Pemerintah daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah terdiri atas unsur: Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai fungsi: Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas:

1. Pemerintah daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah terdiri atas: 1 Badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib; dan 2 Badan pada tingkat kabupatenkota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupatiwalikota atau setingkat eselon IIa.

2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah terdiri atas unsur:

1 Pengarah penanggulangan bencana; dan 2 Pelaksana penanggulangan bencana.

3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai fungsi:

1 Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien; serta 2 Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas:

1 Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara; 2 Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan; 3 Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana; 4 Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; 5 Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya; 6 Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalarn kondisi darurat bencana; 7 Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang; 8 Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;dan 17 9 Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan. 18

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai, Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai. Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana banjir yaitu curah hujan tinggi, jumlah dan kepadatan penduduk tinggi, pengembangan kota yang tidak terkendali, tidak sesuai tata ruang daerah, dan tidak berwawasan lingkungan sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan dan penampungan air, drainase kota yang tidak memadai akibat sistem drainase yang kurang tepat, kurangnya prasarana drainase, dan kurangnya pemeliharaan, luapan beberapa sungai besar yang mengalir ke tengah kota, kerusakan lingkungan pada daerah hulu, kondisi pasang air laut pada saat hujan sehingga mengakibatkan backwater, berkurangnya kapasitas pengaliran sungai akibat penyempitan sungai, penggunaan lahan illegal di bantaran sungai, kurang lancar hingga macetnya aliran sungai karena tumpukan sampah, dan ketidakjelasan status dan fungsi saluran. Kerugian akibat banjir yang melanda berbagai kota dan wilayah, pertama yaitu kerugian material yang berupa korban manusia, kehilangan harta benda, kerusakan rumah penduduk; sekolah dan bangunan sosial, prasarana jalan, jembatan, bandar udara, tanggul sungai, jaringan irigasi, dan prasarana publik lainnya, terganggunya transportasi, serta rusak hingga hilangnya lahan budidaya seperti sawah, tambak, dan kolam ikan. Kedua yaitu kerugian non material meliputi kerawanan sosial, wabah penyakit, menurunnya kenyamanan lingkungan, serta menurunnya kesejahteraan masyarakat akibat kegiatan perekonomian mereka terhambat. Dalam Penanggulangan Bencana, Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 tahapan yaitu prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Selain upaya pemerintah dalam menangani masalah banjir, partisipasi masyarakat pun di butuhkan untuk mendukung upaya pemerintah. Pada tahap pra bencana, partisipasi masyarakat berupa keikutsertaan mereka dalam berbagai kegiatan, seperti sosialisasi berbagai peraturan, membangun atau membersihkan saluran drainase lingkungan secara swadaya, memprakarsai lomba kebersihan, menjaga dan memantau kondisi lingkungan. Pada saat bencana, terjadi kerjasama yang baik dalam pengevakuasian korban, pembagian makanan, pakaian, dan penyediaan obat-obatan. 19