1 Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang
diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang
dibutuhkan oleh para wisatawan. 2
Lingkungan Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar
objek wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun
dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dari fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu ada upaya menjaga kelestarian
lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.
3 Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga
kelangsungan hidup suatu masyarakat.
6. Kapasitas Penampungan Carrying Capacity
Kapasitas penampungan carrying capacity juga merupakan satu bentuk pendekatan untuk mengetahui daya tampung di daerah tujuan wisata. Kapasitas
penampungan dapat diartikan sebagai jumlah maksimum orang wisatawan yang
dapat memanfaatkan daerah tujuan wisata tanpa menimbulkan perubahan lingkungan fisik yang tak diinginkan serta tak menjadikan kualitas penerimaan
yang dialami pengunjung menurun. Meski tekanannya pada daerah tujuan wisata, kapasitas penampungan terkaitmenyangkut juga daerah asal wisatawan maupun
kondisi pada rute transit. Dari tempat asal wisatawan persoalan terkait dengan dengan waktu liburan yang terpusat pada suatu waktu tertentu sehingga orang
berangkat melakukan perjalanan wisata pada waktu bersamaan. Sementara pada rute transit kemacetan lalulintas dapat menyebabkan orang datang menumpuk di
tempat tujuan wisata secara bersamaan sehingga melebihi daya tampung. Keadaan yang demikian dapat menurunkan nilai tempat tujuan wisata.
Carrying capacity dapat menyangkut hal-hal yang bersifat fisik seperti areal parkir kendaraan, persediaan tempat menginap, fasilitas pelayanan umum WC,
air bersih, listrik maupun yang menyangkut lingkungan abstrak ketenangankenyamanan dan bebas dari gangguan perilaku pedagang asongan
ataupun tingkah laku masyarakat setempat yang kurang menyenangkanmengecewakan pengunjung, walau yang terakhir ini sangat sukar
mengukurnya. Kapasitas perseptualpsikologik akan terlampaui manakala para pengunjung mendapatkan pengalaman pelayanan atau perilaku yang sangat
mengecewakan. Dalam kaitan ini program kepariwisataan Indonesia mengembangkan upayasemboyan SAPTA PESONA Aman, Tertib, Sejuk,
Ramah tamah, Bersih, Keindahan, Kenangan yang pada dasarnya terkait dengan
upayasemboyan pemberian pelayanan dan pemberian kesan positif bagi wisatawan khususnya bagi wisatawan mancanegara.
B. Sistem Informasi Geografis
1. Pengertian SIG
Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok: sistem, informasi, dan geografis. Dengan demikian, pengertian
terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahami SIG. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah
satu sistem informasi. Atau SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur informasi geografis.
Istilah “geografis” merupakan bagian dari spasial keruangan. Kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian atau tertukar hingga timbul istilah
yang ketiga, geospasial. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama di dalam konteks SIG. Penggunaan kata “geografis” mengandung pengertian suatu
persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Istilah “informasi geografis” mengandung pengertian informasi mengenai
tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai
keterangan-keterangan atribut yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.