5 Proporsi moda transportasi ke Puskesmas berdasarkan karakteristik, Indonesia 2013

Gambar 3.5 Proporsi moda transportasi ke Puskesmas berdasarkan karakteristik, Indonesia 2013

Proporsi rumah tangga menuju puskesmas yang dapat menggunakan kendaraan umum di perkotaan 2,7 persen dan perdesaan 0,9 persen. Sedangkan yang menggunakan lebih dari satu moda transportasi di perkotaan 1,9 persen dan perdesaan 1,8 persen. Rumah tangga yang menggunakan sepeda motor di perkotaan 14,1 persen dan perdesaan 11,4 persen, sedangkan yang jalan kaki di perkotaan 57,3 persen dan perdesaan 63,7 persen.

Menurut kuintil indeks kepemilikan bahwa yang tertinggi adalah dengan sepeda motor, tertinggi pada rumah tangga teratas (68,7%) dan terendah rumah tangga terbawah (44,9%). Sedangkan pada pemakaian kendaraan umum tertinggi pada rumah tangga terbawah (21,8%) dan terendah di rumah tangga teratas (8,4%).

16-30 menit

31-60 menit

> 60 menit

Gambar 3.6 Waktu tempuh menuju fasilitas kesehatan terdekat menurut pengetahuan rumah tangga, Indonesia 2013

Waktu tempuh rumah tangga menuju fasilitas kesehatan di rumah sakit pemerintah tertinggi pada 16-30 menit (34,4%) dan terendah > 60 menit (18,5%). Pola ini hampir sama dengan waktu tempuh menuju rumah sakit swasta dimana tertinggi pada 16 – 30 menit (37,3%) dan terendah >

60 menit (12,4%). Sedangkan pada fasilitas kesehatan di puskesmas atau pustu, praktek dokter atau klinik, praktek bidan atau rumah bersalin, poskesdes atau poskestren, polindes dan posyandu terbanyak pada waktu tempuh ≤ 15 menit.

0,0 Perkotaan Perdesaan

Terbawah Menengah Menengah Menengah Teratas

16-30 menit

31-60 menit

> 60 menit

Gambar 3.7 Waktu tempuh menuju rumah sakit pemerintah berdasarkan karakteristik, Indonesia 2013

Waktu tempuh rumah tangga menuju rumah sakit pemerintah menurut tempat tinggal dengan waktu 16-30 menit, tertinggi di perkotaan 41 persen dan perdesaan 25,6 persen. Diperlukan waktu 31-60 menit di perkotaan 24,7 persen dan perdesaan 34,5 persen. Sedangkan dengan waktu tempuh ≤ 15 menit di perkotaan 27,3 persen dan perdesaan 6,3 persen.

Sedangkan menurut kuintil indeks kepemilikan, dengan waktu tempuh 16-30 menit, tertinggi pada rumah tangga teratas (38,5%) dan terendah pada rumah tangga terbawah (22,2%). Diperlukan waktu tempuh 31-60 menit, tertinggi pada rumah tangga terbawah (31,3%) dan terendah pada rumah tangga teratas (25,5%).

0,0 RS Pemerintah

Puskesmas/Pustu Praktek dokter/klinik Praktek bidan/RB ≤ Rp.10.000

RS Swasta

> Rp. 10.000 -Rp.50.000

> Rp.50.000

Gambar 3.8 Biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan terdekat, Indonesia 2013

Biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, puskesmas atau puskesmas pembantu, praktek dokter atau klinik, praktek bidan atau rumah bersalin dengan 3 kategori yaitu ≤ Rp.10.000,-; >Rp.10.000 – Rp.50.000 dan > Rp,50.000,-. Biaya transportasi masih didominasi pada ≤ Rp.10.000,- di rumah sakit pemerintah (63,6%), rumah sakit swasta (71,6%), puskesmas atau puskesmas pembantu (91,3%), dokter praktek atau klinik (90,5%) dan praktek bidan atau rumah bersalin (95,2%).

0,0 Poskesdes/Poskestren

Gambar 3.9 Biaya transportasi menuju UKBM terdekat, Indonesia 2013

Biaya transportasi menuju Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes atau poskestren, polindes dan posyandu dibuat dalam 2 kategori yaitu yaitu ≤Rp.10.000,- dan >Rp.10.000,-. Pada biaya transportasi ini masih banyak yang ≤Rp.10.000,- yaitu di poskesdes atau poskestren (97,4%), polindes (97,8%) dan posyandu (97,8%).

Daftar Pustaka

Badan litbangkes 2007, Riset Kesehatan Dasar 2007, Badan litbangkes Kemenkes RI, Jakarta Kementerian kesehatan RI, 2007, Permenkes RI nomor 949 tahun 2007 tentang tentang kriteria

sarana pelayanan kesehatan terpencil dan sangat terpencil , Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di DTPK,

Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Kemenkes RI, Jakarta. Kementerian kesehatan RI, 2013, Permenkes RI nomor 6 tahun 2013 tentang kriteria fasilitas

pelayanan kesehatan terpencil, sangat terpencil, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak diminati , Jakarta.

Suharmiati; Handayani L.; Kristiana L., 2012, Faktor Faktor yang mempengaruhi keterjangkauan pelayanan kesehatan di puskesmas terpencil perbatasan di kabupaten Sambas (Studi kasus di Puskesmas Sajingan Besar), Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, volume 15, No.3 Juli 2012, ISSN:1410-2935.