Diah Yuniarti
Analisis SWOT Sampah Antariksa Indonesia (Diah Yuniarti)
Lingkungan di Orbit Satelit Geostasioner. Pemerintah SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan tidak dapat memberikan sanksi terhadap pelanggaran Informatika telah mengadopsi ketentuan ITU tersebut ke ketentuan ini dan tidak memiliki instrumen untuk mengawasi dalam Permenkominfo No.13/P/M.Kominfo/8/2005 Tentang mekanisme deorbit apakah sudah sesuai dengan ketentuan Penyelenggaraan Telekomunikasi yang Menggunakan Satelit atau belum. sebagaimana diubah dengan Permenkominfo Berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan No.37/P/M.Kominfo/12/2006 dimana di dalam pasal 22 masyarakat terhadap komunikasi dan informasi merupakan disebutkan “Dalam hal satelit Indonesia telah mencapai akhir salah satu pendorong dalam hal peluncuran satelit ke angkasa. masa operasi normalnya atau tidak dapat berfungsi sesuai Dengan demikian, semakin lama jumlah sampah antariksa dengan rencana penggunaannya (anomali), penyelenggara yang berasal dari satelit yang tidak berfungsi semakin telekomunikasi yang memiliki dan atau menguasai satelit bertambah. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh dimaksud wajib: membuang satelit telekomunikasi dari lokasi sampah antariksa, diantaranya benturan dengan benda orbitnya (deorbit) yang pelaksanaannya dilakukan sesuai antariksa lainnya (Liou dan Johnson, 2008 di dalam Bradley ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau dan Wein, 2009) dan komitmen penerapan Green ICT telah memindahkan satelit telekomunikasi ke lokasi orbit lain mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi apabila satelit akan dimanfaatkan kembali dengan prinsip penanganan sampah antariksa, misalnya penggunaan laser tidak mengganggu satelit lain yang beroperasi berdasarkan untuk pengukuran sampah antariksa ( Zhang, dkk, 2012) dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku”.
teknologi lengan robot untuk mengambil sampah antariksa.
Berdasarkan wawancara dengan Indosat dan PSN, Faktor alam, seperti radiasi matahari juga dapat membantu penyelenggara yang telah menerapkan deorbit satelit adalah penghancuran sampah antariksa. Telkom untuk satelit-satelit Telkom yang telah habis masa
Dalam hal kelembagaan, di Indonesia, lembaga yang operasinya. Penyelenggara satelit lainnya seperti Indosat, PSN menangani keantariksaan secara umum adalah LAPAN dan AceS yang mengelola satelit GSO baru akan menerapkan sedangkan hal-hal terkait dengan penggunaan spektrum mekanisme deorbit satelit setelah satelit yang dikelola habis frekuensi dan orbit satelit berada di bawah Kementerian masa operasinya. Sedangkan untuk penyelenggara satelit non- Komunikasi dan Informatika. Secara internasional, ITU GSO seperti LAPAN, satelit mikro yang dikelola akan memiliki peran dalam mengawasi dan memastikan dibiarkan hingga memasuki atmosfer bumi dan terbakar habis.
optimalisasi penggunaan satelit serta meminimalisir dampak Undang-Undang Keantariksaan dari LAPAN telah memuat
penggunaan satelit dari Negara-negara pengelola satelit. ketentuan mengenai peluncuran wahana antariksa dan benda
Berdasarkan pemetaan terhadap kekuatan dan kelemahan jatuh antariksa namun sayangnya belum memuat ketentuan (faktor internal) serta tantangan dan peluang (faktor eksternal) mengenai sampah antariksa, khususnya yang berasal dari kondisi penanganan sampah antariksa di Indonesia, solusi satelit yang tidak berfungsi. Sebenarnya, panduan bagi suatu yang dapat diterapkan oleh pemerintah terkait dengan negara dalam hal mitigasi sampah antariksa terdapat di dalam penanganan sampah antariksa, khususnya sampah antariksa Space Debris Mitigation Guidelines dari UNCOPUOS, yang berasal dari satelit yang tidak berfungsi, yaitu dengan namun panduan ini belum diratifikasi oleh pemerintah merevisi UU keantariksaan dan Permenkominfo Indonesia. Dengan demikian, regulasi mengenai penanganan No.13/P/M.Kominfo/8/2005 sebagaimana diubah dengan sampah antariksa di Indonesia dapat dikatakan belum Permenkominfo No.37/P/M.Kominfo/12/2006. Selain itu, memadai. Lebih jauh, meskipun ketentuan deorbit satelit telah pemerintah perlu meratifikasi Space Debris Mitigation diadopsi di dalam Permenkominfo Guideline dari UNCOPUOS. Beberapa implementasi dari No.13/P/M.Kominfo/8/2005 sebagaimana diubah dengan Guideline ini antara lain ditunjukkan oleh Perancis (CNES) Permenkominfo No.37/P/M.Kominfo/12/2006 namun dimana dari tahun 2003-2005 sebanyak tiga satelit telah ketentuan ini belum memuat secara detail mengenai kriteria dideorbit sesuai ketentuan. Jerman, melalui DLR telah satelit yang harus dideorbit. Man (2013) mengungkapkan melakukan proyek terkait guideline ini diantaranya TerraSAR bahwa kriteria mengenai “tidak berfungsi-nya” satelit maupun
X, Tandem-X, TET, enMap dan MetImage. Selain itu, Jerman benda antariksa buatan lainnya belum dideskripsikan secara telah memiliki Quality Management System’s Product jelas, baik oleh IADC maupun UNCOPUOS. Penggolongan Assurance sebagai implementasi space debris mitigation objek antariksa sebagai sampah antariksa masih bersifat bias.
guideline UNCOPUOS (Portelli, dkk, 2010). Matriks analisis Selanjutnya, meskipun ketentuan deorbit bersifat wajib, SWOT selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 5. berdasarkan wawancara dengan Direktorat Penataan Ditjen
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 13-28
T ABEL 5. M ATRIK A NALISIS SWOT S AMPAH A NTARIKSA I NDONESIA
Threats (Ancaman) Eksternal
Opportunities (Peluang)
1. Komitmen dari Negara-negara di 1. Jumlah sampah satelit semakin lama
dunia untuk menerapkan
semakin bertambah karena semakin
teknologi ramah lingkungan
banyak satelit yang diluncurkan
(green ICT)
(termasuk pendukungnya seperti
2. Teknologi satelit semakin
roket)
berkembang
2. Dampak negatif yang ditimbulkan
3. Terdapat organisasi (ITU) yang
oleh sampah antariksa dan benda
secara kelembagaan dapat
jatuh antariksa (tabrakan dengan
mengawasi dan memastikan
satelit aktif, radiasi, kerusakan di
optimalisasi penggunaan satelit
bumi)
Internal
agar meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari satelit yang tidak aktif atau tidak berfungsi seperti yang direncanakan sebelumnya
4. Radiasi matahari yang semakin meningkat bisa membantu penghancuran sampah angkasa
Strength (kekuatan)
Strategi SO/Comparative
Strategi ST/Mobilization
Advantage
Menggunakan kekuatan yang dimiliki Optimalisasi kekuatan untuk meraih dengan cara menghindari ancaman peluang dengan strategi
1. Pemerintah sudah mengadopsi ketentuan
1. Mengoptimalkan implementasi internasional (ITU) mengenai deorbit satelit ke
1. Memberikan insentif kepada
mekanisme deorbit (termasuk dalam Permenkominfo
perusahaan/lembaga dalam
ketinggian deorbit) untuk No.13/P/M.Kominfo/8/2005 Tentang
pengembangan teknologi yang
meminimalisir tabrakan sampah Penyelenggaraan Telekomunikasi yang
dapat mengoptimalkan
antariksa di orbit dengan satelit aktif Menggunakan Satelit sebagaimana diubah dengan
operasional satelit (S3,O2)
2. Mengoptimalkan koordinasi
(S1,T2)
Permenkominfo No.37/P/M.Kominfo/12/2006.
antara pemerintah dan ITU
2. Mengoptimalkan penggunaan
2. Indonesia telah memiliki UU Keantariksaan yang
teknologi untuk menghemat bahan sudah disahkan oleh DPR yang memuat ketentuan
dalam mengawasi mekanisme
bakar satelit sehingga dapat mengenai peluncuran wahana antariksa dan
deorbit satelit penyelenggara
memperpanjang umur operasi satelit penanggulangan benda jatuh antariksa
telekomunikasi Indonesia (S1,
O3)
dan menunda waktu peluncuran
3. Terdapat kelembagaan yang menangani
satelit berikutnya (S4,T1) keantariksaan (termasuk sampah antariksa buatan
3. Meningkatkan penelitian yang
3. Meningkatkan penelitian dan dan benda jatuh yang berasal dari sampah
dapat mendorong penanganan
teknologi yang dapat meminimalisir antariksa buatan) yaitu LAPAN sedangkan
sampah antariksa ke arah yang
jumlah sampah antariksa yang ada penggunaan spektrum frekuensi dan orbit satelit
lebih baik (S2,S3, S4;O4)
saat ini dan pada masa depan berada di bawah Kementerian Komunikasi dan
(S3,S4,T1) Informatika.
4. Tersedia teknologi (sistem inklinasi) untuk menghemat bahan bakar satelit
Weakness (Kelemahan) Strategi WO/ Divestment/
Strategi WT/ Damage Control Investment Meminimalkan kelemahan serta
Pemanfaatan peluang dengan cara
menghindari ancaman.
mengatasi kelemahan yang ada.
1. Ketentuan deorbit yang terdapat di dalam
1. Mengembangkan dan menerapkan Permenkominfo No.13/P/M.Kominfo/8/2005
1. Regulator menambahkan kriteria
solusi jangka panjang dalam Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi yang
satelit yang deorbit pada regulasi
menangani sampah antariksa, misal Menggunakan Satelit sebagaimana diubah dengan
terkait, misalnya persentase
Swiss sudah mengembangkan Permenkominfo No.37/P/M.Kominfo/12/2006
elemen utama yang berfungsi
teknologi yang dapat mengambil belum memuat secara detail bagaimana kriteria
(W1,O3)
sampah antariksa dengan satelit yang wajib deorbit. Istilah “akhir masa
2. Regulator merumuskan
menggunakan lengan robot (W4, T1) operasi” masih belum cukup digunakan sebagai
mekanisme deorbit dan sanksi
yang tegas jika penyelenggara
kriteria satelit yang wajib deorbit karena masih
satelit melanggar ketentuan
bias.
deorbit dan (dapat diturunkan
2. Meskipun ketentuan deorbit bersifat wajib, namun
dari regulasi ITU) di dalam
pada pelaksanaannya pemerintah (Kemkominfo)
bentuk regulasi (Permen)
tidak bisa memberikan sanksi terhadap
(W2,O1,O3)
pelanggaran ketentuan ini dan tidak memiliki
3. Menyempurnakan UU
instrumen untuk mengawasi mekanisme deorbit
Keantariksaan dengan
apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau
menambahkan pasal mengenai
belum.
sampah antariksa
3. UU keantariksaan belum memuat ketentuan
(W3,O1,O2,O3)
Analisis SWOT Sampah Antariksa Indonesia (Diah Yuniarti)
mengenai pengelolaan sampah antariksa
4. Deorbit hanya solusi dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang, deorbit akan menambah populasi sampah antariksa di luar angkasa
5. Indonesia belum meratifikasi space debris mitigation guideline UNCOPUOS
4. Mendorong ratifikasi atas space debris mitigation guideline UNCOPUOS, minimal untuk satelit komersil di GSO (W5,O1,O3)
V. S IMPULAN DAN S ARAN
A. Kesimpulan Dari pemetaan analisis SWOT untuk faktor internal, saat
ini penanganan sampah antariksa, khususnya sampah antariksa yang berasal dari satelit yang tidak berfungsi, baru sebatas deorbit satelit. Regulasi mengenai deorbit satelit dan keantariksaan telah dimiliki oleh pemerintah dalam bentuk UU Keantariksaan dan Peraturan Menteri terkait. Namun, regulasi tersebut memiliki beberapa kelemahan. Pemetaan analisis SWOT untuk faktor eksternal menunjukkan bahwa jumlah sampah antariksa yang semakin bertambah dan dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah antariksa mendorong berkembangnya teknologi untuk mitigasi sampah antariksa. Selain itu, peran lembaga internasional (ITU) diperlukan untuk meminimalisasi dampak negatif sampah antariksa dari negara-negara pengelola satelit. Strategi SWOT yang dapat dilakukan secara umum yaitu dengan merevisi regulasi terkait keantariksaan dan mengembangkan teknologi untuk mitigasi sampah antariksa.
B. Saran / Rekomendasi
1) Peran ITU secara umum dan Kementerian Komunikasi dan Informatika diperlukan dalam penanganan sampah antariksa, terutama di sektor hulu yaitu dalam prosedur pembuangan sampah antariksa yang berasal dari misi peluncuran satelit dan satelit itu sendiri. Saat ini, deorbit dianggap sebagai solusi yang layak secara teknis dan ekonomis dalam menangani satelit yang dianggap sudah habis masa operasinya. ITU sendiri sudah memiliki regulasi mengenai ketentuan deorbit yang sudah diadopsi oleh Indonesia dalam bentuk Peraturan Menteri. Namun di Indonesia sendiri, implementasi deorbit masih bersifat sukarela. Pemerintah belum menetapkan sanksi yang tegas kepada penyelenggara satelit yang melanggar ketentuan mengenai mekanisme deorbit. Oleh karena itu, diperlukan ketegasan dari pemerintah untuk mendorong penyelenggara melaksanakan mekanisme deorbit sesuai dengan ketentuan ITU misalnya dengan menambahkan sanksi pada Peraturan Menteri terkait.
2) Penanganan permasalahan pengelolaan sampah antariksa tidak bisa dilakukan hanya dengan menggunakan pendekatan berbasis teknis/teknologi saja. Diperlukan penanganan yang bersifat berkelanjutan dan terintegrasi dengan aspek lainnya seperti aspek lingkungan, aspek keuangan/ekonomi, aspek sosio-kultural, aspek institusional dan aspek peraturan. Analisis data bisa dikembangkan dengan mengadopsi konsep Integrated Sustainable Waste Management.
D AFTAR P USTAKA
Bradley. A., & Wein, L. 2009. Space Debris: Assesing Risk and Responsibility. Advances in Space Research (a COSPAR publication) 43, 1372-1390.
Data Statistik Direktorat Jenderal SDPPI Semester 2 Tahun 2012. Ditjen SDPPI.
Galih, B., & Ngazis, A. N. (2012, Agustus 10). Mengenal Tonggak Sejarah Satelit Indonesia. Retrieved December 4, 2012, from vivanews.com: http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/343206-mengenal-tonggak- sejarah-satelit-indonesia
Hardi, S. (2011, September 6). Satelit Tabrakan, Sampah Angkasa Membahayakan! . Retrieved December 4, 2012, from tnol.co.id: http://www.tnol.co.id/liputan/10815-satelit-tabrakan-sampah-angkasa- membahayakan-.html
ITU. Handbook on Satellite Communication: Third Edition. ITU. Kearns, Kevin P. 1992. From Comparative Advantage to Damage Control.
Clarifying Strategic Issues Using SWOT Analysis. Jossey Bass: Non Profit Management and Leadership, Vol 3, No.1, Fall 1992.
Kurniawan, G. (2012, Juli 2012). Pembersihan Sampah Angkasa: 1 Sekrup Bisa Memicu Bencana. Retrieved December 5, 2012, from harianjogja.com: http://www.harianjogja.com/baca/2012/07/16/pembersihan-sampah-angkasa- 1-sekrup-bisa-memicu-bencana-201726
LAPAN. (2011). Penelitian Sampah Antariksa di LAPAN: Bidang Matahari dan Antariksa. LAPAN.
Man, P. d. (2013). The Removal of Inactive Satellites and the Role of the International Telecommunication Union in Space Debris Remediation. Working Paper No.104. Leuven: Leuven Centre for Global Governance Studies
Neflia, e. (2010). Upgrading Sistem Diseminasi Informasi Benda Jatuh Antariksa Dari Temporer Menjadi Mingguan. JAKARTA: LAPAN.
P.Gero, P. (2012, Februari 15). Swiss Buat Satelit Pembersih Sampah Angkasa Luar. Retrieved December 7, 2012, from internasional.kompas.com: http://internasional.kompas.com/read/2012/02/15/21581292/Swiss.Buat.Satel it.Pembersih.Sampah.Angkasa.Luar
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 13/P/M.KOMINFO/8/2005 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi yang Menggunakan Satelit.
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 37/P/M.KOMINFO/12/2006.
Perdirjen 357/dirjen/2006. Portelli, C., dkk. 2010. Space Debris Mitigation in France, Germany, Italy
and United kingdom. Advances in Space Research (a COSPAR publication) 45, 1035-1041.
Start, D., & Hovland, I. 2004. Tools for Policy Impact: A Handbook for Researchers. London: Research and Policy in Development Programme.
United Nations: office for outer space affairs. (2010). Space Debris Mitigation Guidelines of the Committee on the Peaceful Uses of Outer Space. Vienna.
Wright, D., Grego, L., & Gronlund, L. (2005). The Physics of Space Security:
A Reference Manual. Cambridge: American Academy of Arts and Sciences. Zhang, Z., dkk. 2012. The Use of Laser Ranging to Measure Space Debris.
Research in Astronomy and Astrophysics, Vol. 12, No.2, 212-218.
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 13-28
L AMPIRAN T ABEL M ATRIKS H ASIL W AWANCARA P ENYELENGGARA S ATELIT I NDONESIA
N Item Indosat
LAPAN o.
1. Kebijakan dalam
1. Pusat kendali satelit mengelola satelit
1. Palapa C-2
1. Untuk
1. Lokasi stasiun bumi
berada di (aktif dan tidak
dikendalikan dari
memperpanjang
di Batam.
Rancabungur, Bogor aktif)
stasiun bumi Daan
umur satelit dapat
2. Penonaktifan satelit
Mogot. Palapa D
dilakukan dengan
dilakukan setelah
dengan cakupan
dikendalikan dari
sistem incline
dilakukan
ASEAN.
stasiun bumi Jatiluhur.
(bergerak tidak pada
perhitungan bahan
Sebelumnya, pusat
2. Efisiensi penggunaan
orbit, yaitu untuk
bakar yang
kendali berada di
bahan bakar untuk
utara-selatan dilepas
disepakati sebagai
Stasiun Biak dengan
operasional satelit
3-4 derajat sehingga
titik terakhir operasi.
cakupan bagian
dapat memperpanjang
bergerak lebih jauh)
3. Mekanisme deorbit
Timur Indonesia dan
umur satelit
untuk menghemat
sudah tertuang di
Australia bagian
3. Deorbit merupakan
bahan bakar.
SOP yang diberikan
Timur) dan Stasiun
solusi yang paling
2. Palapa C2 saat ini
oleh Lockeed
Rumpin dengan
layak, secara teknis
dioperasikan incline.
Martin.
cakupan ASEAN,
dan ekonomis untuk
Pengoperasian
4. Ada pemantauan
Indonesia bagian
operator satelit saat
dilakukan bersama
deorbit yang telah
barat dan Bali
ini.
dengan Indosat di
dilakukan operator
bagian Barat.
4. Bahan bakar yang
Stasiun Daan Mogot
oleh Pabrikan
2. Jika LAPAN Tubsat
diperlukan untuk
3. Stasiun bumi PSN
hingga setahun
sudah habis masa
membawa satelit tidak
ada di Cikarang
sesudahnya. Saat
operasinya, satelit
aktif kembali ke bumi
sedangkan Stasiun
operator melakukan
akan dibiarkan
lumayan banyak
bumi Garuda I
pembakaran
hancur setelah
sehingga biayanya
terletak di Batam
terakhir, operator
durasi waktu
mahal
akan melaporkan
tertentu.
5. Untuk satelit
orbital element
komunikasi, ketika
kepada pabrikan.
ada peralatan komunikasi yang rusak, tidak perlu dikembalikan lagi ke bumi, tidak seperti pesawat ISS.
6. Solusi untuk penanganan satelit yang tidak aktif, apakah deorbit maupun dikembalikan lagi ke bumi tergantung teknologi yang ada dan biaya yang ditimbulkan.
7. Satelit yang sudah berakhir masa operasinya akan di- deorbit. Satelit GSO dipindahkan dari GEO (geostationer orbit), satelit NGSO dipindahkan dari wilayah LEO dan MEO untuk mencegah terganggunya satelit aktif.
8. Proses deorbit (satelit dibuang sejauh 300 km dari posisi semula) merupakan tanggung jawab operator .
9. Satelit yang sudah berada di luar GEO tidak dikelola oleh siapapun.
Analisis SWOT Sampah Antariksa Indonesia (Diah Yuniarti)
LAPAN o.
N Item Indosat
10. Palapa C-1 sudah deorbit oleh Pakistan
2. Koordinasi Pembuat satelit masih
Tanggung jawab operator dengan
Koordinasi dengan
Lockeed Martin setiap
peluncur hanya sebatas Pabrikan dan
memberikan dukungan
peluncur hanya sampai
tahun mengadakan
jika satelit sudah tiba di Peluncur Satelit
teknis karena masih
satelit diluncurkan
konferensi untuk semua
merupakan bagian dari
orbit yang dialokasikan kontrak
sedangkan dengan
pengguna satelitnya
pabrikan satelit,
megenai permasalahan
Untuk LEOP, koordinasi
koordinasi masih
yang dihadapi dan solusi
dilakukan di Jerman,
dilakukan hingga umur
yang dilakukan
karena satelit polar ini
satelit habis.
paling sering melewati Jerman
Koordinasi dilakukan operator dengan
3. Koordinasi
1. Tiap tahun ada
Walaupun slot orbit
Aces cukup aktif
melalui Korsat operator lain dan
pelaporan mengenai
sudah ada notifikasi, jika
berinteraksi dengan
(Koordinasi Satelit) yang operator dengan
penggunaan satelit
ada permintaan dari
Ditjen SDPPI melalui
dikoordinasikan oleh Pemerintah
kepada pemerintah
Negara atau operator lain
Koordinasi Satelit
2. Antar pemilik satelit
untuk koordinasi harus
(Korsat).
Kemkominfo.
harus berkoordinasi
dilayani. Pemerintah pun
untuk menghindari
akan intens meminta
interferensi antar
koordinasi karena ada
satelit
permintaan dari Negara
3. Mekanisme koordinasi lain. bisa lewat pemerintah atau O to O dengan operator bersangkutan
4. Tiap tahun ada koordinasi satelit antar Negara, untuk memetakan dengan Negara mana saja koordinasi satelit harus dilakukan
5. Ada filling yang bertujuan mengatur batasan coverage dan daya, didaftarkan ITU
6. Untuk benda asing belum pernah ada kejadian yang sampai mendekat.
7. Untuk koordinasi satelit antar Negara, pemerintah hanya berfungsi sebagai koordinator
4. Kegiatan Tidak ada
1. Kegiatan riset Litbang satelit
Belum ada riset yang
Kegiatan riset dilakukan
dimulai dari transfer yang dilakukan
sifatnya penelitian, hanya
lebih diarahkan untuk
dilakukan pengembangan
apikasi telepon yang
of technology.
untuk kebutuhan sendiri,
dikembangkan sendiri.
Setelah itu,
belum sampai
dilakukan
menemukan hal yang
pengembangan level
baru, misal membuat
komponen hingga
antena yang bisa tracking
sub sistem satelit
sendiri, pembuatan
secara bertahap.
mobile antenna.
2. LAPAN memiliki
Rencananya, untuk
perangkat lunak
keperluan studi akan
yang bisa memantau
dilakukan pembangunan
benda jatuh dan
satelit kecil
sampah antariksa
3. Sudah ada dua riset yang dilakukan di Pusat Sains dan Antariksa yaitu analisis sampah antariksa di LEO dan GEO serta analisis populasi
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 13-28
LAPAN o.
N Item Indosat
sampah antariksa terhadap aktivitas matahri
5. Pendapat Untuk RPM saat ini lebih
Perlu dikaji lebih jauh mengenai Pasal
Untuk satelit deorbit,
berpihak kepada
kondisi satelit secara total
apakah ketentuan deorbit
pada pasal 26 RPM 2007
26 RPM Tahun perusahaan lokal
tidak dapat digunakan,
Kominfo juga berlaku asing
dibandingkan perusahaan
baik pilot, motor
penggerak, dan solar
untuk satelit NGSO
panel. Draft yang diusulkan PSN masih belum final, , masih didiskusikan secara internal
6. Kendala dalam
1. Hingga saat ini pengelolaan
1. Beberapa operator
1. Operator tidak dapat
1. Kendala dalam proses
belum ada yang bisa satelit (aktif
satelit merger,
memantau kondisi di
deorbit misalnya dari
memperkirakan maupun tidak
melakukan kondosat
sekitar satelit.
segi truster dan
dimana lokasi benda aktif)
karena bisnis satelit
Gangguan baru
elektronik (TTC) yang
adalah bisnis long
diketahui setelah ada
tidak berfungsi
jatuh (termasuk
term
kerusakan di satelit.
dengan semestinya
satelit buatan),
2. Di Indonesia belum
2. Kendala
2. Kendala teknis selalu
hanya perkiraan
ada regulasi yang
pengoperasian satelit
dapat diatasi jika
lintasannya saja
mengatur mengenai
adalah interferensi
satelit masih dapat
dalam periode
merger
frekuensi. Frekuensi
dikendalikan
tertentu.
yang seharusnya
3. Jika satelit tidak dapat
2. LAPAN pernah
digunakan untuk
mentransmit sinyal
diinformasikan akan
satelit, digunakan
dengan daya yang
dikenai roket Rusia
untuk layanan
mencukupi, ada
atau Cina. Ketika
terrestrial.
modifikasi yang
itu, LAPAN hanya
dilakukan, misal
bisa memonitor dan
ukuran antena
menghitung waktu
diperbesar.
sampai serpihan
4. Kendala non teknis
tersebut menjauh
lebih sulit diatasi
dari LAPAN
dibandingkan dengan
Tubsat , tidak bisa
kendala teknis karena
menghindari
berhubungan dengan
serpihan tersebut.
pemerintahan.
5. Untuk satelit MSS,belum ada regulasi yang memadai
7. Penganggaran Tidak terdapat
Tidak terdapat untuk
Pengganggaran dana
Penganggaran dana
penganggaran dana untuk pengelolaan
penganggaran secara
untuk deorbit sudah
deorbit sudah dari awal
deorbit. satelit yang tidak
khusus untuk deorbit.
dilakukan sejak awal.
dikalkulasi.
Kalkulasi biaya untuk
Jika ada biaya konsultasi
aktif/tidak lagi deorbit sudah dilakukan
deorbit, hal menjadi
digunakan di awal perencanaan
bagian dari biaya
peluncuran satelit.
operasional.
28