Kedudukan Penyelidikan dalam Penegakan Hukum Acara Pidana di Indonesia
a. Kedudukan Penyelidikan dalam Penegakan Hukum Acara Pidana di Indonesia
Penyelidikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya merupakan upaya permulaan sebelum dilakukannya penyidikan terhadap sebuah peristiwa yang diduga merupakan delik pidana. Penyelidikan bertujuan untuk mengumpulkan bukti permulaan atau bukti yang cukup sehingga proses dapat ditingkatkan pada tahapan penyidikan.
Pemisahan fungsi penyidikan dan penyelidikan dimaksudkan untuk mempertegas diferensiasi fungsi dalam penegakan hukum, seperti yang selama ini dianut dalam KUHAP. Diferensiasi fungsi antara penyelidikan dengan penyidikan telah membentuk tahapan-tahapan tindakan dalam proses awal perkara sehingga diharapkan dapat menghindari cara-cara penegakan hukum yang tergesa-gesa yang dapat menimbulkan pelanggaran hak seseorang saat terjadinya pemeriksaan. Selain itu dengan adanya penyelidikan maka diharapkan aparat penegak hukum
lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugas penegakan hukum. 16 Pemisahan fungsi penyelidikan dan penyidikan terkadang menimbulkan kerancuan dalam praktek lapangan. Status kasus pada tahap penyelidikan dan penyidikan seringkali membuat masyarakat bingung. Bahkan tidak jarang terjadi perbedaan pendapat yang cukup tajam di kalangan polisi sendiri mengenai status suatu kasus, apakah masih dalam tahap penyidikan atau penyelidikan. 17
Namun penyelidikan bukanlah proses yang berdiri sendiri terpisah dari penyidikan 18 dan dipisahkannya fungsi penyelidikan dalam KUHAP merupakan upaya perlindungan dan jaminan terhadap hak asasi manusia. Pada tanggal
6 Mei 1966 telah dilakukan simposium Angin baru di Universitas Indonesia. Dalam simposium tersebut berhasil dirumuskan pokok-pokok pikiran sebagai bagian dari usaha untuk memulihkan kehidupan negara hukum. 19 Pokok-pokok pikiran tersebut adalah pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, kultural
16 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan Edisi ke- 2, Cet. 14, Jakarta: 2012, Sinar Grafika, hlm. 102.
17 Adrianus Meliala, “Beda Penyelidikan dari Penyidikan”, Koran Tempo, 3 April 2009. 18 Moch. Faisal Salam, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Bandung: MandarMaju, 2001, hlm. 36-37. 19 A.C.’t Hart dan Abdul Hakim G. Nusantara, Hukum Acara Pidana dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1986, hlm. 9.
NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 1, Juni 2013 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 1, Juni 2013
Berdasarkan hal tersebut, maka penyusunan KUHAP dilakukan dengan mengedepankan hak-hak individu dalam proses penegakan perkara. Hak- hak individu tersebut antara lain hak dianggap tidak bersalah sampai adanya keputusan hukum yang bersifat tetap, hak untuk menuntut kerugian untuk penahanan yang tidak sah, hak untuk diperiksa dalam pengadilan yang terbuka. Sehingga dinilai penting dibentuk suatu tahapan yang di dalamnya terdapat pembatasan yang tegas mengenai upaya paksa seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. Oleh karena itu, dibentuklah fungsi penyelidikan yang dalam menjalankan wewenangnya dalam batasan-batasan yang ketat dan di bawah pengawasan langsung dari penyidik.
Pentingnya fungsi penyelidikan bertujuan agar dapat dinilai apakah setiap peristiwa yang terjadi dan diduga sebagai tindak pidana sehingga perlu ditemukan landasan yang kuat agar dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Oleh karena itu, sebelum melangkah pada fungsi penyidikan yang di dalamnya terdapat upaya paksa, maka perlu ditentukan terlebih dahulu apakah sebuah peristiwa merupakan tindak pidana atau bukan berdasarkan data atau informasi yang didapatkan dari tahapan penyelidikan. Karena dalam upaya paksa terdapat potensi pelanggaran HAM apabila upaya paksa tersebut dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
Selain dibentuk penjenjangan fungsi antara penyelidikan dengan penyidikan, dalam memberikan jaminan individu dibentuk juga lembaga praperadilan yang dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan pengujian mengenai sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan, atau tentang sah tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan; sebagai sarana untuk tuntutan ganti rugi atau rehabilitasi dalam pelaksanaan kewenangan yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, praperadilan juga dapat dilakukan terhadap adanya kesalahan penyitaan yang tidak termasuk alat pembuktian, atau seseorang yang dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang, karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. 20 Hukum acara pidana memiliki tujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, berdasarkan hal tersebut maka menurut Van Bamellen hukum acara pidana memiliki beberapa fungsi yang salah satunya adalah untuk mencari dan menemukan kebenaran. Pada dasarnya setiap wewenang yang dilaksanakan oleh penyelidik dalam tahapan
20 Lihat PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.
MARFUATUL LATIFAH: Penghapusan Tahapan Penyelidikan...
Dalam setiap tindakan penyelidikan yang dilakukan oleh setiap penjabat penyelidik terdapat upaya negara untuk memeriksa apakah ditemukan indikasi terjadinya tindak pidana dalam sebuah peristiwa. Oleh karena itu, penyelidikan dapat disetarakan sebagai tahapan pertama dalam tujuh tahapan hukum acara pidana seperti yang telah dikemukakan oleh Van Bammelen.