Keluarga M. Quraish Shihab

B. Keluarga M. Quraish Shihab

Ayah M. Quraish Shihab, Habib Abdurrahman Shihab adalah putra tunggal Habib Ali dari istrinya di Makassar (Anwar, dkk., 2015: 6). Shihab adalah marga yang sudah melekat pada leluhur Quraish dari pihak Aba Abdurrahman Ayah M. Quraish Shihab, Habib Abdurrahman Shihab adalah putra tunggal Habib Ali dari istrinya di Makassar (Anwar, dkk., 2015: 6). Shihab adalah marga yang sudah melekat pada leluhur Quraish dari pihak Aba Abdurrahman

Hampir seluruh keturunan Ahmad Shahabuddin al-Ashgar kemudian disebut bin Syahab. Tapi belakangan, ada yang tetap menggunakan Syahab, ada juga yang memilih Syihab, termasuk Quraish Shihab. Aba Abdurrahman memilih Syihab, meskipun di Indonesia lebih popular Syihab. “Aba bilang, kita pilih pengucapannya yang benar tapi tidak popular, daripada memilih yang popular tetapi tidak tepat.” (Anwar, dkk., 2015: 9). Di Indonesia, salah satu tokoh pahlawan yang merupakan keturunan marga Shahab dan tidak banyak dikenal adalah Tuanku Imam Bonjol sebagai sosok yang mengibarkan perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat yang bernama asli Muhammad Syahab.

Pada nama Quraish, Aba Abdurrahman menuliskan Sjihab, sesuai ejaan lama. Demikian juga pada nama Quraish saat ia didaftarkan di SD Lompobattang, Makassar dan SMP Muhammadiyah Malang; tertera nama Quraisj Sjihab. Tetapi ketika mengenyam pendidikan di Kairo, Mesir, Quraish mengganti hiri “SJ” dengan “SH”, sesuai ejaan Inggris untuk SJ (kini SY). “Demikian juga pada kata Quraish, saya gunakan “SH”. Kalau pakai SJ atau SY, dalam ejaan Inggris bisa dibaca Quraisyi”. Dan belakangan, anak cucu Aba Abdurrahman juga menggunakan Shihab, dengan huruf SH, bukan Syihab (Anwar, dkk., 2015: 10).

Ibu dari M. Quraish Shihab bernama Asma, biasa dipanggi dengan sebutan Emma‟. Oleh masyarakat di Rappang ibunda Quraish disapa dengan sebutan Puang Asma atau dalam dialek lokalnya Puc Cemma‟. Puang adalah sapaan untuk anggota keluarga bangsawan. Nenek Asma, Puattulada, adalah adik kandung Sultan Rappang. Kesultanan Rappang yang bertetangga dengan Kesultanan Sidenreng kemudian melebur jadi bagian Indonesia. Setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI pada 27 Desember 1949. Dari ibunya, darah Bugis mengaliri tubuhnya (Anwar, dkk., 2015: 5).

M. Quraish Shihab bersama saudara-saudarinya semuanya berjumlah 13 orang yang lahir dari pasangan Aba Abdurrahman Shihab dan Emma‟ Asma. Urutan dari yang pertama yaitu, Nur, Ali, Umar, Quraish, Wardah, Alwi, Nina, Sida, Nizar, Abdul Muthalib, Salwa, Ulfa dan kembarannya Latifah (Anwar, dkk., 2015: 7).

M. Quraish Shihab menikah dengan Fatmawati Assegaf putri dari pasangan Ali Abu Bakar Assegaf dan Khadijah yang berasal dari Solo (Anwar, dkk., 2015: 94). Keduanya menikah pada tahun 1975. Saat menikah usia Fatmawati 20 tahun dan Quraish 30 tahun (Anwar, dkk., 2015: 99). Dari pernikahan keduanya lahirlah lima orang putra dan putri. Anak pertama Quraish dan Fatmawati adalah Najeela, lahir di Solo pada 17 Ramadhan/11 September 1976. Anak kedua adalah Najwa yang lahir di Makassar pada 16 September 1977, bertepatan dengan Hari Raya „Idul Fithri 1 Syawal. Anak ketiganya diberi nama Nasywa yang lahir di Solo pada 29 Agustus 1982. Anak keempat Quraish dan

Fatmawati adalah Ahmad yang lahir pada 1 Juli 1983, dan anak kelimanya adalah Nahla yang lahir pada 30 Agustus 1986. (Anwar, dkk., 2015: 109-113). Dari anak- anaknya, sejauh informasi yang penulis dapatkan dari buku Cahaya, Cinta dan Canda M. Quraish Shihab, Quraish memiliki cucu laki-laki dan perempuan. Sebagaimana anak-anak perempuan Quraish, semua cucu perempuannya pun dinamai dengan awalan huruf “Nûn”. Dari empat anaknya yang sudah berkeluarga, Quraish memiliki enam cucu perempuan dan dua laki-laki. Cucu perempuannya adalah Nishrin Assegaf, Nihlah Assegaf (anak Najeela), Naziha Fahira Alaydrus, Nuha Syakila Alaydrus (anak Nasywa), Namiya Assegaf (anak Najwa yang meninggal tidak lama setelah dilahirkan), dan Nayyirah (anak Ahmad). Cucu laki-laki Quraish adalah Fathi Ahmad Assegaf, anak Najeela, dan Izzat Ibrahim Assegaf, anak Nana (Anwar, dkk., 2015: 123).

Keluarga Shihab dikenal sebagai keluarga religius. Di antara Shihab bersaudara, ada tiga Shihab yang namanya cukup terkenal baik sebagai tokoh agama maupun sebagai cendekiawan, mereka dalah Quraish Shihab, Alwi Shihab, dan Umar Shihab. Ketiganya menuntut ilmu dengan mengandalkan beasiswa yang jumlahnya hanya cukup untuk biaya hidup seadanya. Sehingga untuk menambah uang saku di Mesir, Shihab bersaudara harus bekerja. Alwi Shihab misalnya pada musim panas harus ke Jerman untuk bekerja.

Abdurrahman Shihab sebagai seorang ayah memang tidak memberikan bekal uang yang mencukupi, justru yang rutin dikirim kepada anak-anaknya adalah bekal nasehat melalui surat. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa Abdurrahman Shihab sebagai seorang ayah memang tidak memberikan bekal uang yang mencukupi, justru yang rutin dikirim kepada anak-anaknya adalah bekal nasehat melalui surat. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa

Di Mesir, M. Quraish Shihab sebagai anak tertua selain berperan sebagai saudara, juga berperan sebagai teman dan ayah bagi adik-adiknya. Oleh karena itu M. Quraish Shihab tidak segan menegur Alwi Shihab jika melakukan sesuatu yang dinilainya salah. Seperti ketika Alwi Shihab memilih bekerja pada musim panas ke Jerman, M. Quraish Shihab meragukan adiknya itu bisa menyelesaikan pendidikan, karena khawatir pekerjaan akan mengganggu aktivitas pendidikan adiknya. Namun ternyata Alwi Shihab memperoleh prestasi gemilang dengan menjadi salah satu lulusan terbaik Al-Azhar, serta mendapat penghargaan langsung dari Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.

Alwi Shihab menganggap bahwa bekerja sambil kuliah merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Jika hanya berbekal beasiswa maka sulit untuk menambah pendidikan di luar kampus karena biayanya cukup mahal. Menurut Alwi Shihab, selain pendidikan formal, juga dibutuhkan pendidikan lain di luar kuliah. M. Quraish Shihab menganggap Alwi Shihab memang sosok yang menyukai tantangan, sama halnya dengan Umar Shihab.

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran Discovery Learning menggunakan Metode One Minute Paper terhadap hasil belajar dan keterampilan proses SAINS peserta didik pada pokok bahasan momentum dan impuls - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 3 170

Teacher’s questioning patterns and student’sresponses in english classroom interaction of SDIT Alam IKM Al Muhajirin Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 80

Pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89

Hubungan penggunaan media Talking Pen terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an di kelas VIIA MTs Babussalam Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 98

Kegiatan Ma’had Al-Jami’ah Putri Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 5 152

Implementasi budaya toleransi beragama melalui pembelajaran pendidikan agama islam berbasis multikultural di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tewah - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 19

Implementasi budaya toleransi beragama melalui pembelajaran pendidikan agama islam berbasis multikultural di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tewah - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 220

Jual beli tanpa label harga perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam (Studi pada Rumah Makan di Kota Palangka Raya) - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 178

Korelasi hasil belajar mata pelajaran akidah akhlak dan perilaku siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kotawaringin Barat - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 129