Perubahan Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan dengan Teknik Reduced Impact Logging dan Teknik Conventional Logging.

(1)

PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH

AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN HUTAN DENGAN

TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN

TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING

Oleh:

DONNY PRAMA YUDHA A24102096

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN

TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Donny Prama Yudha A24102096

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

i

SUMMARY

DONNY PRAMA YUDHA. Soil Physical and Chemical Denaturing of Deforestation Activity with Reduced Impact Logging Technique and Conventional Logging Technique. Supervised by Dwi Putra Tejo Baskoro and Hidayat Wiranegara.

Forest is a natural environment that could not be evaded from continuous interactions with humans who lived around. The interactions is one way of human to use forest potention. Human activity to use forest is very often result in forest and enviromental degradation. One solution that could keep forest sustainability is a sustainable forestry management which put forward the conservation aspects. In this forest management, soil as a vital resources for plants growth needs to have sufficient attention because soil is one of the most important habitat besides climate and topography factors.

A research to evaluate the soil physical and chemical changes due to deforestation activity with RIL and CNV technique was carried out on CIFOR research plots. Upon the research, soil samples were taken from RIL, CNV, and Control plot. The soil samples were analyzed in Soil Physical Laboratory and Soil Chemical Laboratory in Soil Science and Resources Department, IPB. The data which is examined from physical and chemical analysis then statistically analyzed with Test of Between Subjects Effects, and continued by Duncan Test with p < 0,05 to view the relationship between RIL, CNV, and Control plot conditions.

Results from physical analysis showed that bulk density on CNV plot is higher than that on RIL and Control plot. Meanwhile, the values of porosity, available water, and permeability on CNV are less than those on RIL and Control plot. Results from chemical analysis showed that C-Organic, Total-N, available P, K, and Cation Exchange Capacity (CEC) values on CNV plot are less than those on RIL and Control values. Statistics analysis showed that the values of bulk density, porosity, available water, C-Organic, Total-N, available P, K, and KTK on CNV, RIL, and Control plot are not significantly different. Meanwhile, the values of permeability on CNV plot is significantly different from RIL and Control plot.

Examined soil physical changes are increasing of bulk density, decreasing of porosity, available water, and permeability. Examined soil chemical changes are decreasing of C-Organic content, decreasing of Total-N, decreasing of available P, decreasing of K, and decreasing of Cation Exchange Capacity (CEC). Physical and chemical changes on RIL plot are less than CNV plot, which means that RIL technique is better than CNV technique.


(4)

RINGKASAN

DONNY PRAMA YUDHA. Perubahan Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan dengan Teknik Reduced Impact Logging dan Teknik Conventional Logging. Dibawah bimbingan Dwi Putra Tejo Baskoro dan Hidayat Wiranegara.

Hutan merupakan lingkungan hidup manusia yang tidak akan terhindar dari berlangsungnya interaksi berkelanjutan dengan manusia yang hidup disekitarnya. Interaksi tersebut merupakan usaha manusia untuk memanfaatkan potensi yang terkandung dalam hutan. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan hasil hutan ini menyebabkan rusaknya lingkungan hutan. Salah satu hal yang mungkin dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian hutan beserta isinya adalah dengan pengelolaan hutan lestari (sustainable forestry management) yang mengedepankan aspek-aspek konservasi. Dalam pengelolaan hutan, maka tanah sebagai sumberdaya yang vital untuk pertumbuhan tanaman perlu mendapatkan perhatian yang layak. Hal ini karena tanah merupakan faktor tempat tumbuh (habitat) yang penting bagi tanaman yang diusahakan disamping faktor iklim dan topografi.

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat kegiatan penebangan hutan dengan teknik Reduced Impact Logging dan teknik Conventional Logging yang dilakukan pada plot penelitian CIFOR. Pada plot tersebut dilakukan pengambilan sample tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah yang dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Kimia Tanah. Data analisis sifat fisik dan kimia tanah yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Tests of Between Subjects Effects sedangkan uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan dengan p < 0,05 untuk melihat hubungan antara kondisi plot RIL, CNV, dan Kontrol.

Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa nilai bobot isi pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai porositas, air tersedia dan permeabilitas lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot CNV memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi, porositas, air tersedia, C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai permeabilitas pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol.

Perubahan pada sifat fisik antara lain: peningkatan nilai bobot isi, penurunan nilai porositas, penurunan nilai air tersedia, serta penurunan nilai permeabilitas. Perubahan pada sifat kimia antara lain: penurunan nilai C-Organik, penurunan nilai N-Total, penurunan nilai P tersedia, penurunan nilai K, serta penurunan nilai KTK. Perubahan sifat fisik dan kimia tanah pada plot RIL lebih kecil dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini berarti bahwa teknik Reduced Impact Logging lebih baik dibandingkan dengan teknik Conventional Logging.


(5)

Judul Penelitian : Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan Dengan Teknik Reduced Impact Logging dan

Teknik Conventional Logging

Nama Mahasiswa : Donny Prama Yudha

Nomor Pokok : A24102096

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. D. P. Tejo Baskoro, MSc. Ir. Hidayat Wiranegara NIP. 19630126 198703 1 001 NIP. 19470102 197603 1 002

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002


(6)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 4 September 1984 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak M. Husein Kadir dan Ibu Yenti Sriyani.

Penulis memulai pendidikan dari Sekolah Dasar Madrasah Ibtida’iyah (MI) Teluk Betung pada Tahun 1990, Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04 Kota Karang, Teluk Betung pada tahun 1991 sampai tahun 1995. Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Way Kandis pada tahun 1995 sampai lulus pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Al-Azhar 03 Way Halim pada tahun 1996 sampai lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 05 Bandar Lampung pada tahun 1999 sampai lulus pada tahun 2002.

Penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB pada Tahun 2002 di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt atas karunia dan rahmat-Nya kepada saya selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. D.P.Tejo Baskoro, Msc sebagai Pembimbing yang telah membantu saya selama penyusunan skripsi dan juga atas saran-sarannya.

2. Ir. Hidayat Wiranegara atas bimbingannya selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. 3. Bapak Haris Iskandar sebagai staf CIFOR atas bantuan dan data yang

digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Papa, Mama, adek Sari, adek Iyan dan adek Novi atas doa, dorongan semangat dan kasih sayang kepada saya.

5. Keluarga Besar M. Kadir: Nyaik, Ayah, Bunda, Uwak, Bibi Ila, Papi, Mami, Daeng Aldan, Kak Ida, Wanglun, Abang Arif, Abang Rodi, Emak, Aak, Lilis, Yani, dan yang lainnya.

6. Temen-temen kosan Pajar: Bapak dan Ibu kost, Dantowa, Mas Cepi, Coywa, Coro, Mianwa, Rudiwa, Jodiwa, Rahmatwa, Bayuwa, Bobiwa, dan yang lainnya.

7. Teman-temanku Tanah 39: Dimaz, Dhany, Kusril, Diko, Herna, Nene, Indri, Ahmad, Oka, Firman, Ikul, Awal, David, Wendi, Prima, dan lain-lainnya. Terimakasih atas saran dan kritik hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, Semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2008


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reduced Impact Logging (RIL) dan Conventional Logging (CNV)... 3

2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah... 5

a. Bobot Isi (Bulk Density)... 5

b. Porositas... 5

c. Air Tersedia... 5

d. Permeabilitas... 6

2.3 Sifat-Sifat Kimia Tanah... 7

a. C-Organik... 7

b. Nitrogen Tanah... 7

c. Fosfor Tanah... 8

d. Kalium Tanah... 9

e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 10

KONDISI UMUM PLOT PENELITIAN CIFOR 3.1 Letak dan Luas... 11

3.2 Topografi... 11

3.3 Tanah... 11

3.4 Iklim... 12


(9)

vii

BAHAN DAN METODE

4.1 Waktu dan Tempat... 13

4.2 Bahan dan Alat... 13

4.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan... 14

4.3.1 Pengambilan Sample Tanah... 14

4.3.2 Analisis Sifat Tanah... 15

4.3.3 Analisis Data... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah... 17

5.1.1 Bobot Isi (Bulk Density)... 17

5.1.2 Porositas Total... 19

5.1.3 Air Tersedia... 21

5.1.4 Permeabilitas... 23

5.2 Sifat Kimia Tanah... 25

5.2.1 C-Organik... 26

5.2.2 N-Total... 27

5.2.3 P Tersedia... 29

5.2.4 Kalium... 30

5.2.5 Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 31

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA... 34


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Peta Sebaran Petak Pengambilan Sample Tanah... 15

2. Grafik Bobot Isi... 19

3. Grafik Porositas Total ..………... 21

4. Grafik Air Tersedia... 23

5. Grafik Permeabilitas... 25

6. Grafik C-Organik... 27

7. Grafik N-Total... 28

8. Grafik P Tersedia... 30

9. Grafik K... 31

10. Grafik KTK... 32

11. Lampiran 16. Gambar peta jenis tanah plot penelitian CIFOR ... 51


(11)

PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH

AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN HUTAN DENGAN

TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN

TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING

Oleh:

DONNY PRAMA YUDHA A24102096

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN

TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Donny Prama Yudha A24102096

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

i

SUMMARY

DONNY PRAMA YUDHA. Soil Physical and Chemical Denaturing of Deforestation Activity with Reduced Impact Logging Technique and Conventional Logging Technique. Supervised by Dwi Putra Tejo Baskoro and Hidayat Wiranegara.

Forest is a natural environment that could not be evaded from continuous interactions with humans who lived around. The interactions is one way of human to use forest potention. Human activity to use forest is very often result in forest and enviromental degradation. One solution that could keep forest sustainability is a sustainable forestry management which put forward the conservation aspects. In this forest management, soil as a vital resources for plants growth needs to have sufficient attention because soil is one of the most important habitat besides climate and topography factors.

A research to evaluate the soil physical and chemical changes due to deforestation activity with RIL and CNV technique was carried out on CIFOR research plots. Upon the research, soil samples were taken from RIL, CNV, and Control plot. The soil samples were analyzed in Soil Physical Laboratory and Soil Chemical Laboratory in Soil Science and Resources Department, IPB. The data which is examined from physical and chemical analysis then statistically analyzed with Test of Between Subjects Effects, and continued by Duncan Test with p < 0,05 to view the relationship between RIL, CNV, and Control plot conditions.

Results from physical analysis showed that bulk density on CNV plot is higher than that on RIL and Control plot. Meanwhile, the values of porosity, available water, and permeability on CNV are less than those on RIL and Control plot. Results from chemical analysis showed that C-Organic, Total-N, available P, K, and Cation Exchange Capacity (CEC) values on CNV plot are less than those on RIL and Control values. Statistics analysis showed that the values of bulk density, porosity, available water, C-Organic, Total-N, available P, K, and KTK on CNV, RIL, and Control plot are not significantly different. Meanwhile, the values of permeability on CNV plot is significantly different from RIL and Control plot.

Examined soil physical changes are increasing of bulk density, decreasing of porosity, available water, and permeability. Examined soil chemical changes are decreasing of C-Organic content, decreasing of Total-N, decreasing of available P, decreasing of K, and decreasing of Cation Exchange Capacity (CEC). Physical and chemical changes on RIL plot are less than CNV plot, which means that RIL technique is better than CNV technique.


(14)

RINGKASAN

DONNY PRAMA YUDHA. Perubahan Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan dengan Teknik Reduced Impact Logging dan Teknik Conventional Logging. Dibawah bimbingan Dwi Putra Tejo Baskoro dan Hidayat Wiranegara.

Hutan merupakan lingkungan hidup manusia yang tidak akan terhindar dari berlangsungnya interaksi berkelanjutan dengan manusia yang hidup disekitarnya. Interaksi tersebut merupakan usaha manusia untuk memanfaatkan potensi yang terkandung dalam hutan. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan hasil hutan ini menyebabkan rusaknya lingkungan hutan. Salah satu hal yang mungkin dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian hutan beserta isinya adalah dengan pengelolaan hutan lestari (sustainable forestry management) yang mengedepankan aspek-aspek konservasi. Dalam pengelolaan hutan, maka tanah sebagai sumberdaya yang vital untuk pertumbuhan tanaman perlu mendapatkan perhatian yang layak. Hal ini karena tanah merupakan faktor tempat tumbuh (habitat) yang penting bagi tanaman yang diusahakan disamping faktor iklim dan topografi.

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat kegiatan penebangan hutan dengan teknik Reduced Impact Logging dan teknik Conventional Logging yang dilakukan pada plot penelitian CIFOR. Pada plot tersebut dilakukan pengambilan sample tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah yang dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Kimia Tanah. Data analisis sifat fisik dan kimia tanah yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Tests of Between Subjects Effects sedangkan uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan dengan p < 0,05 untuk melihat hubungan antara kondisi plot RIL, CNV, dan Kontrol.

Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa nilai bobot isi pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai porositas, air tersedia dan permeabilitas lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot CNV memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi, porositas, air tersedia, C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai permeabilitas pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol.

Perubahan pada sifat fisik antara lain: peningkatan nilai bobot isi, penurunan nilai porositas, penurunan nilai air tersedia, serta penurunan nilai permeabilitas. Perubahan pada sifat kimia antara lain: penurunan nilai C-Organik, penurunan nilai N-Total, penurunan nilai P tersedia, penurunan nilai K, serta penurunan nilai KTK. Perubahan sifat fisik dan kimia tanah pada plot RIL lebih kecil dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini berarti bahwa teknik Reduced Impact Logging lebih baik dibandingkan dengan teknik Conventional Logging.


(15)

Judul Penelitian : Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan Dengan Teknik Reduced Impact Logging dan

Teknik Conventional Logging

Nama Mahasiswa : Donny Prama Yudha

Nomor Pokok : A24102096

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. D. P. Tejo Baskoro, MSc. Ir. Hidayat Wiranegara NIP. 19630126 198703 1 001 NIP. 19470102 197603 1 002

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002


(16)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 4 September 1984 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak M. Husein Kadir dan Ibu Yenti Sriyani.

Penulis memulai pendidikan dari Sekolah Dasar Madrasah Ibtida’iyah (MI) Teluk Betung pada Tahun 1990, Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04 Kota Karang, Teluk Betung pada tahun 1991 sampai tahun 1995. Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Way Kandis pada tahun 1995 sampai lulus pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Al-Azhar 03 Way Halim pada tahun 1996 sampai lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 05 Bandar Lampung pada tahun 1999 sampai lulus pada tahun 2002.

Penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB pada Tahun 2002 di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.


(17)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt atas karunia dan rahmat-Nya kepada saya selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. D.P.Tejo Baskoro, Msc sebagai Pembimbing yang telah membantu saya selama penyusunan skripsi dan juga atas saran-sarannya.

2. Ir. Hidayat Wiranegara atas bimbingannya selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. 3. Bapak Haris Iskandar sebagai staf CIFOR atas bantuan dan data yang

digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Papa, Mama, adek Sari, adek Iyan dan adek Novi atas doa, dorongan semangat dan kasih sayang kepada saya.

5. Keluarga Besar M. Kadir: Nyaik, Ayah, Bunda, Uwak, Bibi Ila, Papi, Mami, Daeng Aldan, Kak Ida, Wanglun, Abang Arif, Abang Rodi, Emak, Aak, Lilis, Yani, dan yang lainnya.

6. Temen-temen kosan Pajar: Bapak dan Ibu kost, Dantowa, Mas Cepi, Coywa, Coro, Mianwa, Rudiwa, Jodiwa, Rahmatwa, Bayuwa, Bobiwa, dan yang lainnya.

7. Teman-temanku Tanah 39: Dimaz, Dhany, Kusril, Diko, Herna, Nene, Indri, Ahmad, Oka, Firman, Ikul, Awal, David, Wendi, Prima, dan lain-lainnya. Terimakasih atas saran dan kritik hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, Semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2008


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reduced Impact Logging (RIL) dan Conventional Logging (CNV)... 3

2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah... 5

a. Bobot Isi (Bulk Density)... 5

b. Porositas... 5

c. Air Tersedia... 5

d. Permeabilitas... 6

2.3 Sifat-Sifat Kimia Tanah... 7

a. C-Organik... 7

b. Nitrogen Tanah... 7

c. Fosfor Tanah... 8

d. Kalium Tanah... 9

e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 10

KONDISI UMUM PLOT PENELITIAN CIFOR 3.1 Letak dan Luas... 11

3.2 Topografi... 11

3.3 Tanah... 11

3.4 Iklim... 12


(19)

vii

BAHAN DAN METODE

4.1 Waktu dan Tempat... 13

4.2 Bahan dan Alat... 13

4.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan... 14

4.3.1 Pengambilan Sample Tanah... 14

4.3.2 Analisis Sifat Tanah... 15

4.3.3 Analisis Data... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah... 17

5.1.1 Bobot Isi (Bulk Density)... 17

5.1.2 Porositas Total... 19

5.1.3 Air Tersedia... 21

5.1.4 Permeabilitas... 23

5.2 Sifat Kimia Tanah... 25

5.2.1 C-Organik... 26

5.2.2 N-Total... 27

5.2.3 P Tersedia... 29

5.2.4 Kalium... 30

5.2.5 Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 31

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA... 34


(20)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Peta Sebaran Petak Pengambilan Sample Tanah... 15

2. Grafik Bobot Isi... 19

3. Grafik Porositas Total ..………... 21

4. Grafik Air Tersedia... 23

5. Grafik Permeabilitas... 25

6. Grafik C-Organik... 27

7. Grafik N-Total... 28

8. Grafik P Tersedia... 30

9. Grafik K... 31

10. Grafik KTK... 32

11. Lampiran 16. Gambar peta jenis tanah plot penelitian CIFOR ... 51


(21)

ix

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Metode analisis sifat fisik dan kimia tanah... 16

2. Nilai rata-rata sifat fisik tanah pada plot penelitian CIFOR... 17

3. Nilai rata-rata sifat kimia tanah pada plot penelitian CIFOR... 25

4. Lampiran 11. Tabel Klasifikasi Permeabilitas Menurut Uhland dan O’Neal (1951)... 43

Lampiran 1. Data Sifat Fisik Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot RIL... 36

2. Data Sifat Fisik Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot CNV... 37

3. Data Sifat Fisik Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot Kontrol... 38

4. Data Sifat Kimia Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot RIL... 39

5. Data Sifat Kimia Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot CNV... 40

6. Data Sifat Kimia Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot Kontrol... 41

7. Data Sifat Fisik Tanah Di Jalan Sarad Pada Plot RIL... 42

8. Data Sifat Fisik Tanah Di Jalan Sarad Pada Plot CNV... 42

9. Data Sifat Kimia Tanah Di Jalan Sarad Pada Plot RIL... 43

10. Data Sifat Kimia Tanah Di Jalan Sarad Pada Plot CNV... 43

11. Hasil analisis statistik sifat fisik tanah di lantai hutan pada plot penelitian CIFOR... 44

12. Hasil analisis statistik sifat kimia tanah di lantai hutan pada plot penelitian CIFOR... 46

13. Hasil analisis statistik sifat fisik tanah di jalan sarad pada plot penelitian CIFOR... 48

14. Hasil analisis statistik sifat kimia tanah di jalan sarad pada plot penelitian CIFOR... 49


(22)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan lingkungan hidup manusia yang tidak akan terhindar dari interaksi dengan manusia yang hidup di sekitarnya. Jika ditinjau dari segi kepentingan manusia, proses interaksi itu merupakan daya upaya aktif manusia memanfaatkan potensi yang terkandung dalam lingkungan hutan baik hasil hutan kayu maupun nonkayu. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan hasil hutan ini menyebabkan rusaknya lingkungan hutan.

Salah satu hal yang mungkin dilakukan dalam rangka mencegah kerusakan hutan beserta isinya adalah dengan pengelolaan hutan lestari (sustainable forestry management) yang mengedepankan aspek-aspek konservasi. Pengelolaan hutan tergantung pada berbagai hal mulai dari sistem sisvikultur yang digunakan sampai proses penebangan yang efektif dan menguntungkan. Konservasi sumberdaya hutan sangatlah penting untuk menjaga kelangsungan ekosistem hutan yang lestari. Tanggung jawab kelestarian hutan melalui konservasi sumberdaya hutan bukanlah dipegang oleh salah satu pihak saja, melainkan oleh seluruh pihak yang berkepentingan terhadap hutan, karena hutan menyediakan banyak manfaat, seperti daerah resapan air untuk daerah sekitarnya yang menjaga keseimbangan sehingga tidak terjadi banjir dan kekeringan, menyediakan kebutuhan primer penduduk seperti makanan dan kayu untuk kayu bakar dan perumahan, hasil hutan berupa kayu atau non kayu seperti rotan, resin dan lain sebagainya.

Dalam pengelolaan hutan, maka tanah sebagai sumberdaya yang vital untuk pertumbuhan tanaman perlu mendapatkan perhatian yang layak. Hal ini


(23)

2

karena tanah merupakan faktor tempat tumbuh (habitat) yang penting bagi tanaman yang menyediakan sumber kehidupan yaitu udara, air, bahan mineral dan bahan organik. Untuk itu perlu adanya kajian/penelitian mengenai keadaan tanah tersebut baik sifat fisik, kimia dan biologinya..

Pada umumnya kegiatan penebangan hutan dapat menyebabkan tanah menjadi kurus dan kehilangan daya menahan air, sehingga limpasan permukaan dan erosi meningkat, lebih sering terjadi banjir dan kekeringan (Soerianegara, 1990).

Peralatan berat yang melintasi areal penebangan menyebabkan tanah menjadi padat, struktur tanah memburuk, dan aerasi tanah menurun. Memburuknya sifat-sifat fisik tanah, berpengaruh buruk pula pada fungsi hidrologis (Hamzah, 1975).

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat kegiatan penebangan hutan dengan teknik Reduced Impact Logging dan teknik Conventional Logging pada plot penelitian Center For International Forestry Research (CIFOR) di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur.


(24)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Reduced Impact Logging (RIL) dan Conventional Logging (CNV) Salah satu alternatif sistem pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan adalah pemanenan dengan teknik Reduced Impact Timber Harvesting (RITH) atau lebih dikenal dengan nama Reduced Impact Logging (RIL) yaitu suatu teknik yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan pada tanah dan tegakan tinggal serta dampaknya terhadap kehidupan satwa liar (Elias, 2001).

Hardiansyah (2000) menjelaskan bahwa RIL bukanlah sesuatu terminologi yang baru dalam ilmu kehutanan dan mempunyai banyak sinonim seperti RIH (Reduced Impact Harvesting), LIWH (Low Impact Wood Harvesting) dan DCL (Damage Controlled Logging). Istilah-istilah tersebut pada prinsipnya memberikan motivasi dan perspektif yang kurang lebih sama, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan pembalakan kayu (logging) mulai dari persiapan, perencanaan, operasional dan pasca operasional di unit kerja sehingga minimal dampak negatifnya dan sekaligus menguntungkan secara ekonomis.

Menurut Elias (2001), teknik RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pemanenan kayu, merupakan penyempurnaan praktek pembuatan jalan, penebangan dan penyaradan serta memerlukan wawasan ke depan dan berketerampilan yang baik dari operatornya serta adanya kebijakan tentang lingkungan yang mendukungnya.

Menurut Sularso (1996), perbedaan Reduced Impact Logging (RIL) dan

Conventional Logging (CNV) adalah pada teknik Reduced Impact Logging


(25)

4

pada takik rebah, arah rebah dan pembagian batang. Akibatnya produktivitas rendah tetapi kualitas kayu yang dihasilkan lebih baik. Tingkat kerusakan dapat diperkecil, kualitas tegakan tinggal lebih baik dan keterbukaan lantai hutan dapat diperkecil. Teknik Reduced Impact Logging merupakan teknik penebangan hutan dengan memilih tanaman yang mempunyai diameter batang yang telah layak ditebang, dengan kata lain tanaman yang akan ditebang dipilih berdasarkan ukuran diameter batangnya. Sebelum proses penebangan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan perencanaan pembuatan jalan sarad, pembuatan tempat pengumpulan, arah rebah, teknik penebangan dan lain-lain. Alat-alat berat yang digunakan pada teknik Reduced Impact Logging relatif lebih kecil dibandingkan dengan alat-alat berat yang digunakan pada teknik Conventional Logging, hal ini dikarenakan jumlah kayu yang akan ditebang lebih sedikit. Batang-batang kayu yang telah ditebang ditarik keluar melalui jalan sarad yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan traktor kecil menuju tempat pengumpulan.

Pada pemanenan teknik Conventional Logging kegiatan penebangan berlangsung lebih cepat dan teknik penebangan tidak dilakukan seperti pada teknik Reduced Impact Logging, sehingga produktivitasnya tinggi tetapi kualitas kayu rendah, kerusakan tegakan tinggal besar, dan keterbukaan lantai hutan lebih luas. Alat-alat berat yang digunakan pada teknik Conventional Logging lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan alat-alat berat yang digunakan pada teknik Reduced Impact Logging, karena jumlah kayu yang ditebang lebih banyak. Pada teknik Conventional Logging hampir semua tanaman kayu ditebang, tetapi proses penebangan yang berlangsung tidak seperti proses land clearing


(26)

2.2. Sifat-Sifat Fisik Tanah a. Bobot Isi (Bulk Density)

Bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah utuh. Dan biasanya ditunjukkan dalam satuan gram per sentimeter kubik. Bobot isi pada tanah dengan tekstur halus berkisar antara 1,0 – 1,3 g/cc, sedangkan pada tanah dengan tekstur kasar berkisar antara 1,3 – 1,8 g/cc. Perkembangan struktur yang lebih baik pada tanah dengan tekstur halus membuat bobot isi pada tanah ini lebih rendah dibandingkan dengan tanah berpasir. Bobot isi dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah terutama kandungan liat dalam tanah (Foth dan Turk, 1972).

b. Porositas

Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Ruang pori total adalah volume ruang tanah yang ditempati oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori makro dan pori-pori mikro (Foth, 1988). Pori makro berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori mikro berisi air kapiler atau udara. Tanah berpasir mempunyai pori-pori makro lebih banyak dibanding tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori makro sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dibanding tanah pasir. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah (Hardjowigeno, 1985).

c. Air Tersedia

Air tersedia adalah kandungan air yang dapat diambil tanaman dari dalam tanah sebelum kelembaban tanah secara serius mengakibatkan kekeringan atau


(27)

6

kelayuan tanaman (Russel, 1963). Menurut Towsend (1973), air tersedia merupakan air yang tersedia bagi tanaman yang merupakan selisih antara kapasitas lapang dan koefisien layu (titik layu permanen).

Hillel (1980), berpendapat bahwa kapasitas lapang merupakan batas maksimum air yang tersedia bagi tanaman, setara dengan kandungan air pada tegangan 1/3 atmosfir pF (2,54), sedangkan menurut Brady (1990) kapasitas lapang adalah jumlah air yang ditahan setelah air gravitasi habis. Titik layu permanen merupakan kandungan air tanah dimana tanaman tidak mampu menyerap air yang cukup untuk mempertahankan turgor sehingga tanaman layu permanen, sering ditentukan pada tegangan 15 bar (Baver et al., 1972).

Faktor yang mempengaruhi air tersedia antara lain: (1) sifat tanah, diantaranya (a) hubungan hisapan dan kelengasan (matriks dan osmotik), (b) kedalaman tanah dan, (c) pelapisan tanah; (2) iklim, diantaranya suhu udara dan temperatur; (3) tanaman, diantaranya (a) bentuk perakaran, (b) daya tahan terhadap kekeringan, (c) tingkat dan stadia pertumbuhan (Brady, 1990).

d. Permeabilitas

Permeabilitas merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan jenuh. Permeabilitas ini sangat penting peranannya dalam pengelolaan tanah dan air (Haridjaja et al., 1983). Menurut Russel (1956), menyatakan bahwa permeabilitas tanah sebagai kecepatan air melalui tanah dalam keadaan jenuh pada periode tertentu dan dinyatakan dalam satuan cm/jam. Permeabilitas merupakan sifat fisik tanah yang langsung dipengaruhi oleh pengolahan tanah, tanah dengan permeabilitas lambat lebih mudah tererosi daripada tanah dengan permeabilitas cepat. Penetapan permebilitas tanah baik


(28)

secara vertikal maupun horizontal sangat penting peranannya dalam pengelolaan tanah dan air (Baver, 1972).

Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain: tekstur, porositas tanah serta distribusi ukuran pori, stabilitas agregat, struktur tanah dan kandungan bahan organik (Hillel, 1980).

2.3. Sifat-Sifat Kimia Tanah a. C-Organik

C-organik adalah penyusun utama bahan organik. Menurut Istomo (1994) bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Banyak sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, dan biologi tanah secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh bahan organik.

Bahan organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari biomassa tanah dan biomassa luar tanah. Biomassa tanah adalah massa total flora dan fauna tanah hidup serta bagian vegetasi yang hidup dalam tanah (akar). Biomassa luar tanah adalah massa bagian vegetasi yang hidup diluar tanah (cabang, daun, batang, ranting, bunga, biji, dan buah). Kadar bahan organik tanah dipengaruhi oleh iklim, kedalaman, drainase, dan pengelolaan dari tanah tersebut (Hakim, et al., 1986).

b. Nitrogen Tanah

Sumber N adalah bahan organik sisa tumbuhan dan hewan, serta hasil fiksasi N bebas dari udara oleh bakteri-bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar


(29)

8

tanaman kacang-kacangan (Leguminase). Nitrogen dapat diambil oleh tanaman dalam bentuk ion NH4+ atau NO3- (Setyamidjaja, 1986).

Secara alamiah N yang terdapat di dalam tanah berasal dari air hujan, bahan organik dari tumbuhan dan fiksasi jasad renik seperti yang telah dikemukakan di atas. Air hujan diperkirakan memberikan 22,4 kg N/ha/tahun tergantung lokasi dan dari fiksasi diperkirakan antara 16,8 – 50,4 kg N/ha/tahun. Dengan laju dekomposisi bahan organik 2% per tahun, sumber tersebut diperkirakan memberikan 22 -54 kg N/ha/tahun. Dengan menghitung jumlah yang hilang, ketiga sumber yang dikemukakan di atas tidak mencukupi kebutuhan tanaman (Leiwakabessy, 1998).

Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N organik merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi tanaman. Pelapukan merupakan proses biokimia kompleks yang membebaskan karbondioksida. Akhirnya nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium ini dioksidasikan menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat. Kedua proses terakhir disebut nitrifikasi, sedangkan yang pertama disebut mineralisasi (Soepardi, 1983).

c. Fosfor Tanah

Mobilitas unsur ini dalam tanah sangat rendah karena reaksi dengan komponen tanah maupun dengan ion-ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe, dan lain-lain membentuk senyawa yang kurang larut dengan tingkat kelarutan berbeda-beda. Reaksi tanah (pH) memegang peranan sangat penting dalam mobilitas unsur ini (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).


(30)

Sumber fosfor dalam tanah adalah bahan organik dan mineral (batuan) fosfat, seperti apatit dan kalsium-fosfat (Ca3(PO4)2). Batuan fosfat yang menjadi sumber fosfat alam di Indonesia terdapat di pulau Jawa, dan dibedakan sebagai fosfat gula, fosfat sinter dan fosfat pulau karang. Fosfat dapat diambil oleh tanaman dalam bentuk HPO42- atau H2PO4- (Setyamidjaja, 1986).

Unsur ini berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan, dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP. Tanpa fosfor proses-proses tersebut tidak dapat berlangsung. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy, 1998). Fosfor dalam bentuk mineral yang kompleks biasanya sangat lambat tersedia, maka ada keuntungannya fosfor berasosiasi dengan senyawa organik. Meskipun demikian, fosfor organik menjadi tersedia tidak semudah seperti belerang dan nitrogen organik (Soepardi, 1983).

d. Kalium Tanah

Sumber K dalam tanah adalah mineral ortoklas (KalSi3O8), leucit (Kal(SiO3)2), muskovit (KH2Al3(SiO4)3) dan biotit (HK)2)MgFe)2(AlFe)2Si4O12. Kalium dapat diambil oleh tanaman dalam bentuk ion K+ (Setyamidjaja, 1986).

Kalium dalam tanaman tidak ditemukan dalam hasil-hasil metabolisme dalam senyawa-senyawa organik tertentu seperti halnya N, P dan lain-lain, tetapi umumnya terdapat dalam ikatan yang mudah sekali larut. Sekitar 99% dari K dalam bagian tanaman yang kering diduga dapat terbilas oleh air hujan. Oleh sebab itu, sukar untuk menetapkan peranannya dalam metabolisme anorganik. Kalium sering disebut sebagai katalisator dalam proses hidup ini karena menjamin berlangsungnya reaksi kehidupan tanaman (Leiwakabessy, 1998).


(31)

10

Jumlah kalium dalam tanah jauh lebih banyak dari fosfor. Masalah utama ialah ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah kalium yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983).

e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Pertukaran kation merupakan reaksi yang umum terjadi dan merupakan salah satu reaksi terpenting di dalam tanah. Pertukaran kation pada kebanyakan tanah dapat berubah dengan pH. Pada nilai pH sangat rendah, hanya muatan permanen liat dan sebagian kecil dari muatan koloid organik memegang ion yang dapat digantikan melalui pertukaran kation (Soepardi, 1983)

Kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula. Keragaman KTK antar tanah yang mempunyai tekstur yang berbeda akan sangat jelas. Akan tetapi, kita juga akan menjumpai perbedaan-perbedaan yang menarik antara tanah yang mempunyai tekstur yang sama. Tanah yang mengandung koloid-koloid berbeda dengan sendirinya akan berbeda pula dalam kapasitas tukar kationnya. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh koloid yang berbeda jumlahnya, tetapi juga oleh sebab macam koloid yang terdapat dalam tanah tersebut berbeda pula. Dengan demikian tidak dapat disangkal lagi bahwa ketidakseragaman liat dan humus merupakan faktor yang sangat penting dalam kesuburan tanah (Soepardi, 1983).

Tanah yang mempunyai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih tinggi dari pada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK tinggi (Hardjowigeno, 1985).


(32)

KONDISI UMUM PLOT PENELITIAN CIFOR

3.1. Letak dan Luas

Plot penelitian CIFOR dibangun di hutan campuran bekas HPH P.T. Inhutani II di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur yang terletak pada koordinat (2° 58’ - 3° 3’ Lintang Utara, 116° 29’ - 116º 32’ Bujur Timur). Plot penelitian

Reduced Impact Logging (RIL) dibangun pada bulan Maret - Mei tahun 1999 di lokasi HPH P.T. Inhutani II dengan luasan ± 188 Ha, sedangkan plot penelitian

Conventional Logging (CNV) dengan luasan ± 251 Ha dan plot Kontrol dengan luasan ± 138 Ha dibangun pada bulan Juni - September tahun 1999 di lokasi HPH P.T. Inhutani II. Pada plot Reduced Impact Logging (RIL) dibangun 9 blok pengamatan dan Conventional Logging (CNV) dibangun 9 blok pengamatan, sedangkan pada plot Kontrol dibangun 6 blok pengamatan.

3.2. Topografi

Lokasi plot penelitian CIFOR adalah di dalam area Wanariset Malinau yang berjarak sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Malinau. Area Wanariset Malinau terletak di ketinggian 100 – 300 meter di atas permukaan laut, yang mempunyai relief berbukit dengan kemiringan lereng 10 – 30%.

3.3. Tanah

Menurut peta landsistem lembar Malinau 1819 dengan skala 1:250.000, tanah pada plot penelitian CIFOR ini termasuk jenis tanah Typic Tropudult dengan bahan induk batu liat dan batu pasir.


(33)

12

Typic Tropudult merupakan tanah lembab dan terbentuk di bawah iklim panas hingga tropik. Jenis tanah ini mempunyai horizon argilik (liat) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 persen. Horizon dalam umumnya berwarna merah atau kuning, sebagai petunjuk penimbunan oksida besi bebas. Typic Tropudult terbentuk di atas permukaan tanah yang tua, biasanya di bawah vegetasi hutan. Liat tanah ini tergolong tipe 1:1 bersama dengan oksida besi dan alumunium, yang menjamin daya olah yang baik.

3.4. Iklim

Menurut Kuswata (2006), plot penelitian CIFOR mempunyai curah hujan rata-rata tahunan 3790 mm/tahun dengan jumlah bulan basah lebih dari 9 bulan per tahun.

3.5. Vegetasi

Plot penelitian CIFOR merupakan hutan campuran yang ditumbuhi vegetasi dari family tanaman, antara lain: Anacardiaceae, Apocynaceae, Arecaceae, Bombacaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Meliaceae, Polygalaceae, dan lain-lain.


(34)

BAHAN DAN METODE

4.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2007. Pengamatan lapang meliputi pengukuran dan inventarisasi serta pengamatan karakteristik tanah yang dilakukan pada plot penelitian CIFOR di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Pengamatan karakteristik tanah meliputi deskripsi sifat tanah di setiap horison melalui pengeboran seperti warna tanah, drainase, tekstur tanah, kedalaman solum tanah, ketahanan penetrasi tanah, kondisi serasah, kemiringan lereng dan melihat erosi tanah yang terjadi. Sedangkan analisis tanah dilakukan oleh laboran di Laboratorium Fisika Tanah dan Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

4.2. Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan dalam pengamatan karakteristik tanah di lapang antara lain: Munsell Soil Color Chart, cangkul, bor tanah (bor Belgi), pisau lapang, Penetrometer saku, kompas dan Abney Level.

Bahan yang digunakan dalam analisis tanah di laboratorium antara lain: NH4OAc, NaOH, H2SO4, HCl, HF, K2Cr2O7, FeSO4, H3BO3, Na2SO4, aquades dan bahan kimia lainnya. Sedangkan alat yang digunakan dalam analisis tanah antara lain: timbangan, tabung Sentrifuse, alat Sentrifuse, labu takar, labu didih, Spektrofotometer, Flamefotometer, Atomic Absorption Specto-photometer


(35)

14

(AAS), Erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, cawan porselin, labu destilasi, labu ekstraksi, pipet, buret, kertas saring, Hidrometer, oven dan alat-alat lainnya.

4.3. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

Penelitian ini dilakukan di plot penelitian CIFOR di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Pada plot tersebut dilakukan pengambilan sample tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah.

4.3.1. Pengambilan Sample Tanah

Pada penelitian ini diambil sample tanah secara acak di setiap plot penelitian CIFOR. Ada 3 plot yang diambil sample tanahnya yaitu:

1. Plot Conventional Logging (CNV) yaitu plot yang menggunakan teknik tebang habis. Pada plot ini diambil sample tanah di 9 blok pengamatan sebanyak 27 sample pada lantai hutan dan 9 sample pada jalan sarad. 2. Plot Reduced Impact Logging (RIL) yaitu plot yang menggunakan teknik

tebang pilih. Pada plot ini diambil sample tanah di 9 blok pengamatan sebanyak 27 sample pada lantai hutan dan 12 sample pada jalan sarad. 3. Plot Kontrol yaitu plot yang tanamannya tidak ditebang. Pada plot ini

diambil sample tanah di 6 blok pengamatan sebanyak 18 sample pada lantai hutan.


(36)

Gambar 1 Peta Sebaran Petak Pengambilan Sample Tanah

4.3.2. Analisis Sifat Tanah

1. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah yang di analisis antara lain bobot isi, porositas, air tersedia dan permeabilitas.

2. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang di analisis berupa C-organik, N-total, Fosfor, Kalium, dan KTK.


(37)

16

Sifat-sifat tanah tersebut diatas dianalisis dengan metode seperti pada table berikut:

Tabel 1. Metode analisis sifat fisik dan kimia tanah

No Sifat Tanah Metode Analisis

1 Sifat Fisik

1. Bulk Density 2. Porositas 3. Air Tersedia 4. Permeabilitas

Gravimetri Pycnometer pF

Permeameter 2 Sifat Kimia

1. C-organik 2. N Total 3. Fosfor 4. Kalium 5. KTK

Walkley dan Black Kjeldahl

P-Bray

N NH4OAc pH 7, AAS N NH4OAc pH 7, Titrasi

4.3.3. Analisis Data

Data-data sifat fisik dan kimia tanah yang telah diperoleh dianalisis secara statistik dengan analisis ragam (Test of Between Subjects Effects dalam program SPSS 13), sedangkan uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan dengan p < 0,05 untuk melihat hubungan antara kondisi plot RIL, CNV, dan Kontrol.


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah yang diukur pada penelitian ini antara lain bobot isi, porositas total, air tersedia, dan permeabilitas tanah. Kegiatan pemanenan hasil hutan telah menyebabkan terjadi perubahan pada sifat fisik tanah yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai rata-rata sifat fisik tanah pada plot penelitian CIFOR

RIL CNV Kontrol

No Sifat Fisik Lantai Hutan

Jalan Sarad

Lantai Hutan

Jalan Sarad

Lantai Hutan

1 Bobot Isi (g/cc) 1,15 1,41 1,19 1,42 1,15

2 Porositas Total (%) 56,58 46,85 55,26 46,25 56,71

3 Air Tersedia (%) 8,07 9,95 7,93 9,66 8,80

4 Permeabilitas (cm/jam) 5,04 2,68 2,86 1,27 6,33

5.1.1. Bobot Isi (Bulk Density)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi tanah di lantai hutan pada plot CNV, RIL dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Tabel 2 terlihat bahwa plot CNV di lantai hutan memiliki nilai rata-rata bobot isi tanah paling tinggi yaitu sebesar 1,19 g/cc dibandingkan dengan nilai rata-rata bobot isi tanah di lantai hutan pada plot RIL dan Kontrol. Hal ini disebabkan karena pada plot CNV digunakan teknik Conventional Logging atau yang lebih dikenal dengan teknik tebang habis, dimana hampir semua tanaman berkayu


(39)

18

ditebang. Oleh karena hampir semua tanaman berkayu ditebang, maka penggunaan alat-alat berat lebih intensif. Alat-alat berat tersebut melintasi hampir seluruh areal plot CNV untuk menarik atau mengangkat kayu yang sudah ditebang, dikarenakan alat-alat berat tersebut mempunyai bobot yang sangat berat menyebabkan tanah menjadi tertekan dan memadat sehingga nilai rata-rata bobot isi tanah di lantai hutan pada plot CNV menjadi tinggi.

Sementara itu pada plot RIL digunakan teknik Reduced Impact Logging

atau yang lebih dikenal dengan teknik tebang pilih, dimana tanaman berkayu yang akan ditebang dipilih berdasarkan ukuran diameternya sehingga tidak semua tanaman berkayu ditebang seperti pada plot CNV. Alat-alat berat yang digunakan pada plot RIL relatif lebih kecil dan lebih ringan serta tidak melintasi seluruh areal plot RIL sehingga tanah tidak mendapatkan tekanan atau gesekan yang dapat merusak atau memadatkan tanah.

Sedangkan nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL. Hal ini disebabkan karena alat-alat berat yang digunakan untuk membuat jalan sarad pada plot CNV lebih besar dan lebih berat daripada alat-alat berat yang digunakan pada plot RIL, sehingga bobot isi tanah di jalan sarad pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan plot RIL.

Pengaruh alat-alat berat dalam proses pemadatan tanah dapat terlihat dari nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL dan CNV yang lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata bobot isi tanah di lantai hutan.


(40)

Bobot Isi (g/cc)

1.15 1.19 1.15

1.41 1.42 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

RIL CNV Kontrol

Perlakuan N il a i B o b o t Is i (g /c c ) Lantai Hutan Jalan Sarad

Gambar 2. Grafik Bobot Isi

5.1.2. Porositas Total

Porositas atau ruang pori tanah yaitu bagian tanah yang ditempati oleh air dan udara. Berdasarkan analisis statistik nilai porositas total di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai porositas total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata porositas total di lantai hutan pada plot CNV adalah yang paling kecil yaitu sebesar 55,26% dibandingkan dengan nilai rata-rata porositas total di lantai hutan pada plot RIL dan Kontrol. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di lantai hutan pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Kepadatan tanah dapat terlihat dari nilai bobot isi tanah yang tinggi, dimana nilai bobot isi tanah di lantai hutan pada plot CNV paling tinggi dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol.

Pemadatan tanah telah menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga porositas total tanah menjadi rendah. Pori-pori makro yang sebelumnya lebih


(41)

20

banyak telah hancur menjadi pori-pori mikro akibat dari pemadatan tanah yang disebabkan oleh alat-alat berat yang digunakan pada kegiatan penebangan sehingga porositas total tanah menjadi menurun.

Selain itu, porositas total juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Dimana pengaruh bahan organik dalam memperbaiki struktur tanah yang akan berakibat terhadap membaiknya porositas total tanah. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan pada plot CNV. Sehingga porositas total di lantai hutan pada plot RIL lebih besar dibandingkan dengan porositas total di lantai hutan pada plot CNV.

Sedangkan nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot CNV lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot RIL. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di jalan sarad pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan tanah di jalan sarad pada plot RIL.

Pengaruh pemadatan tanah terhadap porositas total tanah dapat dilihat dari nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata porositas total di lantai hutan.


(42)

Porositas Total (% )

56.58 55.26 56.71

46.85 46.25 0 10 20 30 40 50 60

RIL CNV Kontrol

Perlakuan N il a i P o ro s it a s T o ta l (% ) Lantai Hutan Jalan Sarad

Gambar 3. Grafik Porositas Total

5.1.3. Air Tersedia

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata air tersedia di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata air tersedia di lantai hutan pada plot CNV adalah yang paling rendah yaitu sebesar 7,93%. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan tanah pada plot RIL yang mengakibatkan porositas total tanah lebih banyak pori mikronya daripada pori makro, sehingga air tersedia yang terjerap di dalam pori mikro lebih banyak.

Banyaknya tanaman yang hilang akibat penebangan menyebabkan menurunnya kandungan bahan organik pada plot CNV, dimana kita ketahui bahwa bahan organik mempunyai kemampuan menahan air (water holding capacity) yang mampu menyerap air sehingga menyebabkan meningkatnya


(43)

22

ketersediaan air. Hal inilah yang menyebabkan air tersedia pada plot CNV lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL karena kandungan bahan organik pada plot CNV lebih sedikit daripada kandungan bahan organik pada plot RIL.

Sedangkan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot CNV. Ini dikarenakan kandungan bahan organik di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan bahan organik di jalan sarad pada plot CNV. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai C-Organik di jalan sarad pada plot RIL lebih besar yaitu sebesar 2,01% dibandingkan dengan nilai C-Organik di jalan sarad pada plot CNV yaitu sebesar 1,96%.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV lebih besar dibandingkan nilai rata-rata air tersedia di lantai hutan. Hal ini disebabkan karena ketinggian tanah di jalan sarad lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian tanah di lantai hutan akibat pengkikisan dari alat-alat berat sehingga air hujan yang jatuh di lantai hutan bergerak menuju jalan sarad yang lebih rendah dan menimbulkan genangan air diatas permukaan tanah di jalan sarad. Air yang menggenangi permukaan tanah di jalan sarad perlahan-lahan masuk kedalam tanah dan mengisi pori-pori mikro serta pada akhirnya meningkatkan ketersediaan air didalam tanah. Inilah yang menyebabkan air tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV lebih besar dibandingkan dengan di lantai hutan.


(44)

Air Tersedia (% )

8.07 7.93 8.80

9.95 9.66

0 2 4 6 8 10 12

RIL CNV Kontrol

Perlakuan

N

il

a

i

A

ir

T

e

rs

e

d

ia

(

%

)

Lantai Hutan Jalan Sarad

Gambar 4. Grafik Air Tersedia

5.1.4. Permeabilitas

Permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan jenuh. Berdasarkan hasil analisis statistik nilai rata-rata permeabilitas di lantai hutan pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol. Sementara itu nilai rata-rata permeabilitas di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata permeabilitas di lantai hutan pada plot CNV adalah yang paling kecil yaitu sebesar 2,86 cm/jam. Hal ini disebabkan karena porositas total di lantai hutan pada plot CNV paling kecil yaitu sebesar 55,26% dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol. Dimana porositas memiliki pori-pori makro dan pori-pori mikro yang ditempati oleh air serta udara. Pada pori makro air bergerak lebih cepat dibandingkan dengan pori mikro dan porositas total yang lebih tinggi artinya memiliki pori-pori makro lebih banyak dibandingkan dengan porositas total yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa


(45)

24

tanah yang memiliki porositas tinggi mampu menyerap air lebih cepat dibandingkan dengan tanah yang memiliki porositas lebih rendah. Atau dengan kata lain semakin tinggi porositas totalnya maka akan semakin tinggi pula permeabilitasnya.

Selain itu, kepadatan tanah di lantai hutan pada plot CNV paling tinggi yaitu sebesar 1,19 g/cm dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol. Kepadatan tanah menyebabkan menurunnya porositas total karena pori-pori makro banyak yang hancur menjadi pori-pori mikro sehingga air lebih lambat bergerak kedalam tanah. Hal ini berarti kepadatan tanah berpengaruh terhadap permeabilitas tanah.

Kandungan bahan organik juga mempengaruhi permeabilitas tanah, dimana bahan organik mampu memperbaiki struktur tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan porositas tanah. Pada Tabel 3 terlihat bahwa kandungan C-Organik pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Tetapi pada plot CNV kandungan C-Organik di lantai hutan lebih rendah dibandingkan dengan di jalan sarad. Perlu diingat bahwa pengaruh bahan organik kaitannya dengan permeabilitas tanah adalah kemampuan bahan organik dalam memperbaiki struktur tanah bukan kemampuan bahan organik dalam penyerapan air. Hal ini berarti bahwa bahan organik mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap permeabilitas tanah.

Sedangkan nilai rata-rata permeabilitas di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di jalan sarad pada plot RIL lebih rendah dibandingkan dengan plot CNV dan porositas total di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV.


(46)

Permeabilitas (cm/jam) 5.04 2.86 6.33 2.68 1.27 0 1 2 3 4 5 6 7

RIL CNV Kontrol

Perlakuan N il a i P e rm e a b il it a s ( c m /j a m ) Lantai Hutan Jalan Sarad

Gambar 5. Grafik Permeabilitas

5.2. Sifat Kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan sample tanah komposit. Hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai rata-rata sifat kimia tanah pada plot penelitian CIFOR

RIL CNV Kontrol

No Sifat Kimia Lantai Hutan Jalan Sarad Lantai Hutan Jalan Sarad Lantai Hutan

1 C-Organik (%) 2,16 2,01 1,89 1,96 2,26

2 N Total (%) 0,19 0,19 0,17 0,17 0,20

3 P Tersedia (ppm) 5,32 5,79 4,94 4,32 5,76

4 K (me/100g) 0,11 0,11 0,10 0,10 0,13


(47)

26

5.2.1. C-Organik

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai C-Organik di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai C-Organik di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pada plot CNV memiliki nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan paling rendah yaitu sebesar 1,89%. Hal ini disebabkan karena pada plot CNV digunakan teknik Conventional Logging atau teknik tebang habis, dimana hampir semua tanaman berkayu ditebang sehingga bahan organik yang hilang akibat penebangan lebih banyak. Sedangkan pada plot RIL digunakan teknik

Reduced Impact Logging atau teknik tebang pilih, dimana tanaman yang akan ditebang dipilih berdasarkan ukuran diameter batangnya sehingga jumlah tanaman yang ditebang lebih sedikit dan bahan organik yang hilang akibat penebangan lebih sedikit.

Pada plot CNV bahan organik yang tertinggal setelah kegiatan penebangan dilakukan, mulanya berada diatas permukaan tanah di lantai hutan yang kemudian melapuk menjadi bagian yang lebih kecil dan akhirnya terbawa oleh air hujan menuju kedaerah yang lebih rendah yaitu di jalan sarad. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kandungan C-Organik di jalan sarad pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan di lantai hutan. Berbeda dengan plot RIL sisa bahan organik dari kegiatan penebangan lebih sedikit terbawa oleh air karena tertahan oleh tanaman lain yang tidak ditebang sehingga kandungan C-Organik di lantai hutan pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan di jalan sarad.

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata kandungan C-Organik pada plot Kontrol paling tinggi yaitu sebesar 2,26%. Hal ini membuktikan bahwa


(48)

kegiatan penebangan hutan telah menyebabkan penurunan kandungan C-Organik, dimana kegiatan penebangan hutan dengan menggunakan teknik reduced Impact Logging atau teknik tebang pilih lebih baik dibandingkan dengan teknik

Conventional Logging atau teknik tebang habis karena penurunan kandungan Organik pada plot RIL lebih kecil dibandingkan dengan penurunan kandungan C-Organik pada plot CNV.

C-Organik (%)

2.16

1.89

2.26

2.01 1.96

0 0.5 1 1.5 2 2.5

RIL CNV Kontrol

Perlakuan

N

il

a

i

C

-O

rg

a

n

ik

(

%

)

Lantai Hutan Jalan Sarad

Gambar 6. Grafik C-Organik

5.2.2. N-Total

Hasil analisis kandungan N-Total pada plot penelitian CIFOR dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan hasil analisis statistik nilai N-Total di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga dengan nilai N-Total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Gambar 7 plot CNV memiliki nilai rata-rata N-Total di lantai hutan paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai rata-rata N-Total di


(49)

28

jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena pada plot CNV mempunyai kandungan bahan organik paling rendah dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol, sehingga kandungan N-Total pada plot CNV paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol.

Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa pada plot RIL dan CNV memiliki nilai rata-rata N-Total di lantai hutan sama dengan nilai rata-rata N-Total di jalan sarad. Hal ini disebabkan karena bahan organik yang terangkut oleh air dan dideposisikan di jalan sarad lebih cepat melapuk akibat pengaruh iklim sehingga N organik lebih cepat tersedia, tetapi lebih mudah hilang juga. Meskipun kandungan bahan organik pada plot CNV di jalan sarad lebih tinggi dan mampu menyumbang N organik lebih banyak, tapi banyak N organik yang hilang akibat penguapan atau pencucian sehingga N-Total di jalan sarad sama dengan di lantai hutan.

N-Total (%)

0.19

0.17

0.2 0.19

0.17

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

RIL CNV Kontrol

Perlakuan

N

il

a

i

N

-T

o

ta

l

(%

)

Lantai Hutan Jalan Sarad


(50)

5.2.3. P Tersedia

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai P tersedia di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan nilai P tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata P tersedia di lantai hutan pada plot CNV paling rendah yaitu sebesar 4,94 ppm. Sedangkan nilai rata-rata P tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik di lantai hutan pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Seperti yang telah diketahui bahwa sumber P dalam tanah adalah bahan organik dan batuan (mineral) fosfat. Jadi pelapukan bahan organik akan memberikan penambahan P kedalam tanah.

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata P tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan dari P di lantai hutan yang tererosi atau tercuci oleh air dan dideposisikan di jalan sarad sehingga kandungan P tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Sedangkan pada plot CNV jumlah P yang tererosi atau tercuci oleh air sangat sedikit karena kandungan bahan organiknya rendah sehingga penambahan P di jalan sarad sangat sedikit.


(51)

30

P Tersedia (ppm)

5.32 4.94 5.76 5.79 4.32 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

RIL CNV Kontrol

Perlakuan N il a i P T e rs e d ia ( p p m ) Lantai Hutan Jalan Sarad

Gambar 8. Grafik P Tersedia

5.2.4. Kalium

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai K di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga dengan nilai K di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata K di lantai hutan pada plot CNV paling rendah yaitu sebesar 0,10 me/100g. Sedangkan nilai rata-rata K di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Seperti halnya dengan P sumber K dalam tanah adalah bahan organik dan batuan (mineral) kalium. Jadi pelapukan bahan organik akan memberikan penambahan K kedalam tanah, tapi perlu diingat bahwa K didalam tanah mudah hilang akibat proses pencucian oleh air.


(52)

Pada plot CNV karena kandungan bahan organiknya lebih rendah dari plot RIL maka kandugan K dalam tanahnya pun lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL. Selain itu proses pencucian K oleh air pada plot CNV lebih tinggi karena tanaman yang menutupi permukaan tanah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan plot RIL sehingga kandungan K dalam tanah pada plot CNV lebih banyak hilang akibat pencucian oleh air.

K (me/100g)

0.11

0.10

0.13

0.11

0.10

0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14

RIL CNV Kontrol

Perlakuan

N

il

a

i

K

(

m

e

/1

0

0

g

)

Lantai Hutan Jalan Sarad

Gambar 9. Grafik K

5.2.5. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai KTK di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai KTK di jalan sarad pada plot RIL dan CNV berbeda nyata. Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata KTK di lantai hutan pada plot CNV paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai rata-rata KTK di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini


(53)

32

disebabkan karena kandungan bahan organik pada plot CNV paling rendah dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol, sehingga KTK pada plot CNV paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol.

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai KTK di jalan sarad pada plot CNV lebih rendah dibandingkan di lantai hutan, sedangkan nilai C-Organik di jalan sarad lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Hal ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan tekstur dan macam koloid anorganik, sehingga KTK di jalan sarad pada plot CNV lebih rendah meskipun memiliki kandungan C-Organik lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi KTK antara lain: (1) tekstur, (2) macam koloid anorganik, dan (3) kadar bahan organik. Jadi kandungan bahan organik yang lebih tinggi belum tentu KTK-nya lebih tinggi pula, apabila tekstur dan macam koloid anorganiknya berbeda. KTK (me/100g) 9.75 9.59 11.36 9.48 5.74 0 2 4 6 8 10 12

RIL CNV Kontrol

Perlakuan N il a i K T K ( m e /1 0 0 g ) Lantai Hutan Jalan Sarad


(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1) Kegiatan penebangan hutan pada plot penelitian CIFOR di Kabupaten Malinau Kalimantan Timur dengan teknik Reduced Impact Logging (RIL) dan teknik Conventional Logging (CNV) telah menyebabkan perubahan sifat fisik dan kimia tanah, meskipun perubahan tersebut tidak berbeda nyata menurut analisis statistik yang telah dilakukan.

2) Perubahan pada sifat fisik antara lain: peningkatan nilai bobot isi, penurunan nilai porositas, penurunan nilai air tersedia, serta penurunan nilai permeabilitas. Perubahan pada sifat kimia antara lain: penurunan nilai C-Organik, N-Total, P tersedia, K, serta KTK.

3) Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi, porositas, air tersedia, C-Organik, N-Total, P Bray, K dan KTK pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai permeabilitas pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol. 4) Perubahan sifat fisik dan kimia tanah pada plot RIL lebih kecil

dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini berarti bahwa teknik Reduced Impact Logging (RIL) lebih baik dibandingkan dengan teknik Conventional Logging (CNV).

6.2. Saran

Kegiatan penebangan hutan sebaiknya menggunakan teknik Reduced Impact Logging (RIL) karena mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan teknik Conventional logging (CNV).


(55)

34

DAFTAR PUSTAKA

Baver, L.D., W.H. Gardner and W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. 4th ed. Wiley Eastern Ltd., New Delhi.

Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soils 10th. Macmilan Publishing Company. New York.

Elias, K. 2001. Pedoman Reduced Impact Logging (RIL) Indonesia. Center For International Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Foth, H.D., L.M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science Fifth edition. New York. John Wiley & Son, Inc.

Foth, H.D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. S.A.B. Hudoyo (Eds). Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim, N.A.M. Yusuf, Lubis, S.G. Nugraha, D. Amin, B.H. Go & H.M. Baley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hamzah, Z. 1975. Ilmu Tanah Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hardiansyah, G. 2000. RIL di Hutan Alam Tropika Indonesia. Proseeding Workshop Reduced Impact Logging (RIL). Evaluasi Penerapan RIL di HPH Guna Meningkatkan Efisiensi Pemanenan Kayu yang Ramah Lingkungan. Departemen Pengusahaan Hutan PT. Suka Jaya Makmur & PT. Sari Bumi Kusuma.

Hardjowigeno, G. 1985. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.

Haridjaja, O.S.R.P. Sitorus dan K.R. Brata. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hillel, D. 1980. Fundamental of Soil Physics. Academic Press. New York,

London, Toronto, Sydney, San Fransisco.

Istomo. 1994. Bahan Bacaan Ekologi Hutan: Lingkungan Fisik Ekosistem Hutan: Proses dan Struktur Tanah. Laboratorium Ekologi Hutan. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kartawinata, K. 2006. A Field Guide To the Permanent Sample Plots in the

Reduced-Impact Logging Block 27 at CIFOR Malinau Research Forest East Kalimantan. Bogor.

Kartawinata, K. 2006. A Field Guide To the Permanent Sample Plots in the Conventional Logging Blocks 28 & 29 at CIFOR Malinau Research Forest East Kalimantan. Bogor.


(56)

Leiwakabessy, F.M. 1998. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Leiwakabessy, F.M. dan Atang S. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Russel, E.W. 1956. Soil Condition and Growth. First Edition Longmans, Green and CC. New York. London.

Russel, E.W. and E.J. Russel. 1963. Soil Condition and Plant Growth. 9th ed. The English Language Book Soc and Longmans Green and Co. Ltd., London. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV Simplex, Jakarta.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soerianegara, I. 1990. Usaha Peningkatan Kualitas Semai Shorea Selania BI melalui Pengaturan Intensitas Cahaya dan Pemupukan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sularso, H. 1996. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal akibat Pemanenan Kayu Terkendali dan Konvensional pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Tesis Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Towsend, W.N. 1973. An Introduction of Scientific Study on Soil. Oxford and


(57)

36

Lampiran 1. Data Sifat Fisik Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot RIL

No Bulkdensity (g/cm)

Porositas (%)

Air Tersedia (%volume)

Permeabilitas (cm/Jam)

Kelas Permeabilitas

1 0.90 65.94 11.33 0.39 Lambat

2 1.41 46.83 5.58 3.75 Sedang

3 1.44 45.67 6.47 5.14 Sedang

4 1.10 58.33 11.28 0.90 Agak Lambat

5 1.42 46.48 3.78 16.91 Cepat

6 1.25 52.82 3.70 3.13 Sedang

7 1.32 50.29 12.22 2.07 Sedang

8 1.23 53.68 6.11 9.88 Agak Cepat

9 1.22 54.07 9.76 0.05 Sangat Lambat

10 1.08 59.08 9.71 10.38 Agak Cepat

11 1.11 58.02 7.83 13.23 Cepat

12 1.37 48.39 5.58 11.75 Agak Cepat

13 1.01 61.85 9.92 11.50 Agak Cepat

14 1.05 60.34 7.16 0.21 Lambat

15 1.07 59.67 8.13 3.01 Sedang

16 0.86 67.40 4.76 8.56 Agak Cepat

17 1.12 57.88 10.70 16.07 Cepat

18 1.09 58.72 4.68 10.19 Agak Cepat

19 1.47 44.36 6.19 3.75 Sedang

20 1.22 53.80 9.14 7.02 Agak Cepat

21 1.19 55.12 5.43 5.59 Sedang

22 1.02 61.54 8.17 7.03 Agak Cepat

23 0.86 67.63 13.07 11.12 Agak Cepat

24 0.94 64.64 11.84 2.21 Sedang

25 1.04 60.66 8.68 5.33 Sedang

26 1.06 60.09 7.90 1.47 Agak Lambat

27 1.11 57.93 8.72 0.27 Lambat


(58)

Lampiran 2. Data Sifat Fisik Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot CNV

No Bulkdensity (g/cm)

Porositas (%)

Air Tersedia (%volume)

Permeabilitas (cm/Jam)

Kelas Permeabilitas

1 0.98 63.09 9.98 4.10 Sedang

2 1.00 62.08 5.40 0.19 Lambat

3 1.41 46.80 7.25 0.21 Lambat

4 1.51 43.03 5.60 3.76 Sedang

5 1.42 46.49 5.73 0.20 Lambat

6 1.27 51.94 7.28 1.67 Agak Lambat

7 1.37 48.28 5.79 4.07 Sedang

8 1.43 46.04 4.45 2.25 Sedang

9 1.16 56.05 4.42 6.45 Agak Cepat

10 1.04 60.75 5.72 3.72 Sedang

11 1.09 58.68 8.29 6.36 Agak Cepat

12 1.32 50.23 7.43 2.45 Sedang

13 1.01 61.81 4.12 2.00 Sedang

14 1.38 48.10 2.83 0.34 Lambat

15 1.20 54.67 8.80 0.88 Agak Lambat

16 1.14 56.87 4.20 0.92 Agak Lambat

17 1.18 55.29 5.58 0.46 Lambat

18 1.25 52.86 7.27 0.11 Sangat Lambat

19 0.95 64.14 13.94 3.85 Sedang

20 1.22 53.78 7.21 6.20 Sedang

21 1.11 58.01 16.90 2.81 Sedang

22 1.14 57.08 3.39 3.49 Sedang

23 1.26 52.51 17.15 2.29 Sedang

24 1.09 58.87 10.86 3.93 Sedang

25 1.00 62.13 15.49 3.38 Sedang

26 0.98 62.86 7.16 5.75 Sedang

27 1.07 59.53 11.99 5.46 Sedang


(59)

38

Lampiran 3. Data Sifat Fisik Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot Kontrol

No Bulkdensity (g/cm)

Porositas (%)

Air Tersedia (%volume)

Permeabilitas (cm/Jam)

Kelas Permeabilitas

1 1.06 59.96 6.31 9.90 Agak Cepat

2 1.07 59.73 10.61 3.26 Sedang

3 1.13 57.34 7.10 4.60 Sedang

4 1.16 56.20 12.92 4.65 Sedang

5 1.09 58.89 10.30 4.25 Sedang

6 0.94 64.38 9.36 6.44 Agak Cepat

7 0.81 69.30 10.17 2.57 Sedang

8 1.19 55.03 12.65 1.68 Agak Lambat 9 1.12 57.56 10.69 1.00 Agak Lambat

10 1.36 48.62 5.02 5.78 Sedang

11 1.38 48.08 10.97 6.97 Agak Cepat

12 1.27 51.93 7.23 3.60 Sedang

13 0.96 63.64 7.67 2.93 Sedang

14 1.12 57.60 12.76 3.75 Sedang

15 1.14 56.91 10.64 4.37 Sedang

16 1.32 50.37 4.77 6.12 Sedang

17 1.09 58.74 4.85 12.51 Cepat

18 1.48 44.08 4.46 6.35 Agak Cepat


(60)

Lampiran 4. Data Sifat Kimia Tanah Di Lantai Hutan Pada Plot RIL

No C-Organik (%)

N-Total (%)

P Bray I (ppm)

K (me/100g)

KTK (me/100g)

1 3.18 0.28 3.4 0.18 9.46

2 3.05 0.25 3.1 0.15 15.12

3 4.04 0.23 8.7 0.10 15.62

4 0.94 0.11 3.7 0.08 6.15

5 1.85 0.17 3.3 0.21 13.29

6 2.31 0.21 5.1 0.08 15.23

7 2.28 0.23 4.6 0.21 12.44

8 2.29 0.19 7.2 0.18 14.54

9 2.52 0.18 6.9 0.10 10.50

10 2.32 0.19 6.9 0.10 6.90

11 2.07 0.18 7.2 0.08 7.09

12 1.55 0.16 6.4 0.10 5.16

13 1.07 0.09 3.2 0.08 5.66

14 1.36 0.12 3.1 0.10 5.74

15 1.63 0.15 3.0 0.15 8.45

16 1.58 0.14 3.1 0.08 12.71

17 0.71 0.05 4.8 0.08 6.15

18 1.10 0.11 3.3 0.05 6.51

19 3.08 0.29 2.9 0.11 9.81

20 3.05 0.28 9.7 0.05 8.06

21 2.89 0.28 8.9 0.06 9.15

22 3.31 0.34 9.0 0.10 8.45

23 1.81 0.18 3.3 0.06 7.48

24 2.10 0.15 2.8 0.15 5.27

25 3.82 0.28 3.4 0.05 11.55

26 1.94 0.18 3.0 0.05 12.71


(1)

1.024 29 .035 18.479 .000

.135 26 .005 2.715 .002

.001 2 .001 .281 .757

.082 43 .002

1.106 72

Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam K

Sumber Jumlah

Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F-hitung

Nilai Taraf

Keterangan: Berbeda nyata jika nilai taraf perlakuan 0,05

8004.669 29 276.023 13.609 .000

634.687 26 24.411 1.204 .289

24.201 2 12.101 .597 .555

872.122 43 20.282

8876.791 72

Model ulangan taraf Error Total

Analisis Ragam KTK

Sumber Jumlah

Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F-hitung

Nilai Taraf


(2)

Lampiran 14. Hasil analisis statistik sifat fisik tanah di jalan sarad pada plot

penelitian CIFOR

42.692 13 3.284 197.767 .000

.517 11 .047 2.831 .075

.012 1 .012 .708 .425

.133 8 .017

42.825 21 Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam Bobot Isi

Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Nilai Taraf

Keterangan: Berbeda nyata jika nilai taraf perlakuan ≤0,05

46155.175 13 3550.398 149.609 .000

735.859 11 66.896 2.819 .076

17.563 1 17.563 .740 .415

189.850 8 23.731

46345.025 21 Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam Porositas

Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Nilai Taraf

Keterangan: Berbeda nyata jika nilai taraf perlakuan ≤0,05

2130.261 13 163.866 26.644 .000

118.491 11 10.772 1.751 .218

2.864 1 2.864 .466 .514

49.201 8 6.150

2179.462 21 Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam Air Tersedia

Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Nilai Taraf

Keterangan: Berbeda nyata jika nilai taraf perlakuan ≤0,05

141.716 13 10.901 2.125 .144

57.508 11 5.228 1.019 .503

15.961 1 15.961 3.111 .116

41.049 8 5.131

182.765 21 Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam Permeabilitas

Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Nilai Taraf


(3)

Lampiran 15. Hasil analisis statistik sifat kimia tanah di jalan sarad pada

plot penelitian CIFOR

609.060 13 46.851 7.835 .003

38.405 11 3.491 .584 .799

14.045 1 14.045 2.349 .164

47.840 8 5.980

656.900 21 Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam P Tersedia

Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Nilai Taraf

Keterangan: Berbeda nyata jika nilai taraf perlakuan ≤0,05

95.440 13 7.342 8.644 .002

12.982 11 1.180 1.390 .327

.411 1 .411 .484 .506

6.795 8 .849

102.235 21 Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam C-Organik

Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Nilai Taraf

Keterangan: Berbeda nyata jika nilai taraf perlakuan 0,05

.727 13 .056 10.260 .001

.063 11 .006 1.043 .489

.005 1 .005 .979 .351

.044 8 .005

.771 21 Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam N-Total

Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Nilai Taraf


(4)

9 5.7389

9.3767 12

.067 .472

taraf CNV RIL

Sig. Duncana,b,c

N 1 2

Subset

Analisis Lanjutan (Duncan) KTK

.251 13 .019 25.322 .000

.035 11 .003 4.125 .027

.000 1 .000 .590 .464

.006 8 .001

.257 21

Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam K

Sumber Jumlah

Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F-hitung

Nilai Taraf

Keterangan: Berbeda nyata jika nilai taraf perlakuan 0,05

3039.677 13 233.821 4.766 .017

563.277 11 51.207 1.044 .489

279.582 1 279.582 5.699 .044

392.497 8 49.062

3432.174 21

Model Ulangan Perlakuan Error Total

Analisis Ragam KTK

Sumber Jumlah

Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F-hitung

Nilai Taraf


(5)

(6)