PEMECAHAN PERSAMAAN SCHRODINGER UNTUK ELEKTRON DALAM ATOM HIDROGEN
LAMPIRAN 3 PEMECAHAN PERSAMAAN SCHRODINGER UNTUK ELEKTRON DALAM ATOM HIDROGEN
A. Persamaan Schrodinger untuk Elektron dalam Atom Hidrogen
Persamaan Schrodinger untuk elektron atom hidrogen adalah
H E (1)* 2
dengan: 2 H V
Bila ditulis lengkap persamaan (1)* menjadi
2 2 2 2 E V 0 (2)*
Dalam koordinat bola (setelah memasukkan nilai V) persamaan (1)* menjadi
Untuk memecahkan persamaan (3)* digunakan teknik pemisahan variabel
r , , r R (4)*
Substitusi pers. (4)* ke pers. (3)* diperoleh
1 2 R
R
2 2 sin
r r sin
2 2 1 R 2 m e e 2 2 2 2 E R 0
r sin
4 o r 4 o r
2 kemudian dikalikan dengan 2 r sin diperoleh
2 m maka :
2 m 0 (6.a)*
4 o r * (6.b)
(6.b) 2 dibagi dengan sin
sin misalkan
4 o r sin
2 r E l l 1
2 l l 1
sin
sin
dengan sedikit aljabar diperoleh
* l
sin
sin d
sin
1 d 2 dR 2 m e e l l 1
B. Solusi persamaan (6.a) * d 2
d persamaan karakteristiknya
2 2 im
im m 0 im , solusinya Ae Be
Karena tidak ada gelombang pantul maka suku yang ada konsanta B bernilai nol.
Gambar L.3.1. Sudut dan 2 keduanya mengidentifikasi bidang meridian yang sama.
Dari gambar terlihat bahwa dan 2 keduanya mengidentifikasi bidang
meridian yang sama sehingga 2 atau
2 * m Ae Ae (9)
im
im
Karena fungsi gelombang harus bernilai tunggal maka untuk memenuhi pers (9) * , m harus berupa bilangan bulat.
m * = 0, 1, 2, 3, …, l (10)
Syarat normalisasi d 1 memberikan A
C. Solusi persamaan (7) *
sin
l l 1 2 0
z cos dan P z maka dz sin d ,
sehingga pers (8) * menjadi
1 z 0 (11) Persamaan (11) * identik dengan persamaan Legendre
dP
dz
dz
2 1 2 x y " 2 xy
2 y 0 , m l (12)
yang solusinya
P l x 1 x m P l x (fungsi Legendre terasosiasi)
dx
2 l ! dx
l 1 x
x 1 (formula Rodriguez) (13)
l = 0, 1, 2, 3, …
dengan konstanta normalisasi
* l
P x dx
Beberapa referensi mendefinisikan m P
untuk l m l dengan P l (Boass, 1982: 505).
Jadi solusi pers (7) * atau pers (11)
z N lm P l z
* N lm P l cos (15)
lm dicari dengan normalisasi dengan bantuan pers (14) diperoleh lm dicari dengan normalisasi dengan bantuan pers (14) diperoleh
Dari hubungan l m l dan l = 0, 1, 2, 3, …diperoleh m = 0, 1, 2, 3,…, l . l =| m |, | m | + 1, | m | + 2, …
D. Solusi persamaan (8) * 1 d 2 dR 2 m e e l l 1
r dr dr 4 0 r
Diasumsikan inti diam dan karenanya energi kinetiknya nol, sehingga dengan
memilih referensi energi nol, keadaan batas dari sistem memiliki energi negatif:
E = -|E| Dan didefinisikan
maka pers (8) * menjadi
1 d 2 dR l l 1 1
R 0 , 0 (18)
d 2 R 1 dekat solusinya dapat diaproksimasi dengan
2 R 0 yang
d 4 / 2 mempunyai solusi / R 2 e . Solusi e adalah tidak dapat diterima untuk sebuah fungsi eigen, karena meningkat tanpa batas ketika . Diasumsikan
L e
(19) di mana L( ) adalah sebuah polinomial
a o a 1 a
2 ... a v
(20) dengan a o 0 dan s adalah bilangan positif (jika s < 0 maka R jika
* 0 ). Substitusi pers (19) ke pers (18) diperoleh
2 d L dL
1 l 1 0 (21) d
2 2 s 1 s 1 s s
Untuk persaman (21)*, supaya menjaga validnya persamaan maka
s s 1 l l 1 0 sehingga s = l atau s= -l ( l+ 1 ), karena l 0 maka s = -l ( l+ 1 )
tidak dapat diterima karena perlakuan pada pers (19) * di mana s adalah bilangan positif. Dengan menggunakan s = l maka pers (21) * menjadi
dL
d d
l 1 L 0 (22)
substitusi pers (20) * ke (22) dan dengan pengaturan koefisien dari diperoleh :
2 a 2 6 a 3 12 a 4 ... v 1
v a
1 a 1 a 2 2 3 a 3 ... va v
a 1 2 a 2 3 a 3 ... va v
1 a 0 a 1 a 2 a 3 ... va v 0
Untuk koefisien 0
atau
a 0
Untuk koefisien 1
a a a l l a a l 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 0 atau 1 1 a 1 1 1 1 2 l 2
Jadi secara umum
a 1 v a * 1 v (23)
v 1 v 2 l 2
Deret (20) harus berakhir pada beberapa nilai terbatas dari v . Dengan kata lain, mengikuti pers (23) * ketika v
v 1 a v / v , jadi , L e akan
divergen. Untuk menjamin pembatasan ekspansi deret (20) * setelah (katakanlah) suku * v +1, dibutuhkan (menurut (23) ) pemenuhan
* v l 1 n bilangan bulat positif (24)
Karena nilai terendah v dapat diasumsikan nol, maka n l
* 1 atau = 0, 1, 2,…, ( n -1) (25) Dengan meletakkan * n pada pers (22) maka d 2 L
dL nl
2 2 l 1 n l 1 L nl 0 (26)
nl
Matematikawan, dengan alasan yang mereka punyai, telah memilih sebuah fungsi L p
q yaitu polinomial Laguerre terasosiasi yang mana memenuhi
dL q
q 0 (27)
sebuah perbandingan dari (26) * dan (27) menyatakan bahwa 2 l L 1 L
(28) nl * n l
menggunakan (20) * dan (28) serta s= l diperoleh
nl N nl e L n l (29)
Untuk menentukan nilai eigen (yaitu energi), dari keadaan ( n , l , m ) kita kembali ke pers (16) * , dengan meletakkan n diperoleh
32 0 n
Menggunakan (30) * pada ekspresi (16) untuk diperoleh / 2 na
0 . Jadi dengan meletakkan r memberikan
r na 0 R l r
R
nl N nl 2 r / na 0 e L n l 2 r / na 0 (31)
Syarat normalisasi memberikan N 2
n l
nl
Menggunakan tabel integral tentu
e 2 l 2 l 1 2 2 2 n
diperoleh (di mana kita menggunakan / 2 na 0 )
N * nl
na 0 2 n n l !
E. Bilangan Kuantum Orbital
Dari persamaan
1 d 2 dR 2 m e e l l 1
2 R 0 (33) r dr
4 0 r
Persamaan ini hanya mempersoalkan gerak elektron dari aspek radial, yaitu gerak
dr
mendekati atau menjauhi inti, di persamaan tersebut kita melihat E , energi total elektron. Energi total E mencakup energi kinetik gerak orbital yang tak berhubungan langsung dengan gerak radial. Kontradiksi ini dapat dihilangkan degan jalan pikiran sebagai berikut : Energi kinetik K elektron tersebut terdiri dari dua bagian, K radial yang ditimbulkan oleh gerak mendekati atau menjauhi inti, dan K orbital yang ditimbulkan oleh gerak
mengelilingi inti. Energi potensial V dari elektron adalah energi listrik :
4 o r
Jadi energi total elektron ialah
E K ra dia l K orbita l V
K ra dia l K orbita l
4 o r Dengan memasukkan rumusan E ke persamaan (33), setelah mengadakan
pengaturan kita peroleh
1 d 2 dR 2 m
orbita l 2 R 0
2 K ra dia l K
r dr dr 2 mr Jika kedua suku yang terakhir dalam tanda kurung persegi dalam persamaan itu
saling meniadakan, sehingga kita peroleh apa yang kita inginkan yaitu persamaan diferensial R (r) hanya mengandung fungsi dari vektor radius r saja. Jadi disyaratkan
1 orbita l *
Energi kinetik orbital elektron adalah
K orbita l mv orbita l
karena momentum sudut elektron L ialah
L mv orbita l r
maka energi kinetik orbital
K orbita l
2mr
Jadi persamaan (2)
L 1
* (35) Seperti E , momentum sudut terkuantisasi dan kekal. Kuantitas
1 , 054 x 10 J . s
h 34
merupakan satuan alamiah dari momentum sudut.
F. Bilangan Kuantum Magnetik
Elektron yang mengelilingi inti dapat dipikirkan sebagai sosok arus kecil dan memiliki dwikutub magnetik. Jadi elektron yang memiliki momentum sudut berinteraksi dengan medan magnetik eksternal B. Bilangan kuantum magnetik m memberi spesifikasi arah L dengan menentukan komponen L dalam arah medan. Gejala ini dikenal dengan kuantisasi ruang.
Jika kita ambil arah medan magnetik sejajar sumbu z, komponen L dalam arah itu ialah
z m (35)
Jempol searah dengan vektor momentum sudut
Jari tangan searah dengan gerak rotasional
Gambar L.3.2. Aturan tangan kanan untuk momentum sudut.
Gambar L.3.3. Kuantisasi ruang momentumsudut orbital. Di sini bilangan kuantum orbital l = 2, sehingga terdapat 2 l +1=5
harga yang mungkin untuk bilangan kuantum magnetic m dengan masing-masing harga bersesuaiaan dengan orientasi
yang berbeda relatif terhadap sumbu z .
Pembuktian persamaan (35) * sebagai berikut, kita punya operator momentum angular
(36) dan persamaan eigen
z
* i L z (37)
dimana * L
z adalah nilai eigen dari L . Solusi (37) adalah
* e
(38)
dari pers. (9) * dan pers. (38) diperoleh