. Berikut filosofi dari warna-warna tersebut:

a. Hijau

Warna hijau sering diartikan dengan dedaunan dan alami dan merupakan simbolis dari kesegaran dan relaksasi dan mampu memberi suasana tenang dan santai. Respon psikologi yang dimunculkan : alami, kesehatan, pandangan yang enak.

b. Biru

Warna biru didasari oleh warna alam, identik dengan warna air yang dapat menggambarkan ketenangan dan relaksasi. Biasanya digunakan untuk melambangkan pantai, laut, langit, air, ombak.

c. Coklat

Warna coklat merupakan warna alami dan warna netral yang hangat, dan mengandung unsur bumi.


(36)

d. Putih

Melambangkan suci, sederhana, dan bersih. Dapat memantulkan cahaya untuk menekankan warna lain.

2.14.4 Tipografi

Tipografi merupakan salah satu elemen penting, digunakan sebagai elemen pelengkap dalam desain karena memiliki fungsi untuk menjelaskan konsep dan ilustrasi dalam sebuah dalam perancangan corporate identity. Tipografi dapat membawa emosi atau berekspressi, menunjukan pergerakan elemen dalam suatu desain logo, dan memperkuat arah suatu logo seperti juga desain-desain elemen yang digunakan dalam perancangan logo.

Menurut Moser (2008:101), Dalam suatu pilihan tipografi yang digunakan untuk mengkomunikasikan esensi sebuah perusahaan adalah salah satu wilayah yang cenderung terlewatkan karena kebanyakaan pelaku bisnis tidak memiliki kosa kata untuk mengartikulasikan kebutuhan mereka.

Menurut Asep Herman Suyanto (2007-53) Tipografi adalah jenis huruf, meliputi pemilihan huruf, penentuan ukuran yang tepat, di mana teks dapat diputus, spasi jarak, dan bagaimana teks dpaat dengan mudah dibaca. Huruf menjadi sesuatu yang memiliki makna ganda, dapat dilihat (bentuk/rupa huruf), dapat dibaca (kata/kalimat) dan tersurat (pesan/gagasan) dan makna yang tersirat (kesan). Artinya, Tipografi merupakan bentuk komunikasi verbal yang berupa tulisan dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif, terdiri dari berbagai


(37)

macam jenis huruf yang memiliki karakter berbeda-beda sehingga mampu merefleksikan sebuah kesan tersendiri.

Ada 4 buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu :

a. Legibility

Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu huruf.

b. Readibility

Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas dan tidak saling tumpang tindih. Seperti spasi antar huruf, atau jarak antar huruf yang harus disesuaikan sehingga dalam pembacaan suatu keterangan yang memuat informasi dapat tersampaikan dengan efektif

c. Visibility

Apabila huruf, kata, atau kalimat yang dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Sebagai contoh, penerapan besarnya huruf yang digunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang digunakan dalam pembuatan Banner.

d. Clarity

Huruf-huruf yang digunakan harus dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, visual hierarchy, warna, pemilihan type, dan lain-lain.


(38)

Menurut Rustan (2011:1-10), pengelompokan huruf sesaui garis besar antara lain :

1. Serif

Huruf jenis serif dapat dikenal memiliki kait yang terdapat diujung-ujungnya. Selain membantu keterbacaan, serif juga memudahkan saat diukir ke batu. 2. Sans Serif

Huruf jenis sans serif tidak memliki kait yang terdapat diujung-ujungnya. Sans serif melambangkan keserdahaan, selain itu jenis sans serif juga memiliki karakter ringan, dinamis, modern dan to the point.

Gambar 2.6 Serif dan Sans Serif Sumber : Miker Moser (2008 : 101)

2.15

STP (Segmentation, Targeting, Positioning)

Menurut Zaharuddin (2006:63) STP (Segmentasion, Targeting, Positioning) yaitu :

a. Segmentasi Pasar.

Merupakan suatu konsep yang membedakan dan membagi pasar menjadi kelompok-kelompok klien karena adanya perbedaan dalam beberapa hal letak geografis, keinginan, sumberdaya, sifat dan kebiasaan mereka. Tujuannya


(39)

adalah untuk meneliti segmentasi mana yang mempunyai peluang pasar terbaik. Segmentasi pasar dibagi dalam 4 variabel utama, yaitu :

b. Segmentasi geografis, yakni membedakan tingkat suatu daerah, misalnya Negara, provinsi, kabupaten, kota ataupun komplek pemukiman.

c. Segmentasi demografis, yakni pembagian pasar berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, agama dan daur hidup.

d. Segmentasi psikografis, pembagian pasar berdsarkan kelas social, gaya hidup dan karakteristik kepribadian.

e. Segmentasi perilaku, yakni pembagian pasar berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, respon atas suatu produk atau atribut.

2.1 Pasar Sasaran (Target Market)

Setelah mengetahu peluang segmentasi pasar, langkah selanjutnya memilih pasar sasaran, yaitu: berapa banyak segmen pasar yang akan dipilih, dan bagaimana mengidentifikasikan segmen-segmen tersebut. Pasar sasaran dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Pemasaran serba sama (Undiferentiated Marketing)

Merupakan suatu konsep yang tidak membagi pasar, tetapi pasar sebagai suatu keseluruhan dengan memfokuskan kebutuhan konstumer pada umumnya.


(40)

b. Pemasaran Serba Aneka (Difefrential Marketing)

Merupakan suatu konsep yang memiliki dua atau lebih segmen pasar. Pemasaran membedakan masing-masing segmen pasar dengan menawarkan variansi produk.

c. Pemasaran Terpadu (Concentrated Marketing)

Merupakan suatu konsep yang memiliki hanya satu segmen pasar tertentu. Pada konsep ini mengandung resiko yang sangat tinggi, karena suatu saat dapat saja merosot atau hilang permintaan atas produk tersebut.

2.1 Posisi Pasar

Langkah selanjutnya setelah menetapkan segmentasi adalah menentukan posisi pasar. Hal ini menyangkut apakah segmen pasar tersebut baru atau sudah terbentuk. Jika sudah terbentuk maka pesaing sudah beroperasi dan mempunyai kedudukan dimata klien. Langkah awal harus melakukan penelitian untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan para pesaing dan tindakan yang harus dilakukan.

Tiga langkah untuk menetukan posisi pasar, yaitu:

a. Mengidentifikasi keunggulan Pesaing, adalah menetukan posisinya sendiri, dimana suatu produk mempunyai keunggulan yang sangat berbeda dengan pesaingnya.

b. Memilih Keunggulan Pesaing, adalah meneliti keunggulan pesaing, kemudian dikembangkan berdasarkan keunggulan pesaing.


(41)

c. Mengkomunikasikan Posisi, setelah menetapkan posisi, langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan keunggulan tersebut kepada klien (konsumen).

2.16 SWOT

Menurut Fathur 92012:13), analisis SWOT adalah metode perea\encanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal organisasi, serta peluang (opportunities) dan ancaman atau tantangan (threats) eksternal suatu organisasi atau proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat factor itulah yangn membentuk akronim SWOT (strengths, weanrssrs, opportunities, threats).

Menurut Rangkuti (dalam Marimin, 2004:58), analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai factor secara sisitematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan Menurut Sarwono dan Hari (2007:18), SWOT dipergunakan untuk mengevaluasi suatu hal dengan tujuan meminimumkan resiko yang akan timbul, dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negative yang akan menghambat keputusan perancangan yang diambil.

1. Strength

Untuk mengetahui kekuatan atau keunggulan jasa dan produk disbanding competitor. Dalam hal ini, bisa diartikan sebagai kondisi yang menguntungkan perusahaan tersebut.


(42)

Untuk mengetahui kelemahan jasa dan produk disbanding kompetitor. Dalam hal ini, kelemahan bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang merugikan perusahaan.

3. Opportunity

Untuk mengetahui peluang pasar. Dalam hal ini diartikan sebagai suatu hal yang bisa menguntungkan jika dilakukan. Namun, jika tidak diambil bisa merugikan atau sebaliknya.

4. Threats

Untuk mengetahui apa yang menjadi ancaman terhadap jasa dan produk yang ditawarkan.

Penyusunan kesimpulam ini ditampung dalam Matriks Pakal yang terdiri dari :

a. Strategi PE-KU (S-O) atau Peluang dan Kelemahan : Mengembangkan peluang menjadi kekuatan.

b. Strategi PE-LEM (W-O) atau Peluang dan Kelemahan : Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan.

c. Strategi A-KU (S-T) atau Ancaman dan Kekuatan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.

d. Strategi A-LEM (S-T) atau Ancaman dan Kelemahan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimunkan kelemahan.


(43)

2.17 Unique Selling Proposition (USP)

Menurut Kotler (2005:76), Dalam posisi produk dibenak konsumen, perusahaan harus mengembangkan Unique Selling Proposition yang merupakan Competitive Advatage.

Menurut Harjanto (2009:179), strategi ini berorentasi pada keunggulan atau lkelebihan prodak yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alas an konsumen menggunakan suatu produk. Produk dibedakan olek karakter yang spesifik. USP dapat menggunakan perbedaan karakteristik fisik atau sekedar atributnya, sepanjang ia memberi manfaat bagi konsumen, dan tidak dimiliki oleh produk-produk pesaing.


(44)

41 3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Penelitian ini berlokasi di Kota Blitar Kec.Sananwetan Kab. Blitar

3.2 Jenis Penelitian

Ditinjau dari tempat pelaksanaan penelitian, penelitian ini tergolong penelitian studi survey. Karena meliputi tentang kondisi suatu daerah, latar belakangnya, dan kejadian apa yang terjadi disana. Menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti mendeskripsikan atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual yang sedang atau sudah terjadi dan data yang diinginkan apa adanya tanpa manipulasi, dengan mencari data-data yang dikumpulkan tentang sejarah, luas wilayah, dan data yang diperbarui.

3.3 Perancangan Penelitian

Metode perancangan terdiri dari: metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literature. Sehingga akan diperoleh penentuan konsep media promosi untuk digunakan dalam promosi dan perancangan kreatif yang ditekankan pada pemilihan media promosi guna menyebar luaskan informasi dan potensi mengenai Makam Bung Karno.


(45)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data pada perancangan ini terdiri dari Data Primer dan Data Sekunder :

a. Data Primer

Data yang diterima oleh peneliti dari sumber-sumber tertentu yang mengetahui secara pasti tentang objek yang akan diteliti di lokasi penelitian. Informan untuk penelitian ini adalah pengelola Makam Bung Karno yaitu : Kantor Informasi Makam Bung Karno, Kepala Komplek Makam Bung Karno, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Blitar.

1) Observasi

Observasi adalah kegiatan melakukan pengamatan secara terfokus, kemudian melakukan pencatatan dari data-data yang didapat dan kemudian menyempitkan data yang dibutuhkan. Sehingga ditemukan tema-tema guna perancangan (Sarwono dan Lubis, 2007).

Observasi dilakukan di Makam Bung Karno kec. Sananwetan untuk mengamati kegiatan pengunjung Makam Bung Karno, dan melihat langsung potensi lokasi wisata yang ada disana, juga mengamati program-program tempat wisata kedepannya, melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Dan Olah Raga Kota Blitar.


(46)

2) Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan (Anas Sudijono, 1996 : 82). Dengan wawancara akan didapat data secara jelas dan terperinci. Pada penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Wawancara ditujukan kepada Humas dan bagian kesejahteraan sosial di Kota Blitar, Informasi pariwisata Makam Bung Karno di Blitar, dan mewawancarai Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Dan Olah Raga Kota Blitar.

Wawancara ini dilakukan berulang-ulang pada informan yang sama dengan pertanyaan semakin terfokus pada suatu masalah untuk mengumpulkan data secara mendalam. Pelaksanaan wawancara ini antara lain, obyek wisata yang ada, faktor pendukung dan penghambat perkembangan obyek wisata beserta langkah yang sudah ditempuh maupun rencana kedepan untuk menangani berbagai hambatan tersebut, strategi perencanaan program wisata sekaligus strategi promosi yang akan digunakan.

b. Data Sekunder

Sumber data yang didapatkan dari sumber pendukung untuk membantu mengungkapkan data yang diharapkan, sehingga akan membantu memperjelas data primer yang sudah didapat. Data sekunder di peroleh dari buku-buku yang


(47)

berkaitan dengan perancangan media promosi, penelitian terdahulu, jurnal dan data yang didapatkan melalui internet :

1) Kepustakaan

Mengkaji informasi melalui buku, dan jurnal. Informasi yang didapat berupa data verbal dan visual yang kemudian di kaji dan diambil inti-intinya.

2) Dokumentasi

Metode pengumpulan data yang tidak langsung guna memberi gambaran dan menunjukkan tentang kondisi objek penelitian langsung. Data berupa foto, arsip, film mengenai Makam Bung Karno.

3) Internet

Pencarian informasi melalui media internet. Data yang dicari berupa artikel dan komentar seseorang mengenai Pariwisata Edukasi, dan Pariwisata di Makam Bung Karno.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan uraian sebab akibat yang menjadi alasan dalam perancangan komunikasi visualMakam Bung Karno. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan hasil data yang didapat dari hasil wawancara, dokumen dan hasil observasi :

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah bentuk analisis yang memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data catatan lapangan sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi


(48)

data dilakukan dengan cara menyaring data yang dapat digunakan sebagai acuan, dan membung data yang tidak perlu.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, gambaran dalam bentuk narasi lengkap sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan yang disusun menggunakan Bahasa yang mudah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang memberikan penjelasan dari sebuah rumusan masalah sehingga diketahui tindakan apa yang harus dilakukan. Kesimpulan ini bersifat sementara karena akan terus berkembang sejalan dengan penelitian baru dikedepannya.


(49)

46 4.1 Hasil dan Analisis data

Analisis data merupakan pencarian dan pengaturan data yang diperoleh dari data lapangan, wawancara dan materi lain untuk memudahkan pemahaman mengenai materi dalam membantu penyajian data yang ditemukan.

4.1.1 Obyek penelitian

Obyek penelitian ini membahas tentang sejarah Makam Bung Karno Kota Blitar yang sekaligus menjadi pembahasan utama dalam pembuatan konsep dan analisis yang dijadikan dasar perancangan karya.

Makam Bung Karno Kota Blitar merupakan makam Presiden pertama R.I Bung Karno. Makam Bung Karno diresmikan oleh presiden kedua Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 21 Juni 1979.

4.1.2 Data Produk

Dalam upaya peningkatan dan mempromosikan, dibutuhkan peran media yang dapat membantu meningkatkan citra Makam Bung Karno, dalam arti media promosi harus efektif salah satunya yaitu logo dan media cetak lainnya. Menurut Susanto (2002:70) logo terbentuk karena latar belakang kultur, produk yang dihasilkan, citra atau image (modern atau canggih, klasik, futuris), dan lain-lain. Secara umum arti logo digambarkan sebagai tanda gambar (picture mark) yang merupakan identitas untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi.


(50)

4.1.3 Potensi Pasar

Logo sebuah istilah sejak awal dari bahasa Yunani logos sampai kini telah mengalami perkembangan pengertian yang signifikan, dari awal yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi sampai berarti yang dikaitkan dengan symbol, citra dan semiotik (Safanayong 2009:7).

Teori logo merupakan Identitas suatu perusahaan merupakan cerminan dari visi, misi suatu perusahaan yang divisualisasikan dalam logo perusahaan. Logo merupakan suatu hal yang nyata sebagai pencerminan hal-hal yang bersifat non visual dari suatu perusahaan, misalnya budaya perilaku, sikap, kepribadian, yang dituangkan dalam bentuk visual (Suwardikun, 2000:7).

Dalam data penelitian ini, logo dan media promosi pendukung lainnya adalah berbasis sejarah dengan tujuan untuk menjadikan tempat tujuan wisata Kota Blitar. Sehingga khalayak masyarakat dapat memahami sebuah hal identitas dan media promosi pendukung dijelaskan dengan logo dan media promosi Makam Bung Karno.

4.2 Hasil Obervasi

Observasi merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dan melakukan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal yang menjadi target pengamatan.

a. Berdasarkan hasil observasi setelah berkunjung ke Makam Bung Karno,

ditemukan data bahwa yang datang berkunjung ke Makam Bung Karno sebagian besar adalah orang dewasa . Untuk kalangan wisatawan remaja


(51)

dan mancanegara masih jarang yang datang berkunjung ke Makam Bung Karno. Serta kurangnya media promosi yang bersifat outdoor untuk menarik minat wisatawan secara luas.

b. Dilihat dari potensi yang ada maka didapat hasil pemilihan media utama

yaitu logo dan media promosi pendukung. Karena logo merupakan salah satu jenis identitas suatu tempat wisata atau perusahaan dalam bentuk visual yang diaplikasikan dalam berbagai sarana fasilitas dan kegiatan perusahaan sebagai bentuk komunikasi visual.

4.3 Hasil Wawancara

Wawancara merupakan metode tanya jawab kepada narasumber yang digunakan untuk mengetahui informasi secara mendalam. Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juni 2016 dengan Bapak Juni Purnomo selaku tour guide dan bagian seketariat Makam Bung Karno Bapak Tarmudji dan Ibu Yeni dari Disporbudar Kota Blitar berikut adalah rangkuman dari data hasil wawancara :

Makam Bung Karno merupakan makam Presiden R.I pertama. Bung Karno di makamkan di Kota Blitar dan di resmikan pada tanggal 21 Juni 1979 oleh Presiden R.I kedua Bapak Soeharto. Letak Makam Bung karno terletak di utara Kota Blitar, Jawa Timur. Tepatnya di Jalan Ir. Soekarno yang berada di Bendogerit Kecamatan sananwetan. Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun. Secara resmi Bung Karno menjabat sebgaai Presiden R.I pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai 12 Maret 1967 menjabat selama 21 tahun Makam Bung Karno merupakan


(52)

makam Proklamator Indonesia yang bertemakan pendidikan karena disana terdapat perpustakaan yang cukup besar. Makam Bung Karno terdiri dari tiga tempat, pertama Musium Bung Karno, Makam Bung Karno dan Perpustakaan Bung Karno. Jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara ke kawasan wisata Makam dan perpustakaan Bung Karno dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan jumlah wisatawan pada tahun 2015 mencapai 890.966 wisatawan.

Besaran perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2016 pada bulan Januari hingga bulan Juni saja mencapai 372.120. Peningkatan jumlah wisatawan cenderung fluktuatif atau tidak sama dari tahun ke tahun, namun rata-rata peningkatan jumlah kunjungan wisata tiap tahunnya mencapai 89.210 wisatawan. Jumlah ini menunjukan daya tarik wisata kawasan Makam dan Perpustakaan Bung Karno cukup positif. Jumlah kunjungan wisatawan apabila dilihat dari jenis wisatawan juga menunjukan pola peningkatan, baik wisatawan domestic maupun wisatawan mancaneara Jumlah tersebut jika dirinci lagi maka diketahui bahwa kunjungan wisatawan paling tinggi terdapat pada akhir pecan, yaitu hari sabtu dan minggu. Sedangkan dalam satu tahun, kunjungan per bulan paling tinggi terjadi pada bulan juni, dimana pada bulan ini bertepatan dengan HAUL Bung Karno sehingga terdapat banyak acara untuk mengenang jasa-jasa beliau, (Dinas Kominparda Kota Blitar, 2011)

Dan diharapkan dengan logo dan media promosi ini akan memperoleh


(53)

pemerintah dan masyarakat sekitar dapat turun tangan demi menjaga kelestarian sejarah Bung Karno.

4.4 Hasil Dokumentasi

Hasil dokumentasi yang diperoleh dari Makam Bung Karno Kota Blitar berupa dokumentasi foto.

Hasil dari dokumentasi foto sebagai berikut :

Gambar 4.1 Bagian Luar Makam Bung karno (Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016)

Gambar 4.2 Bagian Dalam Makam Bung Karno (Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016)


(54)

Gambar 4.3 Batu Peresmian Makam Bung Karno Kota Blitar (Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016)

4.5 Segmentasi, Targeting, Positioning (STP) 1. Segmentasi

Dalam perancangan komunikasi visual Makam Bung Karno, khalayak sasaran atau target yang dituju adalah :

a. Demografis

Usia : Anak-anak, Remaja dan Orang Tua (13 – 50 tahun).

Pelajar (SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa). Jenis Kelamin : Pria dan Wanita.

Kelas Sosial : Semua kalangan. b. Geografis

Wilayah : Kota Blitar Ukuran Kota : Kecil


(55)

c. Psikografis

Gaya Hidup : Mengacu pada masyarakat yang suka

berwisata religi, mengenang kembali sejarah.

Kepribadian : Masyarakat yang suka belajar, berjiwa nasionalisme.

2. Targeting

Target yang dituju dari logo dan media promosi Makam Bung Karno ini adalah seluruh masyarakat yang berusia 13 tahun sampai 50 tahun, khususnya masyarakat yang ingin mengenang tentang sejarah Makam Bung Karno di Blitar. 3. Positioning

Positioning merupakan strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu produk, merek, ataupun perusahaan di dalam otak mereka, di dalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilian tertentu (Morissan, 2010:72). Makam Bung Karno bertujuan mengenang sejarah nasional dan dapat dijadikan obyek wisata bernuansa pendidikan di Jawa Timur, khususnya di kota Blitar. Dan sebagai sarana pewarisan nilai sejarah yang merupakan cermin dari kebesaran bangsa Indonesia.


(56)

4.6 Tabel Analisis SWOT (Makam Bung Karno)

Tabel 4.4 SWOT (Makam Bung Karno)

Sumber : Hasil Olahan Peneliti INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGTH WEAKNESS

- Berada di lokasi yang sangat strategis. - Citra Bung karno yang

kuat dan melekat di hati masyarakat Indonesia .

- Kurangnya media promosi.

- Kurangnya identitas Makam Bung Karno.

OPPORTUNITIES S-O W-O

- Menempatkan Makam

Bung Karno sebagai satu-satunya obyek wisata untuk mengenang sosok Bung Karno

- Menumbuhkan kesadaran dan jiwa nasionalisme terhadap sejarah Bung Karno.

- Meningkatkan promosi melalui logo dan media promosi

Memberikan wawasan kepada masyarakat tentang sejarah Bung Karno dengan meningkatkan citra Makam Bung Karno di Blitar melalui logo sebagai identitas.

Memberikan wawasan serta menjelaskan tentang sejarah singkat Makam Bung Karno dengan logo dan media promosinya.

THREAT

- Kurangnya media promosi untuk meningkatkan jumlah wisatawan.

S-T W-T

Menumbuhkan kesadaran terhadap Bung Karno dengan mengenalkan Makam Bung Karno dengan melalui logo dan media promosi.

Menciptakan identitas berupa logo untuk memperkenalkan menumbuhkan kesadaran terhadap Makam Bung Karno.

Strategi Utama : Makam Bung Karno merupakan salah satu obyek wisata sejarah pertama makam presiden R.I yang di dalamnya terdapat museum dan perpustakaan Bung karno, tetapi dalam hal identitas Makam Bung Karno belum memiliki logo dan media promosi yang baik, sehingga diperlukannya perancangan logo dan media promosi yang menumbuhkan kesadaran dan wawasan kepada masyarakat terhadap sejarah Makam Bung Karno.


(57)

4.7 Keyword


(58)

4.8 Unique Selling Preposition (USP)

USP (Unique Selling Preposition) merupakan keunikan yang bersifat menjual (attractive), yang diperkirakan dapat membuat konsumen berpaling. Keunggulan dari Makam Bung Karno di Kota Blitar adalah terdapat di dalam komplek Makam Bung Karno menjadi satu, musium Bung Karno, dan perpustakaan Bung karno.

4.9 Deskripsi Konsep

Konsep untuk perancangan komunikasi visual Makam Bung Karno kota Blitar adalah “Superior”. Deskripsi dari “Superior” adalah menjelaskan kepada masyarakat bahwa Bung Karno merupakan salah tokoh pemersatu bangsa secara politis, kultural, dan ekonomi.

Dalam pengertiannya, konsep “Superior” ini adalah memberikan gambaran terhadap sejarah di balik Makam Bung Karno yaitu kepemimpinan dan keunggulan.Konsep “Superior” ini bertujuan mewujudkan potensi - potensi yang terdapat di dalam Makam Bung Karno sebagai obyek wisata yang mendidik dan terdapat fasilitas yang bermanfaat serta menambah wawasan seputar sejarah Bung Karno di Kota Blitar. Dan melalui perancangan logo dengan konsep “Superior” ini diharapkan mampu menjadikan Makam Bung Karno sebagai salah satu tempat yang mendidik sekaligus mengenang sejarah untuk dikunjungi oleh masyarakat.


(59)

4.10 Alur Perancangan Karya

Gambar 4.5 Alur Perancangan Karya Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Latar Belakang Rumusan Masalah Wawancara Observasi Dokumentasi Studi Pustaka Studi Eksisting Analisis SWOT Keyword Tujuan Kreatif Strategi Kreatif a. Tagline b. Tipografi c. Warna e. d. Logo FINAL DESIGN Tujuan Media Strategi Media 1. Billboard 2.Poster 3. X-banner 4. Merchandise 5. Maps


(60)

4.11 Perancangan Kreatif 4.11.1 Tujuan Kreatif

Logo adalah merupakan sesuatu yang penting untuk mensosialisasikan dan mengundang daya tarik masyarakat terhadap Makam Bung Karno. Logo ini sebagai elemen utama dalam sebuah identitas yang dinilai mampu mengkomunikasikan potensi Makam Bung Karno dan mampu memposisikan dalam dunia wisata sejarah.

Dengan terbentuknya sebuah keyword, mampu memberikan dampak positif kepada masyarakat dengan visualisasi yang sesuai logo Makam Bung Karno Kota Blitar. Keyword yang digunakan adalah Unggul atau “Superior” merupakan hasil dari penggabungan antara wawancara, observasi, STP, dokumentasi, studi pustaka, dan studi eksisting yang telah melalui proses reduksi seingga terbentuknya sebuah konsep “Superior” sebagai dasar dalam perancangan logo Makam Bung Karno untuk mengenalkan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap sejarah.

Konsep “Superior” memiliki tujuan kreatif visual yang akan diterapkan dengan gaya visual yang bertemakan sejarah Makam Bung Karno. Tujuan kreatif disetiap visual memiliki gaya penyampaian sejarah agar masyarakat tertarik serta paham dan berkunjung ke Makam Bung Karno Kota Blitar.

4.11.2 Strategi Kreatif

Perancangan logo Makam Bung Karno Kota Blitar ini diperlukan strategi kreatif untuk meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat. Pesan visual


(61)

merupakan suatu hal yang penting dari sebuah logo agar dapat menunjukkan identitas dari Makam Bung Karno tersebut, sebagai salah satu obyek wisata sejarah di Kota Blitar dan menarik minat masyarakat akan keberadaan Makam Bung Karno. Maka digunakan konsep “Superior” yang akan dikemas menjadi logo menggunakan gaya desain yang bertemakan sejarah.

1. Tagline

Menurut Rustan (2009:70) Tagline merupakan salah satu atribut yang terdapat dalam system sebuah identitas, berupa satu kata atau lebih yang menggambarkan esensi, personality maupun positioning brand.

Dalam setiap aplikasi desain media yang akan digunakan dalam perancangan logo dan media pendukung lainnya akan membutuhkan Tagline yang akan dicantumkan ke dalam setiap pembuatan logo tersebut. Tagline yang dipilih untuk perancangan logoini adalah ”Historical Superior”. Konsep tagline dengan kalimat “Historical Superior” memiliki arti pilihan yang tepat untuk mengenang sejarah. Tagline yang terpilih akan mampu memberikan persepsi bahwa Makam Bung karno merupakan tempat wisata yang menarik dan mendidik untuk mengisi waktu liburan bersama teman maupun keluarga tercinta.

2. Tipografi

Jenis tipografi yang sesuai dengan konsep “Superior” adalah jenis huruf Sans Serif dengan karakter font “Superhero”. Salah satu ciri huruf ini adalah memiliki bagian-bagian tubuh yang sama tebalnya. Karakter huruf Sans Serif yang rounded memiliki kesan santai, nyaman, dan menarik pada visual. Menurut


(62)

Kusrianto (2004:26) Sans Serif memiliki sifat streamline, fungsional, dan kontemporer.

Gambar 4.6 Tipografi ”Superhero” Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Sedangkan untuk pemilihan tagline pada logo dipilih juga huruf berjenis sans serif yang ditunjukan pada gambar 4.8. Font yang dipilih adalah “Century Gothic”. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, font ini memiliji salah satu ciri huruf adalah memiliki bagian-bagian tubuh yang sama tebalnya.

Gambar 4.7 Tipografi ”Century Gothic” Sumber : Hasil Olahan Peneliti

3. Warna

Pemilihan warna yang digunakan logo dan di setiap media pendukung Makam Bung Karno adalah sesuai dengan konsep “Superior” yang digunakan pada perancangan ini. Oleh sebab itu, dengan menggunakan warna-warna yang

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.,!@#$%^&*

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z


(63)

menunjukan kesan “Unggul atau pemimpin (Superior)”, maka penulis menggunakan karakter kepemimpinan, kekuatan dan keunggulan.

Kota Blitar yang dikenal juga dengan sebutan Koat Patria, Kota Lahar dan Kota Proklamator didirikan tanggal 1 April 1906. Kota Blitar, kota identik dengan warna merah. Bangunan, hiasan, gapura, serba merah. Warna merah ini sangat identik dengan warna partai Bung Karno. Warna merah diambil untuk mewakili ciri dari Makam Bung Karno. Warna merah memiliki makna kuat dan energy. (Rustan, 2013:73).

Sebagai tempat wisata sejarah , Makam Bung Karno merupakan salah satu wisata sejarah yang bertemakan pendidikan di karenakan terdapat museum Bung karno dan perpustakaan Bung Karno di satu komplek. Warna hitam diambil untuk mewakili ciri dari makam yang berasosiasi pada warna berkabung dan batu yang berasal dari Makam Bung Karno. Psikologi warna hitam yaitu, klasik, kekuatan, kematian, ketiadaan. (Rustan, 2013:73).

Makam Bung Karno memiliki karakteristik ornamen-ornamen dari berbagai wilayah. Rumah joglo dipilih menjadi tempat Makam Bung Karno, pintu depannya memiliki gapura dari kerajaan majapahit. Makam Bung Karno juga dikelilingi oleh banyak pepohonan yang rimbun, dan berbagai macam tanam-tanaman. Sehingga warna hijau dirasa dapat mewakili karakteristik di dalam Makam Bung Karno. Psikologi warna hijau lebih netral pengaruh emosinya, sehingga cocok untuk tempat beristirahat. (Sanyoto, 2009:57).


(64)

Sehingga warna yang digunakan untuk konsep perancangan logo dan media promosi lainnya dapat di dominasi warna merah hijau dan hitam.

Gambar 4.8 Warna Terpilih Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4. Logo

Pada perancangan logo Makam Bung karno ini dirancang sebuah logo yang terdiri dari logogram dan logotype. Perancangan ini disesuaikan dengan konsep “Superior” dan karakteristik Makam Bung Karno Kota Blitar. Sehingga nantinya tercipta logo yang mampu membantu khalayak untuk mempresentasikan Makam Bung Karno sebagai objek wisata sejarah yang menyenangkan. Proses pembuatan logogram dan logotype berangkat dari konsep “Superior” itu sendiri yang kemudian dijabarkan secara defisit agar mempermudah untuk melakukan visualisasi berupa bentuk serta garis yang merupakan dasar dari logogram Makam Bung Karno.


(65)

Untuk menentukan visual logogram yang akan dirancang untuk mewakili karakter Makam Bung Karno dan kesesuaiannya dengan konsep, perlu dilakukan proses brainstorming terhadap aspek-aspek yang dikira sesau dan dapat mewakili karakteristik Makam Bung karno. Adapun aspek-aspek hasil dari braintroming yang mampu mewakili karakter Makam Bung karno dan sesuai konsep “Superior” antara lain : wibawa, mengenang, peka, tegas, tumbuh, asal usul, dan perjuangan. Berikut adalah proses pencarian bentuk serta garis yang akan dijadikan logogram.

Gambar 4.9 Pencarian Bentuk Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Berdasarkan proses pencarian konsep dasar dan bentuk untuk logogram, konsep “Superior” menghasilkan beberapa definisi yaitu peka, tumbuh, asal usul dan perjuangan. Yang mana keempat hal tersebut divisualisasikan menjadi bentuk yang dapat mewakili karakter Makam Bung Karno. Dari proses pencarian bentuk


(66)

dapat di ambil dari daun sukun yang dimana filosofi tanaman sukun di dapat dari waktu Bung Karno merancang pancasila. Daun-daun yang berjumlah lima pada tiap sisi kanan dan kiri melambangkan dari lima pancasila.

Dan di kisahkan Soekarno “Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari demi hari, di sana, dengan pemandangan laut lepas tiada yang menghalang, dengan langit biru yang taka da batasnya dan mega putih yang menggelembung, disanalah aku duduk termenung berjam-jam. Aku memandangi samudera bergejolak dengan hempasan gelombangnya yang memukuli pantai dengan pukulan berirama”. (Sabrina Asril, Bung Karno dan Pancasila).

Gambar 4.10 Pencarian Bentuk

Sumber : http://manfaat.co.id/manfaat-daun-sukun-kering

Beberapa bentuk hasil thumbnail logogram menghasilkan bebrapa varian logogram dan logotype yang mengacu dari kata kunci yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya. Berikut alternative logogram dari hasil visual yang telah dibuat :


(67)

Gambar 4.10 Alternatif skestsa Logogram Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Sketsa alternative logogram yang terpilih di atas, dipilih melalui proses wawancara dengan bebrapa mahasiswa desain komunikasi visual tingkat akhir, kemudian dipilih satu logogram berdasarkan kriteria logo yang baik. Berikut sketsa logogram terpilih:


(68)

Gambar 4.11 Logogram Terpilih Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Pada tahap selanjutnya akan dilakukan pemilihan logotype dan penempatannya. Logotype berfungsi untuk menjelaskan logogram. Pemilihan jenis font pada logotype ini menggunakan font san serif dengan jenis font “Superhero”. Sedangkan penempatan dilakukan untuk mengetahui komposisi yang sesuai untuk penerapan logo Makam Bung Karno dengan mempertimbangkan prinsip desain yaitu kesatuan (unity), keseimbangan (balance), irama (ritme), dan proposi dengan baik.

Ditahap ini akan dibuat beberapa komposisi penggabungan antara logogram dan logotype menjadi beberapa alternative. Alternatif yang telah dibuat selanjutnya akan dipilih salah satu berdasarkan kompoisi logo yang tepat dan melalui asil wawancara kepada beberapa mahasiswa desain komunikasi visual tingkat akhir. Berikut alternative penempatan dan kompoisi logotype:


(69)

Gambar 4.12 Alternatif Komposisi Logo Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Sketsa alternative logotype yang terpilih di atas, dipilih melalui proses wawancara dengan bebrapa mahasiswa desain komunikasi visual tingkat akhir, kemudian dipilih satu logotype berdasarkan kriteria logo yang baik. Berikut sketsa logotype terpilih:


(70)

Gambar 413 Logotype Terpilih Sumber : Hasil Olahan Peneliti 4.12. Perancangan Media

4.12.1 Tujuan Media

Tujuan dari penggunaan media adalah untuk mencapai efektivitas informasi kepada target audiens yang dituju berdasarkan tiga aspek yaitu jangkauan (reach), ftekuensi (frequency), dan kesinambungan (continuity). Dibutuhkan beberapa media yang disesuaikan dengan sasaran atau segmentasi yang dituju untuk aktivitas Makam Bung Karno, agar menimbulkan suatu kesatuan komunikasi dan visual. Tujuan media yang digunakan memilliki sasaran berkesinambungan dengan lokasi mediam frekuensi media dan jangakauan media, sehingga diharapkan pengguanaan media yang dipilih tepat pada sasaran audiens


(71)

yang dituju. Target audiens Makam Bung karno yang dituju seseorang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, memilki rentang usia 13-50 tahun, memiliki semua tingkatan ekonomi, atas, menengah, dan bawah. Berstatus pendidikan SD sampai Perguruan Tinggi. Memiliki psikografis yang tertarik dengan wisata sejarah.

4.12.2 Strategi Media

Strategi dalam penggunaan dan pemilihan media penting dilakukan. Didalam strategi media ditetapkan pemilihan media yang akan digunakan untuk Makam Bung karno, berupa media cetak. Pemilihan media disesuaikan dengan target pasar yang dituju, sehingga didapatkan efektivitas komunikasi terhadap apa yang ingin disampaikan di dalam Makam Bung Karno. Promosi yang dilakukan secara mix media dengan menggunakan beberapa media yaitu, billboard, poster, x-banner, dan merchandise. Berikut alternatif desain dan penjelasan media yang digunakan:

a. Billboard

1) Alasan Pemilihan Media

Alasan pemilihan media ini karena billboard memiliki ukuran yang relatif besar dan biasanya berada di tempat-tempat umum dan di pusat keramaian, memungkinkan media ini mudah dikenali dan menarik perhatian khalayak di sekitarnya. Billboard memiliki sifat lifetime yang relatif lama dan memerlukan pembiayaan yang relatif murah karena berlaku selama satu tahun untuk sekali kontrak atau pembayaran. Kemudian billboard juga memiliki exposure yang


(72)

berulang bagi pengguna jalan yang melewatinya di lokasi-lokasi strategis seperti perempatan jalan raya.

2) Penempatan Media

Media billboard ini nantinya akan ditempatkan di Jalan Tanjung, Kota Blitar. Karena letaknya yang strategis dan merupakan jalan utama keluar masuk Kota Blitar dari Kediri dan Tulungagung. Selain itu, merupakan rute jalan jika ingin menuju ke pusat Kota Blitar. Peletakan ini juga mempertimbangkan exposure pesan yang disampaikan kepada khalayak yang melewati jalan utama tersebut.

3) Konsep Desain

Pada desain media billboard, akan dimunculkan visualisasi logo utama, tagline dan menggunakan foto-foto Makam Bung Karno dengan komposisi yang mendominasi dengan tujuan agar menjadi point of interest.


(1)

Gambar 4.40 Desain Pin ( Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016 )

b. Mug

Desain mug menggunakan dasar logo yang memang ditetapkan agar audience mengingat bahwa merchandise mug ini berasal dari Makam Bung Karno.

Gambar 4.41 Desain Mug ( Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016 )

c. Botol Minum

Warna botol menggunakan warna dasar putih, dengan gambar logo berwarna hijau dan merah agar dasar background botol dan logo asli tidak kontras maka desain dibuat berwarna putih.


(2)

92

Gambar 4.42 Botol Minum ( Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016 )

d. Notebook

Notebook menggunakan warna dasar putih, dengan gambar logo berwarna dan logo asli tidak kontras maka desain dibuat berwarna putih.

Gambar 4.43 Botol Minum ( Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016 )


(3)

92

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana merancang komunikasi visual dan media promosi Makam Bung Karno untuk mengenalkan potensi wisata sejarah yang dimiliki . Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan ini adalah :

a. Gagasan perancangan media promosi adalah memperkenalkan potensi wisata sejarah dengan tema perjalanan “Historical Superior”. Yang dimaksud dari perjalanan adalah peninggalan sejarah dari masa lalu yang diwariskan generasi mendatang.

b. Tema rumusan desain adalah Superior, diturunkan dalam proses perancangan dan diimplementasikan dalam bentuk kreatif. Implementasi perancangan mengacu pada promosi pariwisata Makam Bung Karno dimana hasil perancangan diharapkan akan menimbulkan rasa ketertarikan dan penasaran tinggi.

c. Media promosi yang digunakan pada perancangan ini meliputi media promosi

Above The Line (Billboard, poster) dan Below The Line (X banner) dan

Merchandise.

d. Media promosi dirancang dengan menggunakan pilihan warna hijau dan hitam sebagai refleksi dari karakteristik Makam Bung Karno.


(4)

93

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian saran yang didapat adalah:

a. Diharapkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Blitar untuk segera fokus kepada Makam Bung Karno. Dan mulai segera memperbaiki dan membuat media promosi yang baik .

b. Sarana perancangan visual yang sudah dirancang diharapkan dapat diimplementasikan dalam kegiatan promosi.


(5)

94 Utama.

Galla, A. 2001. Guidebook for the Participation of Young People in Heritage

Conservation. Brisbane: Hall and Jones Advertising.

Harjanto, Rudi. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: Gramedia. Jefkins, Frank. 1994. Periklanan. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : ANDI. Rustan, Surianto. 2011. Font dan Tipografi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Hofstede, G., & Hofstede, G.J. 2005. Cultures and Organization : Software of the

Mind. Revised and expanded second edition. New York: McGraw-Hill

USA.

Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning: An Integrated and sustainable

Approach. Van Nostrand Reinhold. New York, Inc.

Morissan. 2010. Periklanan; Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Napoles, Veronica. 1988. Corporate Identity Design, New York: Van Nostrand Reinhold.

Pujianto, 2003. Strategi Pemasaran Produk Melalui Media Periklanan. Jurnal Volume 5 No. 1.

Rodger, 1998. Leisure, Learning and Travel, Journal of Physical Education, 69 (4): hal 28.

Rustan, Surianto. 2009. Mendesain logo. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Saladin, Djaslim. 2003. Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran,

Cetakan Ketiga. Bandung : Linda Karya.

Sarwono, J & Lubis, H. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.


(6)

95

Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai

Systemic Linkage. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada. Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Andi.

Suroso, Rendra. 2004. Material dan Metode Edukasi dari Perspektif Sains

Kognitif. Bandung: Bandung Fe Institute.

Suyanto, Asep Herman. 2007. Web Design Theroy and Practices. Yogyakarta : Andi.

Yananda, M. Rahmat dan Ummi Salamah. 2014. Branding Tempat : Membangun

Kota , Kabupaten, dan Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta : Makna

Informasi.

Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Non Book :

Satria Purnama Putra 2013. “Perancangan Sign System Komplek Perpustakaan Proklamator Bung Karno dan Makam bung Karno. Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom

Jeffry Fernando, 2011. “Komplek Makam Bung Karno Di Blitar Perancangan Arsistektur V “. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Prioyudis T.A, Ganang. 2013. “Perancangan Promosi Wisata Di Blitar Melalui Visual Branding”. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Online :

http://www.blitarkota.go.id/ ( diakses pada tanggal 21 Maret 2016) http://visitblitar.com/ ( diakses pada tanggal 21 Maret 2016)

http://info-usaha.wirausahanews.com/ ( diakses pada tanggal 21 Maret 2016) http://www.eastjava.com/ ( diakses pada tanggal 21 Maret 2016)

http://www.timesindonesia.co.id/ ( diakses pada tanggal 21 Maret 2016) http://dgi-indonesia.com/ ( diakses pada tanggal 25 Maret 2016)