VISUALISASI ORBITAL ATOM HIDROGEN TANPA

VISUALISASI ORBITAL ATOM HIDROGEN TANPA GANGGUAN DAN DENGAN GANGGUAN MEDAN LISTRIK (EFEK STARK ATOM HIDROGEN UNTUK KEADAAN EKSITASI PERTAMA) MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB SKRIPSI WAHAB ABDULLAH NIM 013224021

PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

VISUALISASI ORBITAL ATOM HIDROGEN TANPA GANGGUAN DAN DENGAN GANGGUAN MEDAN LISTRIK (EFEK STARK ATOM HIDROGEN UNTUK KEADAAN EKSITASI PERTAMA) MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB SKRIPSI

Telah diuji pada tanggal : 20 juni 2006

PENGUJI TANDA TANGAN

1. Drs. Hainur Rasyid A, M.Si NIP: 131 460 080

2. Drs. Madlazim, M.Si …………………

NIP: 132 002 340

3. Drs. Supardiyono, M.Si ………………… NIP: 132 002 340

Mengetahui Dekan FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Dr. Budi Jatmiko, M.Pd

VISUALISASI ORBITAL ATOM HIDROGEN TANPA GANGGUAN DAN DENGAN GANGGUAN MEDAN LISTRIK (EFEK STARK ATOM HIDROGEN UNTUK KEADAAN EKSITASI PERTAMA) MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB

Telah layak untuk diuji / diseminarkan sebagai persyaratan mendapat Gelar Sarjana

WAHAB ABDULLAH 013224021 PEMBIMBING TANDA TANGAN

Drs. Supardiyono, M.Si …………………….. NIP: 132 002 340

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk

Ayah dan ibu (yang tidak perlu membaca skripsi ini) Adik-adikku (yang mungkin nanti perlu membacanya) Teman-teman fisika UNESA (yang perlu membacanya)

VISUALISASI ORBITAL ATOM HIDROGEN TANPA GANGGUAN DAN DENGAN GANGGUAN MEDAN LISTRIK (EFEK STARK ATOM HIDROGEN UNTUK KEADAAN EKSITASI PERTAMA)

MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB Wahab Abdullah ABSTRAK

Atom hidrogen merupakan atom yang paling sederhana. Hasil pemecahan persamaan Schrodinger untuk elektron atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (orbital) yang bergantung pada jarak dari inti dan angular. Fungsi tersebut mengandung polinomial Legendre dan polinomial Laguerre. Dalam bahasa pemrograman Matlab tersedia fungsi khusus dari polinomial tersebut sehingga dapat digunakan untuk visualisasi orbital atom hidrogen. Hasil visualisasi menunjukkan bahwa ketergantungan orbital pada jarak dari inti ditentukan oleh bilangan kuantum utama n dan bilangan kuantum orbital l. Ketergantungan pada angular ditentukan oleh bilangan kuantum orbital l dan bilangan kuantum magnetik m. Untuk keadaan eksitasi pertama, bila ada gangguan medan listrik luar maka terjadi degenerasi nilai eigen energi yang dikenal dengan efek Stark orde pertama yang menyebabkan terjadinya polarisasi pada orbital.

Kata kunci: atom hidrogen, orbital, efek Stark, degenerasi.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Dzat yang mengetahui posisi dan momentum elektron secara tepat dan serentak, yang tidak terpengaruh oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg. Sholawat dan salam bagi Rasul-Nya (Muhammad SAW) yang diutus untuk seluruh manusia, jin dan malaikat.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana sains bidang studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya. Skripsi ini membahas sebagian dari sifat-sifat orbital atom hidrogen dan visualisasinya menggunakan bahasa pemrograman MATLAB.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis tujukan kepada:

1. Orang tua dan saudara penulis atas segala dukungannya.

2. Drs. Supardiyono, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Hainur Rasyid Achmadi, M.S (selaku ketua jurusan Fisika) dan Drs. Madlazim, M.Si selaku dosen penguji skripsi.

4. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd selaku dekan FIMPA Universitas Negeri Surabaya.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah mentransfer pengetahuannya kepada penulis.

6. Pengasuh dan keluarga besar PP. Al-Idris Surabaya (KH. Mashari, Gus Shohib wa akhuhu, Mas Rois, Mas Arief wa siwahum min ath-thullab) yang menyirami rohaniku.

7. Teman-teman jurusan fisika angkatan 2001 (Anyim, Eni, Ria, Tria, Feve, Putri, Echi, Uut, Ummy, Widya, Mamiek, Nana, Fida, Anang, Seagate,

Ropeq, Jenny, Imam, Onie, Sitorus, Hendro, Supri dan teman-teman yang pindah ke hati (jurusan) yang lain) atas segala obrolannya, ide-idenya dan bantuannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak pada umumnya.

Surabaya, Juni 2006

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman Gambar

Judul Gambar

Pola dari pemisahan Stark dari atom hidrogen pada

2.1 eksitasi pertama n = 2. Empat garis tebal degenerasi

13 terpisah sebagian oleh efek Stark. Flowchart untuk program menampilkan grafik fungsi

15 radial dan probabilitasnya.

3.2 Flowchart untuk program harmonik bola.

3.3 Flowchart untuk program harmonik bola (lanjutan).

17 Flowchart untuk program ketergantungan harmonik

18 bola pada angular.

3.5 Flowchart untuk program orbital.

3.6 Flowchart untuk program efek Stark.

20 Beberapa sketsa distribusi |Y 2

lm | di bidang z-x dalam

22 diagram polar .

Representasi polar untuk nilai-nilai absolut dari fungsi

23 gelombang angular untuk orbital p dan s.

Fungsi gelombang radial dan distribusi probailitas atom

23 hydrogen.

3.10 Orbital p z dan p x dalam 2D.

24 Efek Stark orbital atom H eksitasi pertama serta

24 probabilitas radialnya.

4.1 Tampilan menu program AtomHidrogen.

4.2 Tampilan menu program HarmonikBola.

4.3 Tampilan menu program FungsiAngular.

4.4 Tampilan menu program FungsiRadial.

4.5 Tampilan menu program orbital.

4.6 Tampilan menu program EfekStark.

4.7 Plot fungsi radial untuk N = 1, L = 0.

4.8 Plot fungsi radial untuk N = 2, L = 0.

4.9 Plot fungsi radial untuk N = 3, L = 0.

33 Fungsi gelombang radial atom hidrogen R nl (r) untuk n

4.11 Plot kerapatan probabilitas radial untuk N =1, L=0.

4.12 Plot kerapatan probabilitas radial untuk N=2, L=0.

4.13 Plot kerapatan probabilitas radial untuk N=3, L=0.

2 Fungsi distribusi electron 4r 2 [R nl (r)] untuk atom

4.15 Plot kuadrat amplitudoY(0, 0) dalam diagram polar.

4.17 Gambar pembanding untuk kuadrat amplitudoY(1, 1).

4.18 Plot kuadrat amplitudoY(2, 2) dalam diagram polar.

4.19 Plot kuadrat amplitudoY(3, 3) dalam diagram polar.

4.20 Plot kuadrat amplitudoY(3, 0) dalam diagram polar.

4.21 Plot kuadrat amplitudoY(3, 1) dalam diagram polar.

4.22 Gambar pembanding untuk kuadrat amplitudoY(3, 1).

4.23 Plot kuadrat amplitudoY(3, 2) dalam diagram polar.

4.24 Gambar pembanding untuk kuadrat amplitudoY(3, 2).

4.25 Plot kuadrat amplitudoY(3, 3) dalam diagram polar.

Ketergantungan Y(0, 0) pada angular (  dan ) untuk

44 orbital s.

4.27 Gambar pembanding untuk orbital s.

4.28 Ketergantungan Y(1, 0) pada angular (  dan ).

4.29 Gambar pembanding untuk Orbital p z .

4.30 Orbital p (p x ).

4.31 Orbital 2d, terlihat seperti penggabungan dua orbital p.

4.32 Orbital atom hidrogen untuk N=1, L=0 dan M=0.

49 Orbital atom hidrogen untuk N=2, L=0 dan M=0.

4.33 Terlihat bahwa jarak dari inti lebih lebar dari gambar

4.34 Orbital atom hidrogen untuk N=1, L=1 dan M=1.

Gambar pembanding untuk orbital N = 1, L = 1 dan

50 M= 1.

Akibat adanya medan listrik terjadi polarisasi orbital

51 atom H.

4.37 Gambar pembanding untuk gambar 4.36.

4.38 Plot probabilitas radial untuk gambar 4.29.

4.39 Gambar pembanding untuk gambar 4.38.

Polarisasi orbital atom H akibat medan listrik. Energi

4.40 orbital ini lebih rendah daripada orbital pada gambar

4.41 Probabilitas radial untuk gambar 4.31.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman Lampiran

Judul Lampiran

59

1 Harmonik bola untuk cos() dalam (0,1) ketika  = 0

60

2 Listing program

Pemecahan persamaan Schrodinger untuk elektron

75

dalam atom hidrogen

DAFTAR ISI

No. Halaman

1. Halaman Pengesahan …………………… ii

2. Halaman Persetujuan …………………… iii

3. Abstrak …………………… iv

4. Kata Pengantar …………………… v

5. Daftar Gambar …………………… vii

6. Daftar Lampiran …………………… ix

7. Daftar Isi : …………………… x BAB I PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang Masalah …………………… 1

B. Rumusan Masalah …………………… 3

C. Tujuan Penelitian …………………… 3

D. Manfaat Penelitian …………………… 4

E. Batasan Masalah …………………… 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Persamaan Scrhodinger Untuk Elektron Dalam Atom Hidrogen

B. Solusi Persamaan Scrhodinger Untuk Elektron Dalam Atom Hidrogen …………………… 7

C. Bilangan Kuantum …………………… 8

D. Peluang Mendapatkan Elektron …………………… 9

E. Efek Stark Dalam Atom Hidrogen …………………… 9 BAB III METODE PENELITIAN

A. Modifikasi Program …………………… 14

B. Pengujian Program …………………… 21

C. Penerapan Program …………………… 25 BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

A. Program Komputer dan Pembahasan …………………… 26

B. Pembahasan Secara Fisis …………………… 31

C. Keunggulan dan Keterbatasan Program …………………… 54 BAB V SIMPULAN dan SARAN

8. Daftar Pustaka …………………… 57

9. Lampiran Lampiran 1

…………………… 59 Lampiran 2

…………………… 60 Lampiran 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidrogen, dengan hanya satu elektron, adalah sistem atom yang paling sederhana yang mungkin. Masalah dari struktur atom hidrogen adalah masalah yang paling penting dari struktur atom dan molekul, tidak hanya karena perlakuan teoritik dari atom ini lebih sederhana daripada atom-atom dan molekul-molekul yang lain, tetapi juga sebagai dasar bagi diskusi untuk banyak sistem atomik yang lebih kompleks (Pauling, 1935: 112). Sehingga masalah atom hidrogen umumnya menjadi materi wajib dalam buku teks maupun perkuliahan fisika modern dan fisika kuantum.

Walaupun fungsi gelombang untuk elektron atom hidrogen hasil pemecahan persamaan Schrodinger tidak mempunyai tafsiran fisis, tetapi kuadrat besaran mutlaknya yang dicari pada suatu tempat tertentu berbanding lurus dengan peluang (probabilitas) untuk mendapatkan elektron di tempat tersebut. Fungsi gelombang tersebut ada yang bergantung pada pada jarak dari inti yang disebut fungsi gelombang radial dan ada yang bergantung pada sudut angular yang disebut fungsi harmonik bola. Solusi lengkapnya adalah perkalian dari fungsi-fungsi tersebut. Tetapi bila fungsi besaran kuadrat dari fungsi-fungsi tersebut kita plot maka akan diperoleh hasil berupa visualisasi orbital atom dari atom hidrogen. Fungsi gelombang elektron atom hidrogen tersebut dikenal sebagai orbital.

Adanya medan listrik luar mengakibatkan adanya pergeseran (degenerasi) energi pada atom hidrogen (efek Stark) sehingga fungsi gelombang ikut berubah. Pada keadaan dasar tidak terjadi degenerasi, tetapi pada keadaan eksitasi pertama terjadi degenerasi yang dikenal sebagai efek Stark orde pertama (linier di dalam medan listrik ). Pada penelitian ini yang divisualisasikan hanya efek Stark pada atom hidrogen pada keadaan eksitasi pertama.

Salah satu kesulitan dalam visualisasi orbital atom hidrogen adalah fungsinya mengandung polinom Legendre dan polinom Laguerre. Kesulitan ini dapat diatasi dengan komputasi menggunakan program Matlab yang menyediakan fungsi khusus Legendre dan Laguerre. Telah ada yang membuat program komputer untuk memvisualisasikan orbital atom hidrogen antara lain buatan Kevin Chu dengan bahasa pemrograman Matlab yang menampilkan plot 3D dari pemecahan persamaan

Schrodinger yang telah diketahui untuk orbital 1s, 2s, 2p_z, 3d_z 2 dan 3d_xy dan plot fungsi dan probabilitas radialnya (Chu, 2005). Program dalam matlab yang lain

adalah buatan L. Kocbach yang menampilkan fungsi radial dan fungsi probabilitas radial serta plot masing-masing (Kocbach, 2005). Ada juga dalam bahasa Maple buatan Takeuchi yang mendemonstrasikan gambaran 3D dari berbagai variasi orbital atom hidrogen atau probabilitas dari densitas kemungkinan keberadaan elektron (Takeuchi, 2005).

Program yang dipakai dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi dari program dalam bahasa Matlab buatan Goran Lindblad (Department of Physics Royal Institute Program yang dipakai dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi dari program dalam bahasa Matlab buatan Goran Lindblad (Department of Physics Royal Institute

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah:

1. Bagaimana membuat program komputer yang dapat memplot orbital atom hidrogen (baik fungsi radial, probabilitas radial maupun fungsi harmonik bola dan ketergantungannya terhadap sudut angular) dan orbital atom hidrogen pada keadaan eksitasi pertama akibat efek Stark dengan bahasa pemrograman Matlab.

2. Bagaimana hasil plot program komputer tersebut di atas.

C. Tujuan Penelitian

1. Membuat program komputer (hasil modifikasi program buatan Goran Lindbald) yang dapat memplot orbital atom hidrogen (baik fungsi radial, probabilitas radial maupun fungsi harmonik bola dan ketergantungannya terhadap sudut angular) dan orbital atom hidrogen pada keadaan eksitasi pertama akibat efek Stark dengan bahasa pemrograman Matlab.

2. Mengetahui hasil plot program komputer tersebut di atas.

D. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui plot orbital atom hidrogen (baik fungsi radial, probabilitas radial maupun fungsi harmonik bola dan ketergantungannya terhadap sudut angular) dan orbital atom hidrogen pada keadaan eksitasi pertama akibat efek Stark.

2. Menambah pengetahuan tentang atom hidrogen, karena dengan adanya visualisasi ini maka akan menambah tafsiran fisisnya.

3. Dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran dalam perkuliahan fisika modern dan fisika kuantum.

E. Batasan Masalah

1. Yang divisualisasikan adalah orbital atom hidrogen (baik fungsi radial, probabilitas radial maupun fungsi harmonik bola dan ketergantungannya terhadap sudut angular) dan orbital atom hidrogen pada keadaan eksitasi pertama akibat efek Stark dengan bahasa pemrograman Matlab.

2. Program yang dipakai adalah modifikasi dari program buatan Goran Lindblad.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Persamaan Scrhodinger Untuk Elektron Dalam Atom Hidrogen

Sebuah atom hidrogen terdiri dari sebuah proton (partikel bermuatan +e) dan sebuah elektron (partikel bermuatan –e) yang 1836 kali lebih ringan dari proton. Dalam pembahasan di sini proton dianggap diam di pusat koordinat dan elektron bergerak mengelilinginya dibawah pengaruh medan atau gaya Coulumb. Pendekatan lebih baik dilakukan dengan memandang kedua partikel berotasi di sekitar pusat massa bersama yang berada (sedikit) di dekat proton, tetapi efek ini diabaikan (Purwanto, 1997:115).

Persamaan Scrhodinger untuk elektron dalam tiga dimensi yang harus dipakai untuk persoalan atom hidrogen adalah (Beiser, 1992: 204)

2  2  2  2  E  V    0 (1)

dengan m e adalah massa elektron. Energi potensial V ialah energi potensial listrik dari suatu muatan –e pada jarak r dari muatan +e

V   (2)

4  o r

Mengingat sistem mempunyai simetri bola, analisis menjadi lebih sederhana bila persamaan Schrodinger dinyatakan dalam koordinat bola sehingga pers. (1) menjadi (setelah mensubstitusikan pers.(2))

Persamaan (3) dapat dipisahkan menjadi tiga persamaan yang bebas, masing- masing hanya mengandung satu koordinat saja. Fungsi gelombang  ( r,  , ) mengambil bentuk perkalian tiga fungsi yang berbeda

  r ,  ,   r R     (4)

Fungsi R ( r ) memerikan bagaimana fungsi gelombang elektron  berubah sepanjang vektor jari-jari dari inti, dengan  dan  konstan. Fungsi  (  ) memerikan bagaimana fungsi gelombang elektron  berubah terhadap sudut zenit  sepanjang meridian pada bola yang berpusat pada inti, dengan r dan  konstan. Fungsi  (  ) memerikan bagaimana fungsi gelombang elektron  berubah terhadap sudut azimut  sepanjang garis pada bola yang berpusat pada inti, dengan r dan  konstan (Beiser,1992: 207).

Hasil pemisahan variabel dari persamaan (3) adalah: d 2 

2  m   0 (5)

 sin 

   l  l  1  2   (6)

sin

sin  

1 d  2 dR   2 m e  e  l  l  1 

r dr  dr     4  0 r

2  R  0 (7)

(Beiser, 1992: 209)

B. Solusi Persamaan Scrhodinger Untuk Elektron Dalam Atom Hidrogen

Solusi dari persamaan (5) adalah

Ae im Ae    2       

m   

(8) dengan A adalah konstanta normalisasi yang besarnya 1 / 2  . Solusi dari persamaan (6) adalah

im 

 m     lm    N lm P l  cos   (9)

ditentukan dengan rumus Rodrigues untuk polinom Legendre

P l  x  l  1  x l  m  x  1 (10)

dx

(Boass, 1982:505) N lm adalah konstanta normalisasi yang besarnya

lm 

(Yariv, 1982:66) Fungsi yang berhubungan angular total adalah harmonik bola yaitu

l   ,    1     (12)

Y l    1 m m  Y l (Gate, 1989:17).

dengan *

Solusi dari persamaan (7) adalah

R l r R r N e   / 2 2 l  1 

nl   nl  L  n  l   (13)

N nl adalah konstanta normalisasi yang besarnya

N nl   

  na 0  2 n   n  l  !   

2 Besar 2  adalah   dengan

na 0

L 2 l  nl 1   adalah polinom Laguerre terasosiasi yang dapat ditentukan dengan rumus

L p  x   1 q L p  x (15)

dx

L p (x) ditentukan dengan rumus

dx 

L p  x  e p x e (16)

(Boass, 1982:533) Jadi solusi lengkap persamaan fungsi gelombang elektron atom hidrogen adalah

nlm  r ,  ,    R nl  r Y l  ,  (17)

Jika elektron dijelaskan oleh salah satu fungsi gelombang ini, dikatakan bahwa elektron itu menempati orbital tersebut. Jadi, elektron yang digambarkan oleh

fungsi gelombang  100 disebut menempati orbital dengan n =1, l =0, dan m =0.

C. Bilangan Kuantum

Tiga bilangan kuantum yang timbul dari pemecahan persamaan Scrhodinger elektron atom hidrogen adalah n , l dan m . Bilangan n dinamakan bilangan kuantum utama yang besarnya n =1,2,3….dan l dinamakan bilangan kuantum orbital yang besarnya l =0,1,2,3,…,( n -1) dan m dinamakan bilangan kuantum magnetik yang besarnya m =0, 1, 2, , …, l . Bilangan n menentukan energi

total elektron E  1 n    2 2  2  , bilangan l menentukan besar momentum

32   0   n  32   0   n 

momentum sudut L z  m  . Biasanya keadaan momentum sudut orbital diberi nama dengan huruf s untuk

l = 0, p untuk l = 1, d untuk l = 2, f untuk l = 3, g untuk l = 4 dan seterusnya.

D. Peluang Mendapatkan Elektron

Peluang mendapatkan elektron pada titik 2 r, ,  berbanding lurus dengan 

2 2 2 dengan 2  R   . Peluang untuk mendapatkan elektron atom hidrogen

pada suatu tempat antara r dan r + dr dari inti ialah (Beiser, 1992: 220)

2 2 P 2 

r dr   dV   r sin  dr d  d 

 2 r R dr

0  sin  d  0  d   (18) 

2  2 r R dr

E. Efek Stark Dalam Atom Hidrogen

Sebelum membahas efek Stark, perlu diketahui dulu tentang teori gangguan (perturbation theory). Alasan adanya teori gangguan adalah bahwa pada level terendah dari (solusi) aproksimasi, dapat diketahui bagaimana pergeseran energi dan bagaimana fungsi eigen berubah akibat perubahan potensial.

Nilai eigen dan set lengkapdari fungsi eigen ternormalisasi untuk Hamiltonian (tanpa gangguan) H o

0 H 

o  n  E n  n (19) (Gasiorowicz, 2003: 174)

Adanya gangguan mengakibatkan

 H o   H 1   n  E n  n (20)

(Gasiorowicz, 2003: 174) Solusinya memberikan (untuk pergeseran orde pertama)

 n   n  H 1  n (21) Jika H 1 hanya tergantung pada r, maka

 1  E

E n  d r  n  r  V r  n r  (22)

(Gasiorowicz, 2003: 175) Lebih jauh, persamaan pergeseran orde pertama

 i H E   1 

 j

 1  n   n  j (23)

dengan  merupakan koefisien. Ini merupakan masalah nilai eigen dimensi terbatas. Sebagai contoh, jika ada dua garis degenerasi, dan jika kita menggunakan notasi

 H 1  n  h ji , persamaan tersebut terbaca h 1

(Gasiorowicz, 2003: 175) Aplikasi teori gangguan pada masalah yang nyata adalah efek Stark pada atom hidrogen. Efek Stark merupakan peristiwa pergeseran tingkat energi atom hidrogen sebagai akibat gangguan medan listrik yang lemah dan serba sama pada atom tersebut (Tjia, 1999:93). Hamiltonian tidak terganggu

2 m 4  o r

 H 1  e   r  e  z (25) (Gasiorowicz, 2003: 180)

di mana  adalah medan listrik. Pergeseran energi dari keadaan dasar yang mana tidak terdegenerasi diberikan oleh

1 3 2 E 

100  e   100 z  100  e  d r  100  r z  (26)

(Gasiorowicz, 2003: 180) Integral ini lenyap karena kuadrat dari fungsi gelombang selalu berupa fungsi genap sedang potensial pengganggu adalah fungsi ganjil. Jadi (26) menunjukkan tidak adanya pergeseran energi untuk keadaan dasar yang linier di dalam medan listrik.

Sebagai contoh untuk mengilustrasikan teori gangguan degenerasi adalah efek Stark pada keadaan eksitasi pertama ( n = 2). Untuk sistem yang tak terganggu ada empat keadaan n = 2 yang energinya sama yaitu , 200 , 211  dan 210  2 , 1 ,  1 .

Fungsi dengan l =0 mempunyai paritas genap dan l =1 mempunyai paritas ganjil. Kita ingin memecahkan persamaan mirip pers. (23). Karena potensial pengganggu dalam z maka ini hanya berhubungan dengan nilai-m yang sama, adanya paritas membuat potensial pengganggu berhubungan dengan suku l =1 hingga l =0, yaitu

 2 , 1 ,  1 z  2 , 1 ,  1  0 (27) (Gasiorowicz, 2003: 182)

kemudian matriks pada pers. (23) hanya matriks 2x2.

Elemen-elemen diagonal adalah nol, karena paritas, dan elemen-elemen diagonal yang lain sebanding, karena mereka adalah konjugat kompleks satu sama lain, dan masing-masing boleh dipilih menjadi real. Kita punya

 200 z  210  r dr 2 a o e  1

  0 3 a o 2 a

o 

. d  Y  00 4  / 3 Y 10 Y 10  (29)

(Gasiorowicz, 2003: 182) dan kemudian pers. (28) menjadi

(Gasiorowicz, 2003: 183) Nilai eigen darinya adalah

3 e  a o (31) dan keadaan eigen yang berkorespondensi ketika dinormalisasi adalah

(Gasiorowicz, 2003: 183) Jadi efek Stark linier untuk n = 2 menghasilkan pemisahan (splitting) dari level- level degenerasi seperti pada gambar 2.1.

2  m = +1 

m=0

4 degenerasi keadaan n = 2

m=0

Gambar 2.1. Pola dari pemisahan Stark dari atom hidrogen pada eksitasi pertama n = 2. Empat garis tebal degenerasi terpisah sebagian oleh efek

Stark. Keadaan m = + 1 tetap degenerasi dan tanpa pergeseran dalam efek Stark (Gasiorowicz, 2003: 183).

BAB III METODE PENELITIAN

Secara garis besar metode penelitian ini ada tiga tahap, yaitu modifikasi program komputer buatan Goran Lindblad, pengujian program tersebut dan penerapan program.

A. Modifikasi Program

Modifikasi-modifikasi program antara lain sebagai berikut:

1. Tampilan menu yang berbahasa Indonesia untuk memudahkan pengguna.

2. Keterangan – keterangan pada m-file berbahasa Indonesia untuk memudahkan pengembangan lebih lanjut dan penerapan pada program yang lain (karena tampilan menunya yang menarik).

3. Untuk program fungsi radial dan distribusi probabilitasnya, masukannya bilangan kuantum utama N dan orbital M, tidak lagi N saja.

4. Untuk program plot 3D atau ketergantungan harmonik bola pada angular, masukannya tidak lagi L, tetapi L dan M (bilangan kuantum magnetik).

5. Membuat program untuk efek Stark pada atom hidrogen pada keadaan eksitasi pertama (program ini tidak ada pada program buatan Goran Lindblad). Untuk polt orbitalnya, dibuat berdasarkan program buatan Goran Lindblad sedangkan plot probabilitas radialnya berdasarkan program buatan Kevin Chu.

Berikut adalah flowchart beberapa program hasil penelitian ini.

mulai

Masukkan nilai N, L

y=radial1(N, L, x')

plot(x,y)

y=(x'.*ones).*y

plot(y)

plot(x,y.^2)

selesai

Gambar 3.1. Flowchart untuk program menampilkan grafik fungsi radial dan probabilitasnya.

mulai

Masukkan nilai L

x=linspace(0,1) y1=ylm(L,x)

plot(x, y1)

for n=1:L+1

l1=plot(x, y1(n,:)); axis(x,y); set(l1,’LineWidth’,2)

plot(x, y1)

Gambar 3.2. Flowchart untuk program harmonik bola.

X=linspace(0,2*pi,200) y1=ylm(L,cos(X))

for n=1:L+1

y2=y1(L+n,:).^2; yy=y2.*cos(X); xx=y2.*sin(X);

plot(xx,yy)

selesai

Gambar 3.3. Flowchart untuk program harmonik bola (lanjutan).

mulai

Masukkan nilai L, M

theta=pi*linspace(0,1,60); phi=2*pi*linspace(0,1,90); sph=ylm(L,cos(theta));

sph=sph(L+M+1,:); dd=abs(sph' * cos(M*phi));

norm=max(max(dd)); dd=dd/norm;

X=dd.*(sin(theta)'*cos(phi)); Y=dd.*(sin(theta)'*sin(phi));

Z=dd.*(cos(theta)'*ones(size(phi)));

mesh(X,Y,Z)

selesai

Gambar 3.4. Flowchart untuk program ketergantungan harmonik bola pada angular.

mulai

Masukkan nilai N, L, M

w=hydrogen(N,L,M,x,y); mm=max(max(abs(w)));

w=30*w./mm;

surf(x,y,w)

selesai

Gambar 3.5. Flowchart untuk program orbital.

mulai

Masukkan nilai N1, L1, M1, N2, L2, M2

w1=hydrogen(N1,L1,M1,x,y); w2=hydrogen(N2,L2,M2,x,y); mm1=max(max(abs(w1))); mm2=max(max(abs(w2))); w1=30*w1./mm1; w2=30*w2./mm2; w=((1/sqrt(2))*(asinh(w1)-asinh(w2))).^2;

surf(x,y,w)

a0=1; r=1/a0 * [-10:0.01:0];

psi_20=((1/(2*a0))^1.5) * (2+r).*exp(r/2);

psi_21=(1/sqrt(3))*((1/(2*a0))^1.5)*r.*exp(r/2);

psi_1=(1/sqrt(2))*(psi_20 - psi_21); r1=1/a0 * [0:0.01:10]; psi_20=((1/(2*a0))^1.5) * (2-r1).*exp(-r1/2); psi_21=(1/sqrt(3))*((1/(2*a0))^1.5)*r1.*exp(-r1/2); psi_2=(1/sqrt(2))*(psi_20 - psi_21);

plot(r, psi_1.^2, r1, psi_2.^2);

selesai

Gambar 3.6. Flowchart untuk program efek Stark.

B. Pengujian Program

Untuk mengetahui benar atau tidaknya program yang dihasilkan dalam penelitian ini perlu diadakan pengujian. Pengujian untuk program hasil modifikasi dilakukan dengan membandingkan gambar hasil program dengan gambar hasil program aslinya, selain itu juga dibandingkan dengan gambar-gambar yang relevan yang ada pada buku-buku teks. Di dalam buku teks hanya ada beberapa gambar plot orbital untuk state-state tertentu, sehingga gambar hasil program yang diuji juga untuk gambar-gambar tertentu. Meskipun demikian, bila terjadi kecocokan antara gambar hasil program dan gambar pada buku teks maka dianggap program ini benar dan bisa diterapkan.

Pengujian program HarmonikBola.m dilakukan dengan membandingkan keluarannya dengan gambar 3.7. Gambar 3.7 ini dibandingkan dengan gambar

4.16 hingga gambar 4.25, setelah dibandingkan terlihat adanya kecocokan sehingga program HarmonikBola.m dapat dipakai. Beberapa hasil program FungsiAngular.m (orbital 3D) yaitu gambar 4.26, 4.28 dan 4.30 dibandingkan dengan gambar 3.8, terlihat juga adanya kecocokan sehingga program FungsiAngular.m juga dapat dipakai. Hasil program FungsiRadial.m dibandingkan dengan gambar 3.9. Gambar 3.9 ini dibandingkan dengan gambar

4.7 hingga gambar 4.13. Didapatkan kecocokan dari hasil perbandingan tersebut, sehingga program FungsiAngular.m dapat diterapkan. Gambar 3.10 merupakan gambar pembanding hasil program orbital.m (orbital 2D) yaitu gambar 4.25, 4.27 dan 4.28. Hasil perbandingan tersebut memperlihatkan kecocokan sehingga program orbital.m dapat dipakai. Untuk program tentang efek Stark, hasil 4.7 hingga gambar 4.13. Didapatkan kecocokan dari hasil perbandingan tersebut, sehingga program FungsiAngular.m dapat diterapkan. Gambar 3.10 merupakan gambar pembanding hasil program orbital.m (orbital 2D) yaitu gambar 4.25, 4.27 dan 4.28. Hasil perbandingan tersebut memperlihatkan kecocokan sehingga program orbital.m dapat dipakai. Untuk program tentang efek Stark, hasil

Gambar 3.7. Beberapa sketsa distribusi |Y 2 lm | di bidang z-x dalam diagram polar (Gasiorowicz, 2003: 141).

Gambar 3.8. Representasi polar untuk nilai-nilai absolut dari fungsi gelombang angular untuk orbital p dan s (Pauling, 1935:150).

Gambar 3.9. Fungsi gelombang radial dan distribusi probailitas atom hidrogen (Pauling, 1935: 142-143).

Gambar 3.10. Orbital p z dan p x dalam 2D (Tung, Khoe Yao, 2003: 292-301).

Gambar 3.11. Efek Stark orbital atom H eksitasi pertama serta probabilitas radialnya (www.physics.csbsju.edu/QM/H.10.html, 2006).

C. Penerapan Program

Setelah melakukan modifikasi dan pengujian program, maka dilakukan penerapan program untuk mendapatkan gambar-gambar hasil program kemudian dijelaskan arti fisisnya seperti yang ada pada bab IV.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara garis besar hasil penelitian ini ada dua macam, yaitu program komputer dalam bahasa MATLAB dan hasil terapan program komputer tersebut. Pembahasan juga ada dua macam, yaitu pembahasan program komputer dan pembahasan hasil terapan program secara fisis. Dibahas juga keunggulan dan keterbatasan program hasil penelitian.

A. Program Komputer dan Pembahasan

Pada penelitian ini dihasilkan 19 file-file program yang dapat dilihat pada lampiran 2. File-file tersebut merupakan modifikasi dari file-file buatan Goran Lindblad dan satu file tambahan untuk menampilkan orbital atom hidrogen pada eksitasi pertama di dalam medan listrik (efek Stark). Berikut akan dibahas beberapa file.

1. File AtomHidrogen.m

File ini adalah menu untuk program-program beberapa eigenstate (keadaan eigen) atom hidrogen. Dengan file ini kita dapat memanggil file-file: HarmonilBola.m (tombol “Harmonik Bola”), FungsiAngular.m (tombol “Orbital Atom 3D”), FungsiRadial.m (tombol “Fungsi Gelombang Radial”), orbital.m (tombol “Orbital Atom 2D”) dan file EfekStark.m (tombol “EfekStark”). File AtomHidrogen.m ini juga dilengkapi dengan tombol ”BERHENTI” untuk keluar dari program.

Gambar 4.1. Tampilan menu program AtomHidrogen.m.

2. File HarmonikBola.m

File HarmonikBola.m menampilkan harmonik bola untuk  = 0.1 dan =0 (dapat dilihat pada lampiran 1) dengan masukan bilangan kuantum orbital L. Juga

ditampilkan harmonik bola Y(L, M) dalam plot kuadrat amplitudo dalam diagram polar.

Gambar 4.2. Tampilan menu program HarmonikBola.m.

3. File FungsiAngular.m

File ini menampilkan ketergantungan harmonik bola pada angular dengan masukan bilangan kuantum angular (orbital) L dan bilangan kuantum magnetik M. Besaran yang ditampilkan adalah nilai absolut dari bagian real dari fungsi Y lm (  ,  ) . File ini menggunakan fungsi file ylm.m. Dalam file aslinya (buatan

Goran Lindblad), masukanya berupa L saja, jadi file tersebut menampilkan nilai absolut Y lm (  ,  ) secara beruntun dan otomatis untuk nilai M = 0 hingga M = L sehingga lebih sulit dalam penyimpanan gambar serta harus menunggu untuk memperoleh gambar yang kita inginkan.

Gambar 4.3. Tampilan menu program FungsiAngular.m.

4. File FungsiRadial.m

File FungsiRadial.m menampilkan plot fungsi radial, plot fungsi radial dikalikan r dan plot distribusi probabilitas radial. Fungsi gelombang radial didefinisikan dalam bentuk polinomial Laguerre dan dihitung dengan File FungsiRadial.m menampilkan plot fungsi radial, plot fungsi radial dikalikan r dan plot distribusi probabilitas radial. Fungsi gelombang radial didefinisikan dalam bentuk polinomial Laguerre dan dihitung dengan

Gambar 4.4. Tampilan menu program FungsiRadial.m.

5. File orbital.m

File ini menamplikan orbital hidrogen dengan masukan bilangan kuantum N, L, M. File ini menghitung nilai real dari orbital hidrogen untuk  = 0 dan amplitudo digambar dalam colormap. Colormap yang dipakai adalah jet . Bila kita ingin tampilan warna yang lain kita dapat mengganti colormap tersebut. File orbital.m ini menggunakan fungsi file hydrogen.m.

Gambar 4.5. Tampilan menu program orbital.m.

6. File EfekStark.m

File ini tidak ada dalam file-file buatan Goran Lingblad. File ini menampilkan orbital H untuk eksitasi pertama ( n = 2) dalam medan listrik untuk  = 0 dan amplitudo digambar dalam colormap. File ini juga menampilkan fungsi distribusi probabilitas radialnya.

Gambar 4.6. Tampilan menu program EfekStark.m.

B. Pembahasan Secara Fisis

Berikut akan dibahas tentang keadaan normal atom hidrogen, fungsi gelombang radial atom hidrogen, ketergantungan fungsi gelombang pada pada

sudut  dan , orbital s , p dan d serta efek Stark untuk n = 2.

1. Keadaan normal dari atom hidrogen

Sifat-sifat dari atom hidrogen pada keadaan normalnya ( n = 1, l = 0, m = 0) diterangkan oleh fungsi gelombang (gambar 4.7) 1

e  r / a  o 100  3  a o

Orbital pada keadaan ini disebut juga orbital 1 s . Interpretasi fisis mempostulatkan untuk fungsi gelombang membutuhkan

sebagai fungsi distribusi probabilitas untuk elektron relatif terhadap inti. Karena ekspresi ini bebas dari  dan , atom hidrogen normal adalah simetri bola. Simetri bola ini merupakan sifat yang tidak diajukan oleh atom Bohr normal, untuk orbit Bohr dibatasi ke sebuah bidang tunggal (single plane) (Pauling, 1935: 139).

Dengan menggunakan 

dr  r R dr

diperoleh fungsi distribusi radial 4 2  2 r / a

  3 r a e

100 o

yang terlihat pada gambar 4.10 adalah fungsi dari r , jarak dari inti.

Probabibilitas yang mana elektron tetap di sekitar 1A dari inti adalah besar, inilah “ukuran” dari atom hidrogen yang sama dengan yang diberikan oleh atom

Bohr. Jarak yang paling mungkin dari elektron terhadap inti, yaitu nilai r pada P(r) saat nilai maksimum adalah tepat jari-jari orbit Bohr normal a o untuk hidrogen (Pauling, 1935: 140).

2 Fungsi  100 mempunyai nilai maksimum pada r = 0, menunjukkan bahwa posisi paling mungkin untuk elektron adalah dekat inti, maka dari itu kesempatan elektron tinggal di dalam volume kecil sangat dekat inti adalah lebih besar daripada kesempatan elektron tersebut tinggal di elemen volume dengan ukuran yang sama pada jarak yang lebih besar dari inti (Pauling, 1935: 141).

2. Fungsi gelombang radial atom hidrogen

Fungsi gelombang radial nl 

untuk n = 1, 2 dan 3 dan l = 0 plotnya ditunjukkan pada gambar – gambar berikut.

Gambar 4.7. Plot fungsi radial untuk N = 1, L = 0.

Gambar 4.8. Plot fungsi radial untuk N = 2, L = 0.

Gambar 4.9. Plot fungsi radial untuk N = 3, L = 0.

Pada plot fungsi radial di atas sumbu horisontal merepresentasikan nilai r , oleh karena itu skala horisontal harus ditingkatkan dengan faktor n dengan tujuan untuk menunjukkan R(r) sebagai fungsi jarak elektron-inti r .

Gambar 4.10 berikut merupakan gambar pembanding dari gambar 4.7 hingga gambar 4.9 di atas. Terlihat bahwa antara gambar hasil program dengan gambar yang ada di buku teks terdapat kecocokan. Dengan demikian program file FungsiRadial.m untuk plot fungsi radial benar dan dapat dipakai.

Gambar 4.10. Fungsi gelombang radial atom hidrogen R nl ( r ) untuk n =1, 2 dan 3 dan l = 0 dan 1 (Pauling, 1935: 142).

Fungsi distribusi radial nl  r  r R nl  r

yang direpresentasikan dari fungsi r dari keadaan-keadaan untuk n = 1, 2 dan 3 dan l = 0 plotnya ditunjukkan pada

gambar – gambar berikut.

Gambar 4.11. Plot kerapatan probabilitas radial untuk N =1, L=0.

Gambar 4.12. Plot kerapatan probabilitas radial untuk N=2, L=0.

Gambar 4.13. Plot kerapatan probabilitas radial untuk N=3, L=0.

Dari gambar 4.11 hingga gambar 4.13 dengan melihat puncak-puncak gelombang dari plot di atas (denga l = 0 untuk n = 1 ada satu puncak, untuk n =2 ada dua puncak dan untuk n = 3 ada tiga puncak) kita boleh mengatakan bahwa selama waktu satu periode elektron mungkin dipertimbangkan, pada keadaan normal ( n = 1, l = 0) membentuk sebuah bola sekitar inti, pada keadaan 2 s ( n = 2, l = 0) membentuk sebuah bola dan sebuah lapisan yang lebih luar, pada keadaan

3 s ( n = 3, l = 0) membentuk sebuah bola dan dua lapisan yang terpusat demikian seterusnya (Pauling, 1935: 143). Gambar 4.14 berikut adalah gambar pembanding dari gambar 4.11 hingga gambar 4.13. Seperti pada fungsi radial sebelumnya, terlihat adanya kecocokan antara gambar hasil program dengan gambar yang ada pada buku teks, sehingga 3 s ( n = 3, l = 0) membentuk sebuah bola dan dua lapisan yang terpusat demikian seterusnya (Pauling, 1935: 143). Gambar 4.14 berikut adalah gambar pembanding dari gambar 4.11 hingga gambar 4.13. Seperti pada fungsi radial sebelumnya, terlihat adanya kecocokan antara gambar hasil program dengan gambar yang ada pada buku teks, sehingga

r 2 R r Gambar 4.14. Fungsi distribusi electron 4 2  [ nl ( )] untuk atom hidrogen (Pauling, 1935: 143).

3. Ketergantungan fungsi gelombang pada sudut  dan  Fungsi gelombang dengan nilai l yang sama dan nilai m yang berbeda

merepresentasikan keadaan-keadaan dengan momentum angular yang sama tetapi dengan orientasi-orientasi yang berbeda dalam ruang.

Plot fungsi distribusi pada keadaan-keadaan dengan m =  l dan untuk l = 0, 1,

2 dan 3 terlihat pada gambar - gambar berikut (terdapat pula sebagian gambar- gambar pembanding dari buku teks).

Gambar 4.15. Plot kuadrat amplitudoY(0, 0) dalam diagram polar.

Gambar 4.16. Plot kuadrat amplitudoY(1, 1) dalam diagram polar.

Gambar 4.17. Gambar pembanding untuk kuadrat amplitudoY(1, 1).

Gambar 4.18. Plot kuadrat amplitudoY(2, 2) dalam diagram polar.

Gambar 4.19. Plot kuadrat amplitudoY(3, 3) dalam diagram polar.

Dari gambar-gambar harmonik bola di atas terlihat bahwa l meningkatkan fungsi distribusi probabilitas menjadi lebih terkonsentrasi sekitar bidang xy (Pauling, 1923: 147). Hal tersebut ditunjukkan oleh sumbu horisontalnya yang semakin melebar. Hal ini karena besar momentum sudut yang dimiliki elektron semakin besar ketika l makin besar. Terlihat pula bahwa untuk selain l = 0, probabilitas dekat inti adalah kecil, ini alibat efek sentrifugal (adanya momentum sudut) yang menjauhkan elektron dari inti.

Kelakuan dari fungsi dristibusi untuk nilai-nilai l = 3 dan m = 0, 1, 2 dan 3 ditunjukkan pada gambar-gambar berikut.

Gambar 4.20. Plot kuadrat amplitudoY(3, 0) dalam diagram polar.

Gambar 4.21. Plot kuadrat amplitudoY(3, 1) dalam diagram polar.

. Gambar 4.22. Gambar pembanding untuk kuadrat amplitudoY(3, 1).

Gambar 4.23. Plot kuadrat amplitudoY(3, 2) dalam diagram polar.

Gambar 4.24. Gambar pembanding untuk kuadrat amplitudoY(3, 2).

Gambar 4.25. Plot kuadrat amplitudoY(3, 3) dalam diagram polar.

Terlihat dari plot-plot kuadrat harmonik bola di atas, bahwa m menentukan arah dari momentum sudut elektron, untuk l yang sama, semakin besar m fungsi distribusi semakin menjauh dari sumbu z.

Dengan melihat gambar hasil program file HarmonikBola.m dengan gambar yang ada pada buku teks, terlihat adanya kecocokan sehingga program file tersebut dapat benar dan dapat diterapkan atau digunakan.

Semua gambar di atas adalah untuk ketergantungan pada  dengan  konstan. Ketergantungan fungsi distribusi probabilitas pada angular dalam bentuk nyata (  dan  ) seperti terlihat pada gambar-gambar berikut (bersama dengan gambar- gambar dari buku teks sebagai pembanding, yaitu gambar 4.27 dan gambar 4.29).

Gambar 4.26. Ketergantungan Y(0, 0) pada angular (  dan ) untuk orbital s.

Gambar 4.27. Gambar pembanding untuk orbital s .

Gambar 4.29. Gambar pembanding untuk Orbital p z .

Yang diamati dari gambar 4.26 dan gambar 4.28 hanyalah “tumpahan” distribusi elektron, dengan distribusi ruang yang diberikan oleh probabilitas 2 ,

kita tidak mungkin mengamati secara langsung gerak elektron di dalam atom hidrogen (Krane,1992: 280).

Dari perbandingan gambar hasil program FungsiAngular.m dengan gambar dari buku teks terlihat adanya kecocokan sehingga program tersebut benar dan dapat digunakan.

4. Orbital s Kurva rapat elektron untuk orbital 2 s mengungkapkan dua daerah dengan rapat elektron tinggi yang terpisah oleh titik nol (gambar 4.12). Titik nol ini disebut simpul, dan menyatakan daerah dalam ruang yang kebolehjadian menemukan sebuah elektron sangat kecil. Semua orbital kecuali orbital 1 s mempunyai simpul (Fessenden, 1997: 2). Semua orbital s adalah simetri bola, karena tidak mengandung komponen angular.

5. Orbital p Sebuah elektron p mempunyai momentum sudut (dengan besaran 2  ), dan

momentum ini mempunyai efek yang besar pada bentuk fungsi gelombang di dekat inti: orbital p mempunyai amplitudo nol pada r = 0. Hal ini dapat dipahami secara klasik, berkenaan dengan efek sentrifugal momentum sudut, yang menjauhkan elektron itu dari intinya. Hal ini juga merupakan sesuatu yang kita duga dari bentuk energi potensial efektif, yang naik sampai tak terhingga ketika r menuju nol dan mengeluarkan fungsi gelombang dari inti.

Efek sentrifugal yang sama, tampak pada semua orbital dengan l > 0, konsekuensinya amplitudo nol pada inti sehingga peluang menemukan elektron pada inti adalah nol (Atkins, 1994: 387). Setiap orbital p mempunyai dua cuping yang terpisah oleh simpul (bidang simpul dalam hal ini) pada inti. Orbital p , dapat diandaikan mempunyai berbagai orientasi sekeliling inti. Ketiga orbital 2 p terdapat pada sudut yang saling tegak lurus. Orbital p yang saling tegak lurus kadang-kadang ditandai sebagai p x , p y , p z . Huruf subskrip x , y , z yang dapat digambarkan lewat gambar dari orbital p ini (Fessenden, 1997: 3).

Orbital 2 p dibedakan karena tiga nilai m yang berbeda. Karena bilangan kuantum m menyatakan momentum sudut disekitar sumbu maka perbedaan nilai m menyatakan orbital tempat elektron mempunyai momentum sudut yang berbeda disekitar sumbu- z sembarang, tetapi besaran momentumnya sama (karena l nya sama). Misalnya, orbital dengan m = 0 mempunyai momentum sudut di sekitar sumbu-z sama dengan nol. Orbital ini membentuk f(r) cos , kerapatan elektron yang sebanding dengan cos 2  mempunyai nilai maksimum pada kedua sisi inti, Orbital 2 p dibedakan karena tiga nilai m yang berbeda. Karena bilangan kuantum m menyatakan momentum sudut disekitar sumbu maka perbedaan nilai m menyatakan orbital tempat elektron mempunyai momentum sudut yang berbeda disekitar sumbu- z sembarang, tetapi besaran momentumnya sama (karena l nya sama). Misalnya, orbital dengan m = 0 mempunyai momentum sudut di sekitar sumbu-z sama dengan nol. Orbital ini membentuk f(r) cos , kerapatan elektron yang sebanding dengan cos 2  mempunyai nilai maksimum pada kedua sisi inti,

(gambar 4.28). Orbital dengan m = 1 (yang sebanding dengan   e sin  ) mempunyai sudut disekitar sumbu-z. Orbital dengan faktor i e   berkaitan dengan rotasi satu arah dan orbital dengan faktor i e   , berkaitan dengan gerakan dengan arah yang berlawanan. Orbital itu mempunyai amplitudo nol bila o  = 0 dan 180

(sepanjang sumbu-z) dan amplitudonya maksimum pada saat o  = 90 , yang

berada pada bidang xy . Untuk menggambarkan fungsi itu, biasa diambil kombinasi linier real

 e  e   f sin  cos   xf

f i sin 

  sin  sin  

f sin  e     e f

yf

yang (jika ternormalisasi) disebut orbital p x (gambar 4.23) dan p y (Atkins, 1994: 387). Karena orbital 2 p ekuivalen dalam bentuk dan dalam jarak dari inti mereka mempunyai energi yang sama. Orbital yang memiliki energi yang sama, seperti orbital 2 p , dikatakan terdegenerasi (Fessenden, 1997: 4).

6. Orbital d Jika n = 3, l dapat bernilai 0, 1, atau 2. Hasilnya adalah satu orbital 3 s , tiga orbital 3 p , dan lima orbital 3 d . Kelima orbital d mempunyai m = 2, 1, 0, -1, -2 dan berkaitan dengan lima momentum sudut yang berbeda disekitar sumbu-z (tetapi besarannya sama, karena pada setiap kasus l = 2). Berbeda dengan orbital p ,

orbital d dengan nilai m yang berlawanan (sehingga arah gerakannya disekitar sumbu-z juga berlawanan) dapat digabungkan secara berpasangan seperti pada gambar 4.31 (Atkins, 1994: 387).

Gambar 4.31. Orbital 2 d , terlihat seperti penggabungan dua orbital p .

Berikut adalah beberapa gambar orbital atom hidrogen dalam colormap dari amplitudo hasil dari program file orbital.m.

Gambar 4.32. Orbital atom hidrogen untuk N=1, L=0 dan M=0.

Gambar 4.33. Orbital atom hidrogen untuk N=2, L=0 dan M=0.

Gambar 4.34. Orbital atom hidrogen untuk N=1, L=1 dan M=1.

Gambar 4.35. Gambar pembanding untuk orbital N = 1, L = 1 dan M = 1.

Dari perbandingan gambar 4.34 dan gambar 4.35 terlihat adanya kecocokan sehingga program file orbital.m benar dan dapat diterapkan.

7. Efek Stark

Berikut adalah gambar-gambar dari orbital atom hidrogen yang terdegenerasi dalam medan medan listrik untuk keadaan eksitasi pertama.

Gambar 4.36. Akibat adanya medan listrik terjadi polarisasi orbital atom H.

Gambar 4.37. Gambar pembanding untuk gambar 4.36.

Gambar 4.38. Plot probabilitas radial untuk gambar 4.29.

Gambar 4.39. Gambar pembanding untuk gambar 4.38. Dari perbandingan gambar-gambar hasil program file EfekStark.m di atas dengan gambar-gambar pembandingnya terlihat adanya kecocokan sehingga program tersebut benar dan dapat digunakan.

Gambar 4.40. Polarisasi orbital atom H akibat medan listrik. Energi orbital ini lebih rendah daripada orbital pada gambar 4.29.

Gambar 4.41. Probabilitas radial untuk gambar 4.31.

Dari gambar 4.36 hingga gambar 4.41 terlihat bahwa fungsi distribusi terkonsentrasi pada sumbu z dan terpolarisasi. Dari plot fungsi distribusi radial, terlihat bahwa probabilitas tertinggi adalah dekat inti.

Untuk mendapatkan beberapa dugaan intuisi dari apa yang terjadi, kembali ke teori klasik tentang gerak partikel di bawah pengaruh gaya kuadrat terbalik, orbit- orbit adalah berbentuk elips yang mempunyai pusat tarik-menarik pada salah satu fokus. Karena partikel bergerak lebih lambat ketika benda lebih jauh dari pusat, partikel tersebut menghabiskan waktu lebih lama pada salah satu sisi dari pusat daripada sisi yang lain, jadi sebuah atom bila digambarkan dengan cara ini adalah secara efektif terpolarisasi. Kombinasi- kombinasi linier ψ1 dan ψ2 adalah fungsi gelombang yang sekurang-kurangnya secara kasar berkorespondensi dengan orbit- orbit Keplerian klasik. Orbit-orbit itu dikenal sebagai orbit berpolarisasi stasioner, yang muncul hanya untuk sebuah gaya kuadrat terbalik dan beberapa kasus yang lain. Pada mekanika kuantum, degenerasi di antara state-state dari l yang berlainan yang mana membuat segala sesuatu mungkin lenyap sesegera setelah gaya tarik- menarik tidak lagi kuadrat terbalik. Jadi, gaya kuadrat terbalik bertanggung jawab terhadap keberadaan dari momen listrik permanen menurut kedua teori (Park, 1992: 229-230).

C. Keunggulan dan Keterbatasan Program

1. Keunggulan

a. Dapat memplot 3D untuk orbital dengan masukan l dan m sembarang (harus diingat batasan dari nilai-nilainya). Dengan demikian kita dapat a. Dapat memplot 3D untuk orbital dengan masukan l dan m sembarang (harus diingat batasan dari nilai-nilainya). Dengan demikian kita dapat

b. Sama dengan poin satu di atas untuk plot fungsi radial dan probabilitasnya dengan masukan n dan l .

c. Sama dengan poin satu di atas untuk plot harmonik bola dalam diagram polar dengan masukan l .

d. Sama dengan poin satu di atas untuk plot orbital 2D dengan masukan n, l dan m .

2. Keterbatasan

a. Tidak dapat menampilkan untuk masukan m yang negatif.

b. Tidak dapat menampilkan bentuk matematis (persamaan gelombang).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Penelitian ini menghasilkan program komputer dalam bahasa pemrograman Matlab yang dapat memvisualisasikan orbital atom hidrogen tanpa gangguan

(fungsi radial dan distribusi probabilitasnya serta ketergantungan harmonik bola pada angular) dan dengan gangguan medan listrik untuk keadaan eksitasi pertama (efek Stark).

2. Hasil visualisasi menunjukkan:

a. Bentuk orbital atom hidrogen bergantung pada jarak dari inti r dan juga pada angular (θ, ). Ketergantungan pada r ditentukan oleh state dari elektron dengan bilangan kuantum utama n dan bilangan kuantum orbital l. Ketergantungan pada angular ditentukan bilangan kuantum orbital l dan bilangan kuantum magnetik m.

b. Adanya gangguan medan listrik menyebabkan terjadinya degenerasi nilai eigen energi untuk keadaan eksitasi pertama (efek Stark orde pertama). Adanya medan ini menyebabkan terpolarisasinya orbital atom hidrogen.

B. Saran Program hasil penelitian ini tidak menampilkan bentuk matematis dari persamaan elektron untuk atom hidrogen (orbital). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menampilkan persamaan tersebut serta efek Stark untuk

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Beiser, Arthur. 1992. Konsep Fisika Modern (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Boass, Mary. 1982. Mathematical Methods in the Physical Sciences. New York: John Willey & Sons. Inc.

Chu, Kevin. http: // www.princenton.edu/ ~ktchu/ misc/ archives/ quantum_plots/ H_atoms/. Tanggal 12 Desember 2005.

Fessenden, Ralp. 1997. Kimia Organik (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Gasiorowicz, Sthepen. 2003. Quantum Physics. Third edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

http://www.physics.csbsju.edu/QM/H.10.html. Tanggal 12 Desember 2005.

Kocbach. http://www.fi.uib.no/AMOS/hydro/. Tanggal 12 Desember 2005.

Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern (Terjemahan). Jakarta: UI-Press.

Lindblad,Goran. http://www.theophys.kth.se/mathphys/schrodinger.html. Tanggal 12 Desember 2005.

Lindblad,Goran. http://mathphys.physics.kth.se/mathphys/schrod7.ps.gz. Tanggal 12 Desember 2005.

Park, D. 1992. Introduction to the Quantum Theory. Third Edition. New York: McGraw Hill.