Empat Kasus

F. Manfaat Teori Strukturasi Akhirnya tibalah saatnya kita menjawab —sebagaimana dianjurkan oleh

Giddens sendiri —apa manfaat dari menggunakan teori strukturasi dalam konteks memahami dinamika agraria. Dengan merujuk kepada penjelasan di atas, kita bisa menemukan beberapa ‗mutiara‘ yang bisa diasah untuk tahapan analisis berikutnya:

Pertama, secara epistemologis, studi pada ranah agraria paling banyak didekati dengan pendekatan kritis. Dengan pendekatan strukturasi paling tidak kita bisa menemukan perspektif lain pada obyek yang selama ini kental dibahas. Kedua, pendekatan strukturasi seperti yang Pertama, secara epistemologis, studi pada ranah agraria paling banyak didekati dengan pendekatan kritis. Dengan pendekatan strukturasi paling tidak kita bisa menemukan perspektif lain pada obyek yang selama ini kental dibahas. Kedua, pendekatan strukturasi seperti yang

Ketiga, dengan bisa menemukan bagaimana perubahan yang sifatnya terjadi pada kelembagaan di masyarakat maka kita juga bisa menganalisis dengan lebih tepat bagaimana sifat-sifat dari sebuah komunitas, terutama dalam konteks relasi mereka dengan agraria. Sehingga kita juga bisa mencari solusi yang lebih kaya lagi dalam menyelesaikan permasalahan agraria di Indonesia. Sebab sangat mungkin pendekatan berbasis konfrontatif saja, di beberapa tempat kurang relevan. Selain tentu kita harus keluar dari kebiasaan pendekatan tunggal yang kerap terjadi dalam mencari akar sebuah masalah.

G. Rekomendasi Kebijakan Bercermin kepada empat kasus yang dibahas, beberapa hal patut

dicatatkan sebagai bahan pertimbangan kebijakan, yaitu:

1. Dalam kondisi apapun, penetrasi kapital ke pedesaan harus dicermati dengan detil. Sebab alih-alih menyejahterakan, yang terjadi bisa sebaliknya justru memiskinkan warga, mendegradasi nilai-nilai kelokalan, dan meluruhkan sendi-sendi kehidupan sosial.

2. Penguatan kelembagaan masyarakat petani harus menjadi agenda pembangunan pedesaan. Terutama jika kerangka pembangunan itu mau dilekatkan pada agenda-agenda reforma agraria. Kelembagaan agraria sendiri harus diletakkan setidaknya dalam dua pemahaman kritikal yakni: dinamika relasi agen dalam struktur masyarakat, serta strukturnya itu sendiri.

3. Perlu adanya pembiasaan ketidaktunggalan pendekatan dalam membedah, memahami, menyelami, dan meneliti persoalan keagrariaan di Indonesia. Ketunggalan pendekatan terbukti selain tidak begitu ampuh, namun juga menghadapi kendala kontekstualisasi masalah.

H. Daftar Pustaka Achdian, Andi. 2009. Tanah bagi yang tak bertanah. Land Reform pada

masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965. Kekal Press:Bogor, dan STPN Press: Yogyakarta.

Giddens, Anthony. 1984. The Constitution of Society: Outline of The Theory of Structuration. California Berkeley Press.

Giddens, Anthony. 1989. ―A Reply to My Critics‖. Dalam George Ritzer dan Douglas J Goodman. 2010. Teori Sosiologi. Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Kreasi Wacana: Yogyakarta.

Ritzer, George. Douglas J Goodman. 2010. Teori Sosiologi. Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Kreasi Wacana: Yogyakarta.

Hermansah. Tantan . 2007. Strategi Reforma Agraria Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Pedesaan. Jurnal Dakwah, Edisi Juni 2007.

Lawang, Robert MZ. (dkk). Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan Paper dari Simposium Nasional di UI Depak

12 Mei 2010). Dewan Guru Besar UI. Luthfi, Ahmad Nasih, Amien Tohari, Tarli Nugraha. 2010. Pemikiran

Agraria Bulaksumur. Telaah awal atas pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun, dan Mubyarto. STPN Press: Yogyakarta dan Sains Press: Bogor.

Rosset, Peter. (dkk). 2008. Reforma Agraria: Dinamika Aktor dan Kawasan. STPN Press: Yogyakarta.

Shohibuddin, Moh. (dkk.) 2007.Laporan Hasil Kunjungan Singkat Penelitian Pelaksanaan Uji Coba Program Pembaruan Agraria Nasional Di Provinsi Lampung Ke Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Tengah. Kerjasama: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Sajogyo Institute (SAINS).

Shohibuddin, Moh. Endriatmo Soetarto. Kebijakan Agraria Pada Sektor Kehutanan

Siregar. Hermanto . M. Shohib and Tantan Hermansah. 2003. Farm Credit Institution In Indonesia: Lessons Learnt From The Failure of KUT and KUD. Paper presented at ―The 2nd Asia-Pacific

Agricultural Policy Forum‖, 21-24 October 2003, Jeju Island, Republic of Korea.

Soetarto, Endriatmo. Tantan Hermansah. 2007. Ekonomi Pedesaan, Dinamika Sumberdaya Alam dalam Pandangan Reforma Agraria di Indonesia. Dalam, Rudi Wibowo (dkk.) ―Mungkinkah Petani Sejahtera?‖ Brighten Press: Bogor.

Soetarto, Endriatmo. Tantan Hermansah. 2007. Peran RA dalam desa 2030: strategi untuk pertanian dan Kehutanan. Makalah dipresentasikan untuk Seminar dan Lokakarya Desa 2030 di Institut Pertanian Bogor tanggal 09 Mei 2007

Winoto, Joyo. Hermanto Siregar. 2007. Dinamika Penggunaan Lahan Pertanian dan Kaitannya dengan Kesejahteraan Petani dan Global Warming: Peran Ilmu Ekonomi Pertanian. Dalam, Rudi Wibowo (dkk.) ―Mungkinkah Petani Sejahtera?‖ Brighten Press: Bogor.

Winoto, Joyo. Reforma Agraria sebagai Jalan Keadilan. Paper. Wiradi, Gunawan. 2009. Reforma Agraria: Dari Desa ke Agenda Bangsa

(dari Ngandagan Jawa Tengah, sampai ke Porto Alegre, Brazil). IPB Press: Bogor.

Wiradi, Gunawan. 2009. Reforma Agraria: Perjalanan yang belum berakhir. Diterbitkan besama oleh: KPA: Jakarta, Akatiga: Bandung, Sains: Bogor.