PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI BENIH NILA MERAH (Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR

(1)

ABSTRACT

CLOVE OIL (Eugenia aromatica) UTILIZATION AS ANASTHETIC AGENT ON DRY SYSTEM TRANSPORTATION

OF RED TILAPIA (Oreochromis sp) JUVENILE

By

Dewa Nyoman Adi Sudama

The research of clove oil utilization as an anesthetic was used to determine the optimum concentration and duration of transportation to improve the survival rate of red tilapia juvenile. The research was conducted in Aquaculture Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung during January to March 2012. Complete randomized factorial design was used in this experiment which consist of two factors: variation of clove oil and the duration of transport and each treatment was repeated tree times. The observation results showed that the highest recovery time of red tilapia juvenile 19.87 minutes was accured in 0.0159 ml/l clove oil consentration on the six hours of duration transportation. The highest survival rate (SR) of red tilapia juvenile (100 %) was occured in 0.0159 ml/l clove oil consentration on the two hours of duration transportation.


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI

BENIH NILA MERAH (Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR

Oleh

Dewa Nyoman Adi Sudama

Penelitian mengenai pemanfaatan minyak cengkeh sebagai anestetik dilakukan untuk dapat menentukan konsentrasi dan lama transportasi yang optimum untuk meningkatkan survival rate benih nila merah. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari sampai Maret di Laboratorium Basah, Jurusan Budidaya Perairan, Universitas Lampung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi serta menggunakan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukan waktu pulih sadar benih nila merah terbaik sebesar 19.87 menit pada konsentrasi minyak cengkeh 0.0159 ml/l dan lama transportasi 6 jam. Survival rate (SR) benih nila merah terbaik mencapai 100% pada konsentrasi minyak cengkeh 0.0159 ml/l dan lama transportasi 2 jam.


(3)

PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI

BENIH NILA MERAH (Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR

(Skripsi)

Oleh

DEWA NYOMAN ADI SUDAMA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

(5)

PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica)

SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI

BENIH NILA MERAH (Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR

Oleh

Dewa Nyoman Adi Sudama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(6)

i DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahapan respon obat bius pada ikan………...…….. 12

2. Persentase mortalitas benih nila merah pada uji pendahuluan... 26

3. Parameter kualitas air pada pemingsanan ...…..….. 28

4. Kualitas air pada pengamatan waktu pulih sadar …... 31


(7)

ii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran………...…...…….. 5

2. Ikan nila merah………...…….. 9

3. Rumus bangun eugenol... 14

4. Rata-rata waktu pingsan benih nila merah... 27

5. Waktu pulih sadar ikan nila merah..…...….. 29

6. Survival Rate (SR) benih nila merah…....……... 32


(8)

iii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Road map penelitian………...………....… 41

2. Uji toksisitas………...………...…. 42

3. Data hasil simulasi transportasi………...…………....… 45

4. Laju pertumbuhan harian………...………... 46

5. Kualitas air pada pemingsanan benih nila merah... 47

6. Kualitas air pada pengamatan waktu pulih sadar... 48

7. Kualitas air pada saat pemeliharaan………... 49

8. Analisis sidik ragam waktu pulih sadar ………...… 52

9. Analisis sidik ragam survival rate……...…...…... 54

10. Analisis sidik ragam growth rate………...…...….. 56

11. Dokumentasi penelitian………...……. 58


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... i

DAFTAR GAMBAR... ii

DAFTAR LAMPIRAN... iii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian... 3

C. Manfaat Penelitian... 3

D. Kerangka Pikir... 4

E. Hipotesis... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Biologi Ikan Nila... 8

1.Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila... 8

2. Habitat Dan Daerah Penyebaran Ikan Nila... 9

B. Sistem Transportasi Benih Ikan... 10

C. Pembiusan (Anestesi) Benih Ikan... 11

D. . Senyawa Aktif Eugenol... 13

E. Bahan Anestesi... 14

III. METODE PENELITIAN... 17

A. Waktu dan Tempat... 17


(10)

C. Prosedur Penelitian... 18

1. Penelitian Pendahuluan... 18

2. Penelitian Utama... 19

a. Persiapan... 19

b. Pemingsanan Benih... 20

c. Simulasi Transportasi... 20

d. Pengamatan Pulih Sadar... 21

e. Pemeliharaan Benih... 21

D. Analisis Data... 22

E. Parameter yang Diamati... 23

a. Uji Toksisitas... 23

b. Kecepatan Pingsan... 23

c. Lama Pulih Sadar... 23

d. Derajat Kelangsungan Hidup... 23

e. Kecepatan Pertumbuhan Harian... 24

f. Pengukuran Kualitas Air... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 25

A. Uji Toksisitas Minyak Cengkeh... 25

B. Kecepatan Pingsan Benih Nila Merah... 26

C. Waktu Pulih Sadar Benih Nila Merah... 29

D. Survival Rate Benih Nila Merah... 32

E. Kecepatan Pertumbuhan Harian ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 39

A. Kesimpulan... 39

B. Saran... 39 DAFTAR PUSTAKA


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Berta Putri, S.Si., M.Si. ………

Sekretaris : Mahrus Ali, S.Pi., M.P. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Moh Muhaemin, S.Pi., M.Si. …………..…

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001


(12)

Karya sederhana ini ku persembahkan

Kepada...

.... Aji dan Biang Tersayang

...

M’tu dan M’de

...Dan Adikku Terkasih

Sahabat dan almamaterku


(13)

(14)

Judul Skripsi : PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI BENIH NILA MERAH

(Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR

Nama Mahasiswa : Dewa Nyoman Adi Sudama No. Pokok Mahasiswa : 0714111030

Jurusam / Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Berta Putri, S.Si., M.Si. NIP. 198109142008122002

Mahrus Ali, S.Pi., M.P. NIP. 198305202010121004

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Siti Hudaidah, Ir., M.Sc. NIP. 196402151996032001


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bali Agung, Lampung Selatan pada tanggal 12 November 1989. Sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dewa Nyoman Toyem dan Ibu Dewa Ayu Made Karnati.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) N 1 Bali Agung di selesaikan di SD N 1 Sukaraja pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 23 Bandar Lampung diselesaikan di SLTP N 2 Palas pada tahun 2004. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA N 1 Kalianda yang diselesaikan pada tahun 2007.

Sejak tahun 2007 penulis melanjutkan studi di program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di organisasi internal kampus diantaranya anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan dan Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu Universitas Lampung. Penulis juga aktif di Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Lampung dan terlibat langsung dalam berbagai usaha diantaranya budi daya lele, patin dan gurame yang di bina oleh Universitas Lampung dan dibiayayai oleh DIKTI.


(16)

Pada tahun 2009 melaksanakan praktek umum di Balai Riset Budidaya Ikan hias Air Tawar Depok, dengan judul “Pembenihan Ikan Mas Koki (Carrasius auratus). Penulis juga aktif dalam seminar dan diklat kewirausahan yang di adakan oleh Universitas Lampung dan lembaga perbankan Indonesia, seminar daerah baik oleh pemerintah dan perusahaan swasta nasional serta Latihan Kepemimpinan dan Management Tingkat Dasar (LKMM-TD) yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa.


(17)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan maha penyayang karena atas segala anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Penggunaan Minyak Cengkeh (Eugenia aromatica) Sebagai Anestetik Pada Transportasi Benih Nila Merah (Oreochromis sp.) Tanpa Media

Air”. Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan (S.Pi.) di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung.

3. Ibu Berta Putri S.Si., M.Si sebagai Pembimbing 1 dan Bapak Mahrus Ali S.Pi., M.P., sebagai Pembimbing 2 yang telah memberikan gagasan, saran, dukungan moril maupun materil dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Moh Muhaemin S.Pi., M.Si., sebagai Dosen Penguji yang telah


(18)

5. Bapak dan Ibu atas kasih sayang cinta dan perhatian serta do’a yang dihaturkan demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan penulis. 6. Kakak, saudara dan ponakanku atas semangat dan dukungan yang tiada

hentinya selama ini.

7. Adikku atas kasih sayang dan semangat serta selalu menemani penulis saat senang maupun susah.

8. Sahabatku Deta, Sutan, Noni, Andika, Hasyim, Rama, Vivi, Selly, Evi, Ume, Candra, Saka, Angga, Wayan, Tyo, Kang Hasyim, Bang Bayu, juki, leo dan semua sahabat-sahabatku yang tidak bisa kusebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat serta dukungan saat perkuliahan hingga penulisan skrispsi ini.

9. Teman-teman angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 atas bantuan dan semangatnya.

10.Brot n Sista, Anak Saung, Anak Kos Triputra dan Geng Batu atas bantuan dan telah mengisi hari-hari penulis dengan penuh tawa.

11.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan serta dukungannya hingga selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini.


(19)

Hanya do’a yang dapat kupersembahkan dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala kebaikan mereka. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(20)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi dan distribusi benih dari pusat pembenihan ke lokasi pembesaran merupakan salah satu kegiatan dalam budidaya ikan nila merah. Permasalahan yang sering dihadapai oleh petani ikan nila merah di Indonesia pada saat transportasi adalah tingkat kelangsungan hidup (SR) yang rendah hal tersebut disebabkan oleh perubahan kualitas air. Jhingran dan Pullin (1985) dalam Karnila (2001) menyatakan bahwa kematian ikan pada sistem transportasi umumnya disebabkan oleh tingginya kadar CO2, akumulasi amoniak, ikan terlalu aktif, infeksi bakteri dan luka fisik.

Metode yang memungkinkan benih ikan nila dapat dikirim dalam keadaan hidup ada dua cara, yaitu sistem basah (dengan media air) dan sistem kering (tanpa media air). Transportasi sistem kering pada prinsipnya adalah ikan dikondisikan dalam keadaan metabolisme dan respirasi rendah sehingga daya tahan di luar habitat hidupnya tinggi.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Berka (1986) dan Basyarie (1990)


(21)

2 hidup dapat dilakukan dengan penurunan suhu media hidupnya maupun penggunakan bahan-bahan pembius (anestesi) baik alami maupun buatan

Bahan anestetik kimia seperti tricaine (MS-222), quinaldine dan benzocain biasa digunakan sebagai zat pembius dalam transportasi induk ikan, benih dan ikan hias agar tingkat kelulusan hidup ikan tinggi sampai tempat tujuan, akan tetapi bila digunakan sebagai anestesi bahan anestetik kimia meninggalkan residu yang membahayakan kesehatan manusia (Sukarsa, 2005). Dari beberapa bahan kimia tersebut hanya MS-222 yang terdaftar di USA dengan ketentuan digunakan 21 hari sebelum penjualan atau pemanenan (Pratiwi, 2000).

Minyak cengkeh adalah salah satu anestesi dari bahan alami. Menurut Nurdjannah (2004), minyak cengkeh mengandung bahan aktif fenol eugenol yang mempunyai sifat sebagai stimulan, anestetik, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodi. Erdman (2004) dalam Nurdjannah (2004) menyatakan minyak cengkeh dapat digunakan sebagai alternatif pengganti larutan sianida sebagai bahan anestesi dalam penangkapan ikan hias dari tempat asalnya maupun selama proses penanganan, pemilihan dan transportasinya. Penelitian yang dilakukan Fauziah dkk (2010), mendapatkan minyak cengkeh mampu memingsankan ikan mas (Cyprinus carpio) dalam lama 8 menit 19 detik dalam 20 tetes.

Penelitian lebih lanjut mengenai diversifikasi penggunaan minyak cengkeh dalam bidang perikanan perlu dilakukan. Selama ini belum banyak dilakukan penelitian mengenai penggunaan minyak cengkeh dalam transportasi benih ikan nila merah tanpa media air. Dilakukan pengujian minyak cengkeh terhadap benih nila merah


(22)

3 sebagai anestesi yang meliputi konsentrasi minyak cengkeh yang dapat memingsankan benih nila merah, uji toksisitas minyak cengkeh. Selanjutnya dari uji biologis dapat ditentukan konsentrasi efektif minyak cengkeh yang digunakan sebagai anestesi dalam transportasi benih nila merah.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui interaksi terbaik antara konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi terhadap waktu pulih sadar benih nila merah pada transportasi tanpa media air.

2. Mengetahui interaksi terbaik antara konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi terhadap survival rate (SR) benih nila merah pada transportasi tanpa media air.

C. Manfaat

Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi mengenai penggunaan minyak cengkeh (Eugenia aromatica) sebagai anestesi benih nila merah pada transportasi tanpa media air kepada pembudidaya ikan nila merah.


(23)

4 D. Kerangka Pikir

Pusat pembenihan nila merah yang letaknya jauh dari lokasi pembesaran membutuhkan metode transportasi yang efektif dan efisien sehingga mampu mengurangi biaya oprasional budidaya. Transportasi benih nila merah dibagi menjadi dua yaitu transportasi dengan media air (sistem basah) dan tanpa media air (sistem kering).

Menurut Karnila (2001), salah satu cara transportasi benih adalah dengan penanganan sistem kering (tanpa media air). Metode yang digunakan dalam transportasi sistem kering adalah teknik immotilisasi yaitu pemingsanan benih dengan bahan anestesi. Bahan anestesi yang biasa digunakan adalah MS222, tetapi penggunaan bahan kimia sebagai anestesi meninggalkan residu yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Penelitian menggenai penggunaan bahan-bahan alami sebagai anestesi perlu dilakukan salah satunya adalah minyak cengkeh.

Penelitian yang telah dilakukan Nurdjanah (2004) menemukan bahwa minyak cengkeh mengandung eugenol yang mempunyai sifat anestetik sehingga minyak cengkeh dapat digunakan sebagai bahan anestesi. Minyak cengkeh mempunyai beberapa keunggulan sebagai anestesi dibandingkan bahan lain yang terbuat dari bahan kimia. Hal tersebut disebabkan karena minyak cengkeh sangat efektif walaupun dalam konsentrasi yang rendah, mudah dalam proses induksinya, waktu pemulihan kesadarannya (recovery time) lebih cepat dan harganya jauh lebih rendah dibandingkan bahan kimia lainnya (Munday and Wilson, 1997;


(24)

5 Keene et. al., 1998 dalam Nurdjanah, 2004). Secara umum kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran Transportasi benih nila merah

Media air (sistem basah)

Bahan Alami

 Efektif dalam konsentrasi yang rendah

 Mudah dalam proses induksinya

 Waktu pemulihan

kesadarannya lebih lama

 Harganya murah

Bahan kimia (sintetis)

Minyak cengkeh

Tanpa media air (sistem kering)

Anestesi

 MS-222

Quinaldine

Benzocain Mahal , meninggalkan

residu yang berbahaya Tidak efektif dan


(25)

6 E. Hipotesis

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu :

 Interaksi Minyak cengkeh dan lama transportasi terhadap waktu pulih sadar H0 : ABij =ABij = 0 untuk ij≠ij → Tidak ada pengaruh interaksi antara

konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi berpengaruh terhadap waktu pulih sadar benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%

H1 : ABij ≠ ABij ≠ 0 untuk ij≠ij → Ada pengaruh interaksi antara konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi konsentrasi minyak cengkeh terhadap waktu pulih sadar benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%

 Interaksi Minyak cengkeh dan lama transportasi terhadap SR

H0 : ABij =ABij = 0 untuk ij≠ij → Tidak ada pengaruh interaksi antara konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi berpengaruh terhadap SR (survival rate) benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%

H1 : ABij ≠ ABij ≠ 0 untuk ij≠ij → Ada pengaruh interaksi antara konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi terhadap SR (survival rate) benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%


(26)

7 2. Hipotesis Uji Duncan

 Interaksi Minyak cengkeh dan lama transportasi terhadap waktu pulih sadar H0 : ABij =ABij = 0 untuk ij≠ij Tidak ada pengaruh antar interaksi konsentrasi

minyak cengkeh dan lama transportasi yang memberikan pengaruh berbeda terhadap waktu pulih sadar benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%.

H1 : ABij ≠ ABij ≠ 0 untuk ij≠ij Minimal ada sepasang interaksi antara konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi yang memberikan pengaruh berbeda terhadap waktu pulih sadar benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%.

 Interaksi Minyak cengkeh dan lama transportasi terhadap SR

H0 : ABij =ABij = 0 untuk ij≠ij Tidak ada pengaruh antar interaksi konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi yang memberikan pengaruh berbeda terhadap SR (survival rate) benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%.

H1 : ABij ≠ ABij ≠ 0 untuk ij≠ij Minimal ada sepasang interaksi antara konsentrasi minyak cengkeh dan lama transportasi yang memberikan pengaruh berbeda terhadap SR (survival rate) benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%.


(27)

8 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Nila

1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila merah adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis sp. Strain : Nila Merah

Ikan nila mempunyai bentuk tubuh memanjang dan ramping dengan rasio perbandingan 3:1 antara panjang total dengan tinggi badan. Tubuh ditutupi sisik berukuran besar dan kasar dengan gurat sisi terputus di bagian tengah badan


(28)

9 kemudian berlanjut dengan letak lebih rendah. Ikan nila merah memiliki lebar dan panjang batang ekor dengan ukuran yang sama (Gambar 2).

Gambar 2. Ikan nila merah

Jumlah tulang belakang berkisar antara 30–32. Sirip ekor berbentuk agak membulat. Warna pada musim pemijahan menunjukkan sirip dada, punggung dan ekor akan menjadi agak kemerahan. Rahang dari ikan jantan dewasa agak membesar (panjang dari rahang bawah berkisar antara 29–37% dari panjang kepala) sedangkan pada betina berbentuk agak meruncing. Ikan nila memiliki rumus sirip punggung D XV 10; sirip ekor C II 15 dan sirip perut V I 6 (Rukmana, 1997).

2. Habitat dan Daerah Penyebaran Ikan Nila Merah

Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya sehingga dapat dipelihara di perairan payau hingga di perairan tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-380C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-270C. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan nila adalah 25-300C. Pertumbuhan ikan nila akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 140C atau pada suhu tinggi 380C. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 60C atau 420C. Faktor Mulut

Sirip punggung Sirip dada

Mata

Sirip dubur Sirip ekor

Insang


(29)

10 lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas atau kadar garam di suatu perairan. Ikan nila bisa tumbuh dan berkembangbiak pada kisaran salinitas 0-9‰. (Rukmana, 1997).

B. Sistem Transportasi Benih Nila Merah

Menurut Handisoepardjo (1982) dalam Anastasia (2009) transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dari lingkungan asalnya dan disertai perubahan–perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Keberhasilan mengurangi pengaruh mendadak dari perubahan dan lingkungan itu memberi kemungkinan mengurangi tingkat kematian dan tujuan transportsi dapat tercapai. Sebelum ditransportasikan ikan hidup akan mengalami perubahan fisiologi dari keadaan hidup aktif menjadi imotil melalui proses pembiusan (Setiabudi et.al., 1995 dalam Hidayah, 2008)

Terdapat dua metode transportasi ikan hidup, yaitu transportasi dengan menggunakan air sebagai media (sistem basah) dan yang kedua adalah transportasi tanpa menggunakan media air (sistem kering). Pada transportasi jarak jauh dan lama (lebih dari 24 jam) biasanya digunakan sistem tertutup. Metode yang paling sederhana pada sistem tertutup adalah dengan menggunakan kantung plastik yang diisi air dan oksigen murni, dengan perbandingan antara air dan oksigen adalah 1:2, lalu diikat rapat. Transportasi sistem kering adalah sistem transportasi tanpa menggunakan media air. Pada prinsipnya, transportasi sistem kering, ikan dikondisikan dalam keadaan metabolisme dan respirasi rendah


(30)

11 sehingga daya tahan di luar habitat hidupnya tinggi (Jhigran and Pullin, 1985; Berka, 1986; Basyarie, 1990 dalam Anastasia, 2009).

Sebelum dilakukan transportasi, ikan sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu selama 48 jam. Hal tersebut bertujuan untuk mengosongkan saluran pencernaan agar metabolisme menurun. Faktor yang sangat penting pada transportasi ikan adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai. Tetapi hanya faktor ini saja tidak menjamin ikan akan berada dalam kondisi yang baik. Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi terhadap stres, suhu air, pH, konsentrasi CO2, akumulasi amoniak, ikan terlalu aktif, infeksi bakteri, dan luka fisik akibat penanganan yang tidak tepat. Disamping itu goncangan dan tekanan selama perjalanan dapat menyebabkan stres fisik pada ikan (Taurusman, 1996 dalam Anastasia, 2009)

C. Pembiusan (Anestesi)

Anestesi adalah suatu keadaan hilangnya sensasi perasaan (dingin, panas) raba,

posture dan nyeri yang biasanya dihubungkan dengan hilangnya kesadaran. Anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “an-" yang berarti tidak atau tanpa dan kata aesthēto yang berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan tubuh (Sherk and Moyle, 1990; Santoso, 2005 dalam Anastasia, 2009).

Tujuan pembiusan ikan adalah menenangkan ikan sehingga aktivitasnya berkurang, mengurangi konsumsi oksigen, mengurangi produksi karbondioksida


(31)

12 yang mudah terurai dan tidak menimbulkan efek negatif terhadap ikan (Tahe, 2006). Bahan anestesi biasanya digunakan untuk pembiusan ikan selama proses penandaan (tagging/marking), pemijahan dengan cara pengurutan (stripping), pembedahan, pengambilan darah, pengukuran dan penimbangan (Fahmi, 1999)

Tabel 1. Tahapan respon obat bius pada ikan

Tahap Kondisi Respon

I Sedation Motion dan bernafas dengan lemah

II Anesthesia Sebagian kehilangan keseimbangan, reaktif untuk menyentuh stimulus

III Surgical anesthesia

Total kehilangan keseimbangan, tidak ada reaksi untuk menyentuh stimulus

Sumber : (Coyle, 2004 dalam Anastasia, 2009)

Pada prinsipnya proses pembiusan ikan meliputi tiga tahap yaitu: berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organisme, difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan pembius ke dalam darah, dan sirkulasi darah dan difusi jaringan yang menyebarkan substansi tersebut ke seluruh tubuh. Kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel sangat beragam, bergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak setiap jaringan. Dengan sifat bahan pembius yang mudah larut dalam air dan lemak akan mempercepat proses difusi zat pembius dalam aliran darah melalui insang. Masuknya cairan pembius ke dalam sistem darah akan disebarkan ke seluruh tubuh termasuk otak dan jaringan lain (Hunn, 1970 dalam Pratiwi, 2000).

Pada proses penanganan dan pembisuan ikan ada dua respon dalam fisiologi ikan, yang pertama adalah akumulasi asam laktat dalam darah. Menyebabkan ikan


(32)

13 kekurangan oksigen sehingga energi yang diperlukan untuk aktivitasnya diperoleh secara anaerob tersebut menghasilkan asam laktat, CO2 dan H2O. Asam laktat tersebut tidak mudah dilepaskan atau dibuang atau digunakan untuk membentuk glikogen kembali dengan bantuan oksigen. Asam laktat akan menumpuk dalam otot dan darah karena persediaan oksigen yang terbatas. Keberadaan asam laktat dalam darah dalam jumlah banyak menyebabkan pH darah menjadi turun. Jika pH darah menurun maka kemampuan darah untuk mengikat oksigen menjadi menurun. Respon yang kedua adalah deuresis yaitu pengeluaran atau ekskresi urin yang tidak normal. Pada peristiwa ini total volume yang dikeluarkan per unit waktu menjadi meningkat dan konsentrasi urin meningkat serta konsentrasi ion Mg2+ dan Ca2+ meningkat (Pratiwi, 2000).

D. Senyawa Aktif Eugenol

Minyak yang diperoleh dari tanaman cengkeh disebut minyak cengkeh (clove leaf oil) dengan cara destilasi uap dari daun, ranting dan bunga cengkeh yang sudah tua atau yang telah gugur. Kadar minyak cengkeh bergantung kepada jenis, umur dan tempat tumbuh tanaman cengkeh yaitu sekitar 5-6%. Komponen utama minyak cengkeh adalah eugenol yaitu sekitar 70-90% (Nurdjanah, 2004).

Menurut Rumondang (2004), eugenol merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning-pucat, dapat larut dalam alkohol, eter dan kloroform. Mempunyai rumus molekul C10H12O2 dengan bobot molekulnya adalah 164,20 dan titik didih 250-255°C. Eugenol dapat larut dalam dua bagian volume etanol 70%, dapat larut dalam etanol 90% dan eter. Rumus Bangunnya adalah :


(33)

14 Gambar 3. Rumus bangun eugenol

Sumber : Rumondang, 2004 E. Teknik Anestesi

Adapun teknik pembiusan yang biasa digunakan untuk anestesi ikan menurut Coyle dan J.S. Tidwell (2004) adalah sebagai berikut :

1. Fisik

a. Hipotermia (Suhu Dingin)

Air dingin akan meningkatkan DO dan mengurangi aktivitas dan konsumsi oksigen ikan. Air dapat didinginkan dengan pendinginan atau dengan menambahkan es. Ikan mas dapat diaklimatisasi pada suhu 23oC dan bertahan dibius selama 5 jam. Lobster dapat diangkut dengan kepadatan (100-200 g/l) jika air didinginkan pada suhu 16-18oC. Stres dapat disebabkan oleh penanganan,

grading, dan transportasi. Transportasi dengan cara menambahkan es ke dalam air bertujuan untuk mengurangi aktivitas metabolisme. Bahan anestesi dapat bermanfaat dalam transportasi massal ikan, terutama untuk jarak jauh dan bila kepadatan ikan tinggi (Coyle dan Tidwell, 2004 dalam Anastasia, 2009).

b. Arus listrik

Penyetruman dilakukan dengan mengamati pengaruh voltase dan lama penyetruman terhadap respon ikan uji serta lama waktu yang dibutuhkan untuk penyadaran. Penyetruman untuk anestesi terhadap benih dilakukan untuk


(34)

15 mengetahui pengaruh voltase dan lama pengepakan terhadap kelangsungan hidup ikan uji. Arus AC bertegangan 0,5-2,5 V tidak memberikan pengaruh pingsan terhadap induk redfin, tegangan 3-4 V menyebabkan pingsan ringan, dan 43-5 V mengakibatkan pingsan berat. Tegangan efektif yang dapat digunakan untuk mengakibatkan benih patin berukuran I inchi pingsan berat adalah 20-25 V, sedangkan untuk benih berukuran 2 inchi adalah 30-55 V. Akan tetapi, pemingsanan pada benih tidak rnemberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup pada transportasi selama 6, 12, dan 24 jam (Albani, 2008).

2. Kimia

a. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida telah digunakan sebagai bahan obat bius untuk beberapa tahun khususnya selama transportasi. Karbondioksida sangat larut dalam air dan hanya dapat disebarkan ke air sebagai CO2 gas. Karbondioksida efektif pada ikan Forel dosis 120 sampai 150 mg/l dan 200 mg/l untuk benih ikan mas serta 250 mg/I untuk ikan mas ukuran kosumsi (Coyle dan Tidwell, 2004 dalam Anastasia, 2009).

b. MS-222

Tricainemethanesulfonate atau MS-222 dikenal di pasaran sebagai tricaine-S dan

finquel. Senyawa MS-222 berupa kristal serbuk putih yang dapat larut dalam air dan dapat membuat pH air rendah, dapat mengganggu ikan serta menimbulkan efek samping berbahaya. Senyawa ini mampu memingsankan ikan tercepat yaitu 15 detik. Ikan patin (Ictalurus punctatus) memerlukan ke 25 mg/l untuk bahan anestesi dan 100 sampai 250 mg/l untuk obat bius penuh, dengan waktu induksi 3 menit. Dosis 100 mg/l diperlukan untuk beberapa spesies, termasuk Tilapia.


(35)

16 Pemulihan dan keseimbangan dapat kembali setelah beberapa menit. Pembiusan ikan forel efektif pada konsentrasi 40 mg/l dan batas maksimum pada konsentrasi 63 mg/l (Coyle dan Tidwell, 2004 dalam Anastasia, 2009).

c. Minyak biji pala

Minyak bijji pala mengandung senyawwa miristin yang berfungsi sebagai bahan anestesi untuk mengurangi stres pada transportasi. Minyak biji pala berpengaruh terhadap waktu pingsan, waktu pulih sadar, dan derajat kelulushidupan. Dosis 100 mg/l memberikan motilitas tertinggi rata-rata 2.7. Dosis 50 mg/l memberikan umur sperma tertinggi yaitu 8.71 menit. Dosis 150 ml/l memberikan jumlah sperma terbanyak 77.33x107 sel/ml (Anastasia, 2009).

d. Ekstrak alga laut (Caulerpa sertularoides)

Ekstrak Caulerpa sertularioides dapat memingsankan maupun mematikan ikan kerapu lumpur (Ephinephelus suillus) tergantung dari konsentrasi yang digunakan. Pada media air laut, konsentrasi yang dapat mematikan 50 % ikan selama waktu dedah 24 dan 48 jam berturut-turut adalah 0,646% dan 0,485%. Pada konsentrasi 0,295 %, 0,642 %, 0,946 % dan 1,346 % dapat memingsankan 50 % populasi kerapu masing-masing dalam waktu 18,27; 18,01; 15,19; 11,81 menit dan kerapu dapat pulih sadar setelah 20-30 menit. Penggunaan ekstrak ganggang laut untuk transportasi tanpa media air selama 12 jam memperlihatkan bahwa pada konsentrasi 0,946% kelangsungan hidup ikan kerapu dapat mencapai 100% (Sukarsa, 2005).


(36)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian adalah bak beton berukuran 1.5 m x 1 m x 1 m, DO-meter, Termometer, pH-meter, Stopwacth, Aquarium berukuran 10 cm x 15 cm x 30 cm, 50 cm x 40 cm x 40 cm, Plastic packing, gelas ukur, Hi-blow,

scoopnet, timbangan, styrofoam berukuran 50cm x 35cm x 30cm dengan ketebalan 3 cm. dan kertas label.

Bahan yang digunakan adalah air yang telah diaerasi selama 48 jam, minyak cengkeh dengan kandungan eugenol 98,5%, bahan pendingin berupa serbuk gergaji, es batu dan ikan uji yaitu benih ikan nila merah. Benih nila merah berasal dari lokasi budidaya di Pagelaran, Provinsi Lampung dengan panjang total 8-10 cm dan berat minimal 20 gram.


(37)

18

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri atas dua tahap yaitu tahap pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan berupa penentuan median lethal concentration

(LC-50) yang dilaksanakan dengan uji toksisitas menggunakan metode probit menurut Finney (1971). Penelitian utama berupa simulasi transportasi menggunakan sistem kering (tanpa media air) dengan bahan anestesi minyak cengkeh.

1. Penelitian Pendahuluan

Uji Toksisitas

Pengujian aktivitas bahan anestetik minyak cengkeh meliputi penentuan toksisitas yang dinyatakan dengan median lethal concentration LC-50. median lethal concentration (LC-50) merupakan konsentrasi yang menyebabkan 50 % hewan uji mengalami kematian. Menurut Finney (1971) konsentrasi perlakuan pada uji toksisitas minyak cengkeh ditentukan dalam interval logaritmik yang diperoleh dengan rumus: ) 2 ...( ) 1 ...( )... (log log e N d e c d b c a b n a n a k n N      

N = konsentrasi ambang atas n = konsentarsi ambang bawah k = jumlah konsentrasi yang diuji a,b,c,d , e = konsentrasi dalam deret yang akan ditentukan.


(38)

19

Dengan rumus (1) dapat dihitung nilai konsentrasi terkecil. Selanjutnya dapat dihitung berturut-turut konsentrasi b, c, d dan e dengan menggunakan rumus (2).

Median lethal concentration (LC-50) menurut deret logaritmik didapatkan 5 konsentrasi perlakuan yaitu 0.0159 ml/l, 0.0253 ml/l, 0.04 ml/l. 0.063 ml/l dan 0.09 ml/l dan. Benih nila merah dimasukkan dalam setiap wadah percobaan, selama percobaan nila merah dipuasakan dan media air diberi aerasi. Pengamatan dilakukan pada waktu dedah 24 jam. Setelah bahan anestetik dituangkan ke dalam wadah uji kemudian ikan dimasukan dan diamati pergerakannya. Nila merah yang mati dikeluarkan untuk mencegah tercemarnya media uji.

2. Penelitian Utama

Penelitian utama terdiri dari beberapa tahapan yaitu : a. Persiapan

Penelitian ini menggunakan benih nila merah yang diambil dari pembudidaya di daerah Pagelaran, Provinsi Lampung. Ikan diambil dalam keadaan hidup, sehat dan normal dengan panjang total 8 - 10 cm dan berat berkisar 20 - 30 gram. Jumlah ikan yang digunakan pada penelitian utama adalah 15 ekor. Bahan kemasan terbuat dari kotak styrofoam dengan ukuran 50 cm x 35 cm x 31 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Sedangkan media pendingin yang digunakan adalah serbuk gergaji yang berasal dari kayu Jati (Tectona grandis) yang diperoleh dari pengrajin kayu di Bandar Lampung.

Serbuk gergaji tersebut dibersihkan dengan cara pengayakan, direndam dengan air tawar selama 24 jam, dicuci dengan air tawar sebanyak tiga kali dan setiap selesai


(39)

20

pencucian dilakukan penjemuran hingga kering. Serbuk gergaji yang telah kering dilembapkan dengan air tawar dengan perbandingan 1 : 1,5 dan didinginkan sesuai dengan suhu penyimpanan, untuk selanjutnya serbuk gergaji tersebut siap digunakan sebagai media pendingin selama transportasi.

b. Pemingsanan Benih

1. Akuarium disiapkan sebanyak 27 buah dan masing-masing diisi air sebanyak 4 liter, diaerasi sebelumnya selama 24 jam.

2. Minyak cengkeh ditambahkan pada media sebagai bahan anestesi pada beberapa konsentrasi yaitu 0.0159 ml/l, 0.0253 ml/l, 0.04 ml/l.

3. Benih nila merah dimasukan dalam akuarium sebanyak 15 ekor/akuarium dan waktu pingsan ikan dicatat. Indikator ikan telah pingsan adalah pergerakan ikan tidak aktif, ikan berdiam di dasar dan operkulum bergerak lemah.

4. Setelah benih nila merah pingsan, ikan diangkat dan dimasukan dalam

styrofoam yang berisi serbuk gergaji yang telah disiapkan sebelumnya.

c. Simulasi Transportasi

Pengemasan dilakukan dalam kotak Styrofoam. Hancuran es (0,5 kg) yang dibungkus kantung plastik diletakan di dasar kemudian ditutup dengan kertas koran. Serbuk gergaji lembab dingin (180C) setebal sekitar 10 cm dihamparkan diatas kertas Koran kemudian diatas lapisan hamparan serbuk gergaji diletakan benih nila merah yang sudah imotil atau pingsan berderet rapi. Diatas ikan dihamparkan kembali media serbuk gergaji lembab dingin setebal sekitar 5 cm.


(40)

21

Benih ikan nila merah yang telah dimasukan dalam styrofoam ditutup rapat dan diberi selotip agar suhu dalam media konstan. Simulasi transportasi dilakukan di tempat dengan asumsi bahwa jarak tempuh dihitung sama dengan waktu transportasi dan goncangan saat dalam perjalanan seminimal mungkin. Simulasi transportasi dilakukan selama tiga waktu pengamatan yang berbeda yaitu 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

d. Pengamatan Pulih Sadar

1. Akuarium disiapkan sebanyak 27 buah dan diisi air sebanyak 15 liter. 2. Setelah waktu simulasi selesai dilakukan benih nila merah diambil

kemudian dimasukan dalam akuarium dan diamati sampai benih sadar sebagai indikator benih nila merah bergerak aktif

3. Mengamati dan mencatat waktu pulih sadar dan survival rate benih nila merah.

e. Pemeliharaan Benih

1. Akuarium disiapkan sebanyak 27 buah dan diisi air sebanyak 15 liter yang telah diaerasi selama 48 jam.

2. Benih nila merah dimasukan ke dalam aquarium dan dipelihara selama 10 hari.

3. Pemberian pakan secara adlibitum dengan pakan komersial.


(41)

22

D. Analisis Data

Adapun perlakuan yang diujikan berupa konsentrasi dibawah sublethal dari minyak cengkeh dengan perlakuan konsentrasi uji : 0.0159 ml/l, 0.253 ml/l, 0.04 ml/l. Waktu transportasi 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

Penelitian menggunakan rancangan faktorial dengan dasar rancangan acak lengkap (RAL). Model rancangan yang digunakan yaitu :

ij ABij

Bj Ai

Yij

   

i=1,2,3...a j=1,2,3...a u=1,2,3...u Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada waktu transportasi ke-j dan konsentrasi minyak cengkeh ke-i terhadap survival rate benih nila merah. µ = Rataan umum

Ai = Pengaruh konsentrasi minyak cengkeh ke-i Bj = Pengaruh waktu transportasi ke-j

ABij = Pengaruh interaksi antara konsentrasi minyak cengkeh ke-i dengan waktu transportasi ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan pada waktu transportasi ke-j dan

konsentrasi minyak cengkeh ke-i terhadap SR (survival rate) benih ikan nila merah.

Analisis data menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan (Stell and Torrie, 1991).


(42)

23

F. Parameter yang Diamati

1. Uji Toksisitas

Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengujian toksisitas LC- 50 yaitu dengan analisa probit (Finney, 1971).

2. Kecepatan Pingsan

Kecepatan pingsan diukur dari awal pemberian bahan anestesi sampai ikan pingsan. Ikan yang pingsan ditandai dengan pergerakan operkulum yang lambat dan ikan berdiam di dasar.

3. Waktu Pulih Sadar

Waktu pulih sadar benih nila merah dihitung setelah simulasi transportasi dengan cara benih nila merah dimasukan ke dalam aquarium berisi air tawar yang telah diaerasi selama 24 jam kemudian dihitung sampai ikan pulih dari pingsan, ikan akan terlihat bergerak aktif.

4. Derajat Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup (survival rate) merupakan nilai perbandingan antara jumlah ikan yang hidup hingga akhir pengepakan dengan jumlah ikan pada awal pengepakan. Menurut Effendi (1997) dalam Anastasia (2009) untuk menghitung SR dapat digunakan rumus yaitu:


(43)

24

% 100 No Nt

SR  

Keterangan :

SR = derajat kelangsungan hidup Nt = jumlah ikan akhir (ekor) No = jumlah ikan awal (ekor) 5. Kecepatan Pertumbuhan Harian

Kecepatan pertumbuhan harian adalah kecepatan pertumbuhan dalam kurun waktu tertentu (hari). Menurut Effendi (1997) dalam Dewi (2012) kecepatan pertumbuhan harian dapat dinyatakan dengan rumus:

t W Wt 0 GR  

Keterangan :

GR :Kecepatan pertumbuhan harian (g/hari) Wt : Berat rata - rata akhir (gram)

W0 : Berat rata - rata awal (gram) t : Lama pemeliharaan (hari)

6. Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air di ukur saat pembiusan dan pengamatan waktu pulih sadar serta tahap pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diamati meliputi oksigen terlarut, pH, dan suhu.


(44)

38 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Waktu pulih sadar benih nila merah terbaik sebesar 19.87 menit pada konsentrasi minyak cengkeh 0.0159 ml/l dan lama transportasi 6 jam.

2. Survival rate (SR) benih nila merah terbaik mencapai 100% pada konsentrasi minyak cengkeh 0.0159 ml/l dan lama transportasi 2 jam.

B. Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu melakukan perbandingan mengenai tingkat efisiensi dan efektifitas transportasi sistem kering menggunakan berbagai media pengisi seperti serbuk gergaji, sabut kelapa dan jerami padi.


(45)

39 DAFTAR PUSTAKA

Albani, RI. Saleh, R. Diamahesa, WA. 2008. Teknik Anestesi Ikan Menggunakan Arus Listrik. [PKMP]. Institur Pertanian Bogor.

Anastasia, RD. 2009. Kualitas Sperma Pasca Pengangkutan dari Induk Ikan Mas Koki (Carassius auratus) yang Dianestesi dengan Minyak Biji Pala. (Skripsi). Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. Dewi, EN. 2012. Pengaruh Berbagai Kepadatan Azolla sp. Terhadap Kualitas Air

dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Pemeliharaan Tampa Ganti Air. (Skripsi). Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Efendi, E. Harpeni, E. _. Petunjuk Praktikum Ekotoxikologi Perairan. Program Study Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung. Fahmi, M. 2008. Pengaruh Pemberian Bahan Anestesi MS-222 Terhadap

Kelulushidupan Benih Ikan Patin (Pangasius suchi) Pada Proses Pengangkutan. (skripsi). Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Fauziah, RN. Miranti, S. Agustiyawan, S. 2010. Pemingsanan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Tembakau, Ekstrak Mengkudu dan Ektra Cengkeh.[PKM AI]. Institur Pertanian Bogor.

Finney, DJ. 1971. Probit Analysis. Profesor of Statistics in the University of Edinburg. Third Edition. Director of the Agricultural Research Council Unit of statistics. United States.

Hidayah, M. 2008. Studi Penggunaan Gas CO2 sebagai Bahan Pembius untuk

Transportasi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). http : bbat-sukabumi.tripod.com/transportasi.html. Diakses pada 12 oktober 2011.

Karnila, RE. 2001. Pengaruh Waktu dan Suhu Pembiusan Bertahap Terhadap Ketahan Hidup Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi) Dalam Transportasi Sistem Kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151- 167. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau


(46)

40 Khairuman dan Amri, K. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta.

Agromedia Pustaka.

Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian.Vol.3, No. 2. Bogor

Pratiwi, T. 2000. Pengkajian Pengaruh Pembiusan dengan Minyak Pala pada Ikan Nila (Oreochormis niloticus) GIFT dan Penerapanya dalam Proses Pengangkutan. (Tesis). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rahmawati, H. 2006. Pengaruh Pemberian Minyak Cengkeh (Eugenia aromatica) Sebagai Bahan Pembius Terhadap Lama Waktu Pingsan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) Selama Proses Pengangkutan. (Tesis). Universitas Muhamadiyah Malang.

Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta. Rumondang, B. 2004. Reaksi Asetilasi eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol.

Digital Librabry USU. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan Jilid II. Binacipta. Bandung.

Stell, RGD and Torie, HJ. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia. Jakarta.

Suryaninggrum, D. Utomo, BSD. Wibowo, S. 2005. Teknologi penanganan dan Transportasi Krustacea Hidup. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta Pusat.

Sukarsa, D. 2005. Penerapan Teknik Imotilisasi Menggunakan Ekstrak Alga Laut (Coulerpa sertulorides) dalam Transportasi Ikan Kerapu (Ephinephelus suilus) Hidup Tampa Medi Air.Bulletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol viii nomor 1.

Staf Pengajar Departemen Teknologin Hasil Perairan FKIP IPB.

Tahe, S. 2008. Penggunaan Phenoxyethanol, Suhu Dingin dan Kombinasi Suhu Dingin dan Phenoxyethanol dalam Pembiusan Bandeng Umpan. Jurnal media aquakultur volum 3 nomor 2. Balai riset budi daya air payau. Maros.


(1)

22 D. Analisis Data

Adapun perlakuan yang diujikan berupa konsentrasi dibawah sublethal dari minyak cengkeh dengan perlakuan konsentrasi uji : 0.0159 ml/l, 0.253 ml/l, 0.04 ml/l. Waktu transportasi 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

Penelitian menggunakan rancangan faktorial dengan dasar rancangan acak lengkap (RAL). Model rancangan yang digunakan yaitu :

ij ABij

Bj Ai

Yij

   

i=1,2,3...a j=1,2,3...a u=1,2,3...u Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada waktu transportasi ke-j dan konsentrasi minyak cengkeh ke-i terhadap survival rate benih nila merah. µ = Rataan umum

Ai = Pengaruh konsentrasi minyak cengkeh ke-i Bj = Pengaruh waktu transportasi ke-j

ABij = Pengaruh interaksi antara konsentrasi minyak cengkeh ke-i dengan waktu transportasi ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan pada waktu transportasi ke-j dan

konsentrasi minyak cengkeh ke-i terhadap SR (survival rate) benih ikan nila merah.

Analisis data menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan (Stell and Torrie, 1991).


(2)

23 F. Parameter yang Diamati

1. Uji Toksisitas

Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengujian toksisitas LC- 50 yaitu dengan analisa probit (Finney, 1971).

2. Kecepatan Pingsan

Kecepatan pingsan diukur dari awal pemberian bahan anestesi sampai ikan pingsan. Ikan yang pingsan ditandai dengan pergerakan operkulum yang lambat dan ikan berdiam di dasar.

3. Waktu Pulih Sadar

Waktu pulih sadar benih nila merah dihitung setelah simulasi transportasi dengan cara benih nila merah dimasukan ke dalam aquarium berisi air tawar yang telah diaerasi selama 24 jam kemudian dihitung sampai ikan pulih dari pingsan, ikan akan terlihat bergerak aktif.

4. Derajat Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup (survival rate) merupakan nilai perbandingan antara jumlah ikan yang hidup hingga akhir pengepakan dengan jumlah ikan pada awal pengepakan. Menurut Effendi (1997) dalam Anastasia (2009) untuk menghitung SR dapat digunakan rumus yaitu:


(3)

24 %

100 No Nt

SR  

Keterangan :

SR = derajat kelangsungan hidup Nt = jumlah ikan akhir (ekor) No = jumlah ikan awal (ekor) 5. Kecepatan Pertumbuhan Harian

Kecepatan pertumbuhan harian adalah kecepatan pertumbuhan dalam kurun waktu tertentu (hari). Menurut Effendi (1997) dalam Dewi (2012) kecepatan pertumbuhan harian dapat dinyatakan dengan rumus:

t W

Wt 0

GR  

Keterangan :

GR :Kecepatan pertumbuhan harian (g/hari) Wt : Berat rata - rata akhir (gram)

W0 : Berat rata - rata awal (gram) t : Lama pemeliharaan (hari)

6. Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air di ukur saat pembiusan dan pengamatan waktu pulih sadar serta tahap pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diamati meliputi oksigen terlarut, pH, dan suhu.


(4)

38 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Waktu pulih sadar benih nila merah terbaik sebesar 19.87 menit pada konsentrasi minyak cengkeh 0.0159 ml/l dan lama transportasi 6 jam.

2. Survival rate (SR) benih nila merah terbaik mencapai 100% pada konsentrasi minyak cengkeh 0.0159 ml/l dan lama transportasi 2 jam.

B. Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu melakukan perbandingan mengenai tingkat efisiensi dan efektifitas transportasi sistem kering menggunakan berbagai media pengisi seperti serbuk gergaji, sabut kelapa dan jerami padi.


(5)

39 DAFTAR PUSTAKA

Albani, RI. Saleh, R. Diamahesa, WA. 2008. Teknik Anestesi Ikan Menggunakan Arus Listrik. [PKMP]. Institur Pertanian Bogor.

Anastasia, RD. 2009. Kualitas Sperma Pasca Pengangkutan dari Induk Ikan Mas Koki (Carassius auratus) yang Dianestesi dengan Minyak Biji Pala. (Skripsi). Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. Dewi, EN. 2012. Pengaruh Berbagai Kepadatan Azolla sp. Terhadap Kualitas Air

dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Pemeliharaan Tampa Ganti Air. (Skripsi). Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Efendi, E. Harpeni, E. _. Petunjuk Praktikum Ekotoxikologi Perairan. Program Study Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung. Fahmi, M. 2008. Pengaruh Pemberian Bahan Anestesi MS-222 Terhadap

Kelulushidupan Benih Ikan Patin (Pangasius suchi) Pada Proses Pengangkutan. (skripsi). Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Fauziah, RN. Miranti, S. Agustiyawan, S. 2010. Pemingsanan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Tembakau, Ekstrak Mengkudu dan Ektra Cengkeh.[PKM AI]. Institur Pertanian Bogor.

Finney, DJ. 1971. Probit Analysis. Profesor of Statistics in the University of Edinburg. Third Edition. Director of the Agricultural Research Council Unit of statistics. United States.

Hidayah, M. 2008. Studi Penggunaan Gas CO2 sebagai Bahan Pembius untuk

Transportasi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). http : bbat-sukabumi.tripod.com/transportasi.html. Diakses pada 12 oktober 2011.

Karnila, RE. 2001. Pengaruh Waktu dan Suhu Pembiusan Bertahap Terhadap Ketahan Hidup Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi) Dalam Transportasi Sistem Kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151- 167. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau


(6)

40 Khairuman dan Amri, K. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta.

Agromedia Pustaka.

Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian.Vol.3, No. 2. Bogor

Pratiwi, T. 2000. Pengkajian Pengaruh Pembiusan dengan Minyak Pala pada Ikan Nila (Oreochormis niloticus) GIFT dan Penerapanya dalam Proses Pengangkutan. (Tesis). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rahmawati, H. 2006. Pengaruh Pemberian Minyak Cengkeh (Eugenia aromatica) Sebagai Bahan Pembius Terhadap Lama Waktu Pingsan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) Selama Proses Pengangkutan. (Tesis). Universitas Muhamadiyah Malang.

Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta. Rumondang, B. 2004. Reaksi Asetilasi eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol.

Digital Librabry USU. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan Jilid II. Binacipta. Bandung.

Stell, RGD and Torie, HJ. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia. Jakarta.

Suryaninggrum, D. Utomo, BSD. Wibowo, S. 2005. Teknologi penanganan dan Transportasi Krustacea Hidup. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta Pusat.

Sukarsa, D. 2005. Penerapan Teknik Imotilisasi Menggunakan Ekstrak Alga Laut (Coulerpa sertulorides) dalam Transportasi Ikan Kerapu (Ephinephelus suilus) Hidup Tampa Medi Air.Bulletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol viii nomor 1. Staf Pengajar Departemen Teknologin Hasil Perairan FKIP IPB.

Tahe, S. 2008. Penggunaan Phenoxyethanol, Suhu Dingin dan Kombinasi Suhu Dingin dan Phenoxyethanol dalam Pembiusan Bandeng Umpan. Jurnal media aquakultur volum 3 nomor 2. Balai riset budi daya air payau. Maros.