PRODUKSI TELUR ANTI TETANUS PADA AYAM YANG DIBERI SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN SERTA UJI KEMANJURANNYA DALAM MENCEGAH GANGGUAN TERHADAP KADAR ALBUMIN �.

(1)

PRODUKSI TELUR ANTI TETANUS PADA AYAM YANG DIBERI SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN SERTA UJI KEMANJURANNYA

DALAM MENCEGAH GANGGUAN TERHADAP KADAR ALBUMIN – GLOBULIN SERUM TIKUS PUTIH

Oleh:

Sabarina Yosepha Pasaribu NIM 4103210033 Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

JudulSkripsi : Produksi Telur Anti Tetanus pada Ayam yang diberi Suplementasi Piridoksin serta Uji Kemanjurannya dalam mencegah Gangguan terhadap Kadar Albumin – Globulin Serum Tikus Putih

Nama Mahasiswa :Sabarina Yosepha Pasaribu

NIM : 4103210033

Program Studi : Kimia

Jurusan : Kimia

Menyetujui :

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Pasar Maulim Silitonga,M.S NIP.195909071985031003

Mengetahui :

FMIPA UNIMED Jurusan Kimia

Dekan, Ketua Jurusan,

Prof. Drs. Motlan,M.Sc.,Ph.D Drs. Jamalum

Purba,M.Si

NIP.195908051986011001 NIP.

196412071991031002


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidikalang, pada tanggal 28 November 1991. Ibu bernama Lamtiur Manullang dan ayah Robert Pasaribu, merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri No. 066657 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan Sekolah di SMP Swasta Belawan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 16 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program studi Kimia Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan dan lulus ujian mempertahankan skripsi (Meja Hijau) pada tanggal 18 Agustus 2014. Kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti adalah Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Katolik (UK-KMK) dibidang kerohanian dan kesenian. Selama kuliah penulis pernah mengikuti beberapa seminar Nasional dan beberapa kali ikutdalam kunjungan industri seperti ke PDAM Tirtanadi,Ecogreen Medan, Soucimas, dan Toba Pulp Lestari (TPL). Penulis pernah mengikuti Pelatihan Tenaga Kerja yang diadakan oleh PJK UNIMED dan praktek kerja lapangan (PKL) di Laboratorium Forensik cabang Medan Sumatera Utara.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas segala rahmat dan berkatnya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April samapai Juli 2014 ialah “Produksi Telur Anti Tetanus pada Ayam yang diberi Suplementasi Piridoksin serta Uji Kemanjurannya dalam Mencegah Gangguan terhadap Kadar Albumin – Globulin Serum Tikus Putih”.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi, antara lain Bapak Drs. Pasar Maulim Silitonga, M.S Selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberi bimbingan dan bantuan dalam kelancaran penelitian dan penyususan skripsi ini, serta kepada Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si , Bapak Drs. Rahmat Nauli, M.Si , dan Ibu Dra. Ani Sutiani, M,Si yang telah banyak memberikan saran dan juga kepada Ibu Dra. Ratu Evina Dibyantini, M,Si selaku Dosen Pembimbing Akademik. Trima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Jamalum Purba selaku Ketua Jurusan, Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S.,M.Sc. Pembantu Dekan I, Bapak Prof. Drs. Motlan,M.Sc.,Ph.D. selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si selaku Ketua Prodi Kimia dan Kak Vidia. Secara khusus penulis menyampaikan trima kasih kepada Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan baik moril maupun materil serta adik – adik penulis Prama Beato Fernando Pasaribu, Raymondo Pasaribu, Inosensia Pasaribu, Lambertus Pasaribu dan Berliana Pasaribu yang sangat penulis sayang.

Penulis juga menyampaikan trima kasih untuk Oliva Britgita Silalahi selaku teman satu Dosen PS yang sama – sama berjuang dalam suka duka penelitian, untuk


(5)

temanku Carolina R. Nainggolan, Maria Gultom, Apriyani Simanjuntak, Evi Dorika Saragih, Vince V. Sitanggang, Juni Manalu untuk teman satu PKL Josua Butar – butar, Randi P. Siregar, Sumitro Sihombing, Melinda Sianipar teman satu PA, Sonri D. Silalahi selaku Komting dan teman NK 2010 tanpa terkecuali. Penulis juga berterima kasih pada teman BIA kak Uli Silalahi, kak Marianna Sinaga, Natalia Sihombing dan Meilidiva Sialagan atas dukungannya.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang peranan piridoksin terhadap biosintesis IgY pada ayam petelur dan kemanjurannya dalam mencegah gangguan terhadap metabolisme protein dan juga dapat berguna sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa jurusan kimia.

Medan, 18 Agustus 2014

Sabarina Y. Pasaribu NIM. 4103210033


(6)

PRODUKSI TELUR ANTI TETANUS PADA AYAM YANG DIBERI SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN SERTA UJI KEMANJURANNYA

DALAM MENCEGAH GANGGUAN TERHADAP KADAR ALBUMIN – GLOBULIN SERUM TIKUS PUTIH

Sabarina Yosepha Pasaribu 4103210033

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi IgYkuning telur ayam anti tetanus dengan suplementasi piridoksin pada ayam petelur dan menguji kemanjurannya dalam mempertahankan kadar albumin dan globulin serum tikus putih sehingga tetap pada kondisi normal. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor tikus putih jantan dewasa berumur 2 – 3 bulan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian kuning telur sebanyak 1 mL/ekor/hari dengan lama pemberian yang bervariasi yaitu 2 hari, 4 hari, 6 hari dan tidak diberikan kuning telur. Kemudian tikus putih disuntik dengan toksin tetanus sebanyak 0,4 IU/0,5 ml/ekor pada hari keenam. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian pada taraf signifikan α = 0,01 dan dilanjutkan dengan uji beda nyata (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kuning telur dan penyuntikkan tetanus pada tikus putih tidakberpengaruh terhadap kadar albumin serum tikus putihakan tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar globulin serum tikus putih. Kadar albumin serum tikus putih yang diberi kuning telur sebanyak 1mL/ekor/hariselama 2 hari, 4 hari, 6 hari dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 4,36 g/dL; 4,34 g/dL; 4,39 g/dL sedangkan tikus putih yang tidak diberi kuning telurdan kemudian disuntikkan tetanus adalah 4,52g/dL.Kadar globulin serum tikus putih yang diberi kuning telur sebanyak 1mL/ekor/hari selama 2 hari, 4 hari, 6 hari dankemudian disuntikkan tetanus adalah 3,31 g/dL; 4,06 g/dL; 4,01 g/dL sedangkan tikus putih yang tidak diberi kuning telurdan kemudian disuntikkan tetanus adalah 6,11 g/dL


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembarpengesahan i

RiwayatHidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I.PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Ruang Lingkup 5

1.3. Rumusan Masalah 5

1.4. Batasan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 5

1.6. Manfaat Penelitian 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1.Piridoksin (Vitamin B6) 7

2.2. Sumber dan sifat – sifat Vitamin B6 8 2.2.1.Metabolisme dan Fungsi Biokimia Vitamin B6 9 2.3.Kebutuhan dan Defisiensi Piridoksin pada Ayam 12 2.4.Sistem Imun dan Sintesis Immunoglobulin 13

2.5.Ayam ras Petelur 19

2.5.1. Telur Ayam sebagai sumber Antibodi 20 2.5.2. Kandungan Zat pada Kuning telur 22

2.6. Tetanus 23

2.6.1. Respon Pembentukan IgY terhadap Toxoid Tetanus 24

2.7. Plasma Darah 25

2.7.1. Serum 26

2.7.2. Metabolisme Albumin 27

2.7.3. Metabolisme Globulin 27

2.7.4. Parameter penentuan Albumin – Globulin 28

2.8. Tikus Putih 29

2.8.1. Ciri – ciri dan Sistematika Tikus Putih 29


(8)

2.8.3. Kandang Tikus Putih 31

2.9. Hipotesis Penelitian 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 33

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 33

3.2. Bahan Penelitian 33

3.3. Prosedur dan Rancangan Percobaan 33 3.3.1. Produksi IgY pada Kuning Telur 34 3.3.2. Uji Kemanjuran IgY Kuning Telur pada Tikus 34 3.3.3. Penentuan Kadar Albumin Tikus Putih 36 3.3.4. Penentuan Kadar Globulin Tikus Putih 37

3.4. Teknik Analisis Data 38

3.5. Diagram Alir Penelitian 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 40

4.1. Hasil Analisis Kadar Albumin Serum Tikus Putih 40 4.3. Hasil Analisis Kadar Globulin Serum Tikus Putih 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 48

5.1. Kesimpulan 48

5.2 Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Struktur Piridoksin, Piridoksal, Piridoksamin,

Piridoksal Fosfat dan Piridoksamin Fosfat 7 Gambar 2.2. Metabolisme Vitamer – vitamer Vitamin B6

pada sel Hewan 9

Gambar 2.3. Proses Pembentukan basa Schiff pada PLP 10 Gambar 2.4. Proses Metabolisme enzim Piridoksal Fosfat 12 Gambar 2.5. Struktur Immunoglobulin Yolk dan IgG 15

Gambar 2.6. Tikus Putih 30

Grafik 4.1. Kadar Albumin dengan variasi pemberian

kuning telur pada tikus putih 41 Grafik 4.1. Kadar Gobulin dengan variasi pemberian


(10)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data Kadar Albumin Serum Tikus Putihyang diberi

Kuning Telur sebanyak 1 mL/ekor/hari dengan lama pemberian yang bervariasi dan disuntikkan toksin

Tetanusdengan dosis 0,4 IU/0,5 mL/ekor 55 Lampiran 2. Perhitungan Jumlah Piridoksin yang harus Dicekokkan

pada Ayam Percobaan dengan Suplementasi 3,0 mg/kg

ransum 59

Lampiran 3.Tabel Perhitungan Kadar Albumin Serum Tikus Putih yang diberi Kuning Telur sebanyak 1 mL/ekor/hari dengan lama pemberian yang bervariasi dan disuntikkan

toksin tetanus dengan dosis 0,4 IU/0,5 mL/ekor 64 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian 71


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti virus dan bakteri, dimana upaya pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Pencegahan dengan imunisasi aktif dapat dilakukan dengan memasukkan atau menyuntikkan antigen tertentu kedalam tubuh sehingga tubuh akan meresponnya dengan membentuk antibodi spesifik, sedangkan imunisasi pasif dapat dilakukan dengan mengkonsumsi bahan makanan yang telah mengandung antibodi spesifik terhadap antigen tertentu sehingga tubuh akan kebal terhadap serangan antigen tersebut. Protein yang memiliki aktifitas antibodi disebut Immunoglobulin. Protein tersebut dihasilkan dari sel – sel plasma oleh akibat adanya interaksi antara limfosit B peka antigen dengan antigen spesifik (Kresno,1984).

Immunoglobulin Y (IgY) adalah antibodi yang terdapat pada kuning telur ayam (yolk) (L1,1998 ; Soejoedono, 2005 ; Suartha, 2006). Biosintesis antibodi akan berlangsung dalam sistem imun ayam apabila ayam tersebut diimunisasi dengan antigen tertentu, kemudian antibodi akan ditransfer ke embrio melalui telur sehingga antibodi dapat ditemukan dalam telur ayam. Selanjutnya jika kuning telur tersebut dikonsumsi, maka konsumen akan memperoleh imunisasi pasif dan akan kebal terhadap serangan antigen spesifik tersebut.

Produksi antibodi atau immunoglobulin yolk (IgY)telah berhasil dilakukan melalui berbagai penelitian dengan memanfaatkan ayam sebagai pabrik biologis untuk pengobatan dan pencegahan penyakit. Tetapi permasalahannya hingga saat ini jumlah produk IgY yang dihasilkan dari setiap butir telur masih rendah sehingga belum menguntungkan dari segi komersil. Ayam yang diimunisasi empat kali dengan 25 – 100 µg antigen hanya mampu menghasilkan 40 – 100 mg IgY per


(12)

butir telur (Carlander, 2002). Masalah yang masih belum terpecahkan sampai saat ini adalah tidak adanya metode yang praktis, murah dan efektif dalam peningkatan dan pengoptimalan jumlah produksi IgY.Pada keadaan normal, dalam satu butir telur terkandung IgY antara 22,5 – 43,9 mg dalam kuning telurnya dan beberapa mikro gram dalam putih telurnya. Schade (1996) melaporkan bahwa jumlah antibodi unggas dalam sebutir telur yaitu 50 – 100 mg/mL.

Suplementasi piridoksin pada ayam petelur merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat meningkatkan produksi antibodi dalam kuning telur. Piridoksin atau vitamin B6 sebagai salah satu vitamin yang larut dalam air, merupakan vitamin yang sangat penting dalam proses metabolisme. Piridoksal posfat (PLP) sebagai bentuk aktif dari vitamin B6 merupakan koenzim yang serbaguna yang berperan untuk mengkatalisis berbagai reaksi metabolisme asam amino dan protein seperti reaksi – reaksi transaminasi, dekarboksilasi, rasemisasi, dan transulfurasi. Salah satu peranan piridoksi paling menarik adalah adanya fakta-fakta bahwa vitamin ini berperan dalam aspek pembentukan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme. Dari berbagai hasil penelitian telah ditemukan sekitar 60 jenis reaksi-reaksi asam amino yang melibatkan piridoksal posfat (Conn, 1987).

Berbagai penelitian tentang hubungan piridoksin dengan aspek kekebalan tubuh pada hewan dan manusia telah dilaporkan. Total sel-sel pembentuk antibodi pada tikus defisiensi piridoksin ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan tikus normal ( Kumar dan Axelrod, 1968). Jika induk tikus diberi ransum defisiensi piridoksin semasa kehamilan dan laktasi, maka ditemukan bahwa jumlah limfosit dan sel – sel pembentuk antibodi pada anak tikus tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan anak tikus yang induknya diberi ransum dengan tingkat piridoksin yang normal (Debes dan Kirksey,1979). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Chen (2005) yang menjelaskan bahwa pada kondisi defisiensi piridoksin terjadi penurunan fungsi- fungsi immun pada kerang laut. Defisiensi piridoksin pada manusia dan juga hewan dapat menurunkan respon immun berperantara sel


(13)

(‘’cel mediated immune response’’) dan respon immun humoral terhadap berbagai jenis antigen (Beisel, 1982).

Studi tentang pengaruh piridoksin terhadap sintesis antibodi pada ayam broiler menunjukkan bahwa pemberian piridoksin berpengaruh terhadap titer HI (titer antibodi) dan kadar globulin serum, dimana pemberian piridoksin dengan dosis 3,0 mg/kg ransum memberikan kadar globulin paling tinggi (Silitonga, 1992). Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa piridoksin berpengaruh nyata terhadap kadar imunoglobulin serum, kadar DNA dan RNA organ Fabricus. Defisiensi piridoksin memberikan kadar imunoglobulin yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok defisiensi (Silitonga, 1996). Selanjutnya Silitonga (2008) mengemukakan bahwa kadar IgG dan IgM pada subjek yang mengalami defisiensi piridoksin lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang diberi piridoksin dengan dosis normal dan berlebih.

Upaya meningkatkan produksi IgY kuning telur telah dilakukan Silitonga (2013). Dari hasil penelitian telah terbukti bahwa suplementasi piridoksin secara oral/cekok dengan dosis 3,0 mg/kg ransum memberikan produksi antibodi / immunoglobulin yolk (IgY) anti tetanus dalam kuning telur sebesar 106,1 mg/ butir telur yang berarti telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan kandungan IgY yang ditemukan peneliti terdahulu. Walaupun produksi IgY kuning telur anti tetanus dengan cara suplementasi piridoksin telah menunjukkan peningkatan, tetapi kemanjuran IgY kuning telur yang dihasilkan tersebut belum teruji apakah cukup efektif mencegah timbulnya gangguan atau kelainan /penyakit akibat serangan toksin tetanus. Penyakit tetanus adalah salah satu jenis penyakit yang berbahaya apabila tidak ditangani secara cermat. Kejadian penyakit tetanus di berbagai negara masih tetap tinggi, setiap tahun dilaporkan terjadi kasus tetanus sekitar 350.000 hingga 400.000 di seluruh dunia (Suartha 2006). Kasus penyakit tetanus yang lebih tinggi umumnya terjadi di negara negara sedang berkembang yang program imunisasinya tidak teratur dan tingkat kesadaran masyarakatnya tentang kesehatan rendah (Bruggeman, 2003).


(14)

Penanganan tetanus umumnya dilakukan dengan penyuntikan serum antitetanus tang diproduksi pada kuda (ATS), namun masalah yang sering terjadi adalah timbulnya respon imun yang kurang spesifik akibat penyuntikan secara berulang dan terus – menerus. Oleh karena itu produksi antibodi antitetanus pada telur merupakan salah satu metode alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan. Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IgY dalam serum ayam tidak berbeda nyata dengan konsentrasi IgY pada kuning telur ayam (Larsson, 1993). Gejala klinis yang dapat diakibatkan oleh penyakit tetanus diantaranya adalah gemetar, punggung bengkok, kaki pincang dan dapat mengakibatkan kematian. Gangguan metabolisme dapat terjadi pada keseimbangan elektrolit, metabolisme karbohidrat, protein, lipid dan metabolisme asam nukleat (Bizzini,1993). Albumin adalah protein utama dalam plasma darah manusia yang berguna mengikat molekul kecil untuk diedarkan melalui darah dan menyusun sekitar 60 % dari total protein plasma yang dihasilkan oleh sel hati, membantu metabolisme, transportasi obat – obatan dan juga sebagai antioksidan. Globulin adalah protein heterogen dengan berat molekul tertentu yang cukup tinggi, memiliki rasio 35 % dari protein plasma dan laju migrasi elektroforetiknya lebih rendah dari albumin. Globulin berguna untuk sirkulasi ion, hormon, dan asam lemak dalam system kekebalan (Hayden, 1981).

Penyakit tetanus dapat mempengaruhi kadar protein dalam darah termasuk kadar albumin – globulin serum sehingga peningkatan Immunoglobulin Yolk (IgY) pada kuning telur ayam diharapkan dapat mempertahankan kadar albumin – globulin pada serum dengan meningkatkan produksi telur anti tetanus dengan cara suplementasi piridoksin pada ayam petelur serta melakukan uji kemanjurannya dalam mencegah gangguan terhadap kadar albumin – globulin serum pada tikus putih.


(15)

1.2. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas peningkatan immunoglobulin Y (IgY) kuning telur oleh pengaruh suplementasi piridoksin dan uji kemanjurannya dalam mencegah gangguan terhadap metabolisme protein khususnya kadar albumin dan globulin serum pada tikus putih.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka disusun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Apakah IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi piridoksin pada ayam, efektif untuk mencegah gangguan terhadap kadar albumin serum pada tikus putih sehingga tetap pada kondisi normal? 2. Apakah IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi

piridoksin pada ayam, efektif untuk mencegah gangguan terhadap kadar globulin serum pada tikus putih sehingga tetap pada kondisi normal?

1.4. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini IgY yang diproduksi dibatasi hanya IgY anti tetanus, sedang metabolisme protein yang diamati dalam uji kemanjuran dibatasi hanya pada kadar albumin dan globulin serumnya saja.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan produksi IgY kuning telur ayam anti tetanus dengan suplementasi piridoksin pada ayam petelur

2. Untuk menguji kemanjuran IgY telur ayam anti tetanus yang diproduksi dengan cara pemberian suplementasi piridoksin pada ayam dalam mempertahankan kadar albumin dan globulin serum tikus putih sehingga tetap pada kondisi normal.


(16)

1.6. Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan produksi antibodi (IgY) kuning telur ayam terhadap penyakit tetanus

2. Mengembangkan penyediaan bahan pangan yang efektif untuk meningkatkan imunitas masyarakat terhadap serangan mikroorganisme patogen

3. Sebagai tambahan informasi bagi pengembangan ilmu tentang peranan piridoksin terhadap biosintesis IgY pada ayam petelur dan kemanjurannya dalam mencegah gangguan terhadap metabolisme protein

4. Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya Mahasiswa Jurusan Kimia di Fakultas FMIPA Universitas Negeri Medan.


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang sudah diperoleh, maka dapat disimpulkan :

1. IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi piridoksin pada ayam, berpengaruh terhadap kadar globulin serum tikus putih. Kadar globulin serum tikus putih yang diberi kuning telur sebanyak 1 mL/ekor/hari selama 2 hari, 4 hari, 6 hari dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 3,31 g/dL; 4,06 g/dL; 4,01 g/dL sedangkan tikus putih yang tidak diberi kuning telur dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 6,11 g/dL.

2. IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi piridoksin pada ayam, tidak berpengaruh terhadap kadar albumin serum tikus putih. Kadar albumin serum tikus putih yang diberi kuning telur sebanyak 1 mL/ekor/hari selama 2 hari, 4 hari, 6 hari dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 4,36 g/dL; 4,34 g/dL; 4,39 g/dL sedangkan tikus putih yang tidak diberi kuning telur dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 4,52 g/dL

5. 2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kadar albumin dan globulin serum tikus putih yang diberi kuning telur ayam suplementasi piridoksin sebelum penyuntikkan toksin tetanus.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tanpa diberikan kuning telur sehingga diperoleh kadar normal globulin serum tikus putih yang disuntikkan tetanus dan mempersempit waktu penelitian dengan menggunakan hitungan jam.


(1)

butir telur (Carlander, 2002). Masalah yang masih belum terpecahkan sampai saat ini adalah tidak adanya metode yang praktis, murah dan efektif dalam peningkatan dan pengoptimalan jumlah produksi IgY. Pada keadaan normal, dalam satu butir telur terkandung IgY antara 22,5 – 43,9 mg dalam kuning telurnya dan beberapa mikro gram dalam putih telurnya. Schade (1996) melaporkan bahwa jumlah antibodi unggas dalam sebutir telur yaitu 50 – 100 mg/mL.

Suplementasi piridoksin pada ayam petelur merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat meningkatkan produksi antibodi dalam kuning telur. Piridoksin atau vitamin B6 sebagai salah satu vitamin yang larut dalam air, merupakan vitamin yang sangat penting dalam proses metabolisme. Piridoksal posfat (PLP) sebagai bentuk aktif dari vitamin B6 merupakan koenzim yang serbaguna yang berperan untuk mengkatalisis berbagai reaksi metabolisme asam amino dan protein seperti reaksi – reaksi transaminasi, dekarboksilasi, rasemisasi, dan transulfurasi. Salah satu peranan piridoksi paling menarik adalah adanya fakta-fakta bahwa vitamin ini berperan dalam aspek pembentukan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme. Dari berbagai hasil penelitian telah ditemukan sekitar 60 jenis reaksi-reaksi asam amino yang melibatkan piridoksal posfat (Conn, 1987).

Berbagai penelitian tentang hubungan piridoksin dengan aspek kekebalan tubuh pada hewan dan manusia telah dilaporkan. Total sel-sel pembentuk antibodi pada tikus defisiensi piridoksin ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan tikus normal ( Kumar dan Axelrod, 1968). Jika induk tikus diberi ransum defisiensi piridoksin semasa kehamilan dan laktasi, maka ditemukan bahwa jumlah limfosit dan sel – sel pembentuk antibodi pada anak tikus tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan anak tikus yang induknya diberi ransum dengan tingkat piridoksin yang normal (Debes dan Kirksey,1979). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Chen (2005) yang menjelaskan bahwa pada kondisi defisiensi piridoksin terjadi penurunan fungsi- fungsi immun pada kerang laut. Defisiensi piridoksin pada manusia dan juga hewan dapat menurunkan respon immun berperantara sel


(2)

(‘’cel mediated immune response’’) dan respon immun humoral terhadap berbagai jenis antigen (Beisel, 1982).

Studi tentang pengaruh piridoksin terhadap sintesis antibodi pada ayam broiler menunjukkan bahwa pemberian piridoksin berpengaruh terhadap titer HI (titer antibodi) dan kadar globulin serum, dimana pemberian piridoksin dengan dosis 3,0 mg/kg ransum memberikan kadar globulin paling tinggi (Silitonga, 1992). Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa piridoksin berpengaruh nyata terhadap kadar imunoglobulin serum, kadar DNA dan RNA organ Fabricus. Defisiensi piridoksin memberikan kadar imunoglobulin yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok defisiensi (Silitonga, 1996). Selanjutnya Silitonga (2008) mengemukakan bahwa kadar IgG dan IgM pada subjek yang mengalami defisiensi piridoksin lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang diberi piridoksin dengan dosis normal dan berlebih.

Upaya meningkatkan produksi IgY kuning telur telah dilakukan Silitonga (2013). Dari hasil penelitian telah terbukti bahwa suplementasi piridoksin secara oral/cekok dengan dosis 3,0 mg/kg ransum memberikan produksi antibodi / immunoglobulin yolk (IgY) anti tetanus dalam kuning telur sebesar 106,1 mg/ butir telur yang berarti telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan kandungan IgY yang ditemukan peneliti terdahulu. Walaupun produksi IgY kuning telur anti tetanus dengan cara suplementasi piridoksin telah menunjukkan peningkatan, tetapi kemanjuran IgY kuning telur yang dihasilkan tersebut belum teruji apakah cukup efektif mencegah timbulnya gangguan atau kelainan /penyakit akibat serangan toksin tetanus. Penyakit tetanus adalah salah satu jenis penyakit yang berbahaya apabila tidak ditangani secara cermat. Kejadian penyakit tetanus di berbagai negara masih tetap tinggi, setiap tahun dilaporkan terjadi kasus tetanus sekitar 350.000 hingga 400.000 di seluruh dunia (Suartha 2006). Kasus penyakit tetanus yang lebih tinggi umumnya terjadi di negara negara sedang berkembang yang program imunisasinya tidak teratur dan tingkat kesadaran masyarakatnya tentang kesehatan rendah (Bruggeman, 2003).


(3)

Penanganan tetanus umumnya dilakukan dengan penyuntikan serum antitetanus tang diproduksi pada kuda (ATS), namun masalah yang sering terjadi adalah timbulnya respon imun yang kurang spesifik akibat penyuntikan secara berulang dan terus – menerus. Oleh karena itu produksi antibodi antitetanus pada telur merupakan salah satu metode alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan. Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IgY dalam serum ayam tidak berbeda nyata dengan konsentrasi IgY pada kuning telur ayam (Larsson, 1993). Gejala klinis yang dapat diakibatkan oleh penyakit tetanus diantaranya adalah gemetar, punggung bengkok, kaki pincang dan dapat mengakibatkan kematian. Gangguan metabolisme dapat terjadi pada keseimbangan elektrolit, metabolisme karbohidrat, protein, lipid dan metabolisme asam nukleat (Bizzini,1993). Albumin adalah protein utama dalam plasma darah manusia yang berguna mengikat molekul kecil untuk diedarkan melalui darah dan menyusun sekitar 60 % dari total protein plasma yang dihasilkan oleh sel hati, membantu metabolisme, transportasi obat – obatan dan juga sebagai antioksidan. Globulin adalah protein heterogen dengan berat molekul tertentu yang cukup tinggi, memiliki rasio 35 % dari protein plasma dan laju migrasi elektroforetiknya lebih rendah dari albumin. Globulin berguna untuk sirkulasi ion, hormon, dan asam lemak dalam system kekebalan (Hayden, 1981).

Penyakit tetanus dapat mempengaruhi kadar protein dalam darah termasuk kadar albumin – globulin serum sehingga peningkatan Immunoglobulin Yolk (IgY) pada kuning telur ayam diharapkan dapat mempertahankan kadar albumin – globulin pada serum dengan meningkatkan produksi telur anti tetanus dengan cara suplementasi piridoksin pada ayam petelur serta melakukan uji kemanjurannya dalam mencegah gangguan terhadap kadar albumin – globulin serum pada tikus putih.


(4)

1.2. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas peningkatan immunoglobulin Y (IgY) kuning telur oleh pengaruh suplementasi piridoksin dan uji kemanjurannya dalam mencegah gangguan terhadap metabolisme protein khususnya kadar albumin dan globulin serum pada tikus putih.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka disusun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Apakah IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi piridoksin pada ayam, efektif untuk mencegah gangguan terhadap kadar albumin serum pada tikus putih sehingga tetap pada kondisi normal? 2. Apakah IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi

piridoksin pada ayam, efektif untuk mencegah gangguan terhadap kadar globulin serum pada tikus putih sehingga tetap pada kondisi normal?

1.4. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini IgY yang diproduksi dibatasi hanya IgY anti tetanus, sedang metabolisme protein yang diamati dalam uji kemanjuran dibatasi hanya pada kadar albumin dan globulin serumnya saja.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan produksi IgY kuning telur ayam anti tetanus dengan suplementasi piridoksin pada ayam petelur

2. Untuk menguji kemanjuran IgY telur ayam anti tetanus yang diproduksi dengan cara pemberian suplementasi piridoksin pada ayam dalam mempertahankan kadar albumin dan globulin serum tikus putih sehingga tetap pada kondisi normal.


(5)

1.6. Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan produksi antibodi (IgY) kuning telur ayam terhadap penyakit tetanus

2. Mengembangkan penyediaan bahan pangan yang efektif untuk meningkatkan imunitas masyarakat terhadap serangan mikroorganisme patogen

3. Sebagai tambahan informasi bagi pengembangan ilmu tentang peranan piridoksin terhadap biosintesis IgY pada ayam petelur dan kemanjurannya dalam mencegah gangguan terhadap metabolisme protein

4. Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya Mahasiswa Jurusan Kimia di Fakultas FMIPA Universitas Negeri Medan.


(6)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang sudah diperoleh, maka dapat disimpulkan : 1. IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi

piridoksin pada ayam, berpengaruh terhadap kadar globulin serum tikus putih. Kadar globulin serum tikus putih yang diberi kuning telur sebanyak 1 mL/ekor/hari selama 2 hari, 4 hari, 6 hari dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 3,31 g/dL; 4,06 g/dL; 4,01 g/dL sedangkan tikus putih yang tidak diberi kuning telur dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 6,11 g/dL.

2. IgY kuning telur yang diproduksi dengan pemberian suplementasi piridoksin pada ayam, tidak berpengaruh terhadap kadar albumin serum tikus putih. Kadar albumin serum tikus putih yang diberi kuning telur sebanyak 1 mL/ekor/hari selama 2 hari, 4 hari, 6 hari dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 4,36 g/dL; 4,34 g/dL; 4,39 g/dL sedangkan tikus putih yang tidak diberi kuning telur dan kemudian disuntikkan tetanus adalah 4,52 g/dL

5. 2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kadar albumin dan globulin serum tikus putih yang diberi kuning telur ayam suplementasi piridoksin sebelum penyuntikkan toksin tetanus.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tanpa diberikan kuning telur sehingga diperoleh kadar normal globulin serum tikus putih yang disuntikkan tetanus dan mempersempit waktu penelitian dengan menggunakan hitungan jam.