PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN 1967-2007

PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA,

SUKOHARJO TAHUN 1967-2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

INDRI HAPSARI C0505032 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user commit to user

commit to user commit to user

commit to user

PERNYATAAN

Nama : INDRI HAPSARI Nim : C0505032

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Madrasah (Sekolah Islam ) Dalam Perubahan Sosial (Studi kasus di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam

I di Desa Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo Tahun 1967-2007) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi ( kutipan ) dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan

INDRI HAPSARI INDRI HAPSARI

commit to user

MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, Tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. ( Confusius )

Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, Tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi

kesalahan lagi. ( Penulis )

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Papa dan Mama tercinta

2. Adiku tersayang 2. Adiku tersayang

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercerah kepada Nabi Muhammad Saw sekeluarga, para sahabat, serta orang-orang yang berada dijalan-Nya.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat guna menyelesaikan studi pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Pada pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas, bimbingan, maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Riyadi Santoso, M. Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

2. Ibu Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

3. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

4. Ibu Dra. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Bapak M Bagus Sekar Alam SS, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Sejarah, yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis.

7. Bapak Achmad Syaibani Ilham selaku Ketua Yayasan Pendidikan Darussalam, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan.

8. Ibu Nurul Hamidah, STP selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang telah memberikan data-data serta informasi yang diperlukan kepada penulis.

9. Ibu Hj Djamhariah, BA selaku mantan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang telah memberikan kemudahan dan informasi kepada penulis.

10. Mbah Putri, Mbah Kakung, dan segenap keluarga besar di Gandekan yang telah mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Keluarga besar di Cilegon yang selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Om Wardi di Gandekan yang telah menjaga dan mengawasi penulis selama menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca

Surakarta,

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Masa Orde Baru…………………………………………….. 26

4. Masa Orde Lama……………………………………………. 30

C. Ciri Kekhasan Lembaga PendidikanMadrasah…………………. 37

1. Sistem Pengajaran Madrasah……………………………….. 37

2. Porsi Mata Pelajaran Madrasah……………………………... 40

BAB III PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I

A. Kondisi Demografi Desa Pucangan Kartasura…………………. 42

B. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I… 43

1. Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama (MADINU)………… 43

2. Yayasan Pendidikan Islam Darussalam ……………………. 49

C. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartosuro Tahun 1967-2 007……………………………………………….. 52

1. Masa Perintisan (1967-1978)……………………………….. 53

2. Masa Terdaftar(1979-1988)………………………………… 57

3. Masa Kemunduran(1989-1995)…………………………….. 64

4. Masa Perkembangan(1996-2007)…………………………… 67

BAB IV PERANAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I TERHADAP MASYARAKAT KARTASURA

1. Dalam Bidang Pendidikan…………………………………... 82

2. Dalam Bidang Agama……………………………………….. 88

BAB V KESIMPUL AN……………………………………………………. 96 DAFTAR PUSTAK A……………………………………………………….. 97 LAMPIRAN…………………………………………………………………. 101 BAB V KESIMPUL AN……………………………………………………. 96 DAFTAR PUSTAK A……………………………………………………….. 97 LAMPIRAN…………………………………………………………………. 101

commit to user

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 1978-

1979………………………………………………………… 56

2. Tabel 2. Susunan Program Pengajaran Pada Kurikulum Sekolah Dasar

Tahun1975 …………………………………………………. 62

3. Tabel 3. Data Siswa Terbanyak Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I... 64

4. Tabel 4. Jumlah Bangunan dan Ruangan Madrasah Ibtidaiyah

Darussala m I………………………………………………. 66

5. Tabel 5. Kegiatan Ekstrakulikuler yang sudah dijalankan………….. 72

6. Tabel 6. Perkembangan Status Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I… 78

7. Tabel 7. Pendidikan Penduduk Pucangan Kartasura………………. 85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISTILAH

Ahlus Sunnah Wal Jamaah :orang-orang yang berpegang teguh pada ajaran Rasulullah SAW dan para sahabatnya

Community Based Education :Pendidikan Berbasis Masyarakat Dar Al-Kuttab :Suatu

lembaga

pendidikan yang

mengajarkan tentang kitab

Ethisch Politiek :Politik etis, yaitu suatu politik balas budi Expoitatie Politiek :Politik eksploitasi, yaitu suatu politik

dengan menjajah atau mengeksploitasi daerah yang dijajah.

God Dients Onderwys

:Perguruan Agama Haram :Suatu perkara yang tidak boleh dilakukan

oleh umat muslim karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa neraka

Ijma’ :Kesepakatan ulama pada masa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW

Makruh :Suatu perkara yang dianjurkan tidak dilakukan tetapi jika dilakukan tidak mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala dari Allah SWT

Mubah :suatu perkara yang jika dikerjakan tidak mendapat dosa dan tidak mendapat pahala

Ordonansi :aturan konstitusional tertinggi pemerintah Hindi Belanda

Scholl Based Management :Sekolah Berbasis Manajemen Scholl Based Management :Sekolah Berbasis Manajemen

commit to user

DAFTAR SINGKATAN

BOS

:Bantuan Operasional Sekolah

HIS

:Hollandsch Inlandsche School

KBM

:Kegiatan Belajar Mengajar

MAN

:Madrasah Aliyah Negeri

MIN

:Madrasah Ibtidaiyah Negeri

MTsN

:Madrasah Tsanawiyah Negeri

SD

:Sekolah Dasar

SLTP

:Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SLTA

:Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir

SKB

:Surat Keputusan Bersama

SKI

:Sejarah Kebudayaan Islam

VOC

:Vereenidge Oots Indische Compagnie :Vereenidge Oots Indische Compagnie

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Akta Pendirian Yayasan Pendidikan Islam

Darussalam ………….....…………………………… 101

2. Lampiran 2. Piagam TERDAFTAR Madrasah Ibtidaiyah

Darussalam I Tahun 1978…………………………. 114

3. Lampiran 3. Piagam DIAKUI Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I

Tahun 1994………………………………………… 115

4. Lampiran 4. Piagam DIAKUI Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I

Tah un 1999………………………………………… 116

5. Lampiran 5. Piagam DISAMAKAN Madrasah Ibtidaiyah

Darussalam I Tahun 2001………………………….. 117

6. Lampiran 6. Piagam AKREDITASI B Madrasah Ibtidaiyah

Darussalam I Tahun 2005………………………….. 118

7. Lampiran 7. Piagam AKREDITASI B Madrasah Ibtidaiyah

Darussalam I Tahun 2010………………………….. 119

8. Lampiran 8. Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I…….. 120

9. Lampiran 9. Data Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I ……………………………………….. 122

10. Lampiran 10. Gambar …………………………………………….. 123 10. Lampiran 10. Gambar …………………………………………….. 123

commit to user

ABSTRAK

Indri Hapsari, C0505032, 2012, Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam

I Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007. Skripsi. Jurusan Ilmu Sejarah. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini membahas tentang Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007.Masalah dan tujuan penelitian adalah Apa yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di Pucangan, Kartasura, bagaimanakah dinamika Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007, apa peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Kartasura baik dalam bidang pendidikan maupun agama.

Penelitian menggunakan metode historis dengan teknik pengumpulan data menggunakan heuristik. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern kemudian dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta historis. Fakta ini dianalisa dan disusun dalam sebuah historiografi.

Adapun hasil penilitian ini menjelaskan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada awal berdirinya bernama MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama). Kemudian karena ada suatu alasan intern yang menyebabkan MADINU berganti menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Perkembangan selanjutnya madrasah tersebut semakin mendapatkan respon yang baik dari masyarakat Pucangan Kartasura sehingga diperlukan suatu yayasan yang berbadan hukum untuk mengelola madrasah tersebut. Tahun 1975 para pendiri madrasah mendirikan yayasan pendidikan yang bernama Yayasan Pendidikan Islam Darussalam. Perkembangan selanjutnya, tanggal 5 April 1978 Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mendapat status Terdaftar dan sampai tahun 2005 Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mendapatkan status Terakreditasi B. Dalam perkembangannya, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khusunya bagi masyarakat Pucangan Kartasura dan sekitarnya. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di bidang pendidikan yaitu mendirikan satuan pendidikan TK dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, di mana keberadaan satuan pendidikan tersebut dapat meningkatkan pendidikan bagi masyarakat Pucangan Kartasura. Sedangkan dalam bidang agama, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mengadakan TPA, MajelisTakhlim, dan Pekan Dakwah Ramadhan. Peranan tersebut dapat meningkatkan kehidupan beragama masyarakat Pucangan Kartasura.

Berdasarkan dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pun memberi perkembangan kelembagaan yang dinamis sejak tahun 1967-2007.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Indri Hapsari, C0505032, 2012, The Development of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo in 1967-2007 . Thesis. History Science Department. Faculty of Letters and Fine Arts of Sebelas Maret University.

This research discusses the development of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo in 1967-2007. The problem and the objective of this research are what the background of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartosuro establishment, how the dynamics of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartosuro during 1967-2007 and what the contribution of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan to Kartosuro in both education and religion sectors.

This study employed a historical research method with heuristic method as the technique of collecting data. The data obtained was then criticized internally and externally combined with the library study to provide the historical facts. These facts were analyzed and organized in a historiography.

From the result of research, it could be explained that Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I was originally named MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama). Then, because of one internal reason, MADINU was renamed into Madrasah ibtidaiyah Darussalam I. In further development, it got better response from the Pucangan Kartosuro people so that, a foundation with legal enterprise was required to manage the madrasah. In 1975, the founders of madrasah found the education foundation named Darussalam Islam Education Foundation. In the next development, on April 5, 1978, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I obtained Enlisted status up to 2005, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I obtained B Accredited status. In its development, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I played educational and religious roles that were important to the society life, particularly to the Pucangan Kartosuro people and surrounding. The role of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I in education sector established Kindergarten and Madrasah Ibtidaiyah Darussalam education units, in which the existence of education could improve education for the Pucangan Kartosuro people. Meanwhile in religion sector, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I held TPA, Majelis Taklim and Pekan Dakwah Ramadhan. Such the roles could improve the religious life of the Pucangan Kartosuro people.

Based on the result of discussion above, it could be concluded that the existence of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I provided dynamic institutional development since 1967 to 2007.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, manusia sangat membutuhkan pendidikan. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ).

Bangsa Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, sebagian tanggung jawab pendidikan ada di tangan lembaga pendidikan Islam yang sekaligus bagian dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang terkatub dalam Al Quran dan terjabar dalam Sunnah Rasul, yang di maksud adalah dalam rangka terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 1 Pendidikan Islam sejak awal

merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. 2

1 Hasbullah, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal 9. 2

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal 30.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pendidikan Islam sebagai lembaga adalah di akui keberadaan pendidikan Islam sebagai lembaga formal, non formal, dan informal. Sebagai lembaga pendidikan formal di akui keberadaan madrasah yang setara dan sama dengan

sekolah. 3 Madrasah adalah personifikasi kebutuhan umat Islam terhadap

pelestarian nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Dengan demikian, madrasah adalah penanaman nilai-nilai agama terhadap anak didiknya, selaku generasi umat

muslim sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat. 4 Bangunan personifikasi

madrasah tidaklah sederhana, sebab pendiriannya di dorong oleh semangat dan cita-cita luhur mengejawantahkan nilai-nilai Islam dalam sebuah sistem

pendidikan. 5 Latar belakang pertumbuhan madrasah di Indonesia dapat dikembalikan pada dua situasi, pertama adanya gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, dan kedua adanya respon pendidikan Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia

Belanda. 6 Pada masa kolonial Belanda, madrasah dibiarkan hidup sendiri tanpa

pengakuan apa-apa, pendidikan Islam dianaktirikan, di kategorikan sebagai sekolah liar, sikap tidak peduli terhadap lembaga pendidikan Islam di ambil karena pemerintah Belanda merasa tidak perlu dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu, karena pendidikan Islam di anggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang mengutamakan rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi rakyat.

3 Haidar Putra daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal8.

4 Nunu Ahmad An-Nahidl,dkk, Posisi Madrasah dalam Pandangan Masyarakat, (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2007), hal 34.

5 Ibid, hal 80. 6 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal 196 Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal 196

commit to user

Keadaan tersebut tidak jauh beda pada masa setelah Indonesia merdeka, madrasah di biarkan hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana sesuai dengan kemampuan para pengasuh dan masyarakat pendukungnya. Perkembangan madrasah terkait dengan peran Departemen Agama, pengurusan mengenai penyelenggaraan pendidikan madrasah menjadi wewenang dan

tanggung jawab Departemen Agama. 7 Setelah terbitnya Surat Keputusan Bersama

( SKB ) Tiga Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri pada tanggal 24 Maret 1975 yang menegaskan bahwa kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lain. Dengan demikian siswa lulusan sekolah madrasah dapat memasuki jenjang sekolah umum yang lebih tinggi, atau bisa pindah ke sekolah formal dan begitu juga sebaliknya. Kemudian diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) disebutkan bahwa sekolah atau lembaga pendidikan yang ada dibawah naungan Departemen Agama, dengan sekolah yang dikelola Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah sama dan sederajat.

Madrasah dalam dekade terakhir abad XX merupakan lembaga pendidikan alternatif bagi para orang tua untuk menjadi tempat penyelenggaraan

pendidikan bagi putra-putrinya. 8 Dengan alasan percepatan arus informasi,

globalisasi, dan krisis multidimensional telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan dan kualitas sumber daya manusia ( SDM ), termasuk semakin terkikisnya nilai-nilai islami pada sebagian masyarakat.

7 A. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Agama , ( Jakarta : Dermaga, 1983 ), hal 21 8

Abuddin Nata, Op. Cit, hal 187 Abuddin Nata, Op. Cit, hal 187

commit to user

Secara mendasar dapat di katakan bahwa, madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di

dalam masyarakat. 9 Oleh karena itu, madrasah adalah milik masyarakat dan

menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat.

Kabupaten Sukoharjo keberadaan Madrasah Ibtidaiyah cukup berkembang. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan salah satu madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sukoharjo, madrasah tersebut berada di Desa Pucangan, Kartasura. Madrasah yang di dirikan dan di kelola oleh Yayasan Pendidikan Darussalam. Yayasan Pendidikan Darussalam tersebut merupakan sebuah yayasan pendidikan yang secara kelembagaan organiasiatoris berafiliasi kepada organisasi Nahdatul Ulama. Pada awalnya sekolah tersebut bernama MADINU ( Madra sah Diniyah Nahdhatu’ Ulama ) yang di dirikan pada tahun 1967. Yayasan Pendidikan Darussalam pada tanggal 29 juli 1985 sudah memiliki akte pendirian dengan no akte ; 239. Para pendiri yayasan tersebut antara lain : (1) Ahmad Syaibani Ilham, (2) Djamhariyah, (3) Hasyim, (4) Istiqomah dan (5) M. Sunarjo. Berawal dari melihat keadaan masyarakat di Kartosuro terutamaa di daerah Pucangan yang mayoritas warganya hidup dalam keadaan tidak mampu dan serba kekurangan, apalagi dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Hal itu mendorong Bapak Ahmad Syaibani untuk mendirikan madrasah yang sederhana seperti konsep madrasah pendidikan berbasis masyarakat (community

9 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 20 9 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 20

commit to user

based education) dengan semangat keagamaan atau dakwah, yang bertujuan mengurangi beban orang tua dalam memberikan pendidikan terhadap anak mereka dan meningkatkan generasi muda yang lebih baik dan berakhlak mulia. Cita-cita mendirikan madrasah berkaitan dengan ibadah untuk mencapai keridhaan Allah.

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura sebagai lembaga pendidikan dasar berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura juga di harapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; era informasi dan globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura ingin mewujudkan harapan dan respon dalam visi sebagat berikut : Menjadikan madrasah yang mampu bersaing, bertauhid dan beraqidah ahlussunah wal jama’ah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat berdasarkan Al Qur’an, Al Hadits, Ijma’ dan Qiyas.

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan madrasah yang berada di Desa Pucangan Kartasura, yang keberadaan dan aktivitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi masyarakat desa Pucangan Kartasura dan sekitarnya. Selain itu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga berperan dan mampu menampilkan dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersahaja dan berjiwa sosial tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri dari sejak berdiri sampai sekarang, sehingga mampu menyatu dengan kehidupan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan madrasah yang berada di Desa Pucangan Kartasura, yang keberadaan dan aktivitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi masyarakat desa Pucangan Kartasura dan sekitarnya. Selain itu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga berperan dan mampu menampilkan dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersahaja dan berjiwa sosial tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri dari sejak berdiri sampai sekarang, sehingga mampu menyatu dengan kehidupan

commit to user

masyarakat Desa Pucangan Kartasura yang kehidupan ekonominya cukup sederhana. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang bernafaskan Islam di Desa Pucangan, Kartosuro dapat terpenuhi dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sehingga keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sangat penting yang harus di jaga dan dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas diangkat suatu tema mengenai sejarah perkembangan madrasah ibtidaiyah Darussalam I di bawah naungan Yayasan

Pendidikan Darussalam dengan judul “Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di Desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967- 2007) “

B. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura ?

2. Bagaimanakah perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007 ?

3. Bagaimanakah peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan,Kartasura? 3. Bagaimanakah peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan,Kartasura?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, diharapkan mampu memberikan jawaban permasalahan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam

I Pucangan, Kartasura.

2. Untuk mengetahui perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007.

3. Untuk mengetahui peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan,Kartasura.

D. Manfaat Penelitian

Dari kajian tentang Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartasura, maka penelitian ini di harapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis Penelitian ini di harapkan mampu memberikan gambaran mengenai sistem pendidikan yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura. Selain itu, mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai keberadaan dan perkembangan Madrasah di bawah pengelolaan yayasan pendidikan Darussalam Pucangan Kartosuro. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi pendorong bagi penelitian-penelitian lain untuk mengangkat tema yang berkaitan dengan perkembangan lembaga pendidikan islam di Kartasura.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Manfaat praktis Dengan mengetahui sistem pembelajaran yang di gunakan di madrasah tersebut sehingga dapat tetap bertahan sampai sekarang, dengan demikian di harapkan mampu menjadi masukan kepada pihak yang membutuhkan sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan saat ini.

E. Kajian Pustaka

Literatur di gunakan sebagai sumber untuk di jadikan bahan rujukan yang mampu mendukung pengangkatan tema yang di kaji. Haidar Putra Daulay (2007), Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia , pendidikan Islam berusaha mengajarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi, karena pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran- ajaran Islam sebagaimana tertulis dalam Alquran dan Hadits.

Buku tersebut mencoba mengungkapkan bagaimana perjalanan pendidikan Islam di Indonesia melalui rentetan sejarah yang dialaminya. Sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya agama tersebut di Indonesia. Hal tersebut di sebabkan karena pemeluk agama baru tersebut ingin mempelajari dan mengetahui lebih mendalam tentang ajaran-ajaran Islam, termasuk diantaranya belajar shalat, berdoa, membaca Alquran yang menyebabkan timbulnya proses belajar, meskipun dalam pengertian yang sederhana. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, di mana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, mesjid dan Buku tersebut mencoba mengungkapkan bagaimana perjalanan pendidikan Islam di Indonesia melalui rentetan sejarah yang dialaminya. Sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya agama tersebut di Indonesia. Hal tersebut di sebabkan karena pemeluk agama baru tersebut ingin mempelajari dan mengetahui lebih mendalam tentang ajaran-ajaran Islam, termasuk diantaranya belajar shalat, berdoa, membaca Alquran yang menyebabkan timbulnya proses belajar, meskipun dalam pengertian yang sederhana. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, di mana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, mesjid dan

commit to user

kemudian berkembang menjadi pondok pesantren, setelah itu baru timbul sistem madrasah yang merupakan perpaduan antara sekolah umum dan pesantren.

Buku Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia (2001), yang di susun oleh H. Abuddin Nata. Dalam buku tersebut di jelaskan sejarah pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan islam di Indonesia, mulai dari yang amat sederhana sampai dengan tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap. Hal tersebut dapat di maklumi, mengingat pada saat lembaga-lembaga pendidikan Islam dikembangkan keadaan maasyarakat Indonesia masih miskin, terbelakang, tertindas oleh penjajah, dan sebagainya. Motivasi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lebih didasarkan pada motivasi dakwah, yaitu menyebarluaskan (memasyarakatkan) ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat, sehingga ajaran tersebut dapat di pahami, di hayati dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari yang pada gilirannya akan mencegah masyarakat terjerumus ke dalam perbuatan yang keji dan mungkar. Pertumbuhan suatu lembaga pendidikan tidaklah lahir dengan sendirinya, tetapi melalui proses dari awal sampai akhir yang menyebar dalam jarak waktu yang relatif panjang. Demikian pula halnya dengan madrasah, bila di lihat pada awal pertumbuhannya di motivasi oleh keadaan dan situasi tertentu yang mengkondisikan madrasah itu tumbuh.

Buku karya Karel A. Stenbrink, yang berjudul Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern (1986), perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, di mana sejak permulaan abad 20 telah terjadi sebuah perubahan besar dalam pendidikan Islam di Indonesia, di samping Buku karya Karel A. Stenbrink, yang berjudul Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern (1986), perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, di mana sejak permulaan abad 20 telah terjadi sebuah perubahan besar dalam pendidikan Islam di Indonesia, di samping

commit to user

lembaga tradisional seperti pesan tren dan pengajian Qur’an sederhana, di dirikan lembaga yang memakai metode modern dan sering disebut madrasah. Dalam buku tersebut membahas problematika studi melalui pendekatan sejarah. Dualisme pendidikan, yang mendapatkan bentuk formal dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan oleh dua departemen, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta Departemen Agama yang muncul pada akhir abad 19. Lembaga pendidikan yang penting setelah Indonesia merdeka adalah Pesantren, Sekolah, dan Madrasah. Ketiga lembaga pendidikan tersebut mempunyai sistem dan kurikulum yang berlainan, sehingga produk kelulusan yang dihasilkan mempunyai karakter dan kualitas yang berbeda-beda. Dalam buku tersebut di bahas mengenai munculnya sistem pendidikan dualistik yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama, serta perkembangan madrasah pada masa kolonial.

Mengenai sejarah dan perkembangan madrasah di Indonesia, dibahas oleh

H. Maksum ( 1999 ), Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat, tegasnya semua aspek kehidupan masyarakat. Di antara aspek yang dapat dikatakan menonjol dalam mempengaruhi perkembangan madrasah tersebut sejak masa klasik ialah aspek politik dan pemikiran keagamaan. Pertumbuhan madrasah di Indonesia di latarbelakangi oleh dua faktor yaitu adanya desakan politik kolonial, dan munculnya pembaharuan pemikiran keagamaan. Kebijakan kolonial yang menawarkan pola pendidikan yang berbeda dengan sistem pendidikan tradisional, ternyata ikut memberi sumbangan bagi pertumbuhan madrasah karena organisasi dan struktur pendidikan kolonial sedikit H. Maksum ( 1999 ), Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat, tegasnya semua aspek kehidupan masyarakat. Di antara aspek yang dapat dikatakan menonjol dalam mempengaruhi perkembangan madrasah tersebut sejak masa klasik ialah aspek politik dan pemikiran keagamaan. Pertumbuhan madrasah di Indonesia di latarbelakangi oleh dua faktor yaitu adanya desakan politik kolonial, dan munculnya pembaharuan pemikiran keagamaan. Kebijakan kolonial yang menawarkan pola pendidikan yang berbeda dengan sistem pendidikan tradisional, ternyata ikut memberi sumbangan bagi pertumbuhan madrasah karena organisasi dan struktur pendidikan kolonial sedikit

commit to user

banyak di adopsi oleh madrasah dengan tetap menjaga karakter pendidikan keagamaannya. Para pelaku dan pendukung gerakan pembaharuan pada umumnya memiliki pengalaman pendidikan di Timur Tengah. Perhatian mereka di bidang pendidikan di wujudkan dalam gerakan rasionalisasi kelembagaan pendidikan Islam sehingga dapat menjawab tantangan dan kebutuhan jaman yang mendesak. Hal tersebut membawa pada lahirnya pandangan progersif yang memandang bahwa sistem pendidikan Islam tidak dapat lagi bertumpu pada sistem pendidikan tradisional yang terfokus pada pelajaran agama dan hafalan. Bentuk nyata dari pandangan ini adalah pendirian dan perkembangan madrasah.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode historis. Menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau. Metode yang digunakan dalam penelitian sejarah terbagi menjadi empat tahap yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu :

heuristik, kritik sumber, interpretasi dan histiriografi. 10

Tahap pertama adalah Heuristik yaitu suatu proses pengumpulan sumber- sumber sejarah Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini antara lain

a. Studi Dokumen Studi dokumen mempunyai arti metodelogis yang penting karena dokoumen menyimpan sejumlah fakta dan data sejarah serta diharapkan mampu

10 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto. (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 32 10 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto. (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 32

commit to user

menjawab pertanyaan dari rumusan masalah. Dokumen yang digunakan adalah dokumen-dokumen yang tersimpan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang terletak di Desa Pucangan Kartasura. Dokumen berupa arsip atau catatan penting dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, yaitu susunan pengurus, tata tertib madrasah Darussalam I, laporan realisasi program kerja tahunan, akte pendirian Yayasan Pendidikan Islam Darussalam.

b. Studi Pustaka Studi pustaka dalam suatu penelitian di jadikan sumber penelitian yang tentunya berhubungan dengan tema yang di kaji. Sumber pustaka dapat berupa buku, artikel dan media lainnya. Dengan studi pustaka ini diharapakan mampu menambah pemahaman teori dan konsep yang diperlukan dalam penelitian. Studi pustaka di lakukan di Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan FSSR UNS, Perpustakaan STAIN Kartasura.

c. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara memperoleh informasi secara lisan dari informan yang memenuhi kriteria sesuai dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan informan yang tahu dan paham mengenai Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, seperti : Ahmad Syaibani Ilham (pendiri madrasah,mantan kepala madrasah), Djamhariyah (mantan kepala madrasah)

Tahap kedua adalah Verifikasi atau kritik sumber yang bertujuan mencari keaslian data-data yang di peroleh melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern berguna untuk mencari keaslian sumber yang di pakai. Sedangkan kritik Tahap kedua adalah Verifikasi atau kritik sumber yang bertujuan mencari keaslian data-data yang di peroleh melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern berguna untuk mencari keaslian sumber yang di pakai. Sedangkan kritik

commit to user

intern bertujuan untuk menguji kredibilitas suatu sumber dokumen. Tahap ketiga yaitu intepretasi,menafsirkan keterangan yang saling berhubungan dengan fakta yang di peroleh, dan kemudian merangkainya. Dalam penyusunan studi, di gunakan dua teknik analisis yaitu teknik analisis sejarah kritis dan teknik analisis deskriptif naratif. Teknik analisis sejarah kritis adalah proses pengumpulan data kemudian menyeleksi dan mengkritiknya agar mendapat autensitas dan kredibilitas dari data tersebut. Sedangkan teknik analisis deskriptif naratif adalah menguji secara kritis sumber peninggalan atau dokumentasi masa lampau dan kemudian menyusunnya secara kronologis sehingga menghasilkan suatu karya sejarah.

Tahap keempat adalah historiografi, yang merupakan proses akhir dari metode historis dalam bentuk penulisan sejarah. Dalam penulisan sejarah perlu diperhatikan sifat diakronik dan sinkroniknya. Jadi selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam ruang. Dalam studi ini historiografi dilakukan dalam bentuk penulisan skripsi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi di maksudkan untuk memberikan gambaran tentang kerangka isi skripsi. Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I adalah Pendahuluan, sementara Bab II, III, IV adalah uruaian dari rumusan masalah. Bab

V merupakan bagian peutup. Bab I merupakan bagian pendahuluan dijelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

Bab II berisi tentang madrasah sebagai lembaga pendidikan formal berbasis agama Islam yang meliputi pengertian madrasah, perkembangan lembaga pendidikan madrasah di Indonesia, Ciri Kekhasan Lembaga Pendidikan Madrasah.

Bab III berisi tentang perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang memuat mengenai Yayasan Pendidikan Darussalam, latar belakang berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, serta perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I.

Bab IV berisi tentang peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Pucangan, Kartasura, yakni mengenai peran Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan Kartasura.

Bab V adalah Kesimpulan yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah di lakukan.

commit to user

BAB II MADRASAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Madrasah

Seperti yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah dan keputusan Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang madrasah, yaitu bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan agama Islam yang di dalam kurikulum memuat materi pelajaran agama dan pelajaran umum, mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak di banding dengan

mata pelajaran agama disekolah umum. 1

Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1946 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1950, madrasah mengandung makna:

1. Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya.

2. Pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan madrasah.

Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri Tahun 1975, Bab I Pasal I, menyebutkan: Yang di maksud dengan madrasah dalam

1 Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia( Jakarta;Grasindo, 2001),hal 195.

15

commit to user

16

Keputusan Bersama ini ialah: Lembaga Pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai dasar yang diberikan sekurang-kurangnya

30%, di samping mata pelajaran umum. 2

Filosofi pendirian madrasah, yaitu untuk mendidik anak agar mengetahui ajaran agama dan dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Tujuan pendidikan madrasah lebih menekankan kepada dimensi moral dan spiritual. Orientasi pendidikan yang dikembangkan lebih ditujukan untuk mencapai keridhaan Tuhan, yang pada gilirannya akan mendatangkan

kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat keduniawiaan. 3

Madrasah sebagai lembaga pendidikan kedudukannya semakin kuat dalam sistem pendidikan nasional dengan adanya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), yang memberikan penegasan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam.

Keberadaan madrasah telah memperkaya khasanah lembaga pendidikan di lingkungan masyarkat Islam, karena pada masa sebelumnya masyarakat Islam hanya mengenal pendidikan tradisional yang

diselenggarakan di masjid-masjid dan dar al-khuttab. 4 Madrasah berkembang

2 Haidar Putra Daulay, Op. Cit, hal 101. 3 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 30.

4 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 11

commit to user

17

untuk menyelenggarakan pendidikan keagamaan tingkat lanjut, yaitu melayani mereka yamg masih ingin meningkatkan ilmu sesudah sekian lama belajar di masjid-masjid dan dar al-khuttab. Dengan demikian, pertumbuhan madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah dari

dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat Islam itu sendiri. 5

B. Perkembangan Pendidikan Madrasah di Indonesia

Keberadaan lembaga pendidikan Islam di Indonesia erat hubungannya dengan masuknya agama Islam di Indonesia. Orang-orang yang telah masuk agama Islam ingin mengetaui dan mempelajari lebih lanjut tentang ajaran- ajaran Islam, ingin pandai dalam melakukan shalat, berdoa, membaca Al- Quran.

Dari sini mulailah tumbuh pendidikan agama Islam,dan pelajaran agama Islam teersebut diberikan di rumah-rumah, surau, langgar, masjid- masjid. 6 Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam tumbuh dan berkembang jauh sebelum Indonesia merdeka. Madrasah telah mengalami perkembangannya seirama dengan perkembangan bangsa Indonesia sejak masa sebelum kemerdekaan, masa kemerdekaan, sampai sekarang.

Tumbuh dan berkembangannya madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangannya ide-ide pembaharuan

5 Ibid.

6 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal 190

commit to user

18

pemikiran di kalangan umat Islam. Permulaan abad XX timbul beberapa perubahan pemikiran bagi umat Islam Indonesia dengan masuknya ide-ide

pembaharuan. 7

1. Masa Penjajahan Belanda Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, madrasah memulai proses

pertumbuhannya atas dasar semangat pembaharuan di kalangan umat Islam. Latar belakang kelahiran madrasah itu bertumpu pada dua faktor penting, pertama, pendidikan Islam tradisional di anggap kurang sistematis dan kurang memberikan kemampuan pragmatis yang memadai. Kedua, laju perkembangan sekolah-sekolah ala Belanda di kalangan masyarakat cenderung meluas dan membawakan watak sekularisme sehingga harus diimbangi dengan sistem pendidikan Islam yang memiliki model dan

organisasi yang lebih teratur dan terencana. 8 Sikap tidak peduli terhadap lembaga pendidikan Islam di ambil karena pemerintah Belanda merasa tidak perlu dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu, karena pendidikan Islam di anggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang mengagungkan

rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi rakyat. 9 Perkembangan selanjutnya setelah pemerintahan di serahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda oleh VOC, kebijakan pendidikan zaman

7 Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan madrasah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hal 63. 8

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal 114.

9 Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 18

commit to user

19

pemerintahan Hindia Belanda adalah: Dikeluarkan Keputusan Raja Belanda Nomor 95 Tahun 1848 yang memberi wewenang kepada Gubernur Jenderal untuk mendirikan Sekolah Dasar bagi bumi putera guna di didik calon pegawai negeri.

Keluar Keputusan Raja Nomor 25 Tahun 1892 Tentang di

berlakukannya reorganisasi Kebijakan pendidikan dasar, yaitu:

1. Sekolah Dasar kelas satu untuk anak-anak, para pemuda dan orang-orang terhormat bumi putera.

2. Sekolah Dasar kelas dua untuk anak-anak pribumi pada umumnya.

3. Sekolah Dasar kelas satu kemudian dikembangkan untuk anak- anak orang Belanda dan anak bangsawan dengan dibentuk HIS ( Hollandsch Inlandsche School) .

Setelah tahun 1901 datang ethische politiek dalam koloniale politiek sebagai pengganti expoitatie politiek, maka sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda terbagi-bagi kepada beberapa bagian,seperti: sekolah untuk keturunan Eropa, Bumi Putera golongan bangsawan, dan Bumi Putera golongan rakyat biasa (umum). Pembagian sekolah tersebut mengakibatkan pula kepada status sosial yang sekaligus menentukan golongan mana yang boleh duduk dalam

commit to user

20

pemerintahan. Selanjutnya Pemerintah Belanda tidak pernah memperhatikan perguruan agama (Gods dienst onderwys).

Perguruan agama di biarkan hidup sendiri tanpa pengakuan apa- apa, pendidikan Islam dianaktirikan, di kategorikan sebagai sekolah liar, di curigai dan di kekang dalam bentuk guru ordonantie yang merugikan masyarakat. Guru ordonantie atau Ordonansi Guru dikeluarkan pada tahun 1905 yang mewajibkan setiap guru agama untuk meminta dan memperoleh ijin terlebih dahulu dari pemerintah Hindia Belanda sebelum melaksanakan

tugasnya sebagai guru. 10 Ordonansi tersebut dimaksudkan sebagai media pengontrol bagi pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi sepak terjang para pengajar, latar belakang penerbitan ordonansi guru ini bersifat politis guna menekan pendidikan Islam sehingga tidak menjadi faktor pemicu perlawanan rakyat terhadap penjajah. Selain Ordonansi Guru, pemerintah Hindia Belanda juga memberlakukan Ordonansi Sekolah Liar. Ketentuan ini mengatur bahwa penyelenggaraan pendidikan harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari pemerintah. Laporan-laporan mengenai kurikulum dan keadaan sekolah harus di berikan secara berkala. Ketidaklengkapan laporan sering di jadikan alasan untuk menutup kegiatan pendidikan di kalangan masyarakat tertentu. Karena kebiasaan lembaga pendidikan Islam yang masih belum tertata, Ordonansi itu sendirinya menjadi faktor penghambat

10 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES. 1984) , hal 51

commit to user

21

Ketika akan mengembangkan pendidikan bagi masyarakat bumi putera, di perkirakan oleh beberapa ahli Belanda sendiri bahwa pemerintah Hindia Belanda akan memanfaatkan tradisi pendidikan rakyat yang sudah berkembang, yakni pendidikan Islam. Secara teknis usulan itu sulit di penuhi karena tradisi pendidikan Islam waktu itu di pandang memiliki kebiasaan- kebiasaan yang dianggap jelek, baik dari sudut kelembagaan, kurikulum, maupun metode pengajarannya. Kebiasaan jelek itu terutama adalah metode membaca teks Arab yang hanya di hafal tanpa pengertian. Demikian pula para sarjana lainnya sependapat bahwa tradisi di daktis pendidikan pribumi begitu jeleknya, sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai titik tolak untuk

mengembangkan suatu sistem pendidikan umum. 11