atau saksi ahli, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.5 Good Governance
Kata governance kini menjadi satu idiom yang dipakai secara luas, sehingga dapat dikatakan juga menjadi konsep payung dari sejumlah
terminologi dalam kebijakan dan politik, kata ini seringkali digunakan secara serampangan dalam nomenclature ilmu politik
“Penyelenggaraan fungsi pemerintah untuk menjalankan fungsi governing, juga aktor-aktor lain diluar
negara dan pemerintah. Pemerintah adalah salah satu institusi saja yang menjalankan peran ini, merupakan Kunci utama memahami good governance
dalam pemahaman atas prinsip-prinsip yang mendasarinya ” Muhadjir Darwin
2000: 11. Istilah kepemerintahan atau dalam bahasa Inggris governance yaitu
”the act, fact, manner of governing” berarti: Tindakan, fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan”. Sedarmayanti 2004:2.
Kooiman berpendapat bahwa ”governance lebih merupakanserangkaian
proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi
pemerintah atas kepentingan- kepentingan tersebut”.Sedarmayanti 2004 : 2.
Sedangkan United Nation Development Program UNDP dalam dokumen kebijakannya yang berjudul
”Governance for sustainable human development”1997 mendefinisikan:
Kepemerintahan governance sebagai berikut: ”Governance
is the exercise of economic, political, and administrative authory to manage a country’s affairs at all levels and means
by which states promote social cohesion, integration, and
ensure the well being of their population” atau. Kepemerintahan adalah pelaksanaan kewenangankekuasaan di
bidang ekonomi, politik dan administratif untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan
merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan integritas, dan kohesivitas
sosial dalam masyarakat Sedarmayanti 2004 : 3.
Thoha sebagaimana dikutip Kurniawan 2009:54 mengemukakan bahwa:
Istilah governance menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial
dan politiknya tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, bahwa kemampuan suatu negara mencapai tujuan negara sangat tergantung pada
kualitas tata kepemerintahan di mana pemerintah melakukan interaksi dengan sektor swasta dam masyarakat.
Cagin mengemukakan bahwa: ”konsep governance merujuk pada institusi, proses, dan tradisi yang menentukan bagaimana kekuasaan
diselenggarakan, keputusan dibuat, dan suara warga didengar” Syakrani dan Syahriani 2009:121.
Dwipayana dan Ekomenjelaskan bahwa: ”governance merupakan
konsep netral, yang darinya kita bisa memformat model yang sehat baik, sehingga muncul istilah good governance tata kelola kepemerintahan yang
sehat; atau model yang tak sehat buruknista atau bad governance sebuah model atau tata kelola kepemerintahan tak sehat” Syakrani dan Syahriani
2009: 122. Lembaga Administrasi Negara
mendefinisikan ”good governance sebagai
penyelenggaraan pemerintahan
negara yang
solid dan
bertanggungjawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan
interksi yang konstrukif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat” Kurniawan 2009:55.
Istilah kepemerintahan yang baik good governance mengandung dua pemahaman: Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginankehendak
rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan
keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan bahwa “wujud good
governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga ”kesinergisan”
interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat Sedarmayanti 2004: 4.
Menurut A.S. Horby Istilah ”good goverrnance
yang seringkali
dipahami sebagai
penyelenggaraan pemerintahankepemerintahantata pemerintahan yang baik, pada hakikatnya
merujuk kepada serangkaian tindakan, fakta, atau tingkah laku governing, yaitu mengarahkan atau mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik
dalam suatu negeri”. Eddi,Tomo dan Hessel 2004:9. Sedangkan M.M. Billah mengartikan ”good governance sebagai tindakan atau tingkah laku yang
didasarkan pada nilai-nilai, dan yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu di dalam
tindakan dan kehidupan keseharian ” Eddi,Tomo dan Hessel 2004:9.
Dwipayana dan Eko dalam Syakrani dan Syahriani 2009:123 menyatakan bahwa:
Konsep good governance dikembangkan dengan cara pedekatan anatomi governance, pedekatan ini dimulai dari penetapan dua
basis utamanya, yakni basis politik dan ekonomi. Basis politik memberi arahan kiblat atau orientasi proses politik di sebuah
negara atau ranah tertentu. Ada dua orientasi dalam hal ini, yakni masyarakat atau negara. Sedangkan basis ekonomi berkaitan
dengan landasan orientasi kegiatan ekonomi, yakni interaksi pasar atau bukan pasar.
Menurut Bhatta terdapat empat unsur atau prinsip utama yang dapat memberi gambaran administrasi publik yang berciri kepemerintahan yang baik
yaitu: 1. Akuntabilitas : Adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah
untuk bertindak selaku penanggungjawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijakan yang ditetapkannya.
2. Transparansi : Kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan terhadap rakyatnya, baik ditingkat pusat maupun
daerah. 3. Keterbukaan : Menghendaki terbukanya kesempatan bagi
rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan.
4. Aturan Hukum : Kepemerintahan yang baik mempunyai karakteristik berupa jaminan kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh Syakrani dan Syahriani 2009:132.
Bupati Jembrana, I Gede Winasa dalam workshop ”Best Practices
Reformasi Birokrasi” di Surakarta mengungkapkan dalam konsep governance pada hakikatnya didukung oleh tiga kaki yakni :
a. Tata pemerintahan di bidang politik dimaksudkan sebagai proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan
publik. Penyusunannya baik dilakukan oleh birokrasi maupun birokrasi bersama politisi. Partisipasi masyarakat dalam
proses ini tidak hanya pada tataran implementasi, melainkan mulai dari formulasi, implementasi, sampai evaluasi.
b. Tata pemerintahan di bidang ekonomi, meliputi proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi
di dalam negeri dan interaksi diantara para penyelenggara ekonomi. Sektor pemerintahan diharapkan tidak terlampau
banyak campur dan terjun langsung pada sektor ekonomi karena ini bisa menimbulkan distorsi mekanisme pasar.
c. Tata pemerintahan di bidang administrasi adalah berisi implementasi kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi
politik Ridwan dan Sudrajat 2009:82.
Terdapat beberapa Prinsip mengenai Good Governance ini yang Menurut Koesnadi Hardjosoemantri dalam Makalah Untuk Lokakarya
Pembangunan Hukum Nasional ke VIII di Bali, tanggal 15 Juli 2003 Prinsip-
prinsip Good Governance adalah
a. Partisipasi masyarakat: semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun
berdasarkan kebebasan
berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kepastian untuk berpartisipasi secara konstruktif;
b. Tegaknya supremasi hukum: kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya
hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia; c. Transparasi: transparansi dibangun atas dasar informasi yang
bebas. Seluruh proses pemerintah, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau;
d. Peduli dan stakeholder: lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus berusaha melayani semua pihak yang
berkepentingan; e. Berorientas pada consensus: tata pemerintahan yang baik
menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang
terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur;
f. Kesetaraan: semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
g. Efektifitas dan efisiensi: proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga
masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin;
h. Akuntabilitas: para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat bertanggungjawab, baik
kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan;
i. Visi strategis: para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan
yang baik dan pembangunanmanusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkanperkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahamanatas kompleksitas kesejarahan, budaya, dan sosial yang menjadi
dasar bagi perspektif tersebut.
Berdasarkan Pasal 3 UU No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Asas-
asas umum penyelenggaraan negara meliputi: 1. Asas Kepastian Hukum yaitu asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan,
kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara yaitu menjadi landasan keteraturan,
keserasian, keseimbangan
dalam pengabdian
penyelenggaraan negara. 3. Asas Kepentingan Umum yaitu asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan kolektif.
4. Asas Keterbukaan yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperolah informasi yang benar , jujur dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
5. Asas
Proporsionalitas yaitu
asas yang
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Asas Profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 7. Asas Akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negera harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Skripsi atau bentuk karya ilmiah lain merupakan “bentuk laporan dari satu
jenis evaluasi terhadap pernyataan empirik, kenyataaan objektif yang ditelusuri melalui penelitian
” Fathoni 2006: 127, maka hal-hal yang dapat membantu untuk memperlancar penyusunan skripsi ini diperlukan adanya suatu data-data.
Untuk memperoleh data-data ini diperlukan beberapa metode sebagai pedoman, karena metode penelitian ini merupakan unsur yang penting dalam penelitian.
3.1 Dasar penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dimaksud “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati” Moleong 2007: 4.
Jenis penelitian kualitatif dipilih karena tipikal penelitian ini adalah penelitian hukum terapan dengan mengidentifikasi hukum dan efektifitasnya
secara holistik Menurut Moleong : “menyelesaikan metode kualitatif akan lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Metode ini menggunakan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan
responden. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyelesaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi” Moleong 2007: 9-10. Penelitian ini selain menggunakan pendekatan yuridis-sosiologis
sosio-legal approach. P endekatan secara yuridis berarti “penelitian ini
mencakup penelitian terhadap azas-azas hukum, sistematika hukum, taraf
37