Perumusan Masalah Efisiensi pengelolaan kawasan tambak udang dan dampaknya terhadap aspek ekonomi sosial dan ekologi di wilayah pesisir Kabupaten Dompu NTB

3 mengalami peningkatan akibat perubahan pendapatan masyarakat, pertambahan penduduk, status gizi dan prestise komsumsi masyarakat dunia.

1.2 Perumusan Masalah

Adanya perluasan lahan tambak di wilayah pesisir Dompu dilihat dari aspek ekonomi mikro akan berpengaruh pada meningkatnya permintaan total sarana produksi. Produktivitas tambak udang di Kabupaten Dompu masih sangat rendah, sehingga masih memungkinkan untuk dinaikkan asalkan dalam penerapan teknologi budidayanya sesuai dengan standar teknologi anjuran. Dalam kaitannya dengan biaya, masalah yang dihadapi oleh pembudidaya tambak udang akhir- akhir ini adalah terus meningkatnya harga sarana produksi seperti bahan bakar, pakan, benur, pupuk dan obat-obatan sejalan dengan adanya kebijakan pemerintah yang semakin menurun-kan subsidi sektor pertanian dan bahan bakar minyak. Pada hal di sisi lain harga jual udang sangat fluktuatif dan cenderung menurun. Selain itu perluasan tambak yang tidak terencana dan tidak terkendali berpengaruh pada ketidakstabilan ekosistem wilayah pesisir. Secara umum kondisi hutan mangrove di Kabupaten Dompu telah mengalami kerusakan. Terdapat paling tidak 300 ha hutan mangrove mengalami kerusakan dengan vegetasi jarang baik yang berada dalam kawasan, maupun diluar kawasan. Berbagai penyebab rusaknya hutan mangrove di antaranya penggunaan kayu hutan mangrove untuk kayu bakar, penggunaan kayu mangrove sebagai tangkai peralatan pertanian dan perambahan hutan mangrove untuk tambak baru Dinas Kehutanan Kabupaten Dompu 2005. Pengembangan kawasan tambak udang telah menimbulkan permasalahan baru terutama aneka konflik kepentingan penggunaan sumberdaya di antara stakeholders baik kepentingan pemanfaatan di darat maupun di laut sehingga akan mengancam keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Dipihak lain perluasan kawasan tambak udang merupakan suatu keharusan sejalan dengan semangat otonomi daerah Undang-Undang RI nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD atau Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB, pembukaan dan perluasan 4 lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk masyarakat pesisir dan pelestarian lingkungan. Ketentuan luas hutan mangrove sebagai penunjang pemanfaatan kawasan khususnya kawasan tambak masih menimbulkan perdebatan. Menurut Dirjen Perikanan dan Pusat Penelitian Perikanan 1985 terdapat 10-20 persen cadangan hutan mangrove yang tidak mengganggu kestabilan ekologi perairan Rachmatun dan Mujiman, 2003, sedangkan menurut Dahuri 2003 paling tidak terdapat 20 persen hutan mangrove untuk mempertahankan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya tambak, sementara menurut Prihatini 2003 dalam penelitiannya di Delta Mahakam Kalimantan Timur menyimpulkan bahwa dalam 1 ha lahan tambak memerlukan 2 ha hutan mangrove. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah 1 apakah penggunaan sarana produksi dalam proses produksi tambak udang di Kabupaten Dompu telah efisien 2 berapa dampak ekonomi PDRB, produksi, pendapatan petambak, dan devisa, sosial penyerapan tenaga kerja, perkembangan sektor informal dan ekologi kualiatas air sebagai akibat limbah budidaya tambak yang diwakili oleh BOD, N dan P dan hutan mangrove dari kegiatan pembudidayaan tambak udang yang ada 3 berapa luas tambak dan persentase luas tambak menurut tingkat tekhnologi yang diperbolehkan supaya kegiatan pertambakan udang berlangsung secara berkelanjutan Atas dasar permasalahan tersebut, maka penelitian tentang “Efisiensi Pengelolaan Kawasan Tambak Udang dan Dampaknya Terhadap Aspek Ekonomi, Sosial dan Ekologi di Wilayah Pesisir Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat sangat penting untuk dilakukan. 1.3 Tujuan Penelitian a. Mengukur tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi pada budidaya tambak udang. b. Menilai dampak pengelo1aan kawasan tambak udang terhadap aspek ekonomi, sosial dan ekologi. c. Merancang skenario pengembangan kawasan tambak udang yang berkelanjutan. 5

1.4 Kerangka Pemikiran