Hah-hal yang Mempengaruhi Pandangan M. Quraish Shihab; Keluarga dan Latar Belakang Pendidikan

E. Hah-hal yang Mempengaruhi Pandangan M. Quraish Shihab; Keluarga dan Latar Belakang Pendidikan

1. Keluarga

Keluarga bisa orangtua, ayah dan ibu, bisa saudara, bisa saudara dari pihak ayah juga pihak ibu, saudara dari pihak istri, saudara dari pihak

ipar dan banyak lagi. Hanya, dalam hal pengaruh, biasanya yang memiliki pengaruh besar terhadap seseorang antara lain orangtua kandung atau orangtua yang ia hidup dan dibesarkan olehnya, saudara, istri dan anak- anak. Dalam minat mempelajari al- Qur‟an, orang yang paling mempengaruhi minatnya tersebut adalah ayahnya sendiri, Aba, begitu Quraish memanggilnya, bagi Quraish Shihab, ke Mesir adalah dalam rangka mewujudkan mimpi ayahnya yang sangat ingin menuntut ilmu ke negeri piramida itu, yang karena suatu hal tidak dapat terpenuhi (Anwar, dkk., 2015: 60-61).

Sementara dalam sikap keberagamaannya, nampaknya orang yang paling berpengaruh terhadap Quraish Shihab adalah Habib Abdul Qadir Bilfaqih pendiri Pesantren Dar al-Hadits al-Faqihiyah yang terletak di jalan Aris Munandar, Malang. Quraish hanya dua tahun nyantri di al- Faqihiyah. “Tapi dampak ajaran Habib jauh lebih berarti dari belasan tahun masa studi saya di Mesir.” Inilah efek dari keikhlasan Habib Bilfaqih dan para guru di al-Faqihiyah. Ta‟limuna yalsya‟‒ajaran kami melekat. Ajaran Habib tak lekang, sepanjang masa (Anwar, dkk., 2013: 49). Begitu pengakuan Quraish Shihab.

Sementara itu, dalam pandangan-pandangannya terhadap perempuan, sepertinya Quraish Shihab memiliki sosok lain yang menjadi inspirasi dan juga mempengaruhi pandangan-pandangannya. Dalam pandangan-pandangannya, Quraish seolah membela kaum perempuan dari anggapan bahwa perempuan adalah makhluk lemah, atau bahwa perempuan Sementara itu, dalam pandangan-pandangannya terhadap perempuan, sepertinya Quraish Shihab memiliki sosok lain yang menjadi inspirasi dan juga mempengaruhi pandangan-pandangannya. Dalam pandangan-pandangannya, Quraish seolah membela kaum perempuan dari anggapan bahwa perempuan adalah makhluk lemah, atau bahwa perempuan

“Ibu adalah salah satu ciptaan Tuhan yang paling mengagumkan. Hatinya adalah anugerah Tuhan terindah. Dunia dan seisinya tidak sepadan dengan kasih sayang ibu. Ibu lebih agung, ibu lebih indah, ibu lebih kuat. Ibu adalah sumber

memperoleh kebajikan.” (Anwar, dkk., 2013: 172).

Sangat mungkin, ketika Quraish mengemukakan pendapat pakar dalam bukunya sebagaimana dijelaskan pada poin “B” pada bab ini, bahwa setiap manusia memiliki jiwa keibuan di dalam dirinya yang merupakan motivasi yang sangat kuat adalah bahagian dari kuatnya pengaruh seorang ibu dalam dirinya. Wujud nyata dari sikapnya yang begitu menghargai

perempuan adalah pada anak-anaknya sendiri, dari kelima anaknya, empat di antaranya adalah perempuan, meski begitu, dalam hal pendidikan semua anak-anaknya mendapat kesempatan yang sama untuk memilih bidang studi yang akan diambilnya, seperti Najeela misalnya sebagai anak pertama menempuh pendidikan S-2 dalam bidang psikologi di UI. Najwa menempuh pendidikan S-2 Fakultas Hukum di Melbourne University. Nasywa memilih kuliah di Universitas Indonesia dan University of Queesland, Australia. Nahla, putri kelima Quriash memilih Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia. Dan S-2 pada Fakultas yang sama. Ahmad mengambil bidang studi business system, di Monash University, Melbourne, Australia (Anwar, dkk., 2013: 120-122).

Meski empat orang dari lima anak Quraish adalah perempuan, dalam hal pendidikan terlihat tidak ada perbedaan hak untuk memilih bidang studi yang akan diambil oleh masing-masing anaknya.

2. Pendidikan M. Quraish Shihab di Mesir

Setiap pembaca yang mengenal baik M. Quraish Shihab, pasti mengetahui bahwa tahun-tahun pendidikan akademiknya lebih lama dilalui di Mesir daripada di Indonesia. Sebab itu, Federspiel mengatakan dengan latar belakang pendidikan yang seperti itu menjadikan Quraish Shihab terdidik lebih baik dibandingkan orang-orang pada masanya. Untuk mendapatkan uraian yang lebih lengkap silahkan periksa kembali bab II. Quraish berangkat ke Mesir pada tahun 1958 pada usia 14 tahun bersama adiknya Alwi Shihab yang saat itu masih berumur 12 tahun (Anwar, dkk., 2015: 59).

Mesir sebagai pusat dan kiblat keilmuan Islam seolah sudah menjadi persetujuan banyak orang Islam. Ketertarikan penulis mengemukakan uraian pada bagian ini sangat beralasan, sebab sebagaimana disebutkan di atas bahwa Quraish Shihab belajar di Mesir selama 13 tahun, waktu yang tidak sebentar untuk dapat mempengaruhi dan membentuk pemikiran seseorang. Ada beberapa data tertulis yang menunjukkan bahwa nuansa kehidupan di Mesir penulis anggap sebagai bahagian dari alasan kuat terhadap terbentuknya pandangan-pandangan keagamaan Qurais Shihab terhadap perempuan.

Max Rodenbeck, seorang jurnalis yang menulis buku berjudul Cairo: The City Victorious dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Kairo: Kota Kemenangan menunjukkan banyak penjelasan yang menunjukkan bahwa perempuan di Mesir mendapatkan hak-hak dalam ruang publik yang lebih baik pada masa yang lebih awal dimana bahkan dunia Barat pun belum memberikan hak-hak itu. Pelancong Denmark, Carsten Niebuhr Max yang datang ke Mesir pada kisaran tahun 1761 menulis, Syariat Islam mengizinkan wanita memiliki properti lama sebelum mereka diizinkan di dunia Barat. Seperempat akwa waqf yang ditemukan di arsip Kairo sejak 853-1516 adalah atas nama kaum wanita. Sejumlah profesi pun disebutkan: penata rambut, tukang meratap professional, pakar perjodohan, bidan, dan pemasok pakaian dan kosmetik. Beberapa wanita bekerja sebagai pedagang dan bahkan guru agama dan pertapa yang mengisi beberapa biara sufi di kota itu (Rodenbeck, 2013: 138). Sejarah menarik tentang revolusi Mesir dalam memandang kaum wanita diceritakan oleh Rodenbeck:

Pada tahun 1898, di Mesir ada seorang hakim bernama Qasim Amin menerbitkan risalat yang dibuat dalam bahasa yang dipahami yang telah lama disarankan kritikus Eropa. Keterbelakangan Mesir, ujar Amin, disebabkan status kaum wanitanya yang rendah. Kunci kemajuan adalah pendidikan kaum wanita. Dalam risalat kedua, dia melangkah lebih jauh dan menuntut bahwa kaum wanita menanggalkan kerudungnya dan diberikan hak yang sama, termasuk hak untuk memberikan suara. Tanggapannya cukup panas. Sekitar tiga puluh risalat kritikan memaki Amin sebagai seorang ateis, feminin, kaki tangan kolonialisme, pengkhianat Islam. Namun sejarah berpihak kepadanya. Amin sudah memulai pergerakan. Kaum wanita Mesir meninggalkan rumah dan melangkah ke dunia. Ketika Pada tahun 1898, di Mesir ada seorang hakim bernama Qasim Amin menerbitkan risalat yang dibuat dalam bahasa yang dipahami yang telah lama disarankan kritikus Eropa. Keterbelakangan Mesir, ujar Amin, disebabkan status kaum wanitanya yang rendah. Kunci kemajuan adalah pendidikan kaum wanita. Dalam risalat kedua, dia melangkah lebih jauh dan menuntut bahwa kaum wanita menanggalkan kerudungnya dan diberikan hak yang sama, termasuk hak untuk memberikan suara. Tanggapannya cukup panas. Sekitar tiga puluh risalat kritikan memaki Amin sebagai seorang ateis, feminin, kaki tangan kolonialisme, pengkhianat Islam. Namun sejarah berpihak kepadanya. Amin sudah memulai pergerakan. Kaum wanita Mesir meninggalkan rumah dan melangkah ke dunia. Ketika

Revolusi pemikiran tersebut, kemudian mampu menempatkan wanita Mesir pada kedudukan yang cukup ideal dalam masyarakat tatanan sosial masyarakat. Pada tahun 1968 dikatakan bahwa Kairo memiliki lebih banyak dokter gigi dan dokter wanita daripada kota-kota di Barat (Rodenbeck, 2013: 281). Peningkatan jumlah pekerja wanita pun terus meningkat pada tahun 1980-an sejak hari-hari ketika novelis modern terkemuka Kairo, Najib Mahfudz, menciptakan si Sayyid, karakter yang memukuli istrinya jika dia menduga istrinya mengintip ke luar rumah (Rodenbeck, 2013: 344). Salah satu karya Najib Mahfudz (Naguib Mahfouz) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Zuqaqul Midaq, dalam edisi bahasa Indonesia berjudul Lorong Midaq, pertama kali diterbitkan oleh penerbit obor tahun 1991.

Survei rumah tangga pada 1995 menemukan bahwa lebih dari seperempat wanita menikah di Kairo, setidaknya, pernah dipukul sekali oleh suaminya. … Namun, dalam hal tersebut, Kairo masih jauh lebih baik daripada bagian lain di Mesir, fakta ini dinilai sebagai pengaruh pendidikan secara umum dan secara khusus bagi wanita di kota (Rodenbeck, 2013: 345-346). Gejolak tuntutan untuk memperoleh kesetaraan oleh wanita Arab menurutnya di mulai sekitar tahun 1960-an (Rodenbeck, 2013: 415).

Peliknya tuntutan dari kaum perempuan Mesir akan kesetaraan hak merupakan sejarah panjang kaum perempuan Mesir yang juga didukung oleh beberapa kalangan seperti sastrawan dan filsuf, juga seorang Hakim. Bahkan, seorang penyair perempuan yang sangat terkenal, Ummu Kultsul juga memiliki andil dalam hal ini melalui syair-syairnya. Masa pertengahan hingga akhir abad 20 adalah masa pergolakan tuntutan kesetaraan itu, yang juga masa Quraish Shihab menuntut ilmu di Mesir. Maka sangat mungkin, iklim masyarakat dan wacana para intelektual di sana mempengaruhi pandangan-pandangan keagamaan Quraish Shihab terhadap perempuan.

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran Discovery Learning menggunakan Metode One Minute Paper terhadap hasil belajar dan keterampilan proses SAINS peserta didik pada pokok bahasan momentum dan impuls - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 3 170

Teacher’s questioning patterns and student’sresponses in english classroom interaction of SDIT Alam IKM Al Muhajirin Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 80

Pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89

Hubungan penggunaan media Talking Pen terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an di kelas VIIA MTs Babussalam Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 98

Kegiatan Ma’had Al-Jami’ah Putri Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 5 152

Implementasi budaya toleransi beragama melalui pembelajaran pendidikan agama islam berbasis multikultural di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tewah - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 19

Implementasi budaya toleransi beragama melalui pembelajaran pendidikan agama islam berbasis multikultural di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tewah - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 220

Jual beli tanpa label harga perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam (Studi pada Rumah Makan di Kota Palangka Raya) - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 178

Korelasi hasil belajar mata pelajaran akidah akhlak dan perilaku siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kotawaringin Barat - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 129