5 memipih dan karenanya ikatan antar serat menjadi terhalang. Dinding sekunder
kayu tarik yang tebal dan terikat secara lemah hampir seluruhnya merupakan selulosa murni dengan porsi kritalin yang tinggi. Karena lapisan ini mengandung
sedikit lignin, maka lapisan ini relatif lunak seperti gelatin G. Disamping hampir seluruhnya selulosa murni, lapisan G tersusun atas mikrofibril-mikrofibril yang
tersusun hampir sejajar sumbu sel. Variasinya hanya sekitar 5
o
Haygreen dan Bowyer, 1989. Inilah yang mengakibatkan susut longitudinalnya tidak normal.
C. Ciri Anatomi Kayu
Struktur antomi kayu dapat diamati melalui pengamatan makroskopis sifat kasar kayu dan pengamatan mikroskopis.
1. Ciri Makroskopis
Menurut Tsoumis 1991, sifat makroskopis kayu adalah sifat yang terlihat pada kayu tanpa harus menggunakan mikroskop. Bila perlu hanya
dibantu dengan lup dengan perbesaran 10-15 kali. Mandang dan Pandit 2002 menyebutkan bahwa ciri umum kayu yang dapat diamati secara makroskopis
diantaranya adalah warna dan corak, tekstur, arah serat, kilap, kesan raba, bau dan rasa, serta kekerasan.
a. Warna Kayu
Warna asli kayu sangat bervariasi dari hampir putih sampai hitam. Warna kayu disebabkan karena adanya zat ekstraktif. Perbedaan warna tidak
hanya terjadi antar jenis, tetapi juga dalam jenis yang sama, bahkan dalam sebatang pohon. Warna dari suatu jenis kayu dipengaruhi oleh lokasi kayu
di dalam batang, umur pohon waktu ditebang, dan kelembaban udara. Kayu yang berasal dari pohon yang lebih tua umumnya lebih gelap dibandingkan
dengan kayu yang berasal dari pohon yang lebih muda dari jenis yang sama Pandit Ramdan 2002.
b. Tekstur
Tekstur berkaitan dengan kualitas permukaan kayu yang ditentukan oleh ukuran relatif sel-sel dominan penyusun kayu. Dikatakan bertekstur
halus jika sel-sel dominan penyusun kayu terutama pembuluh dan serat berukuran kecil, sebaliknya bertekstur kasar jika sel-sel dominannya
berukuran relatif besar Mandang Pandit 2002.
6 c.
Arah Serat Arah serat kayu adalah orientasi longitudinal dari sel-sel dominan
penyusun kayu terhadap sumbu batang pohon atau terhadap orientasi sel-sel dominan yang ada di lapisan sebelah atas atau sebelah bawahnya. Dikatakan
berserat lurus jika orientasi sel-sel dominan tadi searah dengan sumbu batang. Kayu berserat miring apabila orientasi sel-sel dominan tadi
membentuk sudut terhadap sumbu batang pohon Mandang Pandit 2002. d.
Kilap Suatu jenis kayu dikatakan
mengkilap jika permukaannya
memantulkan cahaya. Ada jenis-jenis kayu yang kusam, agak mengkilap, dan sangat mengkilap Mandang Pandit 2002.
e. Kesan Raba
Kesan raba dinilai dari licin atau kesat permukaan kayu. Penetapannya dilakukan dengan menggosok-menggosokan jari ke permukaan kayu.
Beberapa jenis kayu terasa licin jika diraba. Biasanya kayu yang mempunyai tekstur halus dan berat jenis tinggi menimbulkan kesan raba yang licin.
Kesan yang licin dapat pula bertambah jika kayu mengadung minyak Mandang pandit 2002.
f. Bau dan Rasa
Pada umumnya kayu mempunyai bau dan rasa tertentu apalagi waktu masih segar, tetapi kebanyakan bau dan rasa tersebut sulit untuk
diterangkan. Hanya beberapa diantaranya yang mempunyai bau danatau rasa yang mudah dikenal Mandang Pandit 2002.
g. Kekerasan
Kekerasan dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras, dan sangat keras. Penetapannya dilakukan dengan menyayat kayu pada arah
tegak lurus serat. Kayu yang semakin keras akan semakin sukar disayat dan bekas sayatannya pun mengkilap Mandang Pandit 2002.
2. Ciri Mikroskopis
Sifat mikroskopis adalah sifat yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang tetapi harus menggunakan bantuan mikroskop. Pengamatan
7 menggunakan mikroskop terutama ditujukan pada sel-sel penyusun kayu
meliputi macam dan kondisi yang ada. a.
Lingkar Tumbuh Lingkar tumbuh adalah batas antara sel-sel yang dibentuk akibat
perubahan musim namun tidak mesti dalam satu tahun. Lingkar tumbuh berbeda dengan lingkaran tahun dalam hal waktu pembentukannya.
Lingkaran tahun adalah lingkaran tumbuh yang terbentuk setiap satu tahun. Pengelompokan suatu jenis kayu berdasarkan lingkaran tumbuh atau
lingkaran tahunnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu: Kayu yang mempunyai batas lingkar tumbuh yang jelas, yaitu kayu yang
mempunyai perubahan struktur yang mendadak pada batas antara kayu awal dan kayu akhir. Biasanya termasuk perubahan pada ketebalan
dinding sel dan atau perubahan pada diameter radial seratnya. Kayu yang mempunyai batas lingkar tumbuh yang tidak jelas atau tidak
ada, yaitu lingkar tumbuh yang samar yang ditandai oleh perubahan struktur yang terjadi secara berangsur-angsur pada zona tertentu, atau
sama sekali tidak dapat dilihat dengan jelas. Lingkar tumbuh dapat ditandai oleh satu atau beberapa perubahan
sebagai berikut: Serat atau trakeida kayu akhir berdinding tebal dan menggepeng radial
dibandingkan serat atau trakeida kayu awal yang berdinding tipis. Perbedaan mencolok diameter pembuluh kayu awal dan diameter
pembuluh kayu akhir. Parenkim marjinal terminal atau insial tidak teratur dan tanpa adanya
perubahan diameter serat atau ketebalan dinding serat. Trakeida vaskular dan sel pembuluh yang sangat kecil dan sangat
banyak membentuk jaringan dasar kayu akhir, yang tidak ditemukan pada kayu awal.
Penurunan frekuensi parenkim pita pada zona kayu akhir yang menyebabkan keberadaan wilayah serat makin jelas.
Pembengkakan jari-jari.
8 b.
Sel pembuluh pori Menurut Tsoumis 1991, sel pembuluh atau pori hanya terdapat pada
kayu daun lebar. Dalam batang, sejumlah sel pori tersusun secara bertingkat membentuk suatu kesatuan ke arah longitudinal menyerupai pipa saluran
yang panjangnya bervariasi. Struktur yang demikian lebih dikenal sebagai jaringan pembuluh.
Panjang satu sel pembuluh pada umumnya berkisar antara 200 sampai 100
m dengan diameter berkisar antara 40 sampai 400 m tergantung pada jenis kayunya. Jarang yang kurang atau lebih dari itu. Pada pohon, sel-sel
inilah yang berfungsi sebagai penyalur air dan zat hara dari akar ke daun dan sebaliknya. Ciri pembuluh dapat berbeda dari satu jenis kayu ke jenis yang
lain. Ciri tersebut meliputi sebaran, susunan, diameter, frekuensi, bentuk bidang perforasi, dan isi Mandang Pandit 2002.
Wheeler et al. 1989 menyebutkan ciri-ciri pembuluh yang digunakan sebagai dasar identifikasi, antara lain :
1. Sebaran Pori Porositas
Berdasarkan sebaran porinya, kayu dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
Kayu berpori tata lingkar ring porous Kayu berpori tata lingkar adalah kayu dimana letak pori besar
terpisah dari pori kecilnya dalam satu riap sehingga membentuk zona pemisah yang jelas. Pada kayu yang demikian terdapat
perubahan yang mendadak dari kayu awal ke kayu akhir. Kayu pori semi tata lingkar
Berpori semi tata lingkar atau disebut juga berpori setengah tata lingkar zonasi pemisahan antara pori besar dan pori kecil tidak
begitu jelas. Kayu semi tata lingkar dapat terbentuk dari kepadatan porinya, misalnya pada kayu awal keberadaan pori lebih banyak
atau lebih rapat jumlah per satuan luasnya lebih banyak dari pada keberadaan pori pada kayu akhirnya. Atau dengan kata lain kayu
yang termasuk semi tata lingkar yaitu kayu-kayu yang mempunyai
9 susunan pori pertengahan antara kayu berpori tata lingkar dengan
kayu berpori tersebar diffuse. Kayu berpori tata baur diffuse
Kayu berpori tata baur apabila pori besar dan pori kecil tersebar merata pada permukaan kayu atau tidak ada perbedaan lokasi pori
besar dan pori kecil dalam satu riap tumbuh atau tidak ada perbedaan ukuran pori dalam satu lingkaran tahun. Kelompok ini
hampir mencakup seluruh jenis kayu dari tropis dan juga kebanyakan kayu dari daerah sub tropis.
2. Susunan Pori
Pori tersusun sebagai pita tangensial, yaitu pori yang tersusun tegak lurus jari-jari dan membentuk pita tangensial pendek maupun
panjang. Pita-pita ini dapat berbentuk lurus maupun bergelombang. Pori tersusun secara diagonal dan atau pola radial, yaitu pori yang
tersusun mengarah radial atau semi tangensial dan radial. Pori tersusun dendritik, yaitu pori yang tersusun dengan pola
bercabang, atau tersusun seperti lidah api. 3.
Pengelompokan Pori Pori hampir seluruhnya soliter, yaitu 90 atau lebih dari pori tersebut
secara keseluruhan terpisah dengan yang lainnya karena dikelilingi oleh jaringan lain, misalnya 90 atau lebih tidak berhubungan antar
pori. Kebanyakan berkelompok secara radial dari 4 atau lebih, yaitu pori
yang saling berdekatan bergabung 4 atau lebih. Kebanyakan membentuk cluster, yaitu pori sering terlihat
membentuk grup-grup dari tiga atau lebih dan terjadi kontak baik pada bidang radial maupun tangensial
4. Bidang Perforasi
Bentuk sederhana yaitu bidang perforasi yang berbentuk lubang tunggal daru bulat sampai oval.
Bentuk tangga yaitu bidang perforasi dengan lubang yang memanjang kesamping dan tersusun bertingkat kebawah menyerupai
10 tangga. Bidang perforasi yang demikian dapat dibedakan menurut
jumlah palang anak tangga, yaitu ≤ 10 palang, 20-40 palang, dan yang ≥ 40 palang.
Bentuk retikulat yakni bidang perforasi yang terdiri dari lubang- lubang kecil kadang tidak teratur yang menyerupai jala.
Bentuk foraminat yakni bidang perforasi dengan bukan berbentuk bulat atau elips dan terdapat lubang-lubang seperti bentuk ayakan.
Biasanya dinding pori lebih tebal dari pada dinding pada retikular itu sendiri.
Tipe lain dengan bentuk yang kompleks atau seperti pada bentuk radiat.
5. Ceruk dh. noktah
Ceruk antar pembuluh di antara elemen pembuluh -
Bentuk tangga, yaitu ceruk memanjang atau linier tersusun mirip deretan anak tangga.
- Berhadapan, yaitu ceruk antar pembuluh yang tersusun dalam
barisan pendek sampai panjang yaitu baris arah melintang panjang pembuluh.
- Selang-seling, yaitu ceruk antar pembuluh yang tersusun berupa
deretan diagonal -
Selang-seling bentuk poligonal, yaitu garis luar ceruk bersegi dan lebih dari 4 sisi bila dilihat pada permukaan bidang longitudinal.
Ceruk persilangan antara pembuluh dengan jari-jari : -
Dengan halaman yang jelas; sama dalam ukuran dan bentuk dengan curuk antar pembuluh pada seluruh sel jari-jari
- Dengan halaman yang sangat dipersempit sampai terlihat
sederhana : ceruk budar atau bersudut -
Dengan halaman yang sangat dipersempit sampai tampaknya sederhana: ceruk horizontal, bentuk tangga atau jala sampai
vertikal -
Dengan dua macam ukuran atau tipe yang jelas dalam sel yang sama
11 -
Bergabung searah, kasar 10 µm -
Terbatas pada baris marjinal. 6.
Diameter Lumen Pembuluh Diameter pori diukur pada bidang lintang. Pembuluh yang diukur
harus mewakili ukuran sel pembuluh yang ada. Diameter tangensial lumen pembuluh tidak termasuk dinding selnya diukur pada bagian
terlebar terowongan pembuluh. Pengukuran minimum harus sebanyak 25 kali ulangan.
7. Jumlah atau Frekuensi Pembuluh per mm
2
Jumlah pembuluh persatuan luas permukaan lintang dapat mempunyai nilai yang cukup besar di dalam identifikasi kayu. Setiap
individu dihitung sebagai satuan individu. 8.
Rata-rata Panjang Sel Pembuluh Diukur melalui hasil proses maserasi sebanyak 25 elemen
pembuluh. 9.
Tilosis dan Bahan Endapan di dalam Pori Tilosis dikatakan ada jika terdapat suatu bahan gelembung,
tonjolan yang keluar dari dinding pori yang berasal dari sel parenkim jari-jari maupun parenkim aksial melalui ceruk, sehingga sebagian
maupun keseluruhannya menyumbat lumen pori tersebut. Sering terdapat pada bagian kayu teras jarang terdapat di bagian luar pada kayu gubal.
c. Serat
Sel-sel yang berbentuk panjang langsing dikenal dengan nama serat. Dinding umumnya lebih tebal daripada dinding parenkima maupun dinding
pembuluh. Panjangnya antara 300-3600 µm tergantung pada jenis pohon dan posisinya dalm batang. Diameternya antara 15 sampai 50 µ m. Ketebalan
dindingnya relatif dibanding diameter, dapat tipis, tebal atau sangat tebal. Serat dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya terisi
dengan lapisan-lapisan dinding. Dari ciri inilah dapat dipahami bahwa serat berfungsi sebagai penguat batang pohon Mondang Pandit 2002.
Serat berfungsi sebagai penyedia tenaga mekanik pada batang karena mempunyai dinding sel yang relatif tebal. Berdasarkan jenis ceruk. Serat
12 pada kayu daun lebar dibagi atas dua macam, yaitu serat libriform libriform
fiber dan serat trakeida tracheid fiber. Serat libriform memiliki ceruk sederhana yang lebih kecil dan bersifat memberikan kekuatan karena
diantaranya lebih kecil dan lumen selnya lebih sempit. Serat libriform terlihat lebih ramping bila dibandingkan dengan serat trakeida sehingga
terlihat lebih panjang. Umunya ceruk-ceruk pada serat libriform ini lebih banyak terdapat pada dinding radial dibandingkan dinding tangensialnya.
Pada dinding vertikal dari sel serat sering terdapat modifikasi-modifikasi seperti yang terdapat pada serat trakeid. Serat libriform dan serat trakeida
mungkin terdapat secara bersama-sama dalam satu jenis kayu. Perbedaan antara kedua macam sel ini sangat sedikit, sehingga dalam preparat anatomi
kedua sel ini sulit dibedakan karena sifat-sifat ceruk yang menjadi ciri kadang-kadang sulit terlihat. Oleh karena itu kedua macam sel ini disebut
sel serat. Sering kali 50 atau lebih volume dari kayu daun lebar ini disusun oleh sel serat Pandit Ramdan 2002.
Wheeler et al. 1989 menyebutkan ciri-ciri serat yang digunakan sebagai dasar identifikasi, sebagai berikut:
1. Jaringan Dasar Serat
Pengamatan terhadap bentuk dan distribusi dari ceruk serat hanya pada radial dan tangensial karena pengamatan pada bidang lintang tidak
seteliti pada bidang radial atau tangensial. Namun pada bidang radial dan tangensial maupun bidang lintang dapat ditunjukan jenis ceruk yaitu
berhalaman atau semuanya sederhana. 2.
Serat Bersekat Serat bersekaat adalah serat dengan dinding tipis dan tidak berceruk.
Sekat terjadi setelah dinding sekunder telah terbentuk. Oleh karenanya sekat tidak berhubungan dengan lamela tengah. Antar serat biasanya
tidak terlignifikasi. 3.
Tebal Dinding Serat Menurut ketebalannya dinding serat dapat dibagi tiga, yakni:
Sangat tipis: jika diameter lumen l tiga kali lipat atau lebih dari tebal dua dinding serat 2w
13 Tipis sampai tebal: diameter lumen kurang dari 3 kali tebal dua
dinding serat 2w dan masih terlihat terbuka. Sangat tebal: jika lumen hampir tertutup.
d. Parenkim
Parenkim merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyimpan serat mengatur bahan makanan cadangan. Menurut penyusunnya, parenkim
dibedakan menjadi 2 macam yaitu parenkim aksial yang tersusun vertikal dan parenkim jari-jari yang tersusun secara horizontal Pandit Ramdan
2002. Wheeler et al. 1989 menyebutkan jenis parenkim yang digunakan
sebagai dasar identifikasi, yaitu: 1.
Parenkim aksial apotrakeal, yaitu parenkim yang tidak berhubungan dengan pembuluh, terdiri dari parenkim aksial baur diffuse dan
parenkim aksial kelompok baur diffuse in aggregate. 2.
Parenkim aksial paratrakeal, yaitu parenkim aksial yang berhubungan dengan pembuluh atau trakeida vaskular. Parenkim aksial paratrakeal
terdiri dari parenkim aksial paratrakeal jarang, parenkim aksial vasisentrik, parenkim aksial paratrakeal sepihak.
3. Parenkim aksial bentuk pita, terdiri dari parenkim bentuk pita dengan
lebar lebih dari tiga sel, parenkim bentuk pita tipis 1-3 sel, parenkim aksial bentuk jala bentuk retikulat, bentuk tangga scalariform dan
parenkim marginal atau menyerupai pita-pita marginal. 4.
Untaian parenkim, yaitu jajaran sel-sel parenkim aksial yang terbetuk melalui pembagian secara transversal terhadap satu sel kambium
fusiform awal. e.
Jari-jari Jari-jari berfungsi sebagai jalan angkutan bagi cairan pohon dalam
arah horizontal dari dan ke lapisan floem. Sel jari-jari diproduksi dari pembelahan sel inisial jari-jari dalam kambium. Inisial jari-jari sendiri
berasal dari pembelahan inisial jari-jari sendiri atau yang lain atau dari pembelahan yang tidak sama dari inisial bentuk kumparan Haygreen
Bowyer 1989.
14 Wheeler et al. 1989 menyebutkan ciri-ciri dari jari-jari yang
digunakan sebagai dasar identifikasi, yaitu: 1.
Lebar Jari-Jari Jari-jari seluruhnya uniseri
- Lebar jari-jari 1-3 sel - Lebar jari-jari 4-10 seri
- Lebar jari-jari lebih dari 10 seri Jari-jari dengan bagian multiseri berseri banyak mempunyai lebar
yang sama dengan bagian uniseri berseri satu. 2.
Tinggi Jari-Jari Jari-jari 1 mm adalah termasuk jari-jari yang berkategori tinggi.
3. Jari-Jari yang terdiri dari dua ukuran
Jari-jari yang membentuk dua populasi yang tegas dam lebar maupun tinggi jika dilihat pada penampang tangensial.
4. Komposisi Sel Jari-Jari
Seluruh sel jari-jari baring Semua sel jari-jari tegak dan atau bentuk persegi
Badan jari-jari berupa sel-sel baring dengan satu baris sel marginal
yang berupa sel tegak dan atau persegi. Badan jari-jari berupa sel-sel baring dengan 2-4 baris sel marginal
yang berupa sel tegak dan atau persegi. Badan jari-jari berupa sel-sel baring dengan umumnya punya lebih
dari 4 baris sel marginal yang berupa sel tegak dan atau persergi. Jari-jari terdiri dari sel campuran antara sel baring, persegi dan sel
tegak. 5.
Sel seludang Sel seludang adalah sel yang terletak di sepanjang kedua sisi jari-jari
yang besar lebih dari 3 seri sebagaimana dapat dilihat pada bidang tangensial. Umumnya lebih besar lebih tinggi dan lebih lebar daripada
sel-sel jari bagian tengahnya.
15 6.
Jumlah jari per mm Jumlah jari-jari per mm paling baik dihitung pada bidang tangensial
sepanjang garis tegak lurus pada sumbu aksis jari-jari. f.
Inklusi Mineral Kristal prismatik, yaitu kristal-kristal berbentuk rhomboidal atau
oktahedral yang terdiri dari kalsium oksalat, yang jika dilihat dengan sinar polarisasi memantulkan warna berkilau.
Butir silika, yaitu butir yang tersusun dari silikon dioksida yang bentuknya bundar atau tidak teratur.
D. Kualitas Serat