PUSAT BUKU SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK TUGAS AKHIR

B. TINJAUAN PUSAT BUKU SEBAGAI MODERN MARKET

1. TINJAUAN MODERN MARKET

Modern market atau lebih sering dikenal masyarakat sebagai mall, ialah suatu wadah yang berupa gabungan dari retail shop atau tenant. Perbedaannya dengan pasar konvensional, modern market tidak hanya fokus pada aktivitas jual belinya saja, tetapi juga kegiatan penunjang untuk membuat suasana dan pengunjungnya betah. Modern market sehingga para pengunjung mall tidak hanya tertarik untuk mencari barang kebutuhannya saja, tetapi sekaligus menikmati kegiatan berbelanjanya melalui tampilan eksterior dan interior. Kelebihannya yang lain, modern market mampu

menyajikan sarana rekreasi sekaligus sebagai tempat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Oleh karena itu, modern market mampu menghadirkan nilai lebih dalam berbelanja dan hal tersebut juga sering diwujudkan dalam konsep modern market seperti

dimana modern market menyediakan tenant-

tenant yang sangat lengkap, serta

20 Tabloid Media Mix, Januari 2006 dalam TA Fathurrahman, 2009

Shopping mall merupakan penggambaran dari kota yang terbentuk oleh

elemen-elemen, antara lain: 21

1) Anchor (magnet) Perwujudan dari nodes yang dapat pula berfungsi sebagai landmark, berupa plaza dalam shopping mall.

2) Secondary Anchor ( magnet sekunder) Perwujudan dari districts yang berupa toko-toko pengecer, retail store, supermarket, superstore.

3) Street Mall Perwujudan paths berupa pedestrian yang menghubungkan magnet- magnet.

4) Landscaping (pertamanan) Perwujudan dari edges yang merupakan pembatas pertokoan di tempat- tempat luar.

b. Pola Sirkulasi Modern Market

Pola sirkulasi antar retail dalam mall dapat dibedakan sebagai berikut: 22

1) Selasar satu ruang. Dipakai untuk sistem peruangan terbuka/tertutup. Sirkulasi ini paling efektif dan nyaman bagi konsumen, tetapi kurang efisien karena penggunaannya hanya untuk satu arah.

21 Lien Edgar, P.Eng. Shoping Mall Center Planing Development and Administration, dalam Fathurraman 2009 22 Lien Edgar, P.Eng. Shoping Mall Center Planing Development and Administration, dalam Fathurraman 2009

Pemakaian sistem ini lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan sistem satu ruang. Pemakaian system ini dapat digunakan untuk pola peruangan terbuka maupun tertutup.

3) Dua selasar tiga ruang. Sistem ini adalah pembagian dari sitem satu arah dan dua arah, dapat menggunakan system peruangan terbuka atau tertutup.

4) Perkembangan dari penggunaan sitem peruangan empat arah. Sistem ini dapat lebih efektif, fleksibel dan efisien.

2. ARSITEKTUR REKREATIF

Rekreatif adalah bersifat rekreasi yaitu menghibur dan menyenangkan yang merupakan salah satu strategi untuk menarik pengunjung datang dalam Pusat Buku Surakarta dan selanjutnya dapat meningkatkan minat baca. Beberapa pengertian mengenai desain arsitektur rekreatif adalah: Rekreatif adalah bersifat rekreasi yaitu menghibur dan menyenangkan yang merupakan salah satu strategi untuk menarik pengunjung datang dalam Pusat Buku Surakarta dan selanjutnya dapat meningkatkan minat baca. Beberapa pengertian mengenai desain arsitektur rekreatif adalah:

mendukung. 23

- Desain yang bertujuan menciptakan keindahan, menghadirkan suasana yang

rekreatif melalui penataan interior. 24

- Desain yang memanfaatkan potensi alam sebagai konsep awal yang menarik

untuk digali lagi sesuai dengan kebutuhan perancangan. 25

- Merupakan cermin kebosanan terhadap suatu desain yang kosong, permainan warna yang sedikit dan hanya mengedepankan fungsi tanpa peduli kebutuhan

pengguna. 26

23 www.astudio.or.id 24 www.archdaily.com

25 Bali Post, edisi 3 Juni 2007 26 Bali Post, edisi 3 Juni 2007

www.astudio.or.id

Gb 2.3 Fasade rekreatif (sumber: google image)

Gb 2.4 Interior rekreatif (sumber: google image)

Gb 2.5 Pemanfaatan alam pada fasade (sumber: google image)

Gb 2.6 Fasade interaktif (sumber: google image) Gb 2.6 Fasade interaktif (sumber: google image)

Berdasar beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan suatu desain yang rekreatif adalah desain yang memiliki tidak biasa, unik dan atraktif dalam warna-warna cerah dengan permainan massa bebas dan menarik dimana orientasinya dihadapkan pada lansekap yang menarik dan memanfaatkan view sekitar.

C. TINJAUAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Bangunan dapat disebut sebagai kulit ketiga manusia yang berfungsi sebagai ruang untuk menguapkan keringat di kulit dan kelembaban dinding bangunan. Jendela, pintu, lubang atap atau lubang dinding diperlukan untuk mengendalikan sinar ultra violet, infra merah dan panas matahari yang berlebihan. Maka dari itu hendaknya tidak serta merta meniru utuh aliran arsitektur tersebut tanpa memperhatikan kondisi setempat.

Fenomena tentang mewahnya arsitektur modern yang dilomba-lombakan tiap negara untuk mempercantik kota mereka, nyatanya tidak sedikit pula gaya arsitektur tersebut yang sebenarnya tidak cocok bila diterapkan di iklim tropis, seperti Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya penyesuaian dan keselarasan antara desain bangunan dan iklim setempat, guna menciptakan kondisi kenyamanan yang pas untuk penghuninya dan akhirnya merupakan bentuk hemat energi bagi lingkungan.

Ken Yeang, merumuskan pendekatan berbasis iklim sebagai: Ecological design, is bioclimatic design, design with the limate of the locality, and low energy design. Yeang menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi

27 digilib.itb.ac.id

Gb 2.7 Karakter santai dalam interior (sumber: google image)

penggunan energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah, melalui tiga tingkatan, yaitu:

Integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan tanah, topografi,air tanah, vegetasi, iklim dan sebagainya. Integrasi sistem-sistem dengan proses alam, meliputi: cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, system pembuangan dari bangunan dan pelepasan panas dari bangunan dan sebagainya. Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.

1. PENGERTIAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Arsitektur Bioklimatik merupakan arsitektur yang berlandaskan pada pendekatan desain pasif dan minimum energi dengan memanfaatkan energi alam iklim setempat untuk menciptakan kondisi kenyamanan bagi penghuninya. Dicapai dengan organisasi morfologi bangunan dengan metode pasif antara lain konfigurasi bentuk massa bangunan dan perencanaan tapak, orientasi bangunan, disain fasade, peralatan pembayangan, instrumen penerangan alam, warna selubung

bangunan, lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah. 28

Arsitektur Bioklimatik merupakan seni merancang bangunan dengan metode hemat energi yang memperhatikan iklim setempat dan memecahkan masalah iklim

dengan menerapkannya pada elemen bangunan. 29

28 Jimmy Priatman, 2002 29 Syarif Hidayat, 2000 28 Jimmy Priatman, 2002 29 Syarif Hidayat, 2000

2. MANFAAT DESAIN BIOKLIMATIK

Secara umum manfaat penerapan desain bioklimatik adalah: Mengurangi konsumsi energi dengan memanfaatkan unsur alam. Melakukan perlindungan terhadap ekosistem. Meningkatkan produktivitas kerja karena didasarkan pada kebutuhan kenyamanan termal penghuninya. Berpengaruh baik terhadap kesehatan karena menggunakan unsur-unsur yang alami.

3. ASPEK-ASPEK BIOKLIMATIK

a. Iklim

1) Radiasi Matahari

Panas dihantarkan matahari hanya dengan satu proses saja yaitu radiasi. Radiasi ini akan mengalir dari suatu ruang yang lebih panas menuju suatu ruang yang lebih dingin.

Dalam perancangan pencahayaan alami, cahaya matahari dihindarkan masuk langsung ke dalam ruangan, karena adanya kerugian yang dapat ditimbulkan. Kerugian tersebut adalah pemanasan ruangan yang terkena cahaya matahari langsung. Hal ini dapat dikurangi jika cahaya matahari direfleksikan oleh benda yang berada di luar bangunan sebelum masuk ke dalam ruangan

Sinar matahari yang langsung tanpa halangan apapun. Sinar matahari yang berasal dari pantulan-pantulan awan. Kedua sinar

matahari tersebut disebut berasal dari langit.

Sinar matahari refleksi luar, yakni hasil pemantulan cahaya dari benda- benda yang berdiri di luar bangunan dan masuk ke dalam ruangan melalui bukaan.

Sinar matahari refleksi dalam, yaitu hasil pemantulan cahaya dari benda-benda yang dekat sekitar bangunan kita maupun benda-benda dan elemen dalam ruangan itu sendiri. Termasuk disini adalah cahaya yang terpantul dari tanah/halaman, taman rumput, pepohonan, pengerasan halaman, dan sebagainya, yang terpantul lagi ke bagian- bagian bangunan dan dipantulkan lagi ke bidang kerja dalam ruangan

Aspek perencanaan untuk mengatasi radiasi matahari adalah:

Pembayangan, yaitu suatu cara untuk mengelakkan sinar matahari yang berlebihan. Pemanasan / pendinginan, Orientasi atap pemanasan, yang dapat dicapai dengan orientasi massa bangunan.

Angin merupakan udara yang bergerak yang disebabkan oleh pemanasan lapisan-lapisan yang berbeda. Angin yang diiginkan dalam kondisi nyaman adalah angin lokal, sepoi-sepoi yang dapat memperbaiki iklim mikro. Aspek perencanaannya adalah sebagai berikut:

Gerakan angin kawasan Aliran udara dalam bangunan

Treatment udara sejuk Distribusi kecepatan udara interior Aliran udara vertikal Pengaruh angin / udara

3) Cahaya

Cahaya merupakan komponen lain dari sinar matahari yang secara alami dapat digunakan sebagai penerangan ruang. Cahaya dalam keadaan nyaman yang dibutuhkan adalah intensitasnya yang hangat, tidak terlalu silau, tetapi tetap terang. Aspek perencanaannya adalah sebagai berikut:

Distribusi dan kuantitas pencahayaan alami Pencahayaan tanpa glare dan panas Karakter visual elemen bangunan

b. Arsitektur Setempat

Arsitektur tradisional merupakan hasil dari proses trial and error dari para leluhur. Proses ini didasarkan pada aspek geografi, geologi dan iklim setempat dipadukan dengan sosial kemasyarakatan dan dan kepercayaan yang berkembang pada saatitu. Berdasarkan hal tersebut maka timbulah ciri khas dari berbagai bentuk dan gaya arsitektur di seluruh dunia yang berbe da Arsitektur tradisional merupakan hasil dari proses trial and error dari para leluhur. Proses ini didasarkan pada aspek geografi, geologi dan iklim setempat dipadukan dengan sosial kemasyarakatan dan dan kepercayaan yang berkembang pada saatitu. Berdasarkan hal tersebut maka timbulah ciri khas dari berbagai bentuk dan gaya arsitektur di seluruh dunia yang berbe da

1) Atap

Untuk daerah tropis lembab digunakan atap miring berupa atap pelana, limasan atau panggang pe dari plat/lembaran monolitik. Pada perancangan perlu memperhatikan :

Tritisan lebar dapat melindungi dinding dan jendela dari cahaya matahari dan hujan. Kemiringan atap dapat mengalirkan air hujan sebelum merembes ke dalam bahan bangunan. Setiap atap memiliki sudut kemiringan optimum tertentu. Digunakan konstruksi atap 2 lapis untuk mendapatkan atap yang lebih dingin. Fungsi lapisan luar adalah melindungi lapisan dalam dari cahaya matahari. Ruang diantara kedua lapisan untuk pembuangan panas melalui ventilasi silang. Lubang keluar udara terletak pada atap tinggi.

2) Dinding

Dinding akan menjadi panas bila tidak dilindungi dari radiasi matahari dan akan meneruskan panas ke dalam ruangan. Dinding utara dan selatan tidak begitu banyak menerima radiasi kiarena sudut jatuh cahaya cukup besar.

Tanah disekitar bangunan harus di teduhi/diberi tanaman untuk mencegah pemantulan pada dinding. Tembok pagar berwarna cerah tetapi tidak memantul pada dinding bangunan. Bidang dinding dibuka selebar mungkin untuk mendapat ventilasi siang yang diperlukan.

Konstruksi ringan dan modern dengan dinding tipis dan lubang lubang yang diperlukan untuk pencahayaan dan penghawaan, dilindungi oleh tritisan.

3) Lantai

Bangunan dapat didirikan di atas tiang untuk mendapatkan ventilasi silang yang baik, karena perbedaan temperatur tanah dan udara hanya sedikit. Gerakan udara ke bawah bangunan bisa menguntungkan, bangunan aman dari banjir dan binatang kecil. Bangunan yang tidak berdiri diatas tiang harus memiliki jarak yang cukup dari tanah untuk mencegah masuknya air, kotoran dan binatang. Pemakaian lantai batu dianjurkan untuk pengudaraan yang alamiah karena konstruksinya terbuka, sangat dipengaruhi iklim. Lantai batu buatan yang licin (teraso) sangat mudah dirawat. Pemilihan warna lantai yang terkena cahaya matahari dengan kompromi antara pencegahan kesilauan di satu pihak dan penghindaran penyerapan panas di pihak lain.

4. DESAIN HEMAT ENERGI

Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan.

Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan. Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.

sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).

5. KENYAMANAN TERMAL

a. Teori

Kenyamanan secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kenyaman visual (dari aspek pencahayaan) dan kenyamana n termal (dari aspek penurunan dan penaikan suhu ruang). Ukuran kenyamanan penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi, dicapai melalui penggunaan sistem-sistem dalam bangunan yang alamiah, ditekankan pada sistem pasif, pengendalian iklim dan keselarasan dengan lingkungannya. Bentuk dan orientasi bangunan didasarkan pada selaras dengan alam sekitarnya, kebutuhan penghuni dan iklim, tidak mengarah pada bentuk bangunan atau style tertentu, tetapi mencapai keselarasan dengan alam dan kenyamanan penghuni dipecahkan secara teknis dan ilmiah.

Teori Fanger, Standar Amerika (ANSI/ASHRAE 55-1992), Standar Internasional untuk kenyamanan termis dan Szokolay (dalam

menyebutkan hal yang sama, yaitu kenyamanan tergantung pada variabel iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit.

Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) 26°C TE (batas atas).

tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun pada kondisi udara yang terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia

meningkat pada kondisi suhu yang nyaman. 30

Sementara itu, Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU membagi suhu nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut:

Tabel. Suhu N yaman menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada

Bangunan (Sumber: data Yayasan LPMB-PU )

Berdasar penelitian tersebut maka suhu yang dibutuhkan agar dapat beraktivitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%). Padahal angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%. Maka dari itu, untuk menyiasatinya dan mendapatkan suhu nyaman optimal, perlu dengan pendekatan desain.

30 Idealistina , 1991

Pendekatan desain yang dimaksud diatas, yaitu:

1) Orientasi Bangunan

a) Orientasi terhadap matahari (Pencahayaan)

Semakin luas bidang yang menerima radiasi matahari secara langsung, semakin besar juga panas yang diterima bangunan. Dengan demikian, bagian bidang bangunan yang terluas (bangunan yang bentuknya memanjang) sebaiknya mempunyai orientasi ke arah Utara- Selatan sehingga sisi bangunan yang pendek, (menghadap Timur Barat) yang menerima radiasi matahari langsung.

Gb 2.8 Macam-macam bentuk bukaan cahaya (sumber: The European Commission)

b) Orientasi terhadap Angin (Penghawaan)

Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan untuk pendinginan suhu udara.

Gb 2.9 Orientasi terhadap angin (sumber: www.digilib.unnes.com)

Jenis, ukuran, dan posisi lobang jendela pada sisi atas dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan

di dalam ruang dengan menghindari meningkatnya kelembaban udara. Untuk menambah kecepatan udara terutama pada saat panas, bagian inlet udara ditempatkan di bagian atas, dengan luas outlet sama atau lebih besar dari inlet dan tidak ada perabot yang menghalangi gerakan udara di dalam ruang. Bukaan jendela (jalousie atau louvered) dapat membantu udara langsung ke tempat-tempat yang membutuhkan. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (khususnya bangunan rendah) sangat perlu agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Panas yang terkumpul pada ruang tersebut akan ditransmisikan ke ruang di bawah langit- langit tersebut. Ventilasi silang

2) Elemen Arsitektur

a) Pelindung Matahari

Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat dihindari, maka pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini harus dihindari dengan menggunakan elemen pelindung matahari, seperti:

Gb 2.10 Ventilasi Silang Bangunan Tropis

(Sumber: Lippsmeier 1980)

Utara Selatan:

1. Cantilever (overhang)

2. Horizontal Louver Overhang

Elemen Pelindung

Shading Coeffisient

Cantilever (overhang) Horizontal Louver Overhang Panel (awning) Horizontal Louver Screen Egg crate Vertical louver (moveable) Vertical Louver (permanent)

Tabel. Angka Shading Coefficient (S.C). (Sumber: C oncepti In The Thermal Comfort, M. David Egan

b) Material dan Warna

Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding, atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan.

Efektif digunakan pada bidang bangunan

yang

menghadap

Timur Barat:

3. Panel (awning)

4. Horizontal Louver Screen

5. Egg crate

Gb 2.11 Elemen Pelindung Matahari

(sumber: Egan, Concept in Thermal

Comfort, 1975)

No

Penggunaan Kaca

Shadding Jenis Kaca Coeffisient Warna Tebal

1 Kaca Bening

1/4 inci 3/8 inci

Heat Absorbing Glass

Abu abu, bronze, green tinted

3/16 inci 1/2 inci

3 Revlective Glass

Dark grey metalized, light gray metalized

0.35 s/d 0.20 0.60 s/d 0.35

Tabel Shading Coeffisien untuk berbagai jenis material kaca Sumber: C oncept in the Thermal Comfort, M. D avid Egan

Radiasi matahari yang jatuh pada selubung bangunan dipantulkan kembali dan sebagian diserap. Panas yang terserap akan dikumpulkan dan diteruskan ke bagian sisi yang dingin (sisi dalam bangunan). Masing-masing bahan bangunan mempunyai angka koefisien serapan kalor (%) seperti terlihat pada tabel berikut. Semakin besar serapan kalor, semakin besar panas yang diteruskan ke ruangan.

Permukaan Bahan

Asbes semen baru Asbes semen sabgat kotor (6 tahun terpakai) Kulit bitumen/aspal Kulit bitumen bila dicat alumunium Genteng keramik merah Seng (baru) Seng (kotor sekali) Selulose cat putih Selulose cat hijau tua Selulose cat merah tua Selulose cat hitam Selulose cat kelabu hitam

Sumber: Pengantar Fisika Bangunan, Mangunwijaya, hal 117

Warna material juga berpengaruh terhadap angka serapan kalor. Warna-warna muda memiliki angka serapan kalor yang lebih sedikit dari pada warna tua. Warna putih memiliki angka serapan kalor paling sedikit (10%-15%), sebaliknya warna hitam dengan permukaan tekstur kasar dapat menyerap kalor sampai 95%.

Permukaan

Dikapur putih (baru) Dicat minyak (baru) Marmer/pualam putih Kelabu madya Batu bata, beton Hitam mengkilat Hitam kasar

Tabel Koefisien Serapan Kalor Akibat Pengaruh Warna Sumber: Pengantar Fisika Bangunan, Mangunwijaya, hlm. 116

3) Elemen Lansekap

a) Vegetasi

Keberadaan pohon secara langsung/tidak langsung akan menurunkan suhu udara di sekitarnya, karena radiasi matahari akan diserap oleh daun untuk proses fotosintesa dan penguapan. Merupakan unsur efektif dalam menghalau cahaya matahari yang bersifat panas dan menyilaukan. Pengaruh vegetasi dalam bangunan diantaranya adalah:

Mempengaruhi iklim mikro lingkungan. Semakin besar jarak pohon terhadap bangunan, maka semakin baik pengaruhnya terhadap ventilasi alami. Dalam arti gerakan udara dalam bangunan semakin baik.

Jarak pohon 1,5 m

thd bangunan

Jarak pohon 3 m thd

bangunan

Jarak pohon 9 m thd

bangunan

Gb 2.12 Pengaruh jarak pohon pada bangunan (sumber: Concept in Thermal Comfort, Egan, 1975)

Sebagai penahan angin dan penyariang debu. Perlindungan yang

permukaan lunak di sekeliling bangunan

dengan

tembok

penahan pasir minimal tinggi 1,6 m dan menghindari bentuk lekukan dan permukaan dimana pasir dan debu dapat berkumpul, dengan menggunakan bahan- bahan ahan gesekan. Memberikan pembayangan. Efek bayangan

permukaan bangunan dan tanah di bawahnya.

Sebagai windbreak untuk daerah yang kecepatan anginnya cukup besar. Pohon sebagai windbreak dapat mengurangi kecepatan angin lebih dari 35 % jika jaraknya dari bangunan

sebesar 5x tinggi pohon. Sebagai penahan erosi Mengurangi kebisingan Meningkatkan kualitas cahaya Menimbulkan kesan sejuk dan segar

b) Unsur Air

Keberadaan air akan menurunkan suhu udara di sekitarnya karena terjadi penyerapan panas pada proses penguapan air. Namun, proses penguapan akan menaikkan kelembaban dimana

Gb 2.13 Pengaruh vegetasi

pada arah angin (sumber: Lippsmeier 1980)

Gb 2.14 Efek Pembayangan (Sumber:

The European

Commission)

hal ini harus dihindari. Oleh sebab itu penggunaan unsur air harus mempertimbangkan adanya gerakan udara (angin) sehingga tidak terjadi peningkatan kelembaban.

Kandungan air pada udara dapat ditingkatkan selama masih belum jenuh. Proses ini terjadi terus menerus di alam dan juga

sehingga mengakibatkan terjadinya pendinginan dan perubahan iklim mikro

yang diinginkan. Hal ini dapat dicapai melalui metode: 31

Menggunakan peralatan dalam bangunan yang menghasilkan pendinginan langsung melalui penguapan. Alat yang paling sederhana adalah tikar jerami yang dibentang pada sebuah bingkai kayu dan dibasahi terus menerus dengan sebuah alat penyemprot sederhana atau dengan menyiraminya sekali-sekali dengan air. Dapat juga dengan mempercepat aliran udara dengan kipas angin. Bila temperatur dibawah

bayangan adalah 35 0 C, maka dengan kelembapan 40% dapat dihasilkan penurunan temperatr sebesar 5 0 C melalui cara ini.

31 Lippsmeier, 1998

Gb 2.15 Unsur air sebagai pendingin alami

(sumber: The European Commission)

Menggunakan instalasi di luar dan sekitar bangunan yang terjadi oleh penurunan temperartur dinding dan atap atau pendinginan udara yang menyentuh bangunan. Dalam hal ini yang diberikan percikan air adalah atap, dinding dan tanah di sekitar bangunan, kemudian akan terjadi penguapan yang dibawa oleh angin. Namun perlu diperhatikan bahwa konstruksi harus tahan terhadap air. Dalam hal ini,

temperatur permukaan atap akan turun sebesar 25 0 0 C 30 C. Keuntungan yang lain, temperature atap menjadi lebih dingin sehingga tidak mudah retak atau pecah.

D. STUDI KASUS

Studi kasus digunakan sebagai preseden untuk Pusat Buku Surakarta yang direncanakan. Obyek yang dipilih adalah obyek yang memiliki kesamaan fungsi dan aktivitas, yaitu Pusat Buku Indonesia (PBI) Jakarta, Shopping Center Yogyakarta dan Library@Orchad Singapura. Selain itu juga obyek yang memiliki pendekatan sejenis, yaitu National Library Board (NLB) Singapura dan Mesiniaga Tower Malaysia.

1. PBI (Pusat Buku Indonesia), Jakarta 32

Pusat Buku Indonesi (PBI) terletak di Hypermall Kelapa Gading, Jakarta. Tempat dimana seluruh penerbit buku yang tergabung dalam Ikapi menampilkan buku terbitan mereka di sini dalam stan-stan seperti pameran buku. Jadi, layaknya seperti pameran, tetapi dilakukan sepanjang tahun. PBI digagas untuk memberi alternatif baru bagi penggemar buku, meningkatkan lagi minat masyarakat kepada buku dan menjadikan distribusi buku lebih mudah dan merata, karena selama ini, penerbit menitipkan bukunya di toko buku, termasuk Gramedia, bukan menjual sendiri.

32 www.k ompas.com 32 www.k ompas.com

2. Shopping Center, Yogyakarta 33 Berkunjung ke Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Kios Buku Taman Pintar, atau yang lebih dikenal dengan nama Shopping Center. Memasuki Jalan Sriwedari - pararel di sebelah timur Jalan Malioboro- deretan kios-kios yang memajang beragam buku akan langsung terlihat.

Buku yang dijual bermacam-macam, dari buku

baru

hingga

buku bekas. Tiap

kios

memiliki

spesifikasinya masing-masing, dari buku-buku umum, religi, buku pelajaran, hingga novel dan komik. Tak hanya itu, di Shopping center juga tersedia berbagai kebutuhan untuk mahasiswa, dari kliping artikel dan makalah-makalah bekas untuk referensi mengerjakan tugas, hingga buku-buku penunjang kuliah.

Ada 124 kios yang tertata rapi di dua lantai. Para pedagangnya tergabung dalam Koperasi Pedagang Buku (Kopaku) Taman Pintar, yang dibentuk sekitar tahun 1988. Jika dibanding harga di toko-toko buku, harga buku di shopping

33 www.pesisiran-kidul.blogspot.com

Gb 2.16 Fasade Shopping Center

(sumber: dok. Pribadi)

Gb 2.18 Interior Shopping Center (sumber: www.pesisiran-

kidul.blogspot.com

Gb 2.17 Kios-kios Buku (sumber: dok. Pribadi)

penerbit, dengan pengambilan keuntungan yang kecil. Harganya lebih rendah dari buku-buku di toko buku. Dari keuntungan yang diambil kecil 2,5 5 % untuk merekrut pelanggan sebanyak-banyaknya, sehingga walau keuntungan sedikit tapi omzet penjualan lebih banyak dibanding di toko buku.

Hampir setiap hari shopping center selalu ramai dikunjungi calon -calon pembeli, terlebih lagi pada akhir pekan yaitu Jumat hingga Minggu. Bahkan tidak sedikit pula pembeli yang datang dari luar kota Yogyakarta. Bagi sebagian orang, Shopping Center bisa dijadikan sebagai alternatif pilihan ketika di toko-toko buku tidak bisa menemukan buku yang dicari. Selain toko buku, tersedia juga food court, game center, toko souvenir dan perlengkapan computer.

3. National Library Board, Singapura 34 NLB merupakan ikon pengetahuan yang terletak di jantung Singapura. Selain sebagai perpustakaan nasional, NLB juga menjadi

Information Services (EBIS) Centre yang menyediakan informasi pasar dan bisnis bagi pebisnis sebagai bahan pertimbangan bisnis. Fasilitas lainnya seperti ruang seminar, promenade pameran dan Plaza terbuka di lantai dasar dan semuanya digunakan secara teratur untuk berbagai jenis kegiatan.

Gedung perpustakaan memiliki 16 lantai yang menawarkan

Singapura. Koleksi ditata menutur jenis bacaan sehingga pengunjug diarahkan sesuai jenis bacaan yang

34 Site resmi NLB dan beberapa artikel arsitektur

Gb 2.19 NLB,

Singapura (sumber Wikipedia)

Gb 2.20 Entrance NLB

(sumber: www.nationallibraryboard.co (sumber: www.nationallibraryboard.co

NLB dirancang sebagai gedung perpustakaan tropis dengan pendekatan arsitektur bioklimatik. Dunia internasional mengakuinya sebagai ikon arsitektur hijau (green architecture) operasional gedung dengan cara hemat energi dan memungkinkan untuk lingkungan yang berkelanjutan. Fitur hijau termasuk dalam penggunaan lansekap dari ciri bioklimatik untuk memperbaiki termal lingkungan, pencahayaan dan penghawaan. Memiliki taman yang luas dan taman di atap (roof garden) untuk dimanfaatkan sebagai penurun suhu lingkungan lokal. Memiliki ruang tengah sebuah plaza untuk memaksimalkan penyebaran cahayan dan penghawaan alami pada gedung. Memanfaatkan hujan air hujan yang ditampung untuk mengairi vegetasi di atap dan menggunakan water efficient taps atau keran air yang efisien dan tangki untuk menghemat air.

Orientasi bangunan menghidari matahari di arah barat

timur dan

dikombinasikan dengan shading dan overhang pada fasade sebagai perisai

Sunshading menggunakan double layer glass. Pencahayaannya berasal dari sinar matahari yang dipantulkan ke dalam ruangan. Selain itu menggunakan sensor gerak pada pencahayaan buatan, sehingga pada saat tidak dipakai, lampu dapat mati secara otomatis. AC-nya menggunakan control

Gb 2.21 Taman indoor

(sumber: www.nationallibraryboard.com

Gb 2.22 Sun shading pada fasad (sumber: www.nationallibraryboard.com

Gb 2.23 Ruang Koleksi

(sumber: www.nationallibraryboard.com (sumber: www.nationallibraryboard.com

Konsep green memenuhi tanggung jawab sosial NLB dalam usaha ramah lingkungan. Selain manfaat biaya konsumsi energi dan operasi yang rendah konsep green telah membuat jalannya Gedung Perpustakaan Nasional lebih efisien. Pada tahun 2007, NLB memenangkan Silver Award di Universal Design Award dari BCA, untuk ruang yang luas, pencahayaan yang baik, aksesibilitas dan kenyamanan sirkulasi.

4. Library@Orchad, Singapura

Library@orchard adalah perpustakaan umum dibawah NLB yang terletak di dalam sebuah pusat perbelanjaan, yaitu lantai 5 the Ngee Ann City Shopping Mall. Dimana mall tersebut berada di kawasan strategis di Singapura, yaitu Orchard Road. Perpustakaan ini memang dikonsep dan ditujukan untuk kebutuhan anak muda umur 18-35 tahun.

Dengan suasana yang menarik dan adanya bilik musik dan kafe, rata-rata pengunjungnya mencapai 1,4 juta per tahun. Tidak seperti perpustakaan pada umumnya, interior Library@orchad ditata seperti sebuah butik dan merupakan lifestyle library yang pertama di Singapura. Idenya adalah mengadopsi gaya hidup masyarakat pada ruang baca dan koleksi yang ditawarkan. Perpustakaan ini memiliki koleksi 20.000 buku fiksi, 2.600 buku-buku seni, 3.000 buku self-help dan self-improvement dan 2.500 buku tentang kesehatan dan kebugaran. Sisa dari

Gb 2.24 Suasana Interior

(Sumber: www.hkla.org)

100.000 pustaka.

Dengan total luas area 1.500 m 2 , Library@Orchard memiliki tampilan luar yang merupakan campuran logam,

beton dan kaca sebagai selubung bangunan. Sedangkan pada

penerangan dari lampu kuning yang hangat melembutkan tampilan dan menciptakan suasana yang nyaman. Di dalam, pengunjung bisa memilih sendiri jenis musik yang akan didengar sambil membaca. Kegiatan di dalamnya tidak terfokus hanya membaca buku saja. Namun, juga diskusi tentang suatu tema yang menarik, pameran, dan pertunjukan musik di Library Café.

Library@Orchard pertama kali dibuka pada 21 Oktober 1999 dan telah ditutup pada tahun 2007 yang lalu. Namun, penutupannya adalah usaha untuk menata kembali dan merelokasi ulang perpustakaan tersebut di tempat yang lain.

5. Mesiniaga Tower, Malaysia 35 Rancangan konsultan T.R. Hamzah & Yeang, Sdn.Bhd. berupa gedung 15 lantai seluas 12.345 m 2 di Kuala Lumpur,

Malaysia tersebut

35 http://artikel-arsitektur.blogdrive.com dan makalah Nelza M Iqbal, 2009

Gb 2.25 Suasana Interior dan aktivitas

(Sumber: www.hkla.org)

Gb 2.27 Pertunjukan Musik (Sumber: www.hkla.org)

Gb. 2.26 Ruang Koleksi (Sumber: www.hkla.org)

Gb 2.28 Mesiniaga Tower (sumber: Wikipedia) Gb 2.28 Mesiniaga Tower (sumber: Wikipedia)

Arsitek Kenneth Yeang bereksperimen dalam cara penggunaannya melalui penempatan bahan tersebut sebagai penangkal sengatan panas dalam ukuran yang berbeda-beda dan bentuk melengkung, sesuai pergerakan matahari. "Dengan pendekatan bioclimatic architecture, tingkat efisiensi gedung perkantoran ini 80%," ungkap Kenneth Yeang.

MM juga menjadi lebih efisien karena infrastruktur bangunan (service core) yang biasanya di tengah bangunan ditarik ke tepi timur sehingga tangga, lift, toliet

dan mekanikal, elektrikal dan plumbing di sisi yang paling banyak menerima sengatan matahari yakni timur gedung. Sedangkan ruang kerja bisa lebih leluasa dan gang untuk sirkulasi lebih sedikit.

Yang paling menarik adalah tampilnya dua 'taman di awan' yang membelit bangunan bak spiral. Taman itu memberikan efek bayangan dan amat kontras dengan permukaan dinding dari aluminium dan baja. Struktur bangunan dari rangka beton bertulang yang dilubangi dua jenis penangkis matahari, dinding baja dan kaca,

Gb 2.30 Balkon yang berada di sisi timur merupakan salah satu aplikasi recessed wall (sumber: artikel- arsitektur.blogdriv e .com )

Gb 2.29 Sky court yang dilengkapi dengan lansekap vertikal untuk mengurangi radiasi matahari (sumber: artikel- arsitektur.blogdriv e. com )

citra high tech.

Gedung jangkung itu memiliki tiga bagian struktur. Pertama, bagian 'kaki' dengan unsur panggung yang hijau. Kedua, bagian 'badan'dengan balkon- balkon taman berjenjang berbentuk spiral dan selubung kisi- kisi yang memberikan bayangan pada ruang kantor. Ketiga, bagian 'kepala' yang berisi fasilitas rekreasi yaitu kolam renang dan sun roof. Yeang menyebut pendekatannya dengan "gedung jangkung bioklimatik" yang memberikan kontrol iklim yang peka terhadap hemat energi, termasuk di dalamnya penggunaan unsur hijau, pengudaraan dan pencahayaan alami secara intensif. Kepedulian Yeang dalam menggali gedung tinggi secara bioklimatik bertujuan untuk mengurangi biaya bangunan dengan cara menekan konsumsi energi dan mengembangkan keuntungan bagi pengguna dengan memberikan nilai-nilai ekologis. Dia percaya bahwa bangunan yang tanggap terhadap iklim adalah bangunan yang berhasil.

Di samping berbagai keberhasilannya, MM ternyata tidak bebas masalah. Karena berada di iklim tropis dengan kelembaban tinggi, beberapa material jadi mudah berkarat dan berlumut, khususnya pada atap datar. Beberapa menyebutkan bahwa Yeang kurang memperhitungkan curah hujan, dan lebih mengutamakan sinar matahari.

Kesimpulan

Bentuk lain dari toko buku saat ini dapat terlihat di Pusat Buku Indonesia (PBI) - stan penerbit Ikapi dalam satu tempat. Hal ini serupa dengan Shopping Center yang berada di Yogyakarta. Bedanya di Shopping Center tersebut mulai buku bekas hingga baru dijual dalam kios-kios seperti dalam pasar semi tradisional. Hal ini akhirnya dilhami

Surakarta.

Demi menarik perhatian masyarakat, Pusat Buku Surakarta mengadopsi bentuk-bentuk modern yang terlihat pada eksteror dan interior. Mengenai interior sendiri, seperti yang sudah ada pada konsep butik Library@Orchad. Perpustakaan umum di Singapura ini menghapus kesan kaku dari sebuah perpustakaan demi menciptakan kenyamanan pengunjung pada tampilan interiornya.

Pendekatan Bioklimatik dalam Pusat Buku dapat dipelajari dari National Library Board yang memili fungsi sejenis, yaitu perpustakaan. Dari sini, dapat diketahui strategi- srategi perancangan ruang koleksi buku dan ruang baca dengan menggunakan pendekatan bioklimatik. Selain itu perancangan bioklimatik dapat dipelajari juga dari Menara Mesiniaga yang merupan bagunan tinggi bioklimatik terkenal dan diakui keberhasilannya dalam menciptakan bangunan dengan sistem passive design dan hemat energi, seperti yang ingin dilakukan pula pada Pusat Buku Surakarta.

TINJAUAN KOTA SURAKARTA

A. PERSPEKTIF KOTA SURAKARTA

Solo, Sala, atau Surakarta, adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini terletak pada jalur strategis, yaitu pertemuan jalur dari Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali. Wilayah di sekitar kota ini juga sering pula

disebut sebagai Surakarta, yaitu bekas wilayah Keresidenan, pada awal masa Republik 1 . Kota Surakarta merupakan daerah Tingkat II Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas +440,040 km (4040 ha), terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Dilihat dari letaknya, Kota Surakarta menjadi kota yang sangat starategis untuk menjadi tujuan maupun tempat singgah (transit) bagi para pengunjung dari luar kota karena berada di jalur utama transportasi, yang meliputi kereta api, bis antar kota dan transportasi bis antar propinsi.

1. BATAS DAN WILAYAH SURAKARTA

Kota Surakarta merupakan daerah Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas wilayah 440,040 km 2 (4040 Ha), terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Saat ini kota Surakarta telah berkembang menjadi kota besar yang mempunyai fungsi sebagai pusat administrasi tingkat regional, kota industri, kota perdagangan, pariwisata, juga budaya dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Bagian utara : berbatasan dengan kabupaten Karanganyar.

2. POTENSI SURAKARTA

Surakarta dikelilingi oleh daerah hinterland (kerjasama Antar Daerah Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, Sragen dan Boyolali) dan berada pada jalur strategis yaitu pada simpul Semarang Yogyakarta (Joglo Semar) dan jalur Surabaya Yogyakarta. Ditambah sebagai salah satu kota di Indonesia yang masih kental akan suasana sejarah dan budayanya, menjadikan Surakarta sebagai tujuan wisata atau persinggahan wisatawan domestik dan internasional. Surakarta juga menjadi pusat kegiatan daerah-daerah eks-karisidenan Surakarta (Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, Sragen dan Boyolali) dan sebagai pendukung daerah besar di dekatnya, yaitu Semarang dan Yogyakarta. Maka dari itu, perkembangan yang terjadi di Surakarta juga mempengaruhi perkembangan daerah sekitarnya.

Gb 3.1 Peta Kotamadya Surakarta (sumber www.skyscrappercity.com)

menjadi 5 kecamatan, yaitu :

a. Kecamatan Laweyan

b. Kecamatan Banjarsari

c. Kecamatan Jebres

d. Kecamatan Pasar Kliwon

e. Kecamatan Serengan

yang memiliki beraneka ragam keaneka ragaman wisata kuliner. Wisata Kuliner bisa ditemukan di Gladag Langen Bogan (Galabo) yang sudah tertata dan mulai terlihat geliat pelanggan dan penikmat kuliner.

Kotamadya Surakarta juga dikenal sebagai pusat pertumbuhan Propinsi Jawa Tengah bagian Timur dan Selatan serta bersama wilayah kecamatan di sekelilingnya membentuk wilayah perkotaan, Surakarta mempunyai potensi sebagai pusat perkembangan ekonomi regional.

Dalam sektor perdagangan, kota Surakarta mempunyai peranan yang besar, baik untuk kepentingan kotamadya sendiri maupun untuk daerah sekitarnya. Peranan disini menyangkut kemampuan kota Surakarta dalam menyelenggarakan kegiatan perdagangan dengan berbagai faktor dan fasilitas pendukungnya. Adanya sarana dan prasarana pendukung berupa jalan sepanjang 591 km, pusat-pusat perdagangan yang menambah hasil produksi dari kota Surakarta maupun daerah lain di sekitarnya serta fasilitas jasa komersial menunjukkan salah satu peranan tersebut.

Pusat- pusat perdagangan baik tradisional maupun modern yang menjadi pilihan bagi wisatawan di Kota Surakarta seperti Pasar Klewer, Pasar Gedhe, Pasar Legi, Matahari Singosaren Plaza, Alfa, Goro Assalam, Rimo, dan Solo Grand Mall mempunyai potensi didalam perdagangan dan bisnis.

jika ditinjau dari infrastruktur sarana prasarana kotanya, kota Surakarta

Rencana pembagian satu wilayah pembangunan dan pelayanan dibagi dalam 4 WP (wilayah pengembangan) dan 10 SWP (Sub Wilayah Pengembangan). Empat wilayah tersebut WP utara, WP selatan, WP timur, dan WP barat. Kemudian untuk 10 SWP.

Untuk memantapkan struktur yang telah digariskan dalam RUTRK 1993 2013, adapun fungsi masing-masing SWP dengan prosentase kegiatannya seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Keterangan :

A = Fungsi Pariwisata

B = Fungsi Kebudayaan

C = Fungsi Olahraga

D = Fungsi Industri

E = Fungsi Pendidikan

F = Fungsi Perdagangan

G = Fungsi Pusat Administrasi dan

Perkantoran

H = Fungsi Perumahan BW K = Bagian Wilayah Kota Inter = Internasional SW P = Sentra W ilayah Pengembangan

Tabel 3.1 Potensi dan Prosentase sumber: RUTRK Kodya Surakarta 1993-2013 dan RDTRK SKASEL

Surakarta merupakan kota yang telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan Jawa Tengah bagian timur dan selatan. Sebelumnya, Surakarta adalah kota yang telah dikenal sebagai Kota Budaya, Pariwisata dan Industri, Perdagangan dan Pendidikan.

1. KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk di kota Surakarta tahun 1990 adalah 516.967 jiwa, yang berarti tingkat kepadatan penduduk mencapai 117 jiwa/ha. Proyeksi tambahan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tahun

Wilayah

Luas (Km2)

Jumlah penduduk (jiwa)

Tk.Kepadatan (jiwa/Km2) 1991

Kotamadya Surakarta

Kotamadya Surakarta

Kotamadya Surakarta

Kec. Laweyan Kec. Serengan Kec. Pasar kliwon Kec. Jebres Kec. Banjarsari

Kotamadya Surakarta

Kotamadya Surakarta

Kotamadya Surakarta

Kotamadya Surakarta

Tabel 3.2 Proyeksi pertumbuhan penduduk kota Surakarta

Sumber: Biro Pusat statistik

Beberapa sifat, ciri, dan karakteristik penduduk Surakarta yang teridentifikasi dan patut dipertimbangkan dalam perencanaan adalah :

- Terdapat berbagai macam etnis, akan tetapi mayoritas adalah Jawa.

pada Kota Surakarta terjadi konsentrasi penduduk pada daerah pusat kota dengan kepadatan mencapai ± 100 jiwa/Km2. Kondisi dan kepadatan yang tinggi ini disebabkan oleh adanya kecenderungan masyarakat sekitar yang berkeinginan untuk mendekati lokasi kerja dan mendapat fasilitas pelayanan kota.

2. KONDISI PEREKONOMIAN

Dari data pertumbuhan penduduk dapat diperkirakan jumlah manusia yang melakukan kegiatan baik siang maupun malam dari di kota Surakarta sekitar 800.000 jiwa, dan hal itu akan semakin berkembang di tahun-tahun mendatang.

Selain itu dari jumlah pendapatan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun peningkatan ekonomi dapat dilihat dari prosentase distribusi, dimana peningkatan rata-rata Produk Domestik Bruto Surakarta tiap tahunnya mencapai 6,4% lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional maupun Jawa tengah. Sektor- sektor yang mendominasi dan memiliki prosentase distribusi yang besar bagi Produk Domestik Regional Bruto adalah sektor perdagangan, industri, perbankan, bangunan dan konstruksi serta pemerintahan dan hankam.

3. FASILITAS UMUM YANG MENDUKUNG KEBERADAAN OBYEK

Fasilitas-fasilitas umum yang mendukung keberadaan objek dan tersedia di kota Surakarta khususnya pada daerah SWP II dan III, antara lain adalah :

a. Sekolah dan Universitas

Sebagai tempat untuk menginap terutama bagi para seniman dan pengunjung yang berasal dari luar Solo.

d. Rumah Sakit Sebagai tujuan utama untuk mengamankan dan menyelamatkan pengunjung.

e. Kawasan Budaya Merupakan daya tarik lainnya yang mampu mendukung keberadaan objek yang direncanakan sekaligus sebagai daya tarik para wisatawan asing, antara lain Taman Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Pasar Triwindu, dan Keraton Mangkunegaran.

4. FASILITAS BACA YANG TELAH ADA DI SURAKARTA

a. Perpustakaan Umum Surakarta

Sirkulasi dan fungsi ruang maupun bangunan kurang representatif. Hal ini disebabkan oleh perubahan fungsi bangunan yang digunakan, dimana dulunya merupakan bangunan penunjang dari Hiperkes Fakultas Kedokteran UNS Surakarta. Kemudian menjadi perpustakaan dengan sedikit renovasi fisik yang disesuaikan dengan fungsinya sebagai perpustakaan.

Bangunan ini letaknya kurang menonjol karena dihimpit oleh dua bangunan yang lebih tinggi dan harus masuk sejauh 50 m dari jalan raya. Oleh Karen aitu tidak heran bahwa banyak masyarakat Surakarta yang tidak mengetahui eksistensi perpustakaan ini sebagai perpustakaan derah Kota Surakarta.

Perpustakaan Umum Surakarta telah mencoba untuk melayani masyarakat dalam pengadaan materi-materi referensi. Buku-buku yang tersedia telah mencakup banyak bidang ilmu, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Golongan Buku

Tahun

2001 Karya umum Filsafat Agama Ilmu Sosial Bahasa Ilmu Murni Ilmu Terapan

Surakarta telah menambah koleksi buku-bukunya dari berbagai bidang ilmu. Peningkatan jumlah buku paling tinggi terdapat pada tahun 2000, sedangkan pada tahun 2001 penambahan buku baru tidak begitu banyak. Antusiasme masyarakat dalam menanggapi keberadaan perpustakaan dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

Golongan Buku

Tahun

2001 Karya umum Filsafat Agama Ilmu Sosial Bahasa Ilmu Murni Ilmu Terapan Seni dan Olahraga Kesusasteraan Sejarah Fiksi

6.668 Jumlah

Tabel 3.3 Peningkatan jumlah peminjaman Perpustakaan Umum Kota Surakarta Sumber: Laporan tahunan Perpustakaan Umum Kota Surakarta

Minat masyarakat Kota Surakarta dalam mendapatkan buku lewat media perpustakaan tampak meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 peningkatan peminjam perpustakaan Kota Surakarta meningkat secara signifikan dan jenis buku yang paling diminati oleh peminjam adalah fiksi.

Tahun

Rata-rata pengunjung per hari

b. Toko-toko Buku di Surakarta

1) Pusat Buku Bekas, Sriwedari

Usaha perdagangan buku di Surakarta sudah ada sejak jaman pemerintahan Mangkunegoro VII. Pada waktu itu, jual beli masih menggunakan system barter dan buku yang dijual adalah buku-buku bekas, di depan Pura Mangkunegran. Kemudian pada tahun 1953, perdagangan dipindah ke belakang Sriwedari dan masih berlangsung hingga sekarang. Kompleks Busri (mburi sriwedari) terkenal dengan pusat jual beli buku bekas di Surakarta. Saat ini bahkan tidak hanya buku bekas saja yang dijual, tetapi juga buku-buku baru, dengan harga yang bisa ditawar.

2) Pusat Buku Sekawan

Dokumen yang terkait

PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN 1967-2007

0 3 117

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI DENGAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA MAHASISWA ORGANISATORIS Skripsi Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

1 3 175

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA

0 0 152

REMEDIASI KESALAHAN SISWA SMA MENYELESAIKAN SOAL HUKUM I KIRCHOFF MENGGUNAKAN MODEL STAD BERBANTUAN HANDOUT

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA KONKRIT PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I SD

0 0 10

Anis Satul Mahfiroh, Antonius Totok Priyadi, Ahmad Rabi’ul Muzammil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Surel: satulanis12345gmail.com Abstract - KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL LONTARA RINDU KARYA S. GEGGE MAPPANGEWA

0 0 12

Dionisius S. Situmorang,Victor G. Simanjuntak, AndikaTriansyah Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Untan Pontianak Email :dionisiussahalatuagmail.com Abstract - HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJA

0 0 8

PEMBELAJARAN TEKS BIOGRAFI BERDASARKAN KURIKULUM 2013 SISWA KELAS X IIS6 SMA KEMALA BHAYANGKARI I

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA BANGUN DATAR SEDERHANA DI KELAS I SEKOLAH DASAR

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS I SD ARTIKEL PENELITIAN

0 0 12