PENGARUH TINGKAT KEMASAKAN TELUR AYAM YANG TELAH DIBERI SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN TERHADAP KEMANJURANNYA MENCEGAHGANGGUAN BIOSINTESIS HEMOGLOBIN OLEH TOKSIN TETANUS.

PENGARUH TINGKAT KEMASAKAN TELUR AYAM YANG
TELAH DIBERI SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN TERHADAP
KEMANJURANNYAMENCEGAH GANGGUANBIOSINTESIS
HEMOGLOBIN OLEH TOKSIN TETANUS

Oleh:
Fanni Zati Hulwany
NIM 4123210014
Program Studi Kimia

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i


ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lhokseumawe, pada tanggal 12 Maret 1994. Ibu bernama
Sriyuswaningsih dan ayah bernama Zulfan Zulkifli, dan merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk di TK Kartika
Lhokseumawe, kemudian pindah pendidikan ke TK MEC Swasta Bekasi dan
lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di SD
Negeri Pekayon Jaya VII Bekasi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2006,penulis melanjutkan Sekolah di SMP Islam Darussalam Cikunir dan
kemudian pindah ke Medan dan melanjutkan pendidikan di SMP Dharma Medan
dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA
Harapan 3 Deli Serdang, dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis
diterima di Program Studi Kimia Jurusan Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Penulis juga melakukan studi
lapangan di PTPN II Sawit Seberang. Penulis menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Alam (LIPI) Serpong,
Tangerang Selatan pada bulan Desember 2015.


iii

PENGARUH TINGKAT KEMASAKAN TELUR AYAM YANG TELAH DIBERI
SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN TERHADAP KEMANJURANNYA
MENCEGAH GANGGUAN BIOSINTESIS HEMOGLOBIN
OLEH TOKSIN TETANUS
Fanni Zati Hulwany
4123210014

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kemasakan telur ayam
yang telah diberi suplementasi piridoksin terhadap kemanjurannya dalam
mencegah gangguan biosintesis hemoglobin yang diakibatkan oleh toksin tetanus.
Dalam penelitian digunakan 12 ekor tikus putih jantan dan betina dewasa berumur
2 – 3 bulan dengan berat badan 140-200 gram. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok K1, K2, K3 dan K4
dan ditempatkan di dalam kandang. Selama percobaan semua tikus diberi ransum
berupa pelet standar sebanyak 6 gram/ekor/hari, air minum diberikan secara ad
libitum. Kelompok K1 diberi kuning telur ayam mentah per oral sebanyak 1

mL/ekor, Kelompok K2 diberi kuning telur ayam setengah matang, dan kelompok
K3 diberikan kuning telur ayam matang dengan cara dicampurkan pada ransum
tikus putih sebanyak 1 butir/ 3 ekor. Penentuan kadar hemoglobin pada tikus putih
dilakukan dengan metode Sianmethemoglobin. Kelompok K4 tidak diberi kuning
telur ayam (kontrol). Suhu IgY kuning telur setengah matang yang dimasak pada
suhu air 60-70 adalah sebesar 45 . Sedangkan, suhu IgY kuning telur matang
yang dimasak pada suhu 80-90
adalah sebesar 55
Seluruh tikus pada
masing-masing kelompok kemudian disuntikkan toksin tetanus dosis 150 IU/0,5
mL/ekor. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian pada taraf
signifikan α = 0,01 dan dilanjutkan dengan uji beda nyata (BNT). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kuning telur ayam yang telah memperoleh
suplementasi piridoksin dengan tingkat kemasakan yang bervariasi berpengaruh
terhadap kemanjurannya mencegah gangguan biosintesis hemoglobin darah yang
diakibatkan oleh toksin tetanus. Kadar hemoglobin darah tikus putih kelompok
K1, K2, K3, dan K4 yang disuntikkan dengan toksin tetanus dosis 150 IU/0,5
mL/ekor adalah 13,63 g/dL, 14,30 g/dL, 15,20 g/dL, dan 9,60 g/dL.
Kata Kunci: Kuning telur, hemoglobin, tikus putih, tetanus, sianmethemoglobin


iii

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas karunia Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Sains Jurusan Kimia pada Universitas Negeri Medan. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akan
mengalami banyak kesulitan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada beberapa pihak yang telah membantu, antara lain: Bapak Drs. Pasar
Maulim Silitonga, M.S.selaku Pembimbing Skripsi yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran,kemudian kepada Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si.,
Bapak Dr. Saronom Silaban, S.Pd,M.Pd., dan Bapak Drs. Jasmidi, M.Siselaku
Dosen Penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukkan dan juga
kepada Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Serta kepada Orang Tua penulis, Zulfan Zulkifli dan Sriyuswaningsih,
adik penulis Damara Alqisthi, Cut Austenite Yuras, Cemara Disa Winanda,
Aldika Fakhin, Bunda Nonny dan Tante Nana selaku keluarga besar penulis yang

telah memberikan semangat kepada penulis. Kepada Fahmi Adi Sasmito, Almira
Putri, Raudha Anggraini Tarigan, Shabirah Inas Siregar, Misriati, selaku teman
dekat penulis yang telah memberikan saran untuk penelitian dan juga telah
memberikan semangat kepada penulis.
Kepada teman-teman penulis Fauzi Anugraha, Reni Andari Siregar, Bella
Chintya Dewi, Handika Prawira, dan teman-teman NK 2012 terimakasih atas
semangat dan canda tawanya selama masa perkuliahan.Terimakasih pula penulis
ucapkan kepada Dedi Iskandar Purba, selaku teman seperjuangan penulis dalam
mengerjakan skripsi. Citra Hazanah Simatupang dan Laila Zahrina, selaku teman
dekat

penulis

semasa

PKL

di

LIPI


Serpong

terimakasih

untuk

kebersamaannya.Kepada Pimpinan Pusat Kimia LIPI Serpong, beserta Dosen
Pembimbing selama masa PKL terimakasih atas waktu dan ilmunya.

v

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan segala pihak yang telah membantu. Semoga ini membawa manfaat bagi
ilmu pengetahuan.

Medan, September 2016

Fanni Zati Hulwany
NIM. 4123210014


vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv


Daftar Isi

vi

Daftar Gambarviii
Daftar Tabelix
Daftar Lampiran

x

BAB I. PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Ruang Lingkup


4

1.3. Rumusan Masalah

4

1.4. Batasan Masalah

5

1.5. Tujuan Penelitian

5

1.6. Manfaat Penelitian

5

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis

6
6

2.1.1. Sistem Imun dan Immunoglobulin Y (IgY)

6

2.1.2. Telur ayam Sebagai Sumber Antibodi

10

2.1.3. Kandungan Pada Kuning Telur

13

2.1.4.Piridoksin(VitaminB6)

13


2.1.5.Tetanus

19

2.1.6. Plasma Darah

20

2.1.7. Hemoglobin

20

2.1.8. Tikus Putih

22

vii

2.2. Kerangka Berfikir

23

2.3. Hipotesis Penelitian

23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. TempatdanWaktuPenelitian

26

26

3.2. BahanPenelitian26
3.3. ProsedurdanRancanganPercobaan26
3.3.1. ProduksiIgYpadaKuningTelurAyam

26

3.3.2. UjiKemanjuranIgYKuningTelurAyampadaTikus

27

Putih
3.3.3.Penentuan Kadar HemoglobinDengan Metode
Sianmethemoglobin

29

3.4. TeknikAnalisis Data

30

3.5.Diagram AlirPenelitian

31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

33

4.1 Hasil Analisis Kadar Hemoglobin Darah Pada Tikus Putih

33

4.2 Pembahasan

34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

38

5.1 Kesimpulan

38

5.2 Saran

38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN45

39

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Struktur Immunoglobulin Yolk danIgG

7

Gambar 2.2.StrukturPiridoksin, Piridoksal, Piridoksamin,
Piridoksal ,FosfatdanPiridoksaminFosfat

14

Gambar 2.3. Proses PembentukanBasa Schiff pada PLP

15

Gambar 2.4. Skema Mekanisme Pengaruh Piridoksin
Terhadap Biosintesis Immunoglobulin

16

Gambar 2.5. Proses Metabolisme EnzimPiridoksalFosfat
Gambar 2.6. Struktur Hemoglobin

17
21

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Beberapa Sifat Dasar Kelas Immunoglobulin

7

Tabel 2.2.Komposisi Zat Gizi Telur berbagai Jenis Unggas

13

Tabel 3.1.Rincian Perlakuan IgY Kuning Telur pada Tikus
Percobaan

25

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Kadar Albumin Serum Tikus Putih Yang Diberi
Kuning Telur Sebanyak 1 mL/ekor/hari Dengan Lama
Pemberian yang Bervariasi dan Disuntikkan Toksin
Tetanus dengan Dosis 0,4 IU/0,5 mL/ekor

45

Lampiran 2.Perhitungan Jumlah Piridoksin yang Harus DicekokkanPada
Ayam Percobaan Dengan Suplementasi 3,0 mg/kg
Ransum

47

Lampiran 3.Tabel Perhitungan Kadar Albumin Serum Tikus Putih Yang
Diberi Kuning Telur Sebanyak 1 mL/ekor/hariDengan Lama
Pemberian yang Bervariasi dan Disuntikkan Toksin Tetanus
Dengan Dosis 0,4 IU/0,5 mL/ekor

49

Lampiran 4. Daftar Istilah

52

Lampiran 5. Daftar Singkatan

58

Lampiran 6. Daftar Satuan

56

Lampiran 7. Tabel Statistika

57

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

62

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, masyarakat hanya mengetahui bahwa telur ayam
merupakan sumber protein hewani pelengkap gizi pada makanan, dan sebagian
menggunakannya sebagai bahan campuran jamu untuk menambah tenaga dan
kebugaran. Namun, sebenarnya ada potensi lain dari telur ayam untuk dapat
digunakan sebagai pabrik biologis memproduksi antibodi terhadap berbagai jenis
penyakit. Antibodi atau Immunoglobulin Y dalam darah ayam dapat ditransfer ke
dalam kuning telur sehingga secara alamiah anak ayam tersebut kaya akan IgY
yang dapat melindunginya dari infeksi mikroorganisme patogen. Biosintesis
antibodi akan berlangsung dalam sistem imun ayam apabila ayam tersebut
diimunisasi dengan antigen tertentu, kemudian antibodi akan ditransfer ke embrio
melalui telur sehingga antibodi dapat ditemukan dalam telur ayam. Selanjutnya,
jika kuning telur tersebut dikonsumsi, maka konsumen akan memperoleh
imunisasi pasif dan akan kebal terhadap serangan antigen spesifik tersebut (Li,
1998 ; Soejoedono, 2005 ; Suartha, 2006).
Kuning telur dari ayam yang diimunisasi sudah sangat terkenal sebagai
salah satu sumber antibodi. Produksi immunoglobulin yolk dengan memanfaatkan
kuning telur ayam sebagai pabrik biologis mempunyai beberapa keunggulan.
Ayam memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap pemaparan antigen asing,
sehingga sistem imun ayam sangat responsif dan persisten untuk produksi IgY
(Hau dan Hendriksen, 2005). Keunggulan lainnya adalah IgY dapat diperoleh dari
telur dengan konsisten menjaga animal welfare, tanpa harus menyakiti hewan.
(Carlander, 2002).
Produksi antibodi atau immunoglobulin yolk telah berhasil dilakukan
melalui berbagai penelitian dengan memanfaatkan ayam sebagai pabrik biologis
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit. Tetapi permasalahannya hingga saat
ini jumlah produk IgY yang dihasilkan dari setiap butir telur masih rendah

2

sehingga belum menguntungkan dari segi komersil. Ayam yang diimunisasi
empat kali dengan 25 – 100µg antigen hanya mampu menghasilkan 40 – 100 mg
IgY perbutir telur (Carlander, 2002). Masalah yang masih belum terpecahkan
secara tuntas sampai saat ini adalah tidak adanya metode yang praktis, murah dan
efektif dalam mengoptimalkan jumlah produksi IgY. Pada keadaan normal, dalam
satu butir telur terkandung IgY antara 22,5 – 43,9 mg dalam kuning telur dan
beberapa mikro gram dalam putih telurnya. Schade (1996) melaporkan bahwa
jumlah antibodi unggas dalam sebutir telur yaitu 50 – 100 mg/mL.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
antibodi dalam kuning telur adalah dengan suplementasi piridoksin pada ayam
petelur (Silitonga, 2013). Piridoksin atau vitamin B6 sebagai salah satu vitamin
yang larut dalam air, merupakan vitamin yang sangat penting dalam proses
metabolisme. Piridoksal posfat sebagai bentuk aktif dari vitamin B6 merupakan
koenzim yang serbaguna dan berperan untuk mengkatalisis berbagai reaksi
metabolisme asam amino dan protein seperti reaksi – reaksi transaminasi,
dekarboksilasi, rasemisasi, dan transulfurasi. Salah satu peranan piridoksin paling
menarik adalah adanya fakta-fakta bahwa vitamin ini berperan dalam aspek
pembentukan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme. Dari berbagai
hasil penelitian telah ditemukan sekitar 60 jenis reaksi-reaksi asam amino yang
melibatkan piridoksal posfat (Conn, 1987).
Upaya meningkatkan produksi IgY kuning telur telah dilakukan Silitonga
(2013). Dari hasil penelitian telah terbukti bahwa suplementasi piridoksin secara
oral/cekok dengan dosis 3,0 mg/Kg ransum memberikan produksi antibodi/
immunoglobulin yolk anti tetanus dalam kuning telur sebesar 106,1 mg/ butir telur
yang berarti telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan
kandungan IgY yang ditemukan peneliti terdahulu. Selanjutnya, Silitonga (2015)
juga mengemukakan bahwa suplementasi piridoksin melalui air minum
merupakan metode yang paling praktis, murah dan efektif untuk meningkatkan
produksi antibodi/immunoglobulin yolk dalam kuning telur ayam. Dengan metode
ini, diperoleh rataan kadar antibodi/ immunoglobulin yolk kuning telur sebesar
2,151 ±0,026 gr/100 mL atau setara dengan 107,55 mg/ butir telur.

3

Penyakit tetanus adalah salah satu jenis penyakit yang berbahaya apabila
tidak ditangani secara cermat. Kejadian penyakit tetanus di berbagai negara masih
tetap tinggi,setiap tahun dilaporkan terjadi kasus tetanus sekitar 350.000 hingga
400.000 kasus di seluruh dunia (Suartha, 2006). Kasus penyakit tetanus yang lebih
tinggi umumnya terjadi di negara - negara sedang berkembang yang program
imunisasinya tidak teratur dan tingkat kesadaran masyarakatnya tentang kesehatan
rendah (Bruggeman, 2003). Tetanus adalah penyakit infeksi akut disebabkan
eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, ditandai dengan peningkatan
kekakuan umum dan kejangkejang otot rangka (Mahadewa,2009). Gejala klinis
yang dapat diakibatkan oleh penyakit tetanus diantaranya adalah gemetar,
punggung bengkok, kaki pincang dan dapat mengakibatkan kematian. Gangguan
metabolisme dapat terjadi pada keseimbangan elektrolit, metabolisme karbohidrat,
protein, lipid dan metabolisme asam nukleat (Bizzini,1993). Hasil uji kemanjuran
IgY kuning telur ayam telah dilakukan Silitonga (2014), diperoleh bahwa tikus
putih yang disuntik dengan toksin tetanus yang diberi kuning telur ayam mentah
secara cekok dan selama pemeliharaan ayam tersebut diberi suplementasi
piridoksin, menunjukkan kadar hemoglobin darah tikus putih yang tetap tinggi.
Walaupun produksi IgY kuning telur anti tetanus dengan cara suplementasi
piridoksin telah menunjukkan peningkatan dan cukup manjur mempertahankan
kadar hemoglobin pada tikus putih, tetapi hingga saat ini belum diuji apakah
tingkat kemasakan telur ayam yang diberikan kepada tikus putih akan
berpengaruh terhadap kemanjuran IgY dalam mempertahankan kadar hemoglobin
yang normal. Sebagai protein, immunoglobulin diduga mempunyai aktivitas
biologis pada kondisi pH dan suhu yang terbatas. Jika pH dan suhu berubah secara
ekstrim atau melewati batas tertentu maka protein akan mengalami denaturasi
yang dapat mengakibatkan susunan tiga dimensi (struktur tertier dan kwartener)
dari IgY tersebut akan terganggu dan kehilangan aktivitas biologisnya. Menurut
Soejoedono (2005), IgY pada kuning telur ayam hanya mampu bertahan pada
suhu pemanasan dibawah 68,9°C. Sifat dari IgY adalah rentan terhadap perubahan
lingkungan terutama pada suhu diatas 65°C. IgY dilaporkan mampu bertahan
terhadap pemanasan 65°C selama 30 menit tetapi tidak tahan terhadap pemanasan

4

75°C selama 30 menit (Wibawan, 2009). IgY tahan terhadap pH diatas 4 namun
pada pH 2 dengan suhu 37°C, aktivitas IgY akan menurun dengan cepat
(Carlander, 2002). Dengan demikian timbul kemungkinan bahwa kandungan IgY
kuning telur yang telah mengalami tingkat pemasakan yang berbeda akan
memberikan kemanjuran yang berbeda-beda.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, akan dilakukan penelitian yang
direncanakan akan mampu mengungkap apakah ada pengaruh tingkat kemasakan
telur yang telah diberi suplementasi piridoksin pada ayam petelur terhadap
kemanjuran

immunoglobulinnya

dalam

mencegah

gangguan

biosintesis

hemoglobin, apabila hewan terinfeksi oleh toksin tetanus. Dengan demikian
penelitian ini diberi judul “Pengaruh tingkat kemasakan telur ayam yang telah
diberi

suplementasi

piridoksin

terhadap

kemanjurannya

mencegah

gangguan biosintesis hemoglobin oleh toksin tetanus.”
1.2. Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas pengaruh tingkat kemasakan telur yang telah
diberi suplementasi piridoksin pada ayam petelur terhadap kemanjuran
immunoglobulin dalam mencegah gangguan biosintesis hemoglobin pada hewan
yang terinfeksi oleh toksin tetanus. Tingkat kemasakan telur yang akan dicobakan
adalah sesuai dengan kebiasaan yang terdapat di tengah masyarakat dalam
mengkonsumsi telur, yaitu kondisi mentah, setengah matang, dan matang.

1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini IgY yang diproduksi dan diuji kemanjuranya dibatasi
hanya IgY anti tetanus, dalam uji kemanjuran dibatasi hanya pengukuran kadar
hemoglobin serum pada tikus putih yang diinfeksi dengan toksin tetanus.

5

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah ada pengaruh tingkat kemasakan
telur ayam yang telah diberi suplementasi piridoksin terhadap kemanjurannya
dalam mencegah gangguan biosintesis hemoglobin yang diakibatkan oleh infeksi
toksin tetanus.

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh
tingkat kemasakan telur ayam yang telah diberi suplementasi piridoksin terhadap
kemanjurannya mencegah gangguan biosintesis hemoglobin yang diakibatkan
oleh infeksi toksin tetanus.

1.6. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui cara memproduksi antibodi (IgY) kuning telur ayam terhadap
penyakit tetanus.
2. Mengetahui adanya pengaruh tingkat kemasakan telur yang telah diberi
suplementasi

piridoksin

dalam

hemoglobin oleh toksin tetanus.

mencegah

gangguan

biosintesis

38

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa data yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan:
Ada pengaruh tingkat kemasakan telur ayam yang telah diberi
suplementasi piridoksin terhadap kemanjurannya mencegah gangguan oleh toksin
tetanus. Dilihat dari kelompok tikus putih yang diberi telur mentah, setengah
matang, dan matang mampu mempertahankan kadar hemoglobin normal.
Sedangkan, pada kelompok tikus putih kontrol atau yang tidak diberi perlakuan
kuning telur, tidak mampu mempertahankan kadar hemoglobin normal. Kadar
hemoglobin pada tikus putih yang diberi kuning telur mentah, setengah matang,
dan matang berturut-turut yaitu 13,63 g/dL, 14,30 g/dL, dan 15,20 g/dL. Kadar
hemoglobin pada tikus putih (kontrol) yang tidak diberi perlakuan kuning telur
yaitu 9,6 g/dL.

5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kadar hemoglobin darah tikus
putih yang diberi kuning telur ayam suplementasi piridoksin sebelum
penyuntikkan toksin tetanus.

39

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2002). Hyperimmune egg background.http://www.Hyperimmuneegg.org
/background .html. (Diakses pada tanggal 23 Maret 2016)
Akdur, O., Ozhan, S.,Koyuncu., Ikichi,M. (2011).A forgotten diagnosis in
emergency departemen tetanus,Bratisleklisty,112(8): 469-471.
Asturi,A.A.(2006). Purifikasi dan Karakterisasi Immunoglobulin Y (Igy) Kuning
Telur Ayam Spesifik Salmonela Enteritidis Menggunakan Metode Sodium
Dodecyl Sulphate Poly Acrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE).
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Babu, U.,Scott, M., Myres, M.J.,Okamura, M., Gaines, D., Yancy, H.F., Lillehoj,
H., Heckert, R.A., Raybourne, R.B. (2003). Effects of live attenuated and
killed salmonella vaccine on t-lymphocyte mediated immunity in laying
hens. Vet ImmunAndImmunopathol, 91(1):39-44.
Beisel, W.R. (1982).Single nutrients and immunity.Am.J.Clin.Nutr,35: 417-464.
Bizzini,B. (1993).Clostridium tetani.Patogenesis of Bacterial Infections in Animal
.Ed.ke 2.USA Iowa State University Press.
Bogoyavlensky, A.P.,V.E. Bersin and V.P. Tolmachva.(1999).Immunogenicity of
influenza glicoprotein with different forms of supramolecular organization
in hens. Balt. J.lab. anim. Sci,44:99-105.
Bruggeman, H.,Baumer, S. Fricke, W. F.,Wiezer, A., Liesegang, H., Decker, I.,
Hezberg, C.,Arias, R.M.,Merki, R., Henne, A., and G.
Gottschalk.(2003).The Genome sequenceof Clostridium tetani, the
causative agents of tetanus disease.PNAS,100(3):1316-1321.
Carlander, D. (2002).Avian IgY antibody, invitro and invivo. Dissertation. Acta
Universitatis Upsaliensis, Upsala
Chang, H.M, Ou-Yang, R.F, Chen, Y.T, Chen, C.C. (1999). Productivity and
some properties of immunoglobulin specific against streptococcus mutans
serotype C in chicken egg yolk (IgY). J Agric Food Chem,47: 61-66
Conn, E.E.P.K.,Stumf, G. Bruening., and
Doi, R.H. (1987).Outlines of
Biochemistry. New York :John Weley dan Sons

40

Davalos, P.L., Ortego, V.J.L., Bastos, G.D, Hodalgo, A.R. (2000).Collodial
stability of IgY coated latex microspheres. Colloids and surfaces B.
Biointerfaces, 20(2): 165-175.
Davis, C., Reeves, R. (2002).High value opportunities from the chicken egg.A
report for the rural industries research and development corporation.
RIRDC Pub.
Debes, S.A.,and Kirksey, A. (1979).Influence of dietary pyridoxine on selected
immune capasities of rat dams and pups. J. Nutr, 109: 744-250.
Farar, J., Yen, I., Cook, T., Fairweather, N., Binh, N., Parry, J.
(2000).Tetanus.J.NeurolNeurosurg Psychiatry.69:292-301.
Fieldman B. F, Joseph G. Z, Oscar W. S. (2000). Veterinary Hematology. USA:
Willey-Blackwell.
Frandson, R.D. (1992).Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4, Terjemahan Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Freed, M. (1966),Methods of vitamin Assay. New York: Inter-Science Publishers
Ganong. (2003).
Jakarta.

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit EGC,

Grindra, A. (1989).Petunuk Praktikum Biokimia Patologi P.A.U Ilmu Hayati. IPB,
Bogor.
Guyton, A.C., and Hall, J.E. (1997).Sel Darah Merah, Anemia dan Polisitimia di
dalam Fisiologi Kedokteran. Terjemahan : dr.Irawati, dr.L.M.A. Ken
Arita Tengadi dan dr. Alex Santoso, Penerbit Buku Kedokteran,E.G.C,
Jakarta Hal : 93-130.
Halimah,
L.S.
(2001).Kajian
serum
kelinci
poliklonal
spesifik
terhadapimunoglobulin ayam untuk pengembangan diagnostika.Thesis
ProgramPascasarjana IPB, Bogor
Hames, B. D. (1998).Gel Electrophoresis of proteins.Oxford University press.
New York.
Hatta, H., Tsuda, K., Akachi, S., Kim, M., and Yamamoto, T. (1993). Productivity
and some properties of egg yolk antibody (IgY) against human rotavirus
compared with rabbit IgG. Biosci Biotechnol Biochem.57: 450–454.
Hau, J. and Hendriksen, C.F.M. (2005).Refinement of Polyclonal Antibody
Production by Combining Oral Immunization of Chickens with Harvest of
Antibodies from the Egg Yolk.J. ILAR.46(3) (online issues).

41

Hirai, K.,H. Arimitsu.,K Umeda., K Yokota.,L. Shen ., K. Ayada ., Y. Kodama.,
T. Tsuji., Y. Hirai and. K.Oguma.(2010).Passive oral immunization by egg
yolk immunoglobulin (IgY) to Vibrio Cholerae efectively prevents
cholera. Acta Med.Okayama. 64(3) 163-170
Ian, Tanu, dkk. (1969).Farmakologi dan Terapi, Jakarta: FK Universitas
Indonesia Halaman : 595 – 596.
Jones dan Johansen. (1972). Avian Biology. Volume 2. New York: Academic
Press.
Kermani, AV., T. Moll.,BR. Cho., Davis, W.C., and Lu, Y.S. (2001). Effects of
IgY antibodi on the development of marek’s disease. Avian Dis. 20: 32-41
Khare, M.L.,Kumar, S., and Gru, J. (1996).Immunoglobulins of the chicken
antibody to newcastle Disease Virus (Muktewwar and F Strain). Polutry
Sci.55-159.
Kresno, S.B. (2003).Imunologi : Diagnosis dan prosedur Laboratorium.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Kumar, M., and Axelrod, A.E. (1968).Cellular antibody Sythesis in Vitamin B6deficient rats.J. Nutr, 96: 53-59
Lehninger , A.L. (1982). principles of Biochemistry. Worth Publisher, Inc
Li, X., Nakano, T., Sunwood, H.H., Paek, B.H.,Chae, H.S., and Sim, J.S. (1998).
Effects of egg and yolk weighst on yolk antibody (IgY) production in
laying chickens Poult Sci,77 : 266-270
Linder, M,C.(1992).Biokimia, Nutrisi dan Metabolisme (Parakhasi, , Penerjemah)
UI Press, Jakarta.
Mahadewa, T.G.B., Maliawan, S. (2009).Diagnosis & Tatalaksana Kegawat
Daruratan Tulang Belakang, Jakarta: CV Sagung Seto.
Malole, M. B. M dan Pramono C. S. U. (1989). Penggunaan Hewan- Hewan
Percobaan di Laboratorium. Bogor: IPB.
Martin, D.W., P.A. Mayes, V.W. Rodwell and D.K. Granner. (1985). Harper’s
Review of Biochemistry. ( Alih Bahasa: Iyan Darmawan). Jakarta: penerbit
E.G.C.
Meliana, Dina. 2004. ‘Studi Banding Beberapa Metode Pengukuran Kadar
Hemoglobin’. Skripsi. Fakultas Kedokteran-UNS, Surakarta.
Moeljoharjdjo, D.S.(1988).Biokimia Umum II. Laboratorium Biokimia FMIPA –
Institut Pertanian Bogor, Bogor

42

Mustopa, A.Z.(2004).Peran imunoglobulin Y (IgY) sebagai anti adhesi dan
opsonin untuk pencegahan serangan Escherichia coli Enteropatogenik
(EPEC) K 1.1. [Tesis].Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Narat, M. (2003).Production of Antibodies in Chickens.Food Technol. Biotechnol,
(3):259-267.
Patterson, R., Younger, J.S., Weigle, W.o.(1962). The metabolism of serum
proteins in the hen and chick and secretion of serum proteins by the ovary
of the hen In The Journal of General Physiology, (45): 501-513.
Rose, M.E.,& Orlans, E.(1981).Immunoglobulins in the egg, embryo, and young
chick.Dev. Comp. Immunol., 5, 15-20.
Sacher, R.A., Richard, A.M. (2000). Widmann’s Clinical Interpretation of
Laboratory tests,II/E.F.a.Davis Company, Philadelphia, Pennsylvania,
USA
Schade,R., Hlinak,A. (1996).Egg yolk antibodies, state of the art and future
prospects.ALTEX 139,(5):5-9.
Schalm, O.W., N.C. Jain., and E.J. Carol. (1986). Veterinary Haematology.4th
Edition.Lea and Febiger. Philadelphia
Scott, M.L., M.C., Neishem and R.J. Young. (1982). Nutrition of the chickens (3
rd
ed). Ithaca, New York : M.L. Scoot & Associates.
Sikar, S.H.S.(1987).Peranan Bursa Fabricus Dalam Produksi Antibodi Terhadap
Antigen NDV Pada ayam Kampung dan White Leghorn.Disertasi.
Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian
Silitonga, P.M. (1992).Pengaruh Piridoksin Terhadap Sintesis Antibodi Pada
Ayam Broiler.MS – Thesis, Institut Pertanian Bogor.
Silitonga, P.M.(1996).Kimia Bahan Makanan. FPMIPA-IKIP Medan, Medan
Silitonga, P.M. (2011).Statistik:Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Penerbit
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan, Medan
Silitonga, P.M., dan M. Silitonga. (2013).Upaya Meningkatkan Produksi
Immunoglobulin Y (IgY) Kuning Telur dengan uplementasi Piridoksin.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing-Dikti-Kemdikbud.
Silitonga, P.M., dan M.Silitonga.(2014).Upaya Meningkatkan Produksi
Immunoglobulin Y (IgY) Kuning Telur dengan Suplementasi Piridoksin.
Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing Tahun II, Dikti-Kemdiknas.

43

Silitonga, P.M., dan Silitonga, M. (2015).Efektifitas berbagai Metode Suplementasi
Piridoksin Mengoptimalisasi produksi Immunoglobulin Y (IgY) Kuning Telur
Ayam. Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing Tahun I, Kemristekdikti.
Sharma, J.M. (1997). The Structure and Function of The Avian Immune System.
Acta Vet. Hung. 45: 229-238
Shimizu, M., Nagashima.,H, Sano, K., Hashimoto, K., Ozeki, M., Tsuda K., Hatta
H.
(1992).Molecular
stability
of
chicken
and
rabbit
immunoglobulinG.Biosci Biotechnol Biochem.56: 270–274.
Smith,

J.B., Mangkoewidjohi, S. (1998). Pemeliharaan, Pembiakandan
PenggunaanHewanPercobaandidaerahTropis, Universitas Indonesia,
Jakarta

Soejoedono, R.D.,Hayati, Z., Wibawan, I.W.T. (2005).Pemanfaatan Telur Ayam
Sebagai Pabrik Biologis: Produksi Yolk Immunoglobulin (IgY) anti plaque
dan diare dengan Titik Berat pada anti Strptococcus Mutan, Escherichia
Coli dan Salmonella Enteridis. Laporan RUT XII Kerjasama Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB dengan Kementrian Riset dan
Teknologi RI
Sosroseputro, H.(1987).Hal Ihwal Imunisasi dan Aplikasinya. PT.Gardawastu. Pp:
69-77, Bandung
Sturkie P. D dan Grimingger. (1976). Blood : Physical Characteristic, Formed
Elements, Hemoglobin, and Coagulation. New York: Spinger-Verleg.
Suartha, I.N., Wibawan, I.W.T., dan Darmono.(2006).Produksi immunoglobulin
Y spesifik anti tetanus pada ayam. J.Vet.7,(1): 21-28
Suartini,
I.G.A.A,
Wibawan,
I.W.T,
Suhartono,
M.T.,
Supar.,dan
IN.Suarta.(2007).Aktivitas IgY dan IgG anti tetanus setelah perlakuan
pada berbagai pH, suhu dan enzim proteolitik.J.Vet.8(4): 160-166.
Sunwoo, H.H, Lee, E.N, Menninen, K, Suresh, M.R, Sim, J.S. (2002). Growth
inhibitory effect of chickens eggs yolk antibody (IgY) on Escherichia coli
O 157:H7.J.Food.Sci.67(4): 1486-1494.
Susilo, Joko., dan Hamam Hadi. 2002. 'Hubungan Asupan Zat Besi dan
Inhibitornya sebagai Prediktor Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Kabupaten
Bantul Propinsi DIY'. Berita Kedokteran Masyarakat 18 (1) : 1-8
Sutedjo, SKM. 2007. Mengenal Penyakit Melalui
Laboratorium. Amara Books, Yogyakarta.

Hasil

Pemeriksaan

Swenson, M.J.(1984). Physiological Properties and Cellular and Chemical
Constituents of Blood In Swenson, M.J. (Edition). Duke, s Physiology of

44

Domestic Animals.10th Edition Cornell University Press, Ithaca and
London.
Talbott, M.C, Miller, L.T., and Kerkvliet, N.I. (1987). Pyridoxine supplementation:
Effect on lymphocyte responses in elderly persons. Am. J. Chin. Nutr.
46:659-664.
Tamilzarasan, K.B., Dinakaran. A., Selvaraju., Dorairajan. N.(2009). Efficacy of
egg yolk immunoglobulins (IGY) against enteric pathogens in poultry.
Veterinary College and Research Institute Tamilnadu J. Veterinary &
Animal Science. 5(6):264-268
Tizard, I.R. (1982).An Introduction to Veterinary Immunology.(M. Partodiredjo,
cs). Penerbit Universitas Airlangga, Surabaya.
Tressler, R.L., and Roth, T.F.(1987). IgG receptors on the embryonic chick yolk
sac. J. Biol. Chem.262 :15406-15412.
Usman, Dody., Ashar, Taufik., Naria, Evi. (2013). Analisa Kandungan Salmonella
sp Pada Telur Mentah dan Telur Setengah Matang Pada Warung Kopi Di
Jalan Samanhudi Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun
2013. Universitas Sumatera Utara, Medan
Wales, J.(2010).Serum Darah.http://www.wikipedia.com (Diakses pada tanggal
23 Maret 2016)
Wibawan, I.W.T., Murtini, S., Soejoedono., Mahardika, I Gusti. (2009).Produksi
IgY Antivirus Avian Influenza H5N1 dan Prospek Pemanfaatannya dalam
Pengebalan Pasif.Fakultas Kedokteran HewanUniversitas Udayana, Bali.
Widmann, F.K.(1995).Tinjauan klinis atas hasil pemeriksan laboratorium.Edisi
9.Diterjemahkan oleh Kresno SB dkk.Bagian Patologi Klinik
FKUI/RSCM. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Woolley, J.A.,and Landon, J.(1995).Comparison of antibody production to human
interleukin-6 (IL-6) by sheep and chickens.J. Immunol. Methods, 178:
253-265.
Yasin, S. (1988).Fungsi dan Peranan Zat – Zat Dalam Ransum Ayam Petelur.
Madyatama Sarana Perkasa, Jakarta.