TINJAUAN KLINIS DAN PATOFISIOLOGI PENGGUNAAN LENSA KONTAK LUNAK (Soft Contact Lens) TERHADAP TERJADINYA SINDROM MATA KERING (Keratoconjunctivitis Sicca)

(1)

KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN KLINIS DAN PATOFISIOLOGI PENGGUNAAN LENSA KONTAK LUNAK (Soft Contact Lens) TERHADAP TERJADINYA

SINDROM MATA KERING (Keratoconjunctivitis Sicca)

Oleh:

MEGA DWI YUANITA NIM. 08020121

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN


(2)

i

TINJAUAN KLINIS DAN PATOFISIOLOGI PENGGUNAAN LENSA KONTAK LUNAK (Soft Contact Lens) TERHADAP TERJADINYA

SINDROM MATA KERING (Keratoconjunctivitis Sicca)

KAJIAN PUSTAKA

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh :

MEGA DWI YUANITA NIM. 08020121

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS AKHIR

Telah disetujui sebagai hasil karya tulis akhir Untuk memenuhi persyaratan

Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

2 Juni 2014

Pembimbing I

dr. Alfa Sylvestris, Sp.M

Pembimbing II

dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

iii

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Akhir oleh Mega Dwi Yuanita ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 2 Juni 2014.

Tim Penguji

dr. Alfa Sylvestris, Sp.M , Ketua

dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ , Anggota


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas rahmat, inayah dan hidayahNya, penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ”Tinjauan Klinis Dan Patofisiologi

Penggunaan Lensa Kontak Lunak (Soft Contact Lens) Terhadap Terjadinya Sindrom Mata Kering (Keratoconjunctivitis Sicca)” dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW.

Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada kesempatan ini, saya selaku penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, H. Ach. Bun Yani serta Ibu Hj. Ninik Istarini atas air mata, pengorbanan, kasih sayang, doa restu, dukungan dan dorongan semangat tiada henti, hingga saya dapat menjalankan amanah untuk menuntut ilmu di Kedokteran. Betapa bersyukur dan bangga mempunyai orang tua seperti Bapak dan Ibu.

2. dr. Hj. Irma Suswati, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang atas bimbingannya selama di FK UMM.

3. dr. Alfa Sylvestris, Sp.M selaku pembimbing I, atas inspirasi, waktu, kesabaran yang luar biasa dalam membimbing dan memberi petunjuk, hingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik serta mengajarkan saya, kesabaran dan keikhlasan yang tidak mungkin saya dapat di kuliah.


(6)

v

4. dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ selaku pembimbing II, atas waktu, petunjuk dan kesabarannya dalam membimbing sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.

5. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD selaku penguji yang telah meluangkan waktu serta kesabaran yang luar biasa untuk memberikan bimbingan dan petunjuk demi kesempurnaan tugas akhir ini.

6. dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG selaku Pembantu Dekan I, yang telah memberikan

motivasi, bimbingan, petuah-petuah untuk selalu berusaha dan rajin dari awal menjalani pendidikan di FK UMM hingga saat ini.

7. dr. Rahayu, Sp.S selaku Pembantu Dekan II, yang telah menginspirasi dan membimbing saya dengan sabar dalam menjalani pendidikan di FK UMM ini. 8. dr. Iwan Sis, Sp.KJ selaku Pembantu Dekan III, yang selalu memberikan

semangat dan bimbingannya dalam menjalani pendidikan di FK UMM ini. 9. dr. Ruby Riani Asparini, Sp.BP selaku Dosen Wali, yang tak bosan-bosannya

memotivasi saya dari awal menjalani pendidikan di FK UMM hingga saat ini. 10.Seluruh staf TU FK UMM, Pak Yon, Bu. Endah, Mas Didit, Mas Faisal, atas

seluruh arahan, motivasi dan bantuan yang luar biasa.

11.Kakak dan kakak ipar tercinta, Novandi Surya Atmaja dan Adelia Sonya Hertania, terima kasih atas dukungan, semangat, canda dan doa untuk adiknya. 12.Rekan-rekan seperjuangan di FK 2008 terima kasih atas canda tawa, duka, kekompakan dan dukungan semangat untuk cepat-cepat lulus, Putri Puca, Dewi, Anis, Zulia, Irna, Tita, Ega, Qoyum, Mochi dan teman-teman semua yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu.


(7)

13.Terima kasih juga untuk Kundiawan Aribowo atas doa, dukungan semangat, motivasi, dan nasehat untuk saya agar segera menyelesaikan tugas akhir ini. 14.Teman-teman KKN 57, terima kasih atas canda tawa, doa, semangat untuk

saya, Vivi Mahman, Amel Mifta, Nurul Hasanah, Ribi, dan teman-teman 57 yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai pihak. Semoga tugas akhir ini sebagai suatu karya tulis ilmiah dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Juni 2014


(8)

vii ABSTRAK

Yuanita, Mega Dwi, 2014. Hubungan Antara Penggunaan Lensa Kontak Lunak

(Soft Contact Lens) Terhadap Terjadinya Sindrom Mata Kering

(Keratoconjunctivitis Sicca), Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Alfa Sylvestris, (2) Iwan Sis Indrawanto.

Sindrom mata kering merupakan gejala yang banyak ditemukan pada pengguna lensa kontak. Pemakaian lensa kontak tanpa indikasi medis ataupun resep dari dokter merupakan kesalahan awal yang berperan dalam kerusakan mata. Sebanyak 50,1% dari pemakai lensa kontak memiliki gejala mata kering. Sindrom mata kering adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata yang mengakibatkan gejala ketidaknyamanan, gangguan penglihatan dan ketidakstabilan film air mata dengan potensi kerusakan pada permukaan mata. Lensa kontak menyebabkan terjadinya ketidakstabilan film air mata dan hiperosmolaritas air mata, dimana mekanisme tersebut menyebabkan terjadinya evaporasi dan juga teraktivasinya mediator-mediator inflamasi seperti IL-1,

TNFα, dan MMPs. Lensa kontak juga menyebabkan terjadinya trauma mekanik

yang menimbulkan iritasi kronik pada kelenjar meibom melalui konjungtiva sehingga terjadi disfungsi saluran kelenjar meibom. Mekanisme tersebut menyebabkan terjadinya sindrom mata kering.


(9)

ABSTRACT

Yuanita, Mega Dwi, 2014. Correlation Of User Soft Contact Lenses Toward Incident of Dry Eye Syndrome (Keratoconjunctivitis sicca). Final Assessment. Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (1) Alfa Sylvestris (2) Iwan Sis Indrawanto.

Dry eye syndrome is a symptom that is commonly found in contact lens users. The use of contact lenses without medical indication or prescription from a physician is the early mistakes of eye damage. 50,1 % of contact lens users are suffering from dry eye symptoms. Dry eye syndrome is a multifactorial disorders of the tears and ocular surface that cause the symptoms of discomfort, visual disturbance, and tear film instability with potential damage to the ocular surface. Contact lenses cause tear film instability and tear hyperosmolarity, that lead to cause evaporation and also activate inflammatory mediators such as IL-1, TNFα, and MMPs. Contact lens lead to mechanical trauma that causes chronic irritation to meibomian gland through the conjunctiva resulting meibomian gland duct dysfunction. Those mechanism cause dry eye syndrome.


(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.2.1 Tujuan Umum ... 2

1.2.2 Tujuan Khusus ... 2

1.3 Manfaat Penulisan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Lensa Kontak ... 4

2.1.1 Definisi Lensa kontak ... 4

2.1.2 Klasifikasi Lensa Kontak ... 4

2.1.2.1 Lensa Kontak Keras ... 4

2.1.2.2 Lensa Kontak Lunak ... 5


(11)

2.1.4 Indikasi Pemakaian Lensa Kontak ... 7

2.1.5 Indikasi Pemakaian Lensa Kontak ... 7

2.1.6 Teknik Pemasangan dan Pelepasan Lensa Kontak ... 8

2.1.7 Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak ... 10

2.1.7.1 Kelainan pada kornea ... 10

2.1.7.2 Mata merah ... 10

2.1.7.3 Transmisi HIV pada perawatan lensa kontak ... 11

2.2 Sindrom Mata Kering (Keratoconjunctivitis Sicca) ... 11

2.2.1 Definisi Sindrom Mata Kering ... 44

2.2.2 Epidemiologi Sindrom Mata Kering ... 11

2.2.3 Etiologi Sindrom Mata Kering ... 12

2.2.4 Klasifikasi dan Penyebab Sindrom Mata Kering ... 13

2.2.5 Patofisiologi Sindrom Mata Kering ... 13

2.2.6 Manifestasi Klinis Sindrom Mata Kering ... 20

2.2.7 Diagnosis Sindrom Mata Kering ... 20

2.2.7.1 Tes Schirmer ... 20

2.2.7.2 Tear Film Break-up time (TBUT) ... 21

2.2.7.3 Tes Ferning Mata ... 21

2.2.7.4 Sitologi Impresi ... 22

2.2.7.5 Pemulasan Fluorescein ... 22

2.2.7.6 Pemulasan Bengal Rose ... 22

2.2.7.7 Uji Kadar Lisozim Air Mata ... 22

2.2.7.8 Osmolalitas Air Mata ... 23


(12)

xi

2.2.8 Tatalaksana Sindrom Mata Kering ... 23

2.2.8.1 Obat tetes mata ... 23

2.2.8.2 Oklusi Pungtum... 24

2.2.8.3 Vitamin A ... 24

2.2.8.4 Autologous serum ... 24

2.2.8.5 Mucolytic agents ... 25

2.2.9 Komplikasi ... 25

2.2.10 Prognosis ... 25

2.3 Grand Teori ... 26

BAB 3 PEMBAHASAN ... 28

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

4.1 Kesimpulan ... 32

4.2 Saran ... 32


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Teknik Persiapan Pemasangan Lensa Kontak sebelum di Aplikasikan

pada Mata ... 9

2.2 Teknik Pemasangan Lensa Kontak saat di Aplikasikan pada Mata ... 9

2.3 Imunopatogenesis Sindrom Mata Kering ... 15

2.4 Tes Schirmer yang di Aplikasikan pada Mata ... 20

2.5 Schirmer Tear Test Strip dan Prosedur Pembacaan Hasil ... 21


(15)

DAFTAR SINGKATAN

PMMA : Polymethylmethacrylate HEMA : Hydroxymethylmethacrylate RGP : Rigid Gas Permeabel

LASIK : Laser Assisted In-Situ Keratomileusis

IL : Interleukin

TNF : Tumor Necrosis Factor TGF : Transforming Growth Factor

MMPs : Matrix Metalloproteinkinase Proteolytic ICAM : Intercellular Adhesion Molecule

TBUT : Tear Film Break-up time CLIDE : Contact-Lens Induce Dry Eye


(16)

xv

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Opthalmology, 2011. Clinical Optics, Basic Clinical Science Course, vol 3, pp. 181-195.

American Academy of Ophthalmology, 2010. External Disease and Cornea in

Basic and Clinical Science Course, vol 8.

Anderson, 2007. Thin film evolution over a thin porous layer Modeling a tear film

on a contact lens.

AOCLE, 2014. Contact Lens Associated Dry Eye, http://www.aocle.org/livingL/cla_dryeye.html

Aryani., Amra, 2007. Teknik Pemasangan dan Pelepasan Lensa Kontak, hal. 2-4 Asyari, F, 2002. Mata Kering, Astenopia Ancam Pengguna Komputer.

Asyari, F, 2007. Dry Eye Syndrome (Sindrom Mata Kering), Dexa Media, Jakarta, Vol 20, No. 4.

Baudouin, C. 2011, The Current Understanding of Dry Eye Disease, MedEdicus, hal. 4.

Begley, C., Caffery, B, 2000. Responses of Contact Lens Wearers to a Dry

Eye Survey, American Academy of Optometry, Vol 77, No 1, pp. 40-46.

Bruce, J., Chew C., Bron A, 2006. Lecture Notes: Oftalmologi, ed. 9, Jakarta, EGC, hal. 55-56.

Contact Lens Manufacturers Association, 2013. Gas Permeable Contact vs Soft Contacts: weigh the difference.

De Paiva, Cintia, S. 2012. Pathogenesis and Treatment of Dry Eye Syndrome, Dalam: Raul Martin, H., Rosa, M. Corrales Herran, (ed). Ocular Surface:

Anatomy and Physiology, Disorders and Therapeutic Care, CRC press,

pp. 157-173.

Eipstein, A, 2014. Dry Eye syndrome, In: All about Vision.

Fraunfelder et al, 2012. The Role Of Medications In Causing Dry Eye, Vol. 2012, pages 8.

Gumus, K., Cavanagh, DH, 2009. The role of inflammation and anti-inflammation

therapies in keratoconjunctivitis siccca, Clin Opthalmol, Vol 3, pp. 57-67.

Groos, E, B, 2006. Complications of Contact Lenses, In: Duane’s Clinical Ophthalmology, Lippincott Williams & Wilkins, USA, Vol. 4


(17)

Hartono., Yudono, RH., Utomo, PT, et al, 2007. Refraksi, Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Suhardjo., Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM, hal. 185-7.

Henriquez, AS., Korb, DR, 1981. Meibomian Glands and Contact Lens Wear, Br J Ophthalmol, Vol. 65, pp. 108-11.

Henry, D., Perry, MD, 2008. Dry Eye Disease: Pathophysiology, Classification, and Diagnosis

Jane, O., Cassidy, L, 2011. At a Glance Oftalmologi, Jakarta: Erlangga, hal. 64-65.

Jap, A., Chee, SP, 2008. Immunosuppressive therapy for ocular disease, Curr Opin Ophthalmol, Vol 19, pp. 535-540.

Kanski, JJ, 2007. Contact Lenses Solution for Soft Contact Lenses Wearers, Ed. 6, Butterworth Hainemann Elsevier, pp. 310-311.

Kansky, 1994. Disorder of the Lacrimal Drainage System in Clinical

Ophthalmology, Volume 3, pp. 60-69.

Kara-Jose, N., Choral-Ganem, C, 2004. Complications Associated with Contact

Lens Use, In: Contact Lenses in Ophthalmic Practice, Springer-Verlag,

New York, pp. 243.

Kevin, M,M., Darren, LA, et al, 2007. Clinical Optics, American Academy of Ophthalmology, San Fransisco, USA, Vol 3, pp. 137-211.

Khurana, AK, 2006. Comprehensive Ophthalmology: Indication and

Contraindication for Soft Contact Lenses Wearers, Fourth Edition, pp.

9-10, 44-46.

Kojima, T., Higuchi, A., Goto, E, et al, 2008. Autologous serum eye drops for the

treatment of dry eye diseases, Cornea, Vol. 27, pp. 25-30.

Krohn, J, 2012. How To Address CLIDE.

Kymionis, GD., Bousoukis, DI., Diakonis, VF., Siganos, C, 2008. Treatment of

chronic dry eye focus on cyclosporine, Clin Ophthalmol, Vol. 2, pp.

829-836.

Lambert, DW., Foster, CS., Perry, HD, 1979. Schirmer test after topical

anesthesia and the tear meniscus height in normal eyes. Arch Ophthalmol,

Vol 97, pp. 1082–1085.

Latkany, R, 2008. Dry eyes: etiology and management, Curr Opin Ophthalmol, Vol. 19, pp. 287-291.


(18)

xvii

Lemp, MA., Fouls, GN, 2008. The definition and classification of dry eye disease. Guidelines from the 2007 International Dry Eye Workshop http://www.tearfilm.org/pdfs/OM%20%20Definition%20&%20Classificat io.pdf

Nnabue, KM, 2009. Contact Lens Complications and Management, QEI Winter. Ocul Surf, 2007. The Definition And Classification Of Dry Eye disease: Report of

the definition and classification subcommittee of the international dry eye

workshop (2007), Vol. 5, pp. 75-92.

Ohashi, Y., Ishida, R., Kojima, T., et al, 2006. Abnormal tear protein profiles in

tears with dry eye syndroms, Am J Ophthalmol. Vol. 136, pp. 291-299.

Ong, BL., Larke, JR, 1990. Meibomian Gland Dysfunction: some clinical,

biochemical and physical observations, Ophthalmic Physiol Opt, Vol. 10,

pp. 144-8.

Perdami, 2001. Kumpulan Naskah mengenai Lensa Kontak, Jakarta.

Shresta, G.S., Sijakhu, D., Shrestha, J.B., et al, 2012. Tear film evaluation in

contact lens wearers and non wearers, Vol 34, No 2, pp. 1.

Smith, A. Janine, 2007. DEWS Epidemiology The Epidemiology of Dry Eye disease: Report of the epidemiology subcommittee of the International Dry

Eye Workshop (2007), Vol. 5, No. 2, pp. 95.

Smythe, J., Peter, B., Patrick C, 2003. Dry Eye And Contact Lenses, Optometric Management.

Stern, ME., Schaumburg, CS., Dana, R., et al, 2010. Autoimmunity at thye Ocular

Surface: pathogenesis and regulation, Departement Ophthalmology, USA,

Vol. 3, No. 5, pp. 427.

Stulting, R, 1984. Diagnosis and Management Of Tear Film Disfungtion, pp. 445 -446.

Universitas Sumatera Utara, 2012. Lensa Kontak, Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22688/4/Chapter%2011.pd f

Wakarie, Rocky, Paulus., Rares Laya, 2013. Perbandingan Produksi Air Mata Pada Pengguna Lensa Kontak Dengan Yang Tidak Menggunakan Lensa Kontak, Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.

Whitcher, John P, 2010. Oftalmologi Umum edisi ke-17, Jakarta: EGC. Hal. 75-85.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gejala mata kering meluas di kalangan pemakai lensa kontak. Penelitian yang dilakukan oleh Wakarie di Manado, mayoritas sampel adalah pemakai lensa kontak dengan lama pemakaian lebih dari 2 tahun, didapatkan gejala Contact Lens

Induced Dry Eye (CLIDE) yang paling banyak dikeluhkan adalah mata terasa

kering (86,7%), sedangkan gejala yang paling sedikit dikeluhkan adalah mata terasa panas dan mata terasa berpasir (20%). (Wakarie, 2013)

Lensa kontak kini banyak digemari masyarakat terutama kalangan perempuan. Lensa kontak secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu lensa keras dan lensa lunak. Lensa keras (Rigid Lenses) terbuat dari

polymethylmethacrylate (PMMA), tidak dapat ditembus oksigen, sehingga

mengandalkan pemompaan air mata sewaktu berkedip untuk menyediakan oksigen bagi kornea. Lensa lunak (Soft Lenses) terbuat dari

hydroxymethylmethacrylate (HEMA), permeabilitas terhadap oksigen lebih besar,

lebih nyaman, fleksibel dan bentuknya menyesuaikan permukaan kornea. Komplikasi lensa lunak lebih sering timbul dibandingkan lensa keras, diantaranya keratitis, konjungtivitis, edema kornea dan vaskularisasi kornea. Hal ini dikarenakan lensa lunak mengandung kadar air tinggi yang akan menyerap banyak air mata dibandingkan lensa keras (Whitcher, 2010., Asyari, 2007).

Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan sindrom mata kering. Lokakarya Internasional Dry Eye 2007 mendefinisikan mata kering sebagai


(20)

2

penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata yang mengakibatkan gejala ketidaknyamanan, gangguan penglihatan dan ketidakstabilan film air mata dengan potensi kerusakan pada permukaan mata. Hal ini disertai dengan peningkatan osmolaritas film air mata dan peradangan dari permukaan mata (Lemp MA, 2008).

Perempuan dilaporkan lebih sering mengalami dry eye syndrome. Selain itu, dilaporkan juga bahwa keluhan dry eye syndrome mulai muncul pada pengguna lensa kontak dengan umur 22-29 tahun. Penggunaan lensa kontak selama 6 bulan dikatakan sudah mampu untuk memicu terjadinya dry eye syndrome (Shresta, 2012). Hingga saat ini masih banyak yang tidak mengetahui bahwa pemakaian lensa kontak tanpa indikasi medis ataupun resep dari dokter merupakan kesalahan awal yang berperan dalam kerusakan mata.

Berdasarkan uraian di atas, kami ingin menulis tentang lensa kontak sebagai faktor resiko timbulnya sindrom mata kering (Keratoconjunctivitis Sicca).

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui tinjauan klinis dan patofisiologi penggunaan Soft Contact Lens terhadap terjadinya sindrom mata kering (Keratoconjunctivitis Sicca).

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui patofisiologi dari sindrom mata kering. 2. Mengetahui terapi dari sindrom mata kering. 1.3 Manfaat Penulisan

1. Dengan penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca mengenai hubungan penggunaan Soft


(21)

3

Contact Lens terhadap terjadinya sindrom mata kering.

2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang pentingnya penggunaan Soft Contact Lens secara benar dan higienis agar tidak menyebabkan Sindrom mata kering.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Opthalmology, 2011. Clinical Optics, Basic Clinical Science Course, vol 3, pp. 181-195.

American Academy of Ophthalmology, 2010. External Disease and Cornea in Basic and Clinical Science Course, vol 8.

Anderson, 2007. Thin film evolution over a thin porous layer Modeling a tear film on a contact lens.

AOCLE, 2014. Contact Lens Associated Dry Eye, http://www.aocle.org/livingL/cla_dryeye.html

Aryani., Amra, 2007. Teknik Pemasangan dan Pelepasan Lensa Kontak, hal. 2-4 Asyari, F, 2002. Mata Kering, Astenopia Ancam Pengguna Komputer.

Asyari, F, 2007. Dry Eye Syndrome (Sindrom Mata Kering), Dexa Media, Jakarta, Vol 20, No. 4.

Baudouin, C. 2011, The Current Understanding of Dry Eye Disease, MedEdicus, hal. 4.

Begley, C., Caffery, B, 2000. Responses of Contact Lens Wearers to a Dry Eye Survey, American Academy of Optometry, Vol 77, No 1, pp. 40-46. Bruce, J., Chew C., Bron A, 2006. Lecture Notes: Oftalmologi, ed. 9, Jakarta,

EGC, hal. 55-56.

Contact Lens Manufacturers Association, 2013. Gas Permeable Contact vs Soft Contacts: weigh the difference.

De Paiva, Cintia, S. 2012. Pathogenesis and Treatment of Dry Eye Syndrome, Dalam: Raul Martin, H., Rosa, M. Corrales Herran, (ed). Ocular Surface: Anatomy and Physiology, Disorders and Therapeutic Care, CRC press, pp. 157-173.

Eipstein, A, 2014. Dry Eye syndrome, In: All about Vision.

Fraunfelder et al, 2012. The Role Of Medications In Causing Dry Eye, Vol. 2012, pages 8.

Gumus, K., Cavanagh, DH, 2009. The role of inflammation and anti-inflammation therapies in keratoconjunctivitis siccca, Clin Opthalmol, Vol 3, pp. 57-67. Groos, E, B, 2006. Complications of Contact Lenses, In: Duane’s Clinical


(2)

xvi

Hartono., Yudono, RH., Utomo, PT, et al, 2007. Refraksi, Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Suhardjo., Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM, hal. 185-7.

Henriquez, AS., Korb, DR, 1981. Meibomian Glands and Contact Lens Wear, Br J Ophthalmol, Vol. 65, pp. 108-11.

Henry, D., Perry, MD, 2008. Dry Eye Disease: Pathophysiology, Classification, and Diagnosis

Jane, O., Cassidy, L, 2011. At a Glance Oftalmologi, Jakarta: Erlangga, hal. 64-65.

Jap, A., Chee, SP, 2008. Immunosuppressive therapy for ocular disease, Curr Opin Ophthalmol, Vol 19, pp. 535-540.

Kanski, JJ, 2007. Contact Lenses Solution for Soft Contact Lenses Wearers, Ed. 6, Butterworth Hainemann Elsevier, pp. 310-311.

Kansky, 1994. Disorder of the Lacrimal Drainage System in Clinical Ophthalmology, Volume 3, pp. 60-69.

Kara-Jose, N., Choral-Ganem, C, 2004. Complications Associated with Contact Lens Use, In: Contact Lenses in Ophthalmic Practice, Springer-Verlag, New York, pp. 243.

Kevin, M,M., Darren, LA, et al, 2007. Clinical Optics, American Academy of Ophthalmology, San Fransisco, USA, Vol 3, pp. 137-211.

Khurana, AK, 2006. Comprehensive Ophthalmology: Indication and Contraindication for Soft Contact Lenses Wearers, Fourth Edition, pp. 9-10, 44-46.

Kojima, T., Higuchi, A., Goto, E, et al, 2008. Autologous serum eye drops for the treatment of dry eye diseases, Cornea, Vol. 27, pp. 25-30.

Krohn, J, 2012. How To Address CLIDE.

Kymionis, GD., Bousoukis, DI., Diakonis, VF., Siganos, C, 2008. Treatment of chronic dry eye focus on cyclosporine, Clin Ophthalmol, Vol. 2, pp. 829-836.

Lambert, DW., Foster, CS., Perry, HD, 1979. Schirmer test after topical anesthesia and the tear meniscus height in normal eyes. Arch Ophthalmol, Vol 97, pp. 1082–1085.

Latkany, R, 2008. Dry eyes: etiology and management, Curr Opin Ophthalmol, Vol. 19, pp. 287-291.


(3)

Lemp, MA., Fouls, GN, 2008. The definition and classification of dry eye disease. Guidelines from the 2007 International Dry Eye Workshop http://www.tearfilm.org/pdfs/OM%20%20Definition%20&%20Classificat io.pdf

Nnabue, KM, 2009. Contact Lens Complications and Management, QEI Winter. Ocul Surf, 2007. The Definition And Classification Of Dry Eye disease: Report of

the definition and classification subcommittee of the international dry eye workshop (2007), Vol. 5, pp. 75-92.

Ohashi, Y., Ishida, R., Kojima, T., et al, 2006. Abnormal tear protein profiles in tears with dry eye syndroms, Am J Ophthalmol. Vol. 136, pp. 291-299. Ong, BL., Larke, JR, 1990. Meibomian Gland Dysfunction: some clinical,

biochemical and physical observations, Ophthalmic Physiol Opt, Vol. 10, pp. 144-8.

Perdami, 2001. Kumpulan Naskah mengenai Lensa Kontak, Jakarta.

Shresta, G.S., Sijakhu, D., Shrestha, J.B., et al, 2012. Tear film evaluation in contact lens wearers and non wearers, Vol 34, No 2, pp. 1.

Smith, A. Janine, 2007. DEWS Epidemiology The Epidemiology of Dry Eye disease: Report of the epidemiology subcommittee of the International Dry Eye Workshop (2007), Vol. 5, No. 2, pp. 95.

Smythe, J., Peter, B., Patrick C, 2003. Dry Eye And Contact Lenses, Optometric Management.

Stern, ME., Schaumburg, CS., Dana, R., et al, 2010. Autoimmunity at thye Ocular Surface: pathogenesis and regulation, Departement Ophthalmology, USA, Vol. 3, No. 5, pp. 427.

Stulting, R, 1984. Diagnosis and Management Of Tear Film Disfungtion, pp. 445 -446.

Universitas Sumatera Utara, 2012. Lensa Kontak, Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22688/4/Chapter%2011.pd f

Wakarie, Rocky, Paulus., Rares Laya, 2013. Perbandingan Produksi Air Mata Pada Pengguna Lensa Kontak Dengan Yang Tidak Menggunakan Lensa Kontak, Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.

Whitcher, John P, 2010. Oftalmologi Umum edisi ke-17, Jakarta: EGC. Hal. 75-85.


(4)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gejala mata kering meluas di kalangan pemakai lensa kontak. Penelitian yang dilakukan oleh Wakarie di Manado, mayoritas sampel adalah pemakai lensa kontak dengan lama pemakaian lebih dari 2 tahun, didapatkan gejala Contact Lens Induced Dry Eye (CLIDE) yang paling banyak dikeluhkan adalah mata terasa kering (86,7%), sedangkan gejala yang paling sedikit dikeluhkan adalah mata terasa panas dan mata terasa berpasir (20%). (Wakarie, 2013)

Lensa kontak kini banyak digemari masyarakat terutama kalangan perempuan. Lensa kontak secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu lensa keras dan lensa lunak. Lensa keras (Rigid Lenses) terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA), tidak dapat ditembus oksigen, sehingga mengandalkan pemompaan air mata sewaktu berkedip untuk menyediakan oksigen bagi kornea. Lensa lunak (Soft Lenses) terbuat dari hydroxymethylmethacrylate (HEMA), permeabilitas terhadap oksigen lebih besar, lebih nyaman, fleksibel dan bentuknya menyesuaikan permukaan kornea. Komplikasi lensa lunak lebih sering timbul dibandingkan lensa keras, diantaranya keratitis, konjungtivitis, edema kornea dan vaskularisasi kornea. Hal ini dikarenakan lensa lunak mengandung kadar air tinggi yang akan menyerap banyak air mata dibandingkan lensa keras (Whitcher, 2010., Asyari, 2007).

Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan sindrom mata kering. Lokakarya Internasional Dry Eye 2007 mendefinisikan mata kering sebagai


(5)

2

penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata yang mengakibatkan gejala ketidaknyamanan, gangguan penglihatan dan ketidakstabilan film air mata dengan potensi kerusakan pada permukaan mata. Hal ini disertai dengan peningkatan osmolaritas film air mata dan peradangan dari permukaan mata (Lemp MA, 2008).

Perempuan dilaporkan lebih sering mengalami dry eye syndrome. Selain itu, dilaporkan juga bahwa keluhan dry eye syndrome mulai muncul pada pengguna lensa kontak dengan umur 22-29 tahun. Penggunaan lensa kontak selama 6 bulan dikatakan sudah mampu untuk memicu terjadinya dry eye syndrome (Shresta, 2012). Hingga saat ini masih banyak yang tidak mengetahui bahwa pemakaian lensa kontak tanpa indikasi medis ataupun resep dari dokter merupakan kesalahan awal yang berperan dalam kerusakan mata.

Berdasarkan uraian di atas, kami ingin menulis tentang lensa kontak sebagai faktor resiko timbulnya sindrom mata kering (Keratoconjunctivitis Sicca).

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui tinjauan klinis dan patofisiologi penggunaan Soft Contact Lens terhadap terjadinya sindrom mata kering (Keratoconjunctivitis Sicca).

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui patofisiologi dari sindrom mata kering. 2. Mengetahui terapi dari sindrom mata kering. 1.3 Manfaat Penulisan

1. Dengan penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca mengenai hubungan penggunaan Soft


(6)

3

Contact Lens terhadap terjadinya sindrom mata kering.

2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang pentingnya penggunaan Soft Contact Lens secara benar dan higienis agar tidak menyebabkan Sindrom mata kering.